Kad - Keperawatan Kritis - Kelompok 2 - A11-B
Kad - Keperawatan Kritis - Kelompok 2 - A11-B
OLEH KELOMPOK: 2
A11-B
DENPASAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
B. ETIOLOGI
Pada pasien yang sudah diketahui menderita DM sebelumnya dapat dikenali
adanya faktor pencetus dan penting untuk pengobatan dan pencegahan ketoasidosis
berulang. Penderita diabetes mellitus 1 beresiko mengalami ketoasidosis diabetic
dibandingan dengan penderita diabetes tipe 2. Namun, tidak semua penderita diabetes
mellitus mengalami ketoasidosis diabetic. Ada beberapa faktor yang meningkatkan
resiko terjadinya KAD :
1. Mengalami penyakit infeksi, seperti flu, imfeksi saluran kemih, atau pneumonia
2. Tidak menggunakan insulin atau menggunakan insulin dengan dosis terlalu rendah
3. Tidak mengikuti program pengobatan diabetes yang diberikan dokter
4. Mengalami penyakit kardiovaskular
5. Mengkonsumsi obat- obatan tertertu
Penurunan kadar insulin dapat terjadi akibat dosis insulin yang diresepkan tidak
adekuat atau pasien tidak menyuntikkan insulin dengan dosis yang cukup. Kesalahan
yan menyebabkan dosis insulin yang harus diberikan berkurang, terjadi pada pasien-
pasien yang sakit dan mengganggap jika mereka kurang makan atau menderita muntah-
muntah maka dosis insulinnya juga harus dikurangi. (karena keadaan sakt khususnya
infeksi dapat meningkatkan glukosa darah, maka pasien tidak perlu menurunkan dosis
insulin untuk mengimbangi asupan makanan yang berkurang ketika sakit dan bahkan
mungkin harus meningkatkan dosis insulinya).
Keaadan sakit dani infeksi akan menyertai resistensi insulin. Sebagai respon
terhadap stress fisik atau emosional terjadi peningkatan kadar hormone stress yaitu
glucagon, epinefrin, norepinefrin, kortison dan growth hormone. Hormon- hormone ini
akan meningkatkan produksi glukosa oleh hati dan menganggu penggunaan glukosa
dari jaringan otot serta lemak dengan cara kerja melawan insulin. Jika kadar insulin
tidak meningkat dalam keadaan skait dan infeksi, maka hiperglikemia yang terjadi dapat
berlanjut menjadi ketoasidosis metabolic (Brunner & Suddart, 2012).
C. PATOFISIOLOGI
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel juga akan
berkurang. Disamping produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua
faktor ini akan menimbulkan hiperglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa
bersama- sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang
ditandai dengan urinasi berlebihan ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektorolit. Penderita KAD yang berat dapat kehilangan kira- kira 6,5 L air dan samai
400- 500 mEq natrium, kalium serta klorida selama periode 24 jam.
Dampak defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolysis)
menjadi asam asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi
badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis terjadi produksi badan keton berlebihan
sebagai akibat kekurangan insulin yang secara normal akam mencegah timbulnya
keadaan tersebut. Badan keton yang bersifat asam dan bila bertumpuk menimbulkan
asidosis metabolic (Brunner & Suddart, 2012).
D. PATHWAY
(terlampir)
E. KLASIFIKASI
Untuk kepentingan tata laksana, KAD diklasifikasikan berdasarkan derajat
beratnya asidosis dan dibagi menjadi:
1. KAD ringan : pH < 7,3 atau HCO3 < 15 mEq/L
2. KAD sedang : pH < 7,2 atau HCO3 < 10 mEq/L
3. KAD berat : pH < 7,1 atau HCO3 < 5 mEq/L
(IDAI, 2017)
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis biasa berlangsung kuran dari 24 jam. Poliuria, polidipsi, serta
penurunan berat badan terjadi beberapa hari menjalang KAD, mual muntah, nyeri perut.
Nyeri perut sering disalah artikan sebagai akut abdomen. Asidosis metabolic diduga
menjadi penyebab utama gejala nyeri abdomen, gejala ini akan menghilang dengan
sendirinya setelah asidosis teratasi.
Terjadinya penurunan kesadaran bahkan koma, dehidrasi dna syok hypovolemia
(kulit/ mukosa kering dan penurunan turgor, hipotensi dan takikardi). Tanda lain adalah
napas cepat dan dalam (kussmaul) yang merupakan kompensasi hiperventilasi akibat
asidosis metabolic disertai bau aseton atau buah- buahan pada napasnya (IDAI, 2017)
I. KOMPLIKASI
Komplikasi KAD meliputi tromboembolisme, gastroparesis, rabdomiolis,
kejang, koma hingga kematian. Komplikasi pengobatan dapat meliputi resusitasi
berlebih (overresusciation), cairan (edema serebri, edema paru dan cedera paru akut),
koreksi berlebih hiperglikemia dan kelainan elektrolit (hypokalemia dan
hipofosfatemia) (Greenberg, 2012).
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dilakukan dengan melakukan anamnesa pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, unmur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi,
pekerjaan pasien dan nama penanggung jawab
b. Status Kesehatan
1. Keluhan utama
Polidipsia (rasa haus meningkat)
2. Riwayat kesehatan sekarang
Datang dengan keluhan mual muntah, pernafasan kusmaul, hiperglikemia,
poliuria, nadi cepat/lemah, gejala-gejala gastrointestinal.
3. Riwayat penyakit dahulu
Mungkin klien pernah mempunyai riwayat DM
4. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit diabetik dikenal sebagai penyakit yang diturunkan (herediter)
walaupun gejala tidak selalu muncul pada setiap keturunan atau timbul sejak
kecil (kongenital). Genogram mungkin diperlukan untuk menguatkan diagnosis.
c. Pengkajian Berdasarkan pola Gordon
1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasanya klien mengetahui tentang faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke,
hipertensi. Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik
(thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana
pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet,
pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Biasanya hilang nafsu makan, mual / muntah, tidak mematuhi diet, peningkattan
masukan glukosa / karbohidrat, Penurunan berat badan lebih dari beberapa hari /
minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid). Yang ditandai kulit kering /
bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi abdomen, muntah, Pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halisitosis / manis, bau buah (napas aseton).
3. Pola eliminasi
Biasanya sebelum sakit pola eleminasi teratur setiap pagi hari namun setelah
sakit terjadi perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, Rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISSK baru/berulang, Nyeri tekan abdomen, Diare.
Yang ditandai urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria / anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), Abdomen keras, adanya asites, Bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare).
4. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya sebelum sakit klien dapat melakukan aktivitas seperti biasa (bekerja,
berolahraga, melakukan hal mandiri) namun setelah sakit klien mengalami
penurunan aktivitas, lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, Kram otot, tonus otot
menurun, letargi / disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot
5. Pola istirahat dan tidur
Klien mengalami gangguan istirahat / tidur, takikardia dan takipnea pada
keadaan istirahat atau aktifitas.
6. Pola kognitif dan persepsi
Adanya kekhawatiran karena adanya nyeri pada daerah abdomen (mungkin
parah).
7. Pola persepsi dan konsep diri
Gangguan citra diri akibat dari perubahan fungsional KDM.
8. Pola peran dan hubungan
Biasanya Klien gelisah, cemas, mudah tersinggung. Bila bisa menyesuaikan
tidak akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan anggota keluarganya.
9. Pola seksualitas dan produksi
Biasanya rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita.
10. Pola koping dan toleransi stress
Biasanya timbul stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi. Yang ditandai ansietas, peka rangsang.
11. Pola nilai dan keyakinan
Biasanya tergantung pada kebiasaan, ajaran dan aturan dari agama yang dianut
oleh individu tersebut.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Composmentis atau apatis
Kesadaran : Biasanya mungkin sadar, sementara lainnya letargik, atau
normal
b. Tanda-tanda vital : Kaji suhu,nadi, pernafasan dan tekanan darah
a) Suhu biasanya meningkat (infeksi) atau menurun : normal : 36-37 0C
Oral : dikatakan normal apabila suhu tubuh 37,0°C
Rectal : dikatakan normal apabila suhu 37,5°C
Aksila : dikatakan normal apabila suhu 36,7°C
b) Nadi biasanya takikardi/bradikardi (normal 60-100x/menit)
c) RR biasanya takipnea (normal 16-24 x/menit)
d) Tekanan darah biasanya hipotensi (sistole turun 20 mmHg atau lebih saat
berdiri) = (normal : sistolik = 90-120 dan diastolic =60-79 mmHg).
c. Head To Toe
1. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala dan rambut
a) Tulang tengkorak
Inspeksi : ukuran cranium, deformitas, benjolan. Pembesaran kepala
pada hidrosefalus.
Palpasi : keseluruhan kepala, adakah nyeri tekan.
b) Wajah
Perhatikan ekspresi wajah dan konturnya
Perhatikan keadaan asimetris, edema, dan massa
c) Rambut
Inspeksi: kuantitas, distribusi, tekstur, ketombe atau kutu
Rambut yg halus èhipertiroidisme
Rambut kasar èhipotiroidisme
d) Kulit kepala
Apakah ada skuama, benjolan, nevus, atau lesi
Kemerahan & skuama ditemukan pd dermatitis seboroika
b. Mata (penglihatan)
a) Inspeksi : Penglihatan kabur, amati letak kesimetrisan mata,
gerakan mata, lapang pandang, & visus, amati kelopak mata
(palpebra)èlebar fisura palpebra, edema, warna, lesi, keadaan & arah
bulu mata, kemampuan mengatup, amati konjungtivaèwarna (anemis,
ikterik,merah), infeksi, atau pus, amati skeleraèwarna (ikterik, merah)
Amati warna iris, ukuran & bentuk pupil, amati reaksi pupil thdp cahaya.
N= isokor. Bila mengecil disebut miosis, melebar disebut midriasis,
sangat kecil disebut pin point, amati kornea dan lensa, perhatikan
kekeruhan, inspeksi gerakan mata : amati adakah nistagmus, strabismus ;
cek fungsi 6 otot mata.
b) Palpasi : Tekanan bola mata : (intraokuler), Tonometer,
Pemeriksaan dengan oftalmoskop.
c. Hidung (penciuman)
a) Inspeksi : pernafasan cepat, tidak terdapat kelainan congenital pada
hidung, tidak terdapat jaringan parut dalam hidung, tidak terdapat deviasi
septum, tampak pembengkakan dan hiperemis pada konka hidung, tidak
tampak udem mukosa, mukosa hidung hiperemis, terdapat secret.
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada krepitasi.
d. Telinga (pendengaran)
a) Inspeksi
Pinna : ukuran, bentuk, warna, lesi, ada massa
Canalis : bersih, serumen ,nanah
Reflek cahaya politzer : tarik daun telinga ke atas & belakang (dewasa);
ke bawah (anak-anak)èmembran timpani utuh atau tidak.
b) Palpasi
Jaringan lunak, jaringan keras, tulang mastoid. Bila ada peradangan akan
terasa nyeri, tes pendengaran Garpu Tala: Rinne, Webber.
e. Mulut dan gigi
a) Inspeksi
Mukosa bibir kering
Gigi : sisa makanan, karang, caries, gigi palsu/tdk
Lidah : lurus, warna, ulkus, kebersihan
Selaput Lendir : warna, bengkak, tumor, sekresi, ulkus, berdarah
Faring : radang
Tonsil : ukuran
Uvula: simetris
f. Tenggorokan :
a) Inspeksi :
Mukosa lidah dalam batas normal, tidak terdapat gambaran peta
Mukosa faring : hiperemis (+), granuler (+), oedem (+)
Ovula : tidak ada kelainan
Tonsil : tidak membesar, tidak hiperemis
Detritus (-)
b) Palpasi : Pembesaran submandibula (-), nyeri tekan (-)
g. Leher
a) Inspeksi : bentuk, warna, bengkak, massa, jaringan parut
b) Palpasi : nodul kelenjar limfe, vena jugularis, kelenjar tiroid,
pemeriksaan kaku kuduk/ tengkuk ciri adanya rangsang /iritasi meningeal
akibat perdarahan/ peradangan sub arachnoid.
3. Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi : Bentuk flat dan simetris, adanya distensi abdominal
b) Auskultasi : Peningkatan bising usus (>20x/mnt)
c) Palpasi : Terkadang dapat nyeri abdomen
d) Perkusi : Terdapat bunyi pekak.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah : Meningkat 200-100 mg/dL, atau lebih
2. Aseton plasma ( keton ) : Positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolestrol meningkat
4. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5. Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
6. Kalium : Normal atau meningkat semu ( perpindahan seluler ), selanjutnya akan
menurun.
7. Fosfor : lebih sering menurun
8. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup
SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan
kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis. ISK
baru).
9. Gas darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
10. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi) : leukosit
hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau infeksi.
11. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi /penurunan
fungsi ginjal).
12. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab dari KDA.
13. Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau
normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin /
gangguan dalam penggunaannya (endogen /eksogen), resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi (autoantibodi).
14. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
15. Urine : Gula dan aseton positif : berat jenis, dan osmolalitas mungkin
meningkat.
16. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia ditandai
dengan kadar glukosa dalam darah atau urin tinggi atau rendah, palpitasi,
gangguan koordinasi, lelah
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik ditandai
dengan Capillary refill >3 detik, Nadi perifer menurun, akral teraba dingin,
warna kulit pucat, turgor kulit menurun
3) Pola nafas berhubungan dengan diabetic ketoasidosis ditandai dengan
penggunaan otot bantu nafas, pola nafas abnormal (hiperventilasi, kussmaul),
fase ekspirasi memanjang
4) Hipovolemia berhubungan dengan diuresis osmotik ditandai dengan frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit
menurun, hematocrit meningkat
5) Defisit nutrisi berhubungan dengan hiperglikemi ditandai dengan berat badan
menurun (minimal 10% dibawah rentang ideal), membrane mukosa
pucat,kram/nyeri abdomen, serum albumin meningkat
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan frekuensi
jantung meningkat 20% dari kondisi istirahat, tekanan darah meningkat, dispneu,
merasa lemah
F. INTERVENSI
No Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah dilakukan SIKI : Manajemen 1. Memantau kestabilan
tindakan asuhan Hiperglikemia gula darah
keperawatan 3 x 24 jam 1. Monitor kadar glukosa darah 2. Memantau
diharapkan kadar 2. Monitor tanda dan gejala perkembangan pasien
glukosa pasien dalam hiperglikemia (poliuri, 3. Agar pasien tidak
kadar normal dengan polydipsia, polifagia, mengalami dehidrasi
kriteria hasil : kelemahan, malaise) dan kadar cairan pasien
SLKI : 3. Berikan asupan cairan oral terpenuhi
Ketidakstabilan 4. Anjurkan pegelolaan diabetes 4. Untuk meningkatkan
glukosa darah (penggunaan insulin, obat pengetahuan pasien
1. Kadar gula puasa oral, monitor asupan cairan) mengenai perawatan
pasien dalam 5. Kolaborasi pemberian insulin diabetes
rentang normal sesuai terapi 5. Untuk mengatur kadar
80mg/dl -120 mg/dl gula pasien dalam
2. Tidak ada rentang normal dan
penurunan tidak meningkat drastis
kesadaran
3. Pasien tidak
mengalami palpitasi
4. Pasien tidak
mengeluh lemas
2 Setelah dilakukan SIKI: Perawatan Sirkulasi 1. Untuk mengetehui
tindakan asuhan 1. Periksa sirkulasi perifer (nadi kelancaran sirkulasi
keperawatan 3 x 24 jam perifer, warna, akral, suhu) perifer
diharapkan perfusi 2. Lakukan pencegahan infeksi 2. Untuk mencegah
perifer efektif dengan 3. Anjurkan minum obat terjadinya infeksi
kriteria hasil : pengontrol tekanan darah 3. Agar pasien memiliki
SLKI : Perfusi Perifer secara teratur kesadaran minum obat
1. Akral tidak teraba 4. Kolaborasi pemberian 4. Menjaga tekanan darah
dingin penurun tekanan darah, pasien terkontrol
2. Warna kulit tidak antikoagulan, penurun
pucat kolestrol jika perlu
3. Capillary refill >3
detik
4. Melaporkan tidak
ada kesemutan
G. IMPLEMENTASI
(Menyesuaikan Intervensi)
H. EVALUASI
No
Evaluasi
dx
1. - Kadar glukosa darah dalam rentang normal 100 mg/dl-
140 mg/dl
- Tidak ada palpitasi
- Pasien tidak mengeluh lemas
- Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran
2. - Akral tidak teraba dingin
- Warna kulit tidak pucat
- Capillary refill > 3 detik
- Pasien mengatakan tidak ada kesemutan
3. - Pasien tidak mengalami dyspnea
- Frekuensi pernafasan dalam rentang normal 16-20/menit)
- Tidak menggunakan otot bantu nafas
4. - Turgor kulit elastis
- Frekuensi nadi dalam rentang normal (80-100x/menit)
- Membran mukosa tidak kering
5. - Berat badan tidak ada penurunan
- Peningkatan nafsu makan pasien
- Peningkatan porsi makan pasien
- Membran mukosa tidak pucat
6. - Pasien mengatakan tidak lemas
- Frekuensi nafas dalam rentang normal (16-20x/menit)
- Frekuensi nadi dalam rentang normal (60-100x/menit)
- Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 12 vol 3.
Jakarta: EGC
UKK Endokrinologi IDAI. 2017. Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak
Indonesia: Ketoasidosis Diabetic Dan Edema Serebri Pada Diabetes Mellitus
Tipe -1. IDAI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Pathway
Ekskresi glukosa oleh ginjal meningkat, Penurunan metabolism tubuh terhadap Gula darah tidak bisa masuk ke dalam sel,
bersamaan dengan air dan elektrolit glukosa di dalam sel karena kekurangan insulin
Poliuria: mekanisme kompensasi tubuh Penurunan jumlah ATP, penurunan jumlah Merangsang pelepasan lemak dan
energi pemecahan lemak
Penurunan volume sirkulasi
Pasien menjadi lemah, letih dan kesadaran Trigliserid dipecah menjadi asam lemak
menurun bebas (FFA) dan Gliserol
Cairan intrasel dan intertisial tertarik ke Pelepasan lemak
intravaskular subkutan meningkat
BB turun
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Hipotensi Respon sel: FFA masuk ke Gliserol mengalami
Takikardia kekurangan cairan Difisit Nutrisi sirkulasi glukoneogenesis
Mempengaruhi seluruh
Polidipsi: perangsangan system tubuh Peningkatan jumlah
pusat haus benda keton
Asidosis, Ketosis
Dehidrasi