Tugas Makalah Keperawatan Kritis
Tugas Makalah Keperawatan Kritis
NEUROLOGI
Kelompok 1:
1. Ahmad Sanusi
2. Apriyanto
3. Azizziah Djailani
4. Dewi Ayu Nur Anggraini
5. Dewi Kusumawaty
6. Erwan Ahmad
7. Khairunisa
8. Lamsinawati
9. Muhammad Khoirul Ikhwan
10. Nur Atikah
11. Rahmadi
12. Ranti Apriani Wulandari
13. Rizka Junita
14. Rudiansyah
15. Rusandy Rifany
16. Sarinah
17. Sri Suhartini
A. Latar Belakang
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantar impuls
saraf ke sususnan saraf pusar, pemrosesan impuls saraf dan perintah untuk memberi
tanggapan rasangan. Dan neuron adalah unit terkecil dari sistem saraf pusat. Penyakit
saraf merupakan salah satu penyakit yang paling diwaspadai apalagi dengan gejala-
gejalanya yang sangat cepat. Berikut adalah beberapa jenis penyakit yang dapat
menyerang sistem saraf manusia, yaitu sakit kepala, tumor otak, meningitis, aneurisma
otak, Parkinson dll.
Sistem persarafan pada manusia bukan hanya bertanggung jawab terhadap pengaturan
sistem-sistem tubuh yang lain dan kapasitas adaptif, tetapi juga berkenaan dengan aspek-
aspek kesadaran diri berperasaan dan bertindak.
Integritas atau keutuhan individu tercapai apabila tersedia informasi yang adekuat.
Apabila informasi tidak lengkap atau menyimpan karena kondisi lingkungan atau
kerusakan sistem perseptual sensoris, maka kemampuan untuk melakukan respon yang
adaptif dan tepat menjadi “berubah”. Apabila terjadi trauma atau penyakit yang mengenai
sistem persarafan, sebagian dari potensial adaptif seseorang hilang dan kemampuan untuk
berfungsi normal menjadi terganggu.
Respon yang tepat tergantung dari keutuhan “jalan” (pathways) yang menghubun
gkan sistem input dan mekanisme output. Ekspresi normal seseorang yang juga
“dialati” oleh sistem persarafan dapat terganggu atau terpengaruh oleh aspek emosi,
psikologis ataupun
gejala-gejala non spesifik seperti nyeri dan sebagainya. Gangguan dapat terjadi pada
setiap saat sepanjang input-output kontinum mengganggu kemampuan individu untuk
bertindak/berespon dalam mempertahankan kehidupan dan keutuhannya.
Terapi di keperawatan adalah konsep diri sebagai penyembuh harus dipahami dan dialami
oleh setiap perawat untuk akan pengetahuan dan terampil dalam pengiriman,arahan,atau
konseling,pasien dalam penggunaan berbagai terapi. Hal ini mencakup pemahaman
kesehatan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan ?
2. Bagaimanakah Konsep Gangguan Neurologi?
3. Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan dari Gangguan Neurologi?
4. Bagaimanakah Penatalaksanaan Terhadap Pasien Dengan Gangguan Sistem
Neurologi?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca maupun mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami :
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan
2. Konsep Gangguan Neurologi
3. Konsep Asuhan Keperawatan dari Gangguan Neurologi
4. Mengetahui Penatalaksanaan Pasien Dengan Gangguan Sistem Neurologi
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem persarafan bekerja sebagai sistem elektrik dan konduksi yang bekerja mengatur
dan mengendalikan semua kegiatan tubuh.
Secara garis besar fungsi sistem persarafan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Menerima informasi dari dalam maupun luar melalui afferent sensory pathway
2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat
3. Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat saraf (refleks) maupun di otak untuk
menentukan respon yang tepat dengan situasi yang dihadapi
4. Menghantarkan informasi secara cepat melalui afferent pathway tadi (motorik) ke
organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi tindakan
Sistem persarafan mengandung sel-sel glia (neuroglia). Sel-sel glia jumlahnya sangat
banyak, kira-kira 10 kali lebih banyak dibandikan dengan neuron. Terdapat 3 jenis sel
glia, yaitu mikroglia adalah sel-sel pembersih yang memasuki sistem persarafan dari
pembuluh darah, oligodendrogliosit berperan dalam pembentukan mielin, astrosit yang
terdapat diseluruh otak dan banyak di antaranya mengirimkan ujung-ujung kakinya ke
pembuluh darah.
Struktur dasar dan unit fungsional sistem persarafan disebut dengan neuron. Neuron
terdiri dari : Badan sel (Soma) dengan dua perpanjangan yaitu; dendrit yang menerima
informasi dari akson terminal pada tempat yang khusus yang disebut sinaps, dan akson
yang membawa informasi ke luar dari badan sel ke neuron lain. Membran sel permeabel
terhadap oksigen, CO2, ion-ion organik tertentu dan tidak permeabel terhadap senyawa
organik seperti protein. Neuron juga dapat ditandai oleh adanya eksitabel, yang artinya
siap memberikan respon bila terstimulasi, karena pada saat terstimulasi resting potensial
tidak stabil maka ada potensial aksi.
Sistem persarafan terdiri dari dua yaitu, secara struktural yang terdiri dari Sistem Saraf
Pusat (SSP) yaitu Otak dan Saraf Tulang Belakang (medula spinalis), dan Sistem Saraf
Tepi (SST). Secara fungsional yaitu serebrospinal dan sistem otonom.
Sistem Saraf Pusat :
1. Otak
Otak terletak di dalam tengkorak kepala, otak secara garis besar dibedakan menjadi
tiga bagian utama yaitu : serebrum, batang otak, dan serebelum.
a. Serebrum
Setiap hemisfer serebri dibagi dalam lobus dan terdiri dari 4 lobus yaitu: lobus
frontal, pariental, temporal, oksipital. Dan terdapat talamus dan hipotalamus.
b. Batang Otak
Batang otak terdiri dari otak tengah, pons, dan medula oblangata. Bagian otak
tengah, bagian atas dari batang otak mengandung sistem saraf aferen dan eferen
yang membawa ke dan dari hemisper serebri. Pons terletak di antara otak tengah
dan medula oblangata dan serebelum bagian anterior.
c. Serebelum
Serebelum mengatur dan mengkoordinir aktivitas otot skeletal dan
mempertahankan postur dan kekuatan otot.
2. Medula Spinalis
Merupakan jalan atau saluran untuk menghantarkan informasi dari dan ke otak dari
perifer, merupakan tempat (letak) jalannya refleks.
3. Sistem Saraf Tepi (SST)
Susunan saraf tepi terdiri dari saraf kranial termasuk sensori dan motorik serta
ganglion. Dan fungsiny bervariasi, yaitu sensori-motorik dan gabungan dari
keduanya.
Terdiri dari 2 subsistem eferen : sistem simpatis dan para simpatis. Struktur jaringan yang
dikontrol oleh SSO yaitu otot jantung, pembuluh darah, iris mata, organ torakalis,
abdominalis, dan kelenjar tubuh.
Cairan serebrospinal
Cairan ini melindungi otak dan medula spinalis dengan dukungan jaringan otot,
bertindak sebagai media dalam transfer eleman-elemen dari aliran darah ke sistem
saraf jaringan otot. Ditemukan dalam ventrikel otak, di saluran sentral medula spinalis
dan diruang subarakhnoid.
Meningen
Yaitu selaput yang menutupi otak dan medula spinalis yang berfungsi sebagai
pelindung, pendukung jaringan-jaringan di bawahnya. Meningen terdiri dari :
Durameter : Paling Luar
Arakhnoid : Di Tengah
Persepsi dan reaksi nyeri selain dipengaruhi oleh faktor-faktor mekanisme fisiologis
juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, kebudayaan, umur, dan jenis kelamin.
Mekanisme rangsangan reseptor nyeri karena kerusakan jaringan
Sel Rusak
(Kemosensitif reseptor)
RIWAYAT KESEHATAN
Beberapa hal yang harus dikaji dalam riwayat kesehatan pada gangguan sistem
persarafan diantaranya adalah data umum pasien, keluhan utama pasien, riwayat
penyakit yang lalu dan riwayat kesehatan keluarga.
4. Riwayat Keluarga
a. Epilepsi dan kejang
b. Nyeri kepala
c. Retardasi mental
d. Stroke
e. Gangguan psikiatri
f. Penggunaan alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang
g. Penyakit keturunan : DM, muskular distropi
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
Sebelum melakukan tindakan yang lain, yang harus diperhatikan adalah tanda
vital, karena sangat berkaitan dengan fungsi kehidupan dan tanda-tanda lainnya
yang berkaitan dengan masalah yang terjadi. Perubahan tanda vital dapat pula
terjadi pada peningkatan intrakranial.
2. Status Mental
Pengkajian status mental meliputi tingkat kesadaran, orientasi, memori, perasaan
hati (mood), intelektual, berpikir abstrak, bahasa dan komunikasi.
a. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran merupakan indikator utama adanya perubahan status
neurologi pasien, karena berhubungan dengan fungsi hemisfer serebral dan
retikular activating sistem.
Compos mentis
Apatis
Latargi
Delirium
Somenolen.
Koma
Membuka mata
Spontan 4
Dengan perintah 3
Tidak berespon 1
Respon motoric
Menurut perintah 6
Respon verbal
Bingung 4
b Orientasi
Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar dengan
pengalaman lampau. Tanyakan pada pasien tentang orientasi tempat, waktu,
orang dan situasi.
c Memori
Memori menghubungkan masa lalu dan masa kini, sehingga dengan memori
kita dapat menginterpretasikan dan bereaksi terhadap yang baru dengan
mengacu pada pengalaman lampau. Dalam menilai memori diklasifikasikan
menjadi memori segera, memori baru (jangka pendek), dan memori rimot
(jangka panjang).
d Suasana Hati (Mood)
Mengkaji suasana hati dapat dilihat dari ekspresi wajah dan perubahan prilaku
pasien. Catat apakah reaksi pasien sesuai dengan stimulus yang diterima.
e Intelektual
Penampilan intelektual termasuk pengetahuan pasien dan kemampuan
menghitung.
f Berpikir abstrak dan pertimbangan
Abstraksi atau berpikir abstrak merupakan fungsi intelektual tingkat tinggi
karena membutuhkan pemahaman dan pertimbangan.
g Bahasa dan komunikasi
Masalah bahasa yang sering dijumpai adalah :
Distria (pelo, cadel) terjadi akibat gangguan artikulasi karena kesulitan
menggerakkan lidah, palatum dan bibir sewaktu berbicara
Disfonia (serak, bindeng) adalah kesulitan dalam mengeluarkan bunyi,
terjadi akibat gangguan pada pita suara atau palatum
Afasia merupakan gangguan berbahasa/hilangnya kemampuan berbahasa
mampu.
Palpasi tulang tengkorak untuk mendeteksi adanya massa dan abnormal yang
ditemukan pada saat inspeksi. Palpasi pada otot leher dapat mengidentifikasi
adanya massa dan tenderness. Palpasi pada tulang belakang untuk
mengidentifikasi adanya masaa, tendeness dan spasme otot.
Perkusi
Auskultasi dapat dilakukan untuk mengetahui pembuluh darah leher dan bruit
atau indikasi bunyi abnormal.
dan jarum. Tanyakan kepada pasien apakah nyeri tajam atau tumpul,
bandingkan bagian kanan dan kiri secara simetris
o Pemeriksaan rasa suhu dengan air panas (suhu 400C-50 0C) atau dingin
(suhu 10 0C-200C) menggunakan tabung reaksi atau botol.
o Pemeriksaan rasa getaran, dengan menggunakan garpu talla (frekuensi 128
Hz), silakukan dengan menempelkan getaran garpu tala pada ibu jari kaki,
maleolus lateral dan medial, tibia, sternum, radius dan ulna. Hilangnya
rasa getar disebut pallanesthesia.
o Pemeriksaan rasa gerak dan sikap, pasien digerakkan salah satu bagian
tubuh
aritmik dan kasar, biasanya terjadi pada anggota gerak atas pada bagian
distal
o Atetose yaitu gerakan seperti ular, lebih lambat dari Khorea dan
melibatkan otot bagian distal
o Spasme merupakan gerakan abnormal, terjadi karena kontraksi otot-otot
yang disarafi oleh satu saraf. Contoh spasme yaitu trismus yang
merupakan spasme otot pengunyah pada pasien tetanus
o TiK merupakan gerakan yang terkoordinir, berulang dan melibatkan
pada gangguan:
%
No Keadaan Fungsi Otot Nilai
Normal
7. Pemeriksaan Refleks
Refleks adalah reaksi dari rangsangan timbul akibat regangan otot. Reflek terbagi
atas refleks normal terdiri atas refleks tendon/refleks tendon dalam dan refleks
superfisial dan refleks patologis.
a Refleks normal
Yang termasuk refleks normal meliputi refleks tendon seperti refleks bisep,
trisep, radius, patela, achiles, ulna dan refleks superfisial seperti refleks
kornea, refleks paringeal, refleks dinding perut, refleks kremaster, refleks anal.
Berikut tabel teknik pemeriksaan dan respon refleks normal.
Refleks
No Refleks Teknik Pemeriksaan Respon
Tendon
Fleksi
Lengan pasien disemiflesikan,
1 Bisep lengan
ketok tendon bisep
bawah
Refleks superfisial
Kornea mata disentuh dengan
Mata
1 Kornea sepotong kapas yang ujungnya
dipejamkan
dibuat runcing
Palatal dan Sentuh bagian palatal dan Elevasi
2
Faringeal faring palate
Otot perut
Dinding Gores dinding perut dengan
3 akan
Perut benda yang agak runcing
berkontraksi
Otot
sfringter
5 Anus Kulit sekitar anus di gores
eksternus
berkontraksi
b Refleks Patologi
Refleks ini terjadi jika ada gangguan neurologi, seringnya terjadi pada
gangguan spinal cord atau saraf pusat. Yang termasuk refleks patologi adalah
refleks babinski dan klonus. Refleks babinski dapat diperiksa dengan cara
pasien berbaring dengan tungkai diluruskan. Goreskan benda yang agak
runcing pada bagian lateral dari tumit menuju pangkal jari. Reaksi positif jika
terdapat gerakan dorso fleksi ibu jari dengan jari-jari lainnya mekar. Klonus
merupakan kontraksi otot secara ritmik atau dianggap sebagai rentetan refleks
tegangan otot.
3 2+ Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. X-RAY KEPALA
X-Ray Kepala dapat melihat keadaan tulang tengkorak, nasal sinus dan beberapa
kelainan serebral karena pengkapuran. Informasi yang dapat diperoleh dari
pemeriksaan ini adalah mengidentifikasi fraktur tengkorak, kelainan vaskuler,
perubahan degeneratif. Prosedur pemeriksaan X-Ray kepala, pasien ditempatkan
pada papan/meja dengan posisi kepala tidak hiperekstensi atau termanipulasi.
Lama pemeriksaan ini hanya bebepara menit.
a Indikasi
Pasien dengan fraktur kepala
Tumor otak
Abnormal vaskuler
Perubahan degenerative
Jelaskan tentang tujuan dari prosedur ini. Katakan bahwa prosedur ini
tidak nyeri
2. X-RAY SPINAL
X-Ray Spinal dapat melihat daerah cervical, torakal, lumbal, dan sacral dari
spinalis. X-Ray spinal memberi informasi data tentang dislokasi, fraktur vertebra,
erosi tulang, pengapuran, kollap vertebra, spondilosis.
a Indikasi
Trauma Vertebra
Nyeri
Kerusakan serebrovaskuler
Abses otak
Perdarahan intraserebral
Hydrosephalus
b. Kontraindikasi
c Komplikasi
Reaksi anafilaltik jika menggunakan kontras
d Perawatan dan Penkes
Jelaskan pada pasien untuk tidak terlalu cemas, karena tindakan ini tidak
membahayakan dan tidak nyeri. Jika akan menggunakan kontras anjurkan
pasien untuk puasa selam 4 jam sebelum pemeriksaan. Tanyakan pada pasien
apakah ada alergi terhadap kontras. Jika kontras diberikan, maka setelah
pemeriksaan perlu diobservasi kemungkinan adanya anafilaltik seperti adanya
mual, muntah, tachikardi, meningkatnya pernapasan. Pasien dianjurkan untuk
minum yang cukup banyak karena kontras bersifat hipertonik sehingga
menimbulkan diuresisi. Monitor ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Diagnosa Keperawatan
a Ketidakefektifan pola pernafasan berdasarkan Kerusakan neurologis atau Ketidak
efektifan bersihan jalan napas berdasarkan kerusakan batuk dan ketidakmampuan
mengatasi lendir.
b Gangguan perfusi jaringan otak berdasarkan vasospasme sekunder terhadap cidera
hemoragi ; Peningkatan Tekanan Intra Kranial sekunder terhadap cidera hemoragi
c Perubahan eliminasi : inkontinensia urine berdasarkan kerusakan atau gangguan
neurologis pada spinkter uri
d Perubahan eliminasi : konstipasi berdasarkan kerusakan neurologis
e Gangguan mobilitas fisik berdasarkan kerusakan fungsi neurofisiologis
f Gangguan komunikasi verbal berdasarkan kerusakan saraf pada pusat bicara
(broca)
g Perubahan persepsi sensori, kognitif, visual, auditori, kinestetik berdasarkan
trauma neurologis
h Perubahan respon psikis dan emosi berdasarkan perubahan fisik
i Potensial terjadinya deformitas
j Potensial terjadinya gangguan integritas kulit berdasarkan imobilitas fisik
4. Evaluasi
a Klien bisa mengekspresikan perasaannya/ kebutuhannya
b Mengerti dan menjalankan perintah
c Dapat mengenali bagian - bagian tubuh
d Bekerja sama dengan perawat dalam pemenuhan aktivitas sehari - harinya
e Kemajuan dalam fungsi motorik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem persarafan bekerja sebagai sistem elektrik dan konduksi yang bekerja mengatur
dan mengendalikan semua kegiatan tubuh.Sistem Persarafan dapat terganggu atau
terpengaruh oleh aspek emosi, psikologis, ataupun gejala-gejala non spesifik seperti
nyeri dan sebagainya.Konsep asuhan keperawatan dari gangguan neurologis terdiri dari 5
tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi.Gangguan persarafan dapat berentang dari sederhana sampai yang kompleks.
Beberapa gangguan persarafan menyebabkan gangguan/hambatan pada aktifitas hidup
sehari-hari bahkan berbahaya.Pengkajian merupakan salah satu urutan/bagian dari proses
keperawatan yang sangat menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan.
B. Saran
Diharapkan pada mahasiswa keperawatan dapat memahami makalah ini dan menambah
wawasan dengan cara membaca lebih banyak lagi tentang gangguan neurologi.
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca B Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba.
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Penerbit Salemba
Web: http://kycis.blogspot.co.id/2015/09/konsep-gangguan-sistem-neurologi_21.html