Anda di halaman 1dari 20

Pengertian, Tujuan, Prinsip - Prinsip, dan Azas - Azas Bimbingan Konseling

MAKALAH KELOMPOK

BIMBINGAN KONSELING ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Tentang

“Pengertian, Tujuan, Prinsip - Prinsip, dan Azas - Azas Bimbingan Konseling”

Disusun Oleh Kelompok 1:

Afni Yuliana (14003001)

Dina Fitria Nengsih (14003004)

Nurheliza (14003014)

Rani Defita Sari (14003017)

Rahmadani Yusuf (14003094)

Finka Putri Manela (14003117)

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Mega Iswari, M.Pd.

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian, Tujuan, Prinsip-Prinsip,
dan Azas-Azas Bimbingan Konseling”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu
dalam penyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami, Ibu Prof. Dr. Mega Iswari, M.Pd. yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini, baik pada teknik penulisan maupun
materi. Dengan demikian, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan Konseling

B. Tujuan Bimbingan Konseling

C. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling

D. Azas-Azas Bimbingan Konseling

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling memang dibutuhkan dalam setiap lembaga terutama di sekolah agar setiap
siswa yang ada di sekolah dapat menceritakan apa yang di rasakannya. Apalagi untuk anak
berkebutuhan khusus bimbingan konseling sangat dibutuhkan karena mereka sudah memang
mempunyai masalah.

Dapat kita lihat bimbingan itu sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepadaseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri denagn memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan, berdasarkan norma-norma yang
berlaku.

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawaancara konseling oleh seorang
yang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

Untuk itu dimasa sekarang ini bimbingan konseling memang dibutuhkan bukan saja untuk anak
berkebutuhan khusus namun untuk individu-individu yang normal juga sangat dibuthkan dengan
problema kehidupan yang terjadi pada saat ini. Diharapkan dengan adanya bimbingan dan konseling di
sekolah baik untuk anak berkebutuhan khusus maupun anak-anak normal yang mempunyai masalah
dapat memberikan perubahan kea rah yang lebih baik untk ke depannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu bimbingan dan konsling?

2. Apa saja tujuan bimbingan dan konseling?

3. Apa saja prinsip-prinsip bimbingan dan konseling?

4. Apa saja asas-asas dalam bimbingan dan konseling?

C. Tujuan Penulisan

1. Uuntuk mengetahui pengertian bimbingan dan konseling.

2. Untuk mengetahui tujuan bimbingan dan konseling.

3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.

4. Untuk mengetahui asas-asas dalam bimbingan dan konseling.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan Konseling


1. Pengertian Bimbingan

Rumusan tentang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20,
dimulainya bimbingan yang diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908.Seajak itu, rumusan demi
rumusan tentang bimbingan bermunculan sesuai dengan prkembangan pelayanan bimbingan itu sendiri
sebagai suatu pekerjaan khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Berbagai rumusan tersebut
dikemukakan sebagai berikut:

Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri,
dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu (Frank
Parson, dalam jones, 1951)

Bimbingan membantu individu untuk memahami dan menggunakan secara luas kesempatan-
kesempatan pendidikan, jabatan, dan pribadi yang mereka miliki atau dapat mereka kembangkan, dan
sebagai satu bentuk bantuan yang sistematik melalui mana siswa dibantu dapat memperoleh
penyesuaian yang baik terhadap sekolah dan terhadap kehidupan. ( Dunsmoor & Miller, dalam
McDaniel, 1969).

Bimbingan membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai infomasi tentang dirinya sendiri.
( Chiskolm, dalam McDaniel, 1959).

Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu
pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri,
yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan
yang berarti bagi masyarakat. ( Lefever, dalam McDaniel, 1959).

Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individi-individu guna

membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan dan diperlukan dalam


membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interprestasi-interprestasi yang diperlukan untuk
menyesuaiakan diri yang baik. (Smith, dalam McDaniel, 1959).

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki
kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk
membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri,
membuat keputusan sendiri dan menaggung bebannya sendiri.( Crow & Crow, 1960).

Bimbingan membantu seseorang agar menjadi berguna, tidak sekedar mengikuti kegiatan yang berguna.
( Tiedeman, dalam Bernard & Fullmer, 1969).
Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu menyediakan
kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli dengan cara mana setiap individu dapat
mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesangupan sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide
demokrasi. ( Mortensen & Schmuller, 1976).

Bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu.
( Benard & Fullmer ,1969).

Bimbingan sebagai pendidikan dan perkembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik.
(Mathewson, dalam Bernard & Fullmer, 1969).

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan
penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang
merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencapuri
hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan (diwarisi), tetapi harus
dikembangkan. (Jones , staffire & Stewart 1970).

Merangkum keseluruhan isi yang terdapat di dalam semua rumusan tentang bimbingan di atas, dapat
dikemukakan ubsur-unsur pokok bimbingan sebagai berikut:

1. Pelayanan bimbingan merupakan suatu proses. Ini berarti bahwa pelayanan bimbingan bukan
sesuatu yang sekali jadi, melainkan melalui liku-liku tertentu sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam
pelayan ini.

2. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. “Bantuan” di sini tudak diartikan sebagai
bantuan materiil ( seperti uang,hadiah, sumbangan, dan lain-lain), melainkan bantuan yang bersifat
menunjang bagi pengembngan pribadi bagi individu yang dibimbing.

3. Bantuan itu diberikan kepada individu, baik perseseorangan maupun kelompok. Sasaran pelayanan
bimbingan adalah orang yang diberi bantuan, baik orang seorang secara individual ataupun secara
kelompok.

4. Pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh dan atas kekuatan klien sendiri. Dalam
kaaitan ini, tujuan bimbingan adalah memperkembangkan kemampuan klien ( orang yang dibimbing)
untuk dapat mengatasi sendiri masalah –masalah yang dihadapinya, dan akhirnya dapat mencapai
kemandirian.

5. Bimbingan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai bahan interaksi, nasihat, ataupun gagasan,
serta alat-alat tertentu baik yang berasal dari klien sendiri, konselor maupun dari lingkunga. Bahan-
bahan yang berasal dari klien sendiri dapat berupa masalah-masalah yang sedang dihadapi, data tentang
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya, serta sumber-sumber yang dimilikinya, sedangkan
bahan-bahan yang berasal dari lingkunganya dapat berupa informasi tentang pendidikan, informasi
tentang jabatan, informasi tentang keadaan sosial-budaya dan latar belakang kehidupan keluarga, dan
lain-lain. Interaksi dimaksudkan suasana hubungan antara orang yang satu dengan orang lainyya. Dalam
interaksi ini dapat berkembangan dan dipetik hal-hal yang menguntungkan bagi individu yang dibimbing.
Nasihat biasanya berasal dari orang yang membimbing (konselor), sedangkan gagasan dapat muncul
baik dari pembimbing maupun dari orang yang dibimbing. Alat-alat daapat berupa sarana penunjangan
yang dapat lebih memperlancar atau mempercepat proses pencapaian suatu tujuan.

6. Bimbingan tidak hanya diberikan untuk kelompok-kelompok umur tertentu saja, tetapi meliputi
semua usia, mulai dari anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Dengan demikian bimbingan dapat
diberikan di semua lingkingan kehidupan, di dalam kelurga, di sekolah, dan di luar sekolah.

7. Bimbingan diberikan oleh orang-orang yang ahli, yaitu orang-orang yang memiliki kepribadian yang
terpilih dan telah memperoleh pendidikan serta latihan yang memadai dalam bidang bimbingan dan
konseling.

8. Pembimbing tidak selayaknya memaksakan keinginan-keinginannya kepada klien karena klien


mempumyai hak dan kewajaban untuk menentukan arah dan jalan hidupnya sendiri, sepanjang dia tidak
mencampuri hak-hak orang lain.

9. Satu hal yang belum tersurat secara lansung dalam rumusan-rumusan di atas ialah: bimbingan
dilaksanakan sesuai dngan norma-norma yang berlaku.

Jadi bimbingaan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepadaseorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri denagn memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Pengertian Konseling

Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” atau “memahami”.
Sedangkan dalam dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti
“menyerahkan” atau “menyampaikan”.

Perkembangan sejumlah rumusan konseling menurut para ahli:

Konseling adalah kegiatan di mana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan
pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, di mana ia diberi bantuan pribadi
dan lansung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling
harus ditujukan pada pperkembanganyang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-
masalahnya sendiri tanpa bantuan. (Jones, 1951)

Interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien , (b)
terjadi dalam suasana yang profesional ,(c) dilakukan dan dijaga sebagai alatbmemudahkan
perubahan_perubahan dalam tingkah laku klien. (Pepinnsky & Pepinsky, dalam shertzer & Stone, 1974)
Proses dalam mana konselor membantu konseli membuat interprestasi Suatu proses yang terjadi dalam
hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak
dapat diatasinya sendiri dengan seseorang pekerja yang profesinal, yaitu orang yang telah terlatih dan
beperngalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap bebagai jenis
kesulitan pribadi. (Maclean, dalam Sherzer & Stone , 1974)

Suatu proses dimana konselor membantu konseli membuat interprestasi-interprestasi tentang fakta-
fakta yang berhubungan denagn pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
(Smith, dalam Sertzer & Stone, 1974).

Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan


perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembangan
optimal kemampuan pribadi yaang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu. ( Division of
Conseling Psychology).

Suatu rangkaian pertemuan lansuang dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan
kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara -interprestasi tentang fakta-fakta yang
berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian yang perlu dibuatnya. (A.C English, dalan
Shertzer & Stone, 1974).

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana
konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan
situasi belajar. Dalam hal ini konseling di bantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan
kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat di ciptakan dengan menggunakan potensi yang
dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseling dapat belajar
bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan- kebutuhan yang akan datang.
(tolbert , 1959)

Membantu individu agar dapat menyadari dirinya sendiri dan memberikan reaksi terhadap pengaruh-
pengaruh lingkungan yang diterimanya , selanjutnya membantu yang bersangkutan menentukan
beberapa makna pribadi bagi tingkah laku tersebut dan mengembangkan serta memperjelas tujuan-
tujuan dan nilai- nilai untuk prilaku di masa yang akan datang. (blocher, dalam shertzer & stone,1974)

Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan – kebutuhan ,
motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari indvidu dan membantu indivdu yang bersangkutan untuk
mengapresiasi ketiga hal tersebut.(Bernard & fullmer,1996).

Proses mengenai seseorang individu yang sedang mengalami masalah (klien) dibantu untuk merasa dan
bertingkah laku dalam suasana yang lebih menyenangkan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak
bermasalah, yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang meransang klien untuk
mengembangkan tingkah yang memungkinkan nya berperan secara lebih efektif bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya . (Lewis, dalam shertzer & stone, 1974)
Jadi konseling yaitu proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawaancara konseling oleh
seorang yang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

B. Tujuan Bimbingan Konseling

Sejalan dengan perkembangannya konsepsi bimbingan dan konseling, maka tujuan bimbingan dan
konselingpun mengalami perubahan, dari yang sederhana sampai yang lebih komprehensip.

Untuk membantu individu membuat pilihan-piliihan, penyesuaian-penyesuaian dan interprestasi-


interprestasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu. (Hamrin & clifford, dalam jones, 1951).

Untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan (Bradshow, dalam Mc daniel, 1956).

Untuk membantu orang-orang menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan-
kegiatan yang berguna saja. (Tiedeman, dalam Bernard & fullmer 1969).

Dengan proses konseling klien dapat:

1. Mendapat dukungan selagi klien memadukan segenap kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi.

2. Memperoleh wawasan baru yang lebih segar tentang berbagai alternatif, pandangan dan
pemahaman-pemahaman, serta keterampilan-keterampilan baru.

3. Menghadapi ketakutan-ketakutan sendiri mencapai kemampuan untuk mengambil keputusan dan


keberanianuntuk melaksanakannya, kemampuan untuk mengambil resiko yangmungkin ada dalam
proses pencapaian tujuan-tujuan yang di kehendaki.(Celeman , dalam tompson & rudolph, 1983)

Tujuan konseling dapat terentang dari sekedar klien mengikuti kemauan-kemauan) konselor sampai
pada masalah pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran, pengembangan pribadi,
penyembuhan, dan penerimaan diri seendiri. (Thompson & Rudolph, 1983)

Pengembangan yang mengacu pada perubahan positif pada diri individu merupakan tujuan dari semua
upaya bimbingan dan konseling. (Myers, 1992).

Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri
secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predis posisi yang dimilikinya (seperti
kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang
keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.

Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-
tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar (akademik/kognitif), dan
karier (psikomotorik).

1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek pribadi-sosial siswa adalah:
a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
sekolah/madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan
memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait
dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.

d. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

e. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.

f. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan
martabat dan harga dirinya.

g. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan
kewajibannya.

h. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk
hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silahturahmi dengan sesama manusia.

i. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri
sendiri) maupun dengan orang lain.

2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek belajar (akademik) siswa adalah:

a. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan
yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.

b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin
dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan
belajar yang diprogramkan.

c. Memiliki motifasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.

d. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku,
menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.

e. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat
jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu,
dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan
yang lebih luas.

f. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.


3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek karier siswa (kebanyakan bagi siswa SMA)
adalah:

a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.

b. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karier yang menunjang kematangan
kompetensi karier.

c. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan
apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya dan sesuai dengan norma agama.

d. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan


keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita kariernya masa depan.

e. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek
kerja, dan kesejahteraan kerja.

f. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional
untuk memperoleh peran-peran yang sesuai minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.

g. Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier. Apabila seorang siswa
bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-
kegiatan yang relevan dengan karier keguruan tersebut.

h. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu
karier amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang
perlu memahami kemampuan dan minatnya dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakan ia
berminat terhadap pekerjaan tersebut.

C. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling

Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang
digunakannya bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang
hakikat manusia. Misalnya, Van Hoose (1969) mengemukakan bahwa :

a) Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung kebaikan-kebaikan,
setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan
potensinya itu.

b) Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik, seseorang anak berbeda dari yang
lain.
c) Bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda dalam pertumbuhan dan
perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat.

d) Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk mencapai apa yang
menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umumnya.

e) Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihan-latihan
khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus.

Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran
pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan,
penyelenggaraan pelayanan. Berikut ini dicatatkan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang
diramu dari sejumlah sumber ( bernard & Fullmer, 1969 dan 1979; Crow & Crow, 1960; Miller &
Fruehling, 1978).

1. Prinsip – prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan.

Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu – individu, baik secara perorangan maupun
kelompok. Individu-individu itu sanagat bervariasi, misalnya dalam hal umur, jenis kelaminnya, status
sosial ekonomi keluarga, kedudukan, pangkat dan jabatannya, keterikatannnya terhadap suatu lembaga
tertentu dan variasi-variasi lainnya. Variasi dan keunikan ke individualan, aspek-aspek pribadi dan
lingkungan, serta sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dan
dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut :

a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memndang umur, jenis kelamin, suku,
bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.

b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu.

c. Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu itu
sendiri.

d. Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung faktor-faktor yang
secara potensial mengarah pada sikap dan pola-pola tingkah laku yang tidak seimbang.

e. Meskipun individu yang satu dan yang lainnya adalah serupa dalam berbagai hal, perbedaan
individu harus dipahami dan di pertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan ,memberikan
bantuan atau bimbingan kepada individu-individu tertentu.

2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan maslaah individu

Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu positif.
Namun, sesuai dengan ketrbatasan yang ada pada diri individu sendiri pelayanan bimbingan dan
konseling hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas. Prinsip-prinsip yang berkenaan
dengan hal itu adalah :

a. Meskipun pelayanan bimbigan dan konseling menjangkau setiap tahap daa bidang perkembangan
dan kehidupan individu, namun bidang bimbingan pada umunya dibatasi hanya pada hal-hal yang
menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian diri terhadap lingkungan.

b. Keadaan sosial, ekonomi dan politi yang kurang menguntungkan merupakan faktor salah satu pada
diri individu dan hal itu semua menuntut perhatian saksama dari para konselor dalam mengentaskan
masalah klien.

3. Prinsip –prinsip berkenaan dengan program pelayanan

Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut :

a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan

b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga.

c. Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun dan diselenggarakan secara


berkesinambungan.

d. Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur untuk
mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara
prograam yang direncanakan dan pelaksanaannya.

4. Prinsip – prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan

Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling ( baik yang bersifat innsidentalaupun terprogram)
dimulai dengan pemahaman tentang tujuan pelayanan. Prinsip-prinsip berkenaan dengan al-hal
tersebut adalah:

a. Tujuan akhir bimbingan konselingb adalah kemandirian setiap individu.

b. Dalam proses konseling keputusan yang di ambil dan hendak dilakukan oleh klien hendaklah atas
kemauan klien sendiri bukan kemauan desakan dari konselor.

c. Permasalahan khusus yang dialami klien ( untuk semua manusia )harus ditangani oleh tenaga ahli
dalam bidang yang relevan dengan permasalahan khusus tersebut.

d. Bimbingan dan konseling adalaha pekerjaan profesional.

e. Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan
konseling.
f. Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan.

g. Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh mungkin memenuhi
tuntutan individu.

h. Organisasi program bimbingan hendaknya fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan
lingkungannya.

i. Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya diletakkan dipundak
seorang pimpinan program yang terlatih dan terdidik secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan
konseling.

j. Penilaian periodik perlu dilakukan terhadap program yang sednag berjalan.

5. Prinsip –prinsip bimbingan dan konseling disekolah

Dalam lapangan operasional bimbingan dan konseling, sekolah merupakan lembaga yang wajah dan
sosoknya sangat jelas. Disekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Dalam kaitan ini Belkin (1975) menegaskan enam prinsip untuk menegakkan
dan menumbuhkembangkan pelayanan bimbingan daan konseling disekolah.

a. Konselor harus memulai karirnya sejak awal dengan program kerja yang jelas dan memiliki kesiapan
yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut.

b. Konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan


hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan siswa.

c. Konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai konselor profesional dan
menerjemahkan peranannya itu kedalam kegiatan nyata.

d. Konselor bertanggung jawab kepada semua siswa.

e. Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siwa-siswa yang
mengalami masalah.

f. Konselor harus mampu bekerja sama secara efektif dengan kepala sekolah, memberikan perhatian
dan peka terhadap kebutuhan, harapan, dan kecemasan-kecemasannya.

D. ASAS – ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING

Adapun asas-asas yang dimaksud adalah :


1. Asas kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, lebih-
lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain. Asas kerahasiaan ini
merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling.

Bagi klien yang bermasalah dan ingin menyelesaikan masalahnya akan sangat membutuhkan bantuan
dari orang yang dapat memnyimpan kerahasian masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu segala
sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disebarluaskan kepada pihak lain. Jika asas
ini benar-benar dilaksanakan oleh konselor, maka konselor akan mendapat kepercayaan dari semua
pihak dan mereka akan memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya.
Sebaliknya, jika konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan ini dengan baik, maka hilanglah
kepercayaan klien terhadap konselor, sehingga akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat atau
diterima di hati klien dan para calon klien. Selain itu klien akan takut meminta bantuan pada konselor
sebab khwatir masalah dan diri mereka akan menjadi bahan pembicaraan orang. Sementara itu ada
kemungkinan klien akan menyebarluaskan pengalaman yang yang tidak menyenangkan ini kepada klien
lain. Hal yang demikian dapat berdampak terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling
selanjutnya,dan konselor tidak dapat dipercaya oleh klien.

2. Asas kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan baik dari pihak siterbimbing
atau klien maupun dari pihak konselor sehingga klien diharapkan secara suka rela dan tanpa ragu-ragu
atau pun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Artinya klien
secara sukarela tanpa cara terpaksa mau menyampaikan masalah yang ditanganinya dengan
mengungkapkan secara terbuka hal-hal yang dialaminya,serta mengungkapkan segenap fakta,data dan
seluk beluk yang berkenaan dengan masalah yang dialaminya. Sementara konselor hendaknya dapat
memberikan bantuan degan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan
dnegan ikhlas.

3. Asas keterbukaan

Dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari
konselor maupun keterbukaan dari klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima
saran-saran dari luar, malahan lebih dari itu, diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan
bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah.

Keterusterangan si klien akan terjadi jika klien tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan dan
kesukarelaan maksudnya klien betul - betul mempercayai konselor dan benar - benar mengharapkan
bantuan dari konselornya.
4. Asas kekinian

Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah – masalah yang sedang dirasakan bukan masalah
yang sudah lampau, dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami dimasa yang akan datang.

Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menundah-nundah pemberian
bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau jelas-jelas terlihat misalnya adanya siswa yang mengalami
masalah, maka konselor hendaklah segera memberi bantuan. Konselor tidak selayaknya menunda-
nunda memberi bantuan dengan berbagai dalih. Konselor harus mendahulukan kepentingan klien dari
pada yang lainnya. Jika konselor benar-benar memiliki alasan yang kuat untuk tidak memberi
bantuannya maka harus dapat mempertanggungjawabkan bahwa penundaan yang dilakukan itu justru
untuk kepentingan klien.

5. Asas kemandirian

Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan siterbimbing dapat berdiri sendiri, tidak
tergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. Individu yang dibimbing setelah dibantu
diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu :

a) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya

b) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis

c) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri

d) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu

e) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan-kemampuan yang
dimilikinya.

6. Asas kegiatan

Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien tidak melakukan
sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha bimbingan dan konseling
tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan kerja giat dari klien sendiri. Konselor
hendaknya membangkitkan semangat klien sehingga klien mampu dan mau melaksanakan kegiatan
yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.

7. Asas kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu
perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan itu tidak sekedar mengulang hal yang lama
yang bersifat monoton melainkan perubahan yang menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih
maju, dinamis, sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki. Asas kedinamisan mengacuh
pada hal-hal; yang baru yang hendaknya terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan
hasil-hasilnya.

8. Asas keterpaduan

Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan sebagai aspek kepribadian klien.
Sebagaimana diketahui individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak
seimbang, serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah.

Disamping keterpaduan pada diri klien ,juga harus diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang
diberikan. Jangan terjadinya aspek layanan yang satu dengan aspek layanan yang lainnya menjadi tidak
serasi. Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang
perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta sebagai sumber yang dapat diaktifkan
untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang
dalam upaya bimbingan dan konseling.

9. Asas kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik
ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum atau negara, norma ilmu, maupun kebiasaan
sehari-hari.

Asas ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi
layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian pula prosedur, tekhnik,dan peralatan
yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan.

10. Asas keahlian

Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan asas keahlian teratur dan sistematik dengan
menggunakan prosedur, teknik, dan alat bimbingan konseling yang memadai dan juga konselor harus
mendapatkan latihan secukupnya untuk mencapai keberhasilan dalam pemberian layanan.

Asas ini selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan sarjana bidang bimbingan dan
konseling ), juga kepada pengalaman. Teori dan praktek bimbingan dan konselor perlu dipadukan. Oleh
karena itu, seorang konselor ahli harus benar-benar menguasai teori dan praktek konseling secara baik.
11. Asas alih tangan

Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih tangan jika konselor sudah mengerahkan
segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat
terbantu sebagaimana yang diharapkan maka konselor dapat menyerahkannya pada petugas atau
badan yang lebih ahli.

Disamping itu asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan konseling hanya menangani
masalah-masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan, dan setiap masalah
yang ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.

12. Asas Tut Wuri Handayani

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan
antara konselor dan klien. Lebih-lebih dilingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya dan
bahkan perlu dilengkapi dengan “ingarso sung tulado, ing madya mangun karso”.

Asas ini menuntut agar layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien
mengalami masalah dan menghadap kepada konselor saja ,namun diluar hubungan proses bantuan
bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan
konseling itu.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat kita lihat bimbingan itu sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepadaseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri denagn memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan, berdasarkan norma-norma yang
berlaku.

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawaancara konseling oleh seorang
yang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri
secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predis posisi yang dimilikinya (seperti
kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang
keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.

Sedangkan prisip-prinsip bimbingan dan konseling adalah:

1. Prinsip – prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan.

2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan maslaah individu.

3. Prinsip –prinsip berkenaan dengan program pelayanan.

4. Prinsip – prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan.

5. Prinsip –prinsip bimbingan dan konseling disekolah.

Dapat juga kita lihat asas-asas bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

1. Asas kerahasiaan

2. Asas kesukarelaan

3. Asas keterbukaan

4. Asas kekinian

5. Asas kemandirian

6. Asas kegiatan

7. Asas kedinamisan

8. Asas keterpaduan

9. Asas kenormatifan

10. Asas keahlian

11. Asas alih tangan

12. Asas Tut Wuri Handayani

B. Saran
Penulis mengharapkan dengan maklah ini sdikit banyaknya menambah wawasan bagi pembaca tentang
bimbingan dan konseling. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan penulis mempunyai
kekurangan untuk itu penulis juga mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca
untuk lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Kewas, Lucy Pegan. 2013. Makalah Tujuan, Asas-Asas, Fungsi, Prinsip-Prinsip dan Orientasi Bimbingan
Konseling. [Online]. (http://lucyani10.blogspot.co.id/2013/10/makalah-tujuan-asas-asas-fungsi-
prinsip.html diakses tanggal 14 Oktober 2013).

Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai