Anda di halaman 1dari 60

ANALISIS PENGARUH BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT)

TERHADAP
KESEJAHTERAAN DALAM PRESPEKTIF EKONOMI ISLAM
DI DESA PANTE BAYAM KECAMATAN MADAD
KABUPATEN ACEH TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan


Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

MAHYAWATI
NIM. 170440076

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE-ACEH
2020

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah............................................16
1.3 Perumusan Masalah......................................................................................18
1.3 Kegunaan Penelitian....................................................................................18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................20
2.1 LandasanTeoritis...........................................................................................20
2.1.1 Pengertian Bantuan langsung tunai (BLT)................................................20
2.1.2 Dasar Hukum PelaksanaBantuan langsung tunai (BLT)........................22
2.1.3 Pelaksanaan BLT..............................................................................................23
2.1.4 KriteriaKompone BLT................................................................................24
2.2 Pengertian Kesejahteraan..................................................................................25
2.2.1 Indikator Kesejahteraan.............................................................................27
2.2.3 Kesejahteraan (Falah) DalamEkonomi Islam.................................................32
2.2.4 Indikator Kesejahteraan Dalam Konteks Ekonomi Islam.......................35
2.3 PenelitianSebelumnya...................................................................................37
2.4 Kerangka Konseptual....................................................................................38
2.5 Hipotesis.......................................................................................................39
BAB III.......................................................................................................................41
METODE PENELITIAN...........................................................................................41
3 .1 Objek dan Lokasi Penelitian..........................................................................41
3. 2 Populasi dan Sampel.....................................................................................41
3.2.1 Populasi.........................................................................................................41
3.2.2 Sampel.............................................................................................................43
3.3 MetodePengumpulan Data..............................................................................44
3.4 Skala Pengukuran Data..................................................................................45
3.5 Definisi Operasional Variabel.......................................................................46
3.6 Uji Validitas dan Realibilitas.......................................................................47
3.6.1 Uji Validitas....................................................................................................47
3.6.2 Uji Realibilitas................................................................................................48
3.7 Uji AsumsiKlasik..........................................................................................49
3.7.1 Uji Normalitas..............................................................................................49
3.7.2 Uji Heteroskedastisitas................................................................................50
3.7.3 Uji Multikolinearitas...................................................................................50
3.8 MetodeAnalisis Data....................................................................................51
3.9 Pengujian Hipotesis......................................................................................51
3.9.1 Uji Parsial (Uji t)..........................................................................................51
3.9.2 Koefisien Korelasi (R)................................................................................52
3.9.3 Koefisien Determinasi (R2).........................................................................53
3.9.4 Uji Statistik T...............................................................................................53
KEPUSTAKAAN.......................................................................................................55
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanallah Wata’ala yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal METOPEN
(metodelogi penelitian) ini yang berjudul “ANALISIS PENGARUH
BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) TERHADAP
KESEJAHTERAAN DALAM PRESPEKTIF EKONOMI ISLAM
DI DESA PANTE BAYAM KECAMATAN MADAD
KABUPATEN ACEH TIMUR”. Shalawat beserta salam kepada Rasulullah
Muhammad SAW yang membawa ajaran kebenaran dan pedoman kepada sahabat
serta seluruh Masayarakat. Penulisan proposal ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan satu mata kuliah pada Jurusan ekonomi syari’ah Fakultas Ekonomi
Universitas Malikussaleh.

Dalam penulisan proposal ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan


baik dari segi bahasa maupun pembahasannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan adanya kritikan dan saran yang sifatnya membangun sehingga
menyempurnakan proposal ini.
Pada Kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang
sebesar-sebesarnya kepada Dosen pembimbing mata kuliah metodelogi penelitian
yaitu,bapak. Damanhur Lc.,M.A
Pada Akhirnya penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat
dalam penulisan proposal ini dan terima kasih atas semua bimbingan dan petunjuk
yang diperoleh, sehingga terwujudnya proposal skripsi ini. Amin…

Lhokseumawe, Desember , 2020


Penulis
Mahyawati
NIM. 170440076
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesejahteraan dalam suatu Negara atau daerah, pada hakikatnya dilihat dari

tingkat kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan. Kesejahteraan ini dapat kita artikan

keamanan, keselamatan dan ketentraman. Dalam istilah umum, sejahtera menunjukan

keadaan yang baik, kondisi manusia dimana orang – orangnya dalam keadaan

makmur, serta dalam keadaan sehat dan damai. Kesejahteraan merupakan suatu hal

yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu didalamnya yang

memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbedaakan memberikan nilai yang

berbeda tentang faktor – faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan.

Kesejahteraan merupakan impian dan harapan bagi setiap manusia yang hidup

dimuka bumi ini, setiap orang tua pasti mengharapkan kesejahteraan bagi anak – anak

dan keluarganya, baik itu berupa kesejahteraan materi maupun kesejahteraan

spiritual, orang tua selalu berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya,

merekaakan memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi keluarganya dari

berbagaimacam gangguan dan bahaya yang menghadapnya.

Kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2007) adalah suatu kondisi

dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat

dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Kesejahteraan adalah tata kehidupan dan
penghidupan social, material, maupun spiritual yang diikuti dengan rasa keselamatan,

kesusilaan, rohani dari rumah tangga tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat

hidup. Kesejahteraan adalah tata kehidupan dan penghidupan social, material,

maupun spiritual yang diikuti dengan rasa keselamatan, kesusilaan, dan kententraman

diri, rumah tangga serta masyarakat lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga

Negara dapat melakukan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial

sebaik – baiknya bagi diri sendiri, rumah tangga, serta masyarakat dengan

menjunjung tinggi hak – hak asasi (Rambe, 2004). Kesejahteraan sosial sebagai

kegiatan – kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejaahteraan

dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan

– kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak,

kesehatan dan penyesesuaian sosial, waktu senggang, standar – standard kehidupan,

dan hubungan – hubungan sosial (Arthur Dunham dalam Sukoco, 1991).

Kesejahteraan seseorang akan terpenuhi jika kebutuhan mereka tercukupi,

kesejahteraan sendiri mempunyai beberapa aspek yang menjadi indikatornya, dimana

salah satunya terpenuhinya kebutuhan seseorang yang bersifat materi, kesejahteran

oleh Imam Al- Ghazali dikenal dengan istilah al-maslahah yang diharapkan oleh

manusia tidak dapat dipisahkan dengan unsure harta, karena harta merupakan salah

satu unsur utama dalam memenuhi kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, dan

papan (Karim, 2008: 318).


Allah sendiri telah menjamin kesejahtreraan bagi hambanya dan makhluk

sebagaimana yang tersebut dalam Surat Al Hud ayat 6 :

Allah SWT berfirman:

Artinya : "Dan tidaksatu pun makhlukbergerak (bernyawa) di bumi melainkan

semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat

penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (LauhMahfuz)."(QS. Hud

11: Ayat 6).

Maksud dari ayat diatas menurut tafsir Ibnu Katsir adalah Allah SWT lah

yang menjamin rezeki makhluknya, termasuk semua hewan yang melata di bumi,

baik yang kecil maupun yang besar, yang ada didaratan maupun yang ada di lautan.

Diapun yang mengetahui tempat berdiam, tempat kembalinya. Dan tidak ada satu

binatang pun dimuka bumi melainkan Allah –lah yang member rezekinya, semua

tertulis di kitab yang nyata (lauhmahfuz).

Dan tidak ada suatu binatang melata-pun di bumi melainkan Allah-lah yang

memberirezkinya”, namun jaminan itu tidak diberikan dengan tanpa usaha,

sebagaimana Allah menjelaskan dalam Surat ArRa’dayat 11


Allah SWT berfirman:

Artinya"Baginy

a (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan

dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah

tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum merekam engubah keadaan diri

mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,

makata kada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain

Dia."(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 11).

Maksud surat Ar-Ra’dayat 11, dalam tafsir Jala lain adalah baginya manusia

ada malaikat – malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran para malaikat yang

mulai mengawasinya dimuka, dihadapannya, dan dibelakangnya, mereka menjaganya

atas permintaan Allah. Dan Allah tidak mencabut dari mereka manusia nikmat Nya

dari segala perbuatan durhaka. Allah tidak menimpakan azab, dan siksaanNya juga

hal – hal lain yang telah dipastikan-Nya bagi orang – orang yang dikenhendaki

keburukan dan tidak ada yang dapat mencegahnya. Jadi, kita tidak terlepas dari

nikmat yang Allah berikan dalam kehidupan kita sehari – hari.


Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari 34 provinsi dengan Jumlah

penduduk Indonesia sekarang lebih kurang 260 juta jiwa dengan profesi yang berbeda

– beda. Profesi atau pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat Indonesia adalah petani,

buruh, supir, dan sebagainya. Berdasarkan dari upah yang diperoleh oleh setiap

pekerja tersebut belum mampu untuk memenuhi kebutuhan primer bagi pekerja

tersebut. Dapat dikatakan kebanyakan masyarakat Indonesia hidupnya belum

sejahtera atau dengan kata lain adalah miskin.

Kemiskinan merupakan salah satu penyebab munculnya ketidaksejahteraan.

Selain itu masyarakat membutuhkan lembaga atau instiusi tertentu dari pemerintah

untuk memfasilitasi berbagai bantuan sosial untuk memenuhi kebutuhannya. Miskin

merupakan suatu permasalahan yang harus diperhatikan serius oleh pemerintah,

karena miskin dikatakan suatu hal sosial.

Sehingga kemiskinan harus ditangani dengan cepat demi mencapai

suatu kesejahteraan. Kebijakan pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan

telah dilakukan oleh pemerintah, dimulai dari pelayanan kesehatan, pendidikan gratis

untuk masyarakat miskin, bahkan penyediayaan pangan sudah diberikan. Namun,

hingga saat ini masalah kemiskinan belum bisa teratasi secara optimal, baik, dan

merata bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Dengan demikian kesejahteraan sosial dan ekonomi menjadi tanggung jawab

pemerintah dan masyarakat. Berbagai permasalahan kesejahteraan terjadi di

masyarakat, sekurang – kurangnya ada lima aspek yaitu pendidikan, kesehatan,

perumahan, jaminansosial, dan pekerjaan. Dalam hal ini mengacu kepada kebijakan
pemerintah dalam memenuhi kebutuhan – kebutuhan asasi rakyat yang kurang

mampu. Ada dua strategi yang dilakukan pemerintah dalam menyelesaikan kasus

kemiskinan yang terus meningkat ditengah – tengah masyarakat yaitu; pertama,

melindungi keluarga dan kelompok masyarakat miskin melalui pemenuhan

kebutuhan pokok mereka. Kedua, memberdayakan mereka agar mempunyai

kemampuan untuk melakukan usaha dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.

Mega S. Dewi (2011) Dalam rangka menangani masalah kemiskinan

pemerintah DiIndonesia, upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan, bahkan

sudah berlangsung sejak lama, baik pada jaman pemerintahan masa Orde Lama, masa

Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era reformasiini. Untuk menunjukkan

kepeduliannya terhadap persoalan kemiskinan ini, pemerintahan SBY-JK juga tidak

mau ketinggalan, bukti nyata dari kepedulian SBY-JK adalah terlihat pada program

“Bantuan Langsung Tunai”.Hal ini mulai terlaksana melalui ‘Instruksi Presiden

Republik Indonesia No.12 Tahun2 005’,tentang “Bantuan Langsung Tunai kepada

rumah tangga-Rumah Tangga Miskin di Indonesia”.

Dalam petunjuk teknis penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT), tujuan

dari program ini dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM adalah :

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuh kebutuhan dasarnya.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan

ekonomi.

3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama. Bantuan Langsung Tunai

Pada 1 Oktober 2005, pemerintah menetapkan kenaikan harga Bahan Bakar


Minyak (BBM) dalam rangka mengurangi beban subsidi. Tingkat kenaikan

harga BBM kali ini tergolong tinggi dibanding kenaikan-kenaikan harga

sebelumnya, yaitu bensin: 87,5%, solar: 104,8%, dan minyak tanah: 185,7%

(Depkominfo).

Keputusan ini diambil dengan latar belakang:

a) Peningkatan harga BBM yang sangat tinggi di pasar dunia sehingga berakibat

pada makin besarnya penyediaan dana subsidi yang dengan sendirinya makin

membebani anggaran belanja negara

b) Pemberian subsidi selama ini cenderung lebih banyak dinikmati kelompok

masyarakat menengah keatas

c) Perbedaan harga yang besar antara dalam dan luar negeri memicu terjadinya

penyelundupan BBM keluar negeri.

Kenaikan harga BBM menambah beban hidup masyarakat. Mereka tidak

hanya menghadapi kenaikan harga BBM, tetapi juga kenaikan berantai berbagai

harga barang dan jasa kebutuhan sehari-hari. Berbagai kenaikan tersebut

menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, terlebih Rumah Tangga Miskin.

Untuk mengurangi beban tersebut, pada 10 September 2005 pemerintah

mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 12 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan

Bantuan Langsung Tunai kepada Rumah Tangga Miskin.

Melalui program yang kemudian dikenal sebagai “Bantuan Langsung Tunai”

(BLT) ini pemerintah menyediakan dana bantuan bagi sekitar 15,5 juta Rumah

Tangga Miskin. Besarnya dana adalah Rp100.000 per keluarga per bulan dan
diberikan setiap tiga bulan. Pada penyaluran tahap pertama yang direalisasikan sejak

1 Oktober 2005 pemerintah menyediakan dana sebesar Rp 4,6 triliun. Penyaluran

dana kepada Rumah Tangga Miskin dilakukan oleh PT Pos Indonesia melalui kantor

cabangnya di seluruh Indonesia.

Dalam pelaksanaan program ini tidak ditemukan adanya acuan atau pedoman

umum yang berisi penjelasan menyeluruh tentang program bagi semua pihak yang

berkepentingan. Acuan yang tersedia hanya berupa buku petunjuk parsial seperti

petunjuk pendataan Rumah secara serius. Namun, dengan perkembangan pelaksanaan

program pihak Pemda dan seluruh jajarannya sering diminta membantu proses

pencairan dana dalam rangka meredam gejolak sosial.

Sebagai suatu program dan kebijakan nasional, program BLT mempunyai

latar belakang pelaksanaan yang sistematis, baik secara deskriptif analisis kondisional

maupun deskriptif operasional perundangan-undangan. Dari sudut deskriptif analisis

kondisional dapat dikatakan bahwa program BLT adalah wujud dari sebuah masalah

diseluruh pemerintahan negara-negara seperti Indonesia. Dimana kemiskinan adalah

suatu masalah yang sangat penting dan genting untuk diperhatikan dan ditangani

secara serius (sinar-harapan, 2007).

Program Bantuan LangsungTunai (BLT) diselenggarakan Oktober 2005

dalam rangka kebijakan pelindungan sosial (social protection) sebagai dampak

pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Mekanisme yang dilakukan

merupakan asisten sisosial (social assistance) yang ditujukan untuk membantu


masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah

penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekononomi

sehingga perlindungan sosial bagi masyarakat miskin tetap mendorong keberdayaan

masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki. melalui BLT dirumuskan kembali

mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat,

mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi.

Secara operasional perundang-undangan sebagai dasar pijak pelaksanaan

program BLT adalah sebagaimana tertuang dalam dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) kurun waktu 2004-2009, yaitu meningkatkan

kesejahteraan rakyat, yang diantaranya memuat target penurunan angka kemiskinan

dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi 8,2% pada tahun 2009. Dimana target tersebut

dianggap tercapai jika daya beli penduduk terus ditingkatkan dan dikembangkan

secara berkelanjutan. Wujud nyata dari orientasi RPJM ini dan didorong oleh

membengkaknya subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) akibat dari meningkatnya

harga minyak mentah di pasar Internasional, yang tentu pula mempengaruhi harga

BBM dalam negeri sejak awal Maret 2005, kemudian mempengaruhi juga kenaikan

harga barang barang pokok sehari- hari (sembako), yang pada gilirannya

memperlemah daya beli masyarakat. Bantuan Langsung Tunai tahap pertama

diselenggarakan pada Oktober 2005 dan tahap kedua diselenggarakan pada Juni 2008.

Pengucuran tahap dua BLT mengam Jika BLT tahap pertama dilakukan dan

diselenggarakan oleh perangkat desa dan/atau petugas BPS. Maka pada tahap kedua,
pemerintah menunjuk Departemen Pos dan Giro untuk memanfaatkan seluruh kantor

pos yang tersedia di daerah-daerah sebagai tempat pengambilan.

Selain perpindahan tempat, dulunya di balai desa atau kantor kelurahan,

pengambilan BLT harus juga memiliki surat keterangan khusus tentang status

keluarganya. Dan hasilnya cukup menggembirakan, anomalisosial yang terjadi pada

BLT tahap satu relatif berkurang pada pengucuran keduanya. Penyaluran BLT telah

disusun Bappenas dan dilaksanakan oleh PT Pos dan BRI. Selain itu sebagai bentuk

pengawasan, dilibatkan juga unsur perangkat pemerintah desa, RT, RW, dan

karangtaruna serta memberikan dampak positif bagi masyarakat miskin. Dengan

BLT, kenaikan biaya hidup yang diakibatkan oleh kenaikan BBM secara langsung

maupun dampak kenaikan harga kebutuhan pokok akibat kenaikan BBM, melibatkan

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), advokasi pemerintah daerah,

dan Depdagri. Disatusisi, kebijakan BLT ini mungkin akan sedikit tertutupi dengan

adanya dana “cuma-cuma” yang diberikan oleh pemerintah. Akan tetapi disisi yang

lain kebijakan BLT ini memiliki dampak negatif yakni kebijakan ini akan berdampak

negatif pada perilaku dan karakter masyarakat.

Kebijakan ini sangat riskan menciptakan karaktermasyarakat yang selalu

dimanja dan menjadi bangsa Melihat pada dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan

BLT ini, kebijakan BLT tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap

kondisi masyarakat miskin di Indonesia.


Ini disebabkan nominal BLT yang diberikan tidak seimbang dengan kenaikan

biaya hidup yang ditanggung oleh masyarakat akibat kenaikan harga BBM. Kenaikan

BBM tersebut akan mendorong kenaikan biaya input produksi masyarakat miskin

yang kebanyakan berada pada sektor pertanian (baik petani maupun nelayan) yang

berada di pedesaan. Apabila membandingkan total kenaikan biaya hidup biaya

pemenuhan kebutuhan dasar dan input produksi) masyarakat miskin dengan nominal

dana BLT yang diberikan, kebijakan ini akan berdampak signifikan. Apalagi,

pemerintah tidak bisa menjamin efisiensi dan efektifitas penggunaan dana BLT yang

diberikan kepada masyarakat. Selain itu, dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan

BLT tersebut tidak mampu memberikan dampak positif pada peningkatan

produktifitas masyarakat miskin, melainkan kecenderungannya memberikan dampak

negatif pada penurunan produktifitas.

(BLT) adalah bantuan langsung berupa uang tunai sejumlah tertentu untuk

Rumah Tangga Sasaran (RTS). Sedangkan pengertian RTS adalah rumah tangga

yang masuk kedalam kategori sangat miskin, dan hampir miskin. BLT diberikan

Rp1.200,000-/bulan dan pertahab satu tahab dibagi Rp.600.000. Kriteria penerima

BLT sesuai dengan yang ditentukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Penerima BLT

adalah rumah tangga yang memiliki kriteria :

a) Luas lantai bangunan tempat tinggal, kurang dari 8 m2 per orang

b) Jenis lantai bangunan tempat tingga lterbuat dari bambu/rumbia/kayu

berkualitas rendah/tembok tanpapleste


c) Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri atau bersama sama dengan

orang lain

d) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

e) Sumber air minum berasal dari sumur, mata air tidak terlindungi, sungai dan

air hujan

f) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar, arang, minyak

tanah

g) Hanya mengkonsumsi daging, susu, ayam satu kali dalam seminggu

h) Hanya membeli satu stel pakaian dalam setahun

i) Hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam sehari

j) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poli klinik

k) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan

0,5ha, buruhtani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan

lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 6600.000 per bulan (sumber

depkominfo,2008)

Tabel 1.1
Jumlah KK Penerima BLT digampong
pante bayam kecamatan madad kabupaten aceh timur Tahun 2020

No Dusun Jumlah PenerimaBLT (KK)


1 Asal kaya 120
2 Lampoh kuta 135
3 Cinta mulia 90
JUMLAH 345
Sumber. Bpkp kecamatan madad kabupaten aceh timur (2020)
Dana bantuan langsung tunai di desa pante bayam khusus diberikankepada :

Tabel 1.2

No PenerimaBLT Jumlah Dana Yang Diberikan (Rp)


1 Fakir Rp. 1200.000
2 Miskin Rp. 1200.000
Sumber. Bpkp kecamatan madad kabupaten aceh timur (2020)

Bantuan BLT diberikan dalam jangka waktu 3 bulan sekali jika yang

diberikan berupa bantuan dana (uang). Karena selain uang bantuan social BLT

tersebut juga memberikan bantuan non tunai berupa sembako. Sejak dikeluarkan

program ini pada tahun 2008 hingga saat ini, banyak masyarakat miskin yang

menerima manfaat. Dan kemudian yang menjadi objek penelitian adalah pada tahun

2020. Dalam konteks ini yang menjadi objek dan sampel penelitian adalah

masyarakat penerima manfaat BLT (bantuan langsung tunai ) di desa Pante bayam

kecamatan madad kabupaten aceh timur yang sudah menerima manfaat bantuan

tersebut dari tahun 2007. Dari semua data yang telah dihimpun dari BPKP kecamatan

madad bahwa terdapat 345 KK dengan dari 3 dusun di desa yang menerima bantuan

BLT. Penerima BLT yang diidentifikasikan oleh pemerintah adalah masyarakat

miskin. Dan disini terdapat kekeliruan karena masih ada juga masyarakat yang

mampu yang menerima bantuan tersebut. Serta terdapat juga masyarakat miskin yang

lain yang tidak mendapatkan manfaat dari BLT (Bantuan Lansung tunai ) tersebut.
Seperti yang telah kita lihat pada tabel 1.2 dan tabel 1.3, bantuan yang

diberikan ada bantuan tunai yang diberikan 3 bulan sekali dan ada bantuan non tunai

yang diberikan 1 bulan sekali. Tetapi, masih terdapat masyarakat miskin yang

menerima manfaat dari BLT merasa tidak terpenuhinya kebutuhan mereka dan perlu

kerja sampingan bagi mereka tidak hanya berharap pada bantuan tersebut. Inilah yang

menjadi hal menarik yang ingin diteliti dan dianalisis lebih mendalam tentang

bagaimana bantuan langsung tunai ini diterima dan rasakan langsung oleh masyarakat

penerima Bantuan langsung tunai .

BLT (Bantuan langsung tunai ) yang dilaksanakan di Aceh khususnya, di

gampong pante bayam kecamatan madad kabupaten aceh timur tergolong bagus.

Ketika dilakukan pengamatan program ini sudah dilaksanakan sesuai dengan

mekanisme dan prosedur yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah. Namun dalam

pelaksanaanya didapati program tersebut tidak terlepas dari masalah ataupun hal – hal

yang tidak sesuai dengan program ini. Serta adakah kesejahtreraan yang mereka

rasakan setelah menerima bantuan tersebut atau hanya biasa saja yang mereka

rasakan. Dari uraian dan latar belakang masalah diatas, maka penulis sangat menarik

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Bantuan Langsung Tunai

(Blt) Terhadap Kesejahteraan Dalam Prespektif Ekonomi Islam Di Desa Pante

Bayam Kecamatan Madad Kabupaten Aceh Timur” .

1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah


Berdasarkan penjelasanyang telah peneliti uraikan dalam latar belakang masalah,

maka peneliti dapat melakukan identifikasi masalah yang terdapat dalam pelaksanaan

program Bantuan Langsung Tunai yakni sebagai berikut :

1. Masih belum diterapkannya kriteria penerima Bantuan Langsung

Tunai(BLT) secara merata di sejumlah kelurahan di Kecamatan

Kramatwatu.

2. Aparatur setempat kurang mensosialisasikan tentang bantuanpemerintah

ini, sehingga banyak warga yang tidak mengerti tentang prosedurnya.

3. Di desa pante bayam di Kecamatan madad masih banyak yang tidak

mempunyai KTP dan KTP yang sudah mati sekitar 16,4%, ada 581 warga

darbii 1531 warga yang terdaftar sebagai penerima Bantuan langsung Tunai

(BLT), sehingga mempersulit pada saat pengambilan dana Bantuan

Langsung Tunai (BLT) dan tidak dapat diwakilkan oleh keluarganya atau

orang lain. (sumber : data desa pante bayam kecamatan madad )

4. Program Bantuan Langsung Tunai hanya sebatas memberikan danayang

bertujuan agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Tanpa memberikan

keterampilan khusus kepada masyarakat.

5. Adanya pemotongan dana Bantuan Langsung Tunai dari setiap warga.

Setelah melakukan identifikasi beberapa masalah yang terdapat dalam

pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai di desa pante bayam Kecamatan

Madad , makapeneliti melakukan batasan ruang lingkup permasalahan yang


akan diteliti, yaitu sebagai berikut : Evaluasi Program Bantuan Langsung

Tunai di desa pante bayam Kecamatan Madad

1.3 Perumusan Masalah


Dari beberapa masalah yang dikemukakan dalam identifikasi masalah, maka

langkah peneliti selanjutnya adalah menetapkan masalah yang akan diteliti dalam

rumusan masalah ini, adalah : Bagaimanakah evaluasi Program Bantuan Langsung

Tunai di desa pate bayam kecamatan madad ?

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji masalah yang timbul seiring dengan

adanya program raskin. Namun, secara spesifik tujuan dari penelitian iniadalah untuk

mengetahui; evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di desa pante bayam

kecamata Madad kabupaten aceh timur

1.3 Kegunaan Penelitian


Dalam hal ini penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

berarti, baik secara teoritis maupun praktis. Secara lebih detail penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat secara teoritis :

a. Memperbanyak khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia akademis

khususnya ilmu admunistrasi negara.


b. Mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh selama dalam perkuliahan.

c. Sebagai bahan pemahaman untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat secara praktis :

a) Dapat memperoleh manfaat bagi diri peneliti yaitu untuk dapat memperkaya

ilmu yang dimilikinya.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmu pengetahuan

khususnya dibidang kebijakan publik.

c) Bagi pihak terkait dalam evaluasi program Bantuan Langsung Tunai (BLT) di

Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang agar kelak menjadi masukan yang

berarti
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LandasanTeoritis

2.1.1 Pengertian Bantuan langsung tunai (BLT)

BLT adalah wujud dari sebuah masalah diseluruh pemerintahan negara-negara

seperti Indonesia. Dimana kemiskinan adalah suatu masalah yang sangat penting dan

genting untuk diperhatikan dan ditangani secara secara serius (sinar-harapan,

2007).Program sebagaimana dimaksud merupakan program pemberian uang tunai

kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM) dan bagian aggota keluarga RTSM

diwajibkan melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Program semacam ini secara internasional dikenal dengan program

conditional cash transfer (CCT) atau program bantuan tunai bersyarat

(kementriansosial RI, 2017). Sebagai suatu program dan kebijakan nasional, program

BLT mempunyai latar belakang pelaksanaan yang sistematis, baik secara deskriptif

analisis kondisional maupun deskriptif operasional perundangan-undangan. Dari

sudut deskriptif analisis kondisional dapat dikatakan bahwa program Persyarat

tersebut dapat berupa kehadiran di fasilitas pendidikan (misalnya, bagian akusi

sekolah), ataupun kehadiran di fasilitasi kesehatan (misalnya bagi anak balita, atau
bagi ibu hamil) (Direktorat jenderal anggaran kementrian keuangan, 2015)mProgram

keluarga harapan tidak sama dan bukan merupakan lanjutan program subsidi bantuan

langsung tunai (BLT) yang sudah berlangsung selama ini dalam rangka membantu

rumah tangga miskin mempertahankan daya beli pada saat pemerintah melakukan

penyesuaian harga bahan bakar minyak. Secara operasional perundang-undangan

sebagai dasar pijak pelaksanaan program BLT adalah sebagaimana tertuang dalam

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) kurun waktu 2004-2009,

yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang diantaranya memuat target penurunan

angka kemiskinan dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi 8,2% pada tahun 2009.

Dimana target tersebut dianggap tercapai jika daya beli penduduk terus ditingkatkan

dan dikembangkan secara berkelanjutan.

Wujud nyata dari orientasi RPJM ini dan didorong oleh membengkaknya

subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) akibat dari meningkatnya harga minyak mentah

di pasar Internasional, yang tentu pula mempengaruhi harga BBM dalam negeri sejak

awal Maret 2005, kemudian mempengaruhi juga kenaikan harga barang barang pokok

sehari-hari (sembako), yang pada gilirannya memperlemah daya beli masyarakat.

Bantuan Langsung Tunai tahap pertama diselenggarakan pada Oktober 2005 dan

tahap kedua diselenggarakan pada Juni 2008.

Tujuan dari Bantuan langsung tunai yaitu ini dalam rangka kompensasi

pengurangan subsidi BBM adalah :


a) Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya.

b) Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan

ekonomi.

c) Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama. Bantuan Langsung Tunai

Pada 1 Oktober 2005, pemerintah menetapkan kenaikan harga Bahan Bakar

Minyak (BBM) dalam rangka mengurangi beban subsidi. Tingkat kenaikan

harga BBM kali ini tergolong tinggi dibanding kenaikan-kenaikan harga

sebelumnya, yaitu bensin: 87,5%, solar: 104,8%, dan minyak tanah: 185,7%

2.1.2 Dasar Hukum PelaksanaBantuan langsung tunai (BLT)

Menurut direktorat jenderal anggaran kementerian keuangan (2015), landasan

hukum pemberian BLTadalah:

1. Undang – undangnomor 40 tahun 2004 tentang system jaminan sosial

nasional.

2. Undang – undang nomor 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin.

3. Peraturan presidennomor 15 tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan

kemiskinan.

4. Inpres No. 12 Tahun 2005 tentang tentang Pelaksanaan Bantuan Langsung

Tunai kepada Rumah Tangga Miskin.


5. Inpres nomor 1 tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi

poin lampiran ke 46 tentang pelaksanaan transparansi penyaluran bantuan

langsung tunai bersyarat bagi keluarga sangat miskin (KSM)

2.1.3 Pelaksanaan BLT

Dalam BPKP (2019:25) BLT sebagai program prioritas nasional dilaksanakan

oleh Kementerian Sosial RI dan bekerjasama dengan mitrakerja, antara lain:

1. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

RI berperan mengkoordinasikan penyelenggaraan seluruh program

penanggulangan kemiskinan.

2. Kementerian PPN/Bappenas, berperan dalam perencanaan serta monitoring

dan evaluasi program. Kementerian Keuangan RI, sebagai bendahara urusan

negara memberikan dukungan anggaran dan regulasi penyaluran bantuan

sosial.

3. Kementerian Kesehatan RI, berperan sebagai penyedia Iayanan kesehatan dan

membantu pelaksanaan verifikasi kesehatan.

4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Kementerian Agama RI,

berperan sebagai penyedia Iayanan pendidikan dan membantu pelaksanaan

verifikasi pendidikan.

5. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, berperan dalam pelaksanaan

sosialisasi BLT secaraNasional.


6. Kementerian Dalam Negeri RI, berperan dalam memfasilitasi penerbitan data

kependudukan BLT ,PKH.

7. Badan Pusat Statistik (BPS), berperan dalam pelaksanaan pendataan

kemiskinan untuk Basis Data Terpadu.

8. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berperan dalam

dukungan BLT secara langsung melalui alokasi dana dampingan (sharing)

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

2.1.4 KriteriaKompone BLT

Penerima BLT adalahrumahtangga yang memilikikriteria :

1. Luas lantai bangunan tempatt inggal, kurang dari 8 m2 per orang

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu

berkualitas rendah/tembok tanpa pleste

3. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri atau bersamasama dengan

orang lain

4. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

5. Sumber air minum berasal dari sumur, mata air tidak terlindungi, sungai dan

air hujan

6. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar, arang, minyak

tanah

7. Hanya mengkonsumsi daging, susu, ayam satu kali dalam seminggu Hanya

membeli satu stel pakaian dalam setahun


8. Hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam sehari. Tidak

sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poli klinik. Sumber

penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luaslahan, buruh tani,

nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan

pendapatan dibawahRp. 6s00.000 per bulan (sumber depkominfo,2008)

9. Pendidikan tertinggi kepala rumah tannga adalah tidak sekolahtidak tamat

SD atau hanya SD

2.2 Pengertian Kesejahteraan


Notowidagdo (2016: 36) berpendapat bahwa sejahteraan adalah aman, sentosa

dan makmur, selamat (terlepas dari segala gangguan kesukaran dan sebagainya).

Menurut Adi Fahrudin (2012:8) kesejah teraan berasaldari kata “sejahtera”. Sejahtera

ini mengandung pengertian dari bahasa sanskerta “catera” yang berartipayung. Dalam

konteks ini, kesejahteraan yang terkandungdalamarti “catera” (payung) adalah orang

yang sejahterayaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,

ketakutan atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir maupun

batin.

Kesejahteraan memiliki banyak dimensi, yakni dapat dilihat dari dimensi

materi dan dimensi non materi. Dari sisimateri dapatdiukur dengan pendekatan

pendapatan dan konsumsi (Hukom,2014). Selainitu, menurut Suharto (2014: 2)

kesejahteraan sosial mencakuptiga konsepsi dasar yaitu:


1. Kondisi kehidupan atau sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan

jasmaniah, rohaniah dan social;

2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan

sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha

kesejahteraan sosial dan pelayanan social;

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atauusaha yang terorganisir untuk

mencapai kondisi sejahtera. Kesejahteraan merupakanhal yang ingin dicapai

semua orang, walaupun untuk mencapainya seseorang harus bekerja keras.

Menurut Badrudin (2012:146), kesejahteraan masyarakat adalah suatu kondisi

yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari

standard kehidupan masyarakat tersebut. Jadi dari penjelasan diatas dapat kita

simpulkan kesejahteraan merupakancita – cita sosial setiapmanusia yang tidak hanya

sekedar diangankan untuk dimiliki tetapi juga harus diusahakan, karena tanpa ada

usaha dan kerjasama yang baik kesejahteraan sosial hanyalah fatamorgana.

Adi Fahrudin (2012), Titmus memberikan pengertian yang lebih terbuka

tentang kesejahteraan, beliau mengatakan kesejahteraan sebagai suatu masyarakat

yang secara terbuka menerima tanggung jawab kebijakan untuk mendidik dan melatih

warga negaranya sendiriuntuk memenuhi kebutuhannya akan tenagadokter, perawat,

pekerjasosial, ilmuwan, insinyur, dan sebagainya. Saran inidisampaikan agar Negara

– Negara yang lebih miskin tidak kehabisan tenaga – tenaga ahliyang sangat

diperlukan bagi pembangunan Negara tersebut.


2.2.1 Indikator Kesejahteraan

Pertumbuhan ekonomi memang penting, strategi penanggulangan kemiskinan

yang lebih lengkap harus mengambil bifaktor yang relevan, dalam konteks

desentralisasi, analisis sub nasional dapat menjadi pendekatan instruktif untuk

memeriksa pemerintahan local dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan

pengentasan kemiskinan (Balisacan,2003). Mengeksplorasi tantangan pertumbuhan

ekonomi yang dihadapi oleh ekonomi yang melimpah dalam tenaga kerja dan sumber

daya alam dalam ekonomi global yang semakin maju.

Bahwa penghargaan spesialisasi yang semakin didominasi oleh beberapa

negara berkembang yang sangatbesar, terutama Cina (Coxhead,2008). Keberhasilan

pembangunan yang dilaksanakan oleh sebuah negara termasuk Negara Indonesia

dapat dilihat darikondisi kesejahteraan masyarakatnya (Marhaeni, 2014).Dalam

proses pembangunan selalu diupayakan pertumbuhan ekonomi adalah setinggi

mungkin (Dayuh, 2012). Pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur

prestasidari perkembangan sesuatu ekonomi. (Odhiambo,2009). Nurudeen (2010)

menyatakan bahwa, pemerintah memiliki peran yang besar dalam pembangunan.

Peranpemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sangat besar melalui

pembiayaan yang dilakukan oleh pemerintah (Dalamagas, 2010).

Kesejahteraan itu sendiri adalah suatu ukuran percapaian masyarakat dimana

masyarakat dapat dikatakan sejahtera atau puntidak.Untuk kesahteraan masyarakat

dapat kita ukur dengan berbagai indikator, sebagai berikut :


1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), menurut

BAPPENAS status kesejahteraan dapatdiukur berdasarkan proporsi

pengeluaran rumah tangga. Rumaht angga dapat dikategorikan sejahtera

apabila proporsi pengeluaran kebutuhan pokok sebanding atau lebih rendah

dari pengeluaran untuk kebutuhan pokok.

2. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menurut Ali

Khomsan (2015:14-15) untuk menghitung tingkat kesejahteraan BKKBN

melakukan pendataan keluarga sebagai berikut ;

a) Keluargapra – sejahtera (sangat miskin), yaitu keluarga yang belum

dapat memenuhi salah satu indicator tahapan keluarga sejahtera I.

b) Keluarga sejahtera I (miskin), yaitu keluarga yang dapa tmemenuhi :

makan dua kali sehari, anggota keluarganya memiliki pakaian yang

berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan berpergian, Rumah yang

di diami keluarga memiliki atap, lantai, dinding yang baik, bila ada

yang sakit dibawa langsung kesarana kesehatan, jika pasangan usia

subur ingin ber KB pergi kepelayanan kontrepsi, dan semua anak yang

umur 7 – 15 tahun dalam keluarga bersekolah.

c) Keluarga sejahtera II, dapat memenuhi indikator : anggota keluarga

melaksanakan ibadahs esuai agama dan kepercayaan masing – masing,

seminggu sekali paling kurang anggota keluarga makan

ikan/daging/telur, seluruh anggota keluarga dapat memperoleh satu

pasang pakaian dalams etahun paling kurang, luas lantai rumah paling
kurang 8m, keadaan keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir, anggota

keluarga 10-60 tahun bias membaca bahasa latin, dan pasangan usia

subur dengan anak dua tahun atau lebih mengunakan alat atau obat

kontrasepsi.

d) Keluarga sejahtera III, dapat memenuhi indikator : upaya meningkat

kan pengetahuan agama, sebagian penghasilan keluarga ditabung

dalam bentuk uang atau barang, makan bersama paling kurang

seminggu sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi, kelurga ikut

kegiatan masyarakat, dapat memperoleh informasi dari tv, radio,

Koran, atau majalah,

e) Keluarga sejahtera III, memenuhi indikator : sukarela member

sumbangan materi untuk kegiatansosial, memiliki anggota keluarga

yang aktif sebagai pengurus perkumpulansosia, yayasan, atau institusi

masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS),

menurut Ali Khomsan (2015:12-18) indikatornya sebagai berikut ;

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m.

2. Lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah,kayu murahan, atau bambu.

3. Dinding tempat tinggal terbuat dari bambu, rumbia, tembok tanpa diplaster

atau yang berkualitas rendah.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri.

5. Tidak memiliki listrik,


6. Sumber air minum berasal dari sumur, sungai atau hujan yang tidak

terlindungi.

7. Menggunakan bahan bakar untuk masak kayu bakar, arang, atau minyak

tanah.

8. Satu kali dalam seminggu mampu mengonsumsi daging, dan susu. (i).

Membeli satu stel pakaian dalam setahun,

9. Hanya sanggup makan satu atau dua kali dalams ehari,

10. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di pukesmas atau poliklinik.

11. Sumber penghasilan dari petani dengan luaslahan 0,5 ha, buruh, dan nelayan

serta pendapatan dibawah Rp.600.000 sebulan, pendidikan kepala rumah

tangga tidak sekolah, dan tidak memiliki tabungan atau barang yang patut

untuk dijual.

2.2.2 TujuanKesejahteraan

Menurut Rohiman Notowidagdo (2016:37), tujuan kesejahteraan dapat

dicapai secara seksama, melalui teknik – teknik dan metode tertentu dengan meksud

untuk memungkinkan individu, kelompok, maupun masyarakat memenuhi kebutuhan

dan memecahkan masalah penyelesuaian diri mereka terhadap perubahan pola – pola

masyarakat, serta melalui tindakan kerjasama untuk memperbaiki kondisi – kondisi

ekonomi dan sosial.


Pembangunan itusendiri memiliki tujuan utama yaitu kesejahteraan

masyarakat. Kesejahteraan masyarakat yang dimaksud dapat dilihat daripertumbuhan

ekonomi dan distribusi pendapatannya (ArtanaYasa dan Arka, 2015). Menurut

Friedlander, tujuan kesejahteraan social adalah untuk menjamin kebutuhan ekonomi

manusia, standar kesehatan dan kondisi kehidupan yang layak. ). Rohiman

Notowidagdo (2016:40), untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan warga

Negara lainnya, peningkatan derajat harga diri setinggi mungkin, kesehatan berpikir,

dan melakukan kegiatan tanpa gangguan, sesuai dengan hak asasi seperti yang

dimiliki sesamanya.

Rukminto Adi (2005), mengatakan bahwa kesejahteraan social bertujuan

untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan – tekanan yang diakibatkan terjadinya

perubahan – perubahan sosio-ekonomi, menghindarkan terjadinya konsekuensi –

konsekuensisosial negative akibat pembangunan serta menciptakan kondisi- kondisi

yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraanmasyarakat.

Menurut Fahruddin (2012:10), kesejahteraan memilikitujuan – tujuan

sebagaiberikut :

1. Untuk mencapai penyesuaiandiri yang baik khususnya dengan masyarakat

dilingkungannya, misalnya dengan mengalisumber – sumber, meningkatkan

dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.


2. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapaian standar

kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi –

relasisosial yang harmonis dengan lingkungannya.

2.2.3 Kesejahteraan (Falah) DalamEkonomi Islam

Dalam P3EI (2009:2), istilahfalah berasal dari bahasa arab dari kata aflaha-

yuflihu yang berarti kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan, yaitu kemenangan dan

kemuliaan dalam hidup. Falah dapat terwujud apabila terpenuhi kebutuhan –

kebutuhan hidup manusia secara seimbang, falah adalah kehidupan yang mulia dunia

dan akhirat.

Menurut Usman Ismail, (Dalam konteks kehidupan akhirat al-falah dibangun

atas empat penyangga, sebagaiberikut :

1. Kebahagiaan kekal abadi tanpa mengalami kebinasaan.

2. Bekecukupan tanpa mengalami kefakiran.

3. Kemuliaan tanpa mengalami kehinaan.

4. Pengetahuan tanpa mengalami kebodohan.

Sehingga bias dirumuskan tidak ada dikehidupan yang sempurna kecuali

kehidupan akhirat, sebagai mana dinyatakan didalam al-Qur’an surat Al-Ankabut :

64.
Artinya : “dan tiadalahkehidupan dunia inimelainkansendagurau dan main-main.

Dan sesungguhnya akhiratitulah yang sebenarnya kehidupan, kalau

merekamengetahui”(QS.Al-Ankabut :64).

Tafsir dari ayat diatas, menurut Ibnu Katsir adalah Allah menggambarkan

tentang kerendahan dunia, hilang, dan lenyapnya. Bahkan dunia ini tidak kekal dan

ujungnya adalah senda gurau dan permainan. Yaitu kehidupan yang kekal dan hakiki

tidak akan hilang dan tidak akan habis dan ia bahkan akan terus berlangsung salama –

lamanya. Sesungguh mereka akan memilih yang kekal dibandingkan yang akan

binasa.

Dalam P3EI (2009:43), masalahah adalah segala bentuk keadaan, baik

material maupun non material, yaitu yang mampu meningkatkan kedudukan manusia

sebagai makhluk paling mulia. Masalahah merupakan tercukupinya kebutuhan hidup

masyarakat memberikan dampak yang baik bagi masyarakat itusendiri.

Menurut M.Umer Chapra (2000:2), kesejahteraan dalam islam merupakan

suatu tujuan pokok, kesejahteraan meliputi kepuasan fisik sebab kedamaian mental

dan kebahgiaan hanya dapat dicapai melalui realisasi yang seimbang antara
kebutuhan materi dan rohani dari personalitas manusia. Menurut Al-Ghazali,

Kesejahteraan yang dibangun Al-Qur’an dibangunatas lima pilar, yaitu:

1. Kebutuhanfisikpsikologis (nasl).

2. Kebutuhanintelektual (aql).

3. Kebutuhanemosi (nafs) .

4. Kebutubhan spiritual (ad-din).

5. Kebutuhansosial (maal) .

Kesejahteraan dalam islam adalah sebagai berikut :

1. Terpenuhi kebutuhan lahiriyah.

2. Menghilangkan lapar.

3. Menghilangkan rasa takut.

Semua sumber daya yang Allah titipkan harus dimanfaatkan oleh manusia

untuk mengaktualisasikan “maqasidsyariah” diantaranyaadalah:

1. Pemenuhan kebutuhan pokok.

2. Sumber daya pendapatan yang terhormat.

3. Distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata.

Kesejahteraan dalam pandangan islam tidak hanya dinilai dari ukuran material

saja, tetapi dikira juga dari ukuran non-material seperti: terpenuhinya kebutuhan

spiritual, terpeliharanya nilai – nilai moral dan terwujudnya keharmonisan sosial.

Menurut Ghafur Noor (2013:63-64), Imam Ghazali mendefinisikan aspek dari fungsi
kesejahteraan sosialnya dalam rangka sebuah hirarkiutilitas individu dan sosial yang

tripartite meliputi : kebutuhan pokok (dharuriyat), kesenangan atau kenyamanan

(hajiyat), dan kemewahan (tahsiniyat).

Siti Mawar (2016:3), menyatakan bahwa Pemerintah yang baik adalah yang

mampu memfokuskan pada pemenuhan kesejahteraan yang adil dan merata.

Pemenuhan kesejahteraan yang adil dan meratahanya dapat dicapai dengan

pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan disertai dengan stabilitas ekonomi

yang mantap. Pembangunan ekonomi jelas sangat mempengaruhi tingkat

kemakmuran suatu Negara. Oleh karena itu pembangunan yang disertai dengan suatu

kebijakan tentunya bertujuan untuk mengubah kondisi Negara kearah yang lebih baik

lagi.

Pandangan ekonomi islam tentang kesejahteraan didasarkan atas keseluruhan

ajaran islam, jadi konsep kesejahteraan yang diinginkan oleh ajaran islam adalah :

1. Kesejahteraan holistic dan seimbangnya itu mencakup dimensi material

maupun spiritual serta mencakup individu maupun sosial.

2. Kesejahtreraan didunia maupun diakhirat, sebab manusia tidak hanya hidup di

alam dunia saja tetapi juga dialam akhirat. Jika kondisi ideal ini tidak dapat

dicapai maka kesejahteraan diakhirat justru lebih diutamakan.


2.2.4 Indikator Kesejahteraan Dalam Konteks Ekonomi Islam

Menurut Ziauddin Sardar (2016:351), indicator kesejahteraan islam adalah

terpenuhinya kebutuhan fisik dari rizki yang halal, hidup sehat secara jasmani dan

rohani keberkahan rizki yang diterima, keluarga yang sakinah mawaddah warahmah

rasa cinta kasih sesama, ridho dan qana’ahatasapa yang diberikan oleh Allah

kepadanya serta merasa bahagia. Pemenuhan kebutuhan yang diperbolehkan dalam

islam berkenaan dengan kebutuhan – kebutuhan manusia beserta alat pemuasnya

tidak hanya berkenaan dengan bidang materitapi juga kerohanian.

Departemen agama (2006:397), indicator kesejahteraan menurut islam yaitu

kesejahteraan lahiriyah dan kesejahteraan bathiniyah, sebagaimana dijelaskandalam

Q.S Al-Qashasayat 77 sebagaiberikut :

Artinya :dan carilah pada apa yang telahdianugerahkan Allah kepadamu

(kenikmatan) duniawi dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah

telahberbuatbaik, kepadamu, dan janganlahkamuberbuatkerusakan di (muka) bumi,

sesungguhnya Allah tidakmenyukai orang – orang yang berbuatkerusakan.(Q.S Al-

Qashas:77).
Dalam tafsir Ibnu Katsirsurat Al Qashasayat 77 menjelaskan bahwa,

“gunakanlah harta yang berlimpah dan nikmat yang bergelimang sebagai mankarunia

Allah kepadamu untuk bekal ketaatan kepada-Nya dengan mengerjakan berbagaiamal

pendekatan diri kepada-Nya yang dengan nya kamu akan memperoleh pahala dunia

dan akhirat. Dan dalam tafsir ayat tersebut dipahami bahwa kesejahteraan adalah

terpenuhinya kebutuhan lahiriyah dan bathiniyah. Tujuan dasar dari

syari’ahislamadalah maslahat al-ibad yaitu kesejahteraan hakiki bagi manusia

2.3 PenelitianSebelumnya
Harwidiansyah (2011) Dampak Bantuan Langsung Tunaiterhadap

kesejahteraan masyarakat desa Maccini Baji kecamatan Bajeng kabupaten Gowa,

Berdasarkan hasil penelitian Sebelum nya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan ;

1. Dimata masyarakat penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) bahwa uang

BLT dinilai hanya sebagai uang pembeli sembako, karena menurut

Masayarakat penerima BLT bahwa uang sebesar Rp. 100.000 perbulan itu

hanya cukup untuk untuk membeli Sembilan bahan pokok. Oleh karena itu

menurut mereka, penerima BLT belum bisasejahtera dengan hanya

mengandalkan BLT.

2. Masyarakat menilai bahwa Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah pemberian

secara cuma-cuma oleh pemerintah, sehingga tidak jarang

3. diantara mereka ingin mendapatkan BLT walaupun sebenarnya mereka tidak

layak mendapatkannya. Oleh karena itu, baik tokoh masyarakat maupun


pemerintah desa sama-sama memiliki pandangan bahwa pemberian BLT

menjadikan masyarakat bersikap pasif, karena hanya menunggu pemberian

dari pemerintah, dan juga pemberian BLT sebenarnya dapat menumbuhkan

budaya kemiskinan. Kerena ketika ada pembagian atau pendataan BLT

masyarakatakan ramai-ramai menuntut bahwa mereka ingin didata untuk

mendapatkan BLT juga. Dengan alasan di atas tokoh masyarakat maupun

pemerintah desa sepakat mengatakan bahwa sebenarnya pemberian Bantuan

Langsung Tunai (BLT) kurang sejalan dengan semangat budaya dan bahkan

agama.

4. Baik tokoh masyarakat mapun pemerintah desa menilai bahwa Bantuan

Langsung Tunai (BLT) tidak efektif dalam meningkatkan kesejahteraan

Masyarakat

5. Walaupun Bantuan Langsung Tunai (BLT) dapat membantu masyarakat desa

Maccini Baji khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar seperti

sembako, namun BLT dinilai tidak mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat miskin. Kenyataan inidibuktikan dengan berbagai pernyataan dari

masyarakat penerima BLT dan juga Tokoh Masyarakat setempat.

jadi yang menjadi perberdaan penelitian sebelumnya yaitu x1 dari penelitian

sebem nya adalah danpak dari bantuan langsung tunai sedangkan dari

peneliatian saya x1 nya adalah Analis pengaruh bantuann lansung tunai

terhadap kesejah teraan masyarakat jadi dalam penelitian ini tidak terjelaskan
dampak dari bantuan langsung tunai Dalam penelitian ini karna lebih fokus

ke analisis pengaruh dan kesejahteraan nya

2.4 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual digunakan untuk menunjukkan arah penelitian agar

dapat berjalan sesuai pada ruang lingkup yang telah ditetapkan dan mempermudah

dalam menganalisis pengaruh setiapvariabel. Menurut Sugiyono dalam (Rizal et al.,

2017) kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting.

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam

suatu masalah tertentu. Kerangka konseptualakan menghubungkan secara teori

tisantara variabel-variabel penelitianya itu variabel independent (bebas) dan variabel

dependent (terikat).

Kerangka konsep tual terdiri dari variable bebas dan variable terikat. Variabel

Bebas (X) Variabel independent (bebas)/Predictor (Peramal) adalah variabel yang

dipergunakan untuk memperkirakan (J.Supranto, 2003). Yang menjadi variable bebas

dalam penelitian ini yaitu program keluargaharapan (X). Variabel Terikat (Y)

Variabel dependent/Variabel tidak bebas adalah variabel yang nilainya akan

diperkirakan/diramalkan (J.Supranto, 2003). Variabel terikat dalam penelitian

iniadalah kesejahteraan.
Gambar 2.3

KerangkaKonseptual

Bantuan langsung tunai Kesejahteraan (Y)


(BLT) (X)

Gambar diatas menunjukkan dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisis

pengaruh dari Bantuan langsung tunai terhadap kesejahteraan dalam prespektif

ekonomi islam di desa pante bayam kecamatan madad kabupaten aceh timur .

2.5 Hipotesis
Menurut Sugiono (2010) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentukpertanyaan.

Hipotesis penelitian digunakan sebagai dasar pengambilan kesimpulan pada

penelitian. Adapun jenis hipotesis dibedakan menjadidua, yaitu :

1. H0 (Hipotesanol), yaitu hipotesa yang menyatakan ketiadaan hubungan antara

variable yang sedang dioperasionalkan.

2. Ha (Hipotesa alternative), yaitu hipotesa yang menyatakan keberadaan

hubungan diantara variabel yang sedang dioperasionalkan.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. H0 : Tidak ada pengaruh bantuan langsung tunai dalam prespektif ekonomi

islam di desa pante bayam kecamatan madad kabupaten aceh timur .


2. Ha : Ada pengaruhbantuan langsung tunai terhadap kesejahteraan dalam

prespektif ekonomiislam di desa pante bayam kecamatan madad kabupaten

aceh timur .

BAB III

METODE PENELITIAN

3 .1 Objek dan Lokasi Penelitian

Adapun objek penelitian adalahmasyarakat yang menerima(bantuan langsung

tuan lokasidi desa pante bayam kecamatan madad kabupaten aceh timur .

3. 2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

MenurutArikunto (2006) populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian

(semuaelemen yang ada di dalam wilayah penelitian). Sedangkan menurut Kounter


(2007) populasi adalah kumpulan yang menyeluruh dari suatu objek yang merupakan

perhatian peneliti, objek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda, system dan

prosedur, fenomena dan lain-lain.

Menurut Sugiyono (2015) populasi adalah keseluruhan dari unit – unit analisa

yang akan diduga. Populasi adalah subjek penelitian sebagian sasaran untuk

mendapatkan dan mengumpulkan data. Populasi adalah sekolompok orang, kejadian

atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu.

Dengan demikian populasi merupakan kumpulan seluruh subjek/observasi

dalam penelitian (RahmatTrijono, 2015). Menurut Supranto (2009) adalah kumpulan

dari seluruh elemen – elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satusama lain karena
Karakteristiknya perbedaan – perbedaan itu disebabkan adanya nilai karakteristik

yang berlainan. Menurut Supranto (2003) populasi adalah keseluruhan dan unit –

unit analisa yang akan diduga.

Populasi menurut Supranto (2009) adalah kumpulan dari seluruh elemen-

elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain karena karekteristiknya

perbedaan-perbedaan itu disebabkan adanyanilai karakteristik yang berlainan.

Populasi juga bias diartikan sebagai keseluruhan pengamatan atau objek yang

menjadi perhatian kita dengan menggambarkan sesuatu yang bersifat ideal atau

teoritis.

Dengan demikian yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh masyarakat yang menerima bantuan dana BLT di desa pante bayam

kecamatan mada kabupaten aceh timur yang berjumlah345 KK berdasarkan data

yang diperoleh dari UPPKH Kabupaten Aceh Utara tahun 2019 – 2020.

Tabel 3.1

Jumlah KK Penerima BLT digampong pante bayam kecamatan madad


kabupaten aceh timur Tahun 2020

No Dusun Jumlah PenerimaBLT (KK)


1 Asal kaya 120
2 Lampoh kuta 135
3 Cinta mulia 90
JUMLAH 345
Sumber. Bpkp kecamatan madad kabupaten aceh timur (2020)
3.2.2 Sampel

Menurut Sugiono (2008) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang diambil berdasarkan teknik

Proportional Sampling. Yaitu pengambilan sampel yang memperhatikan

pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian (Sugiono,

2010).

Menurut Boediono (2004) sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. Adapun sampel pada penelitian ini adalah masyarakat desa pate

bayam kecamatan madad yang menerimaBLT(Bantuan langsung tunai ).

Dalam penelitian ini penulis mempersempit objek penelitian dengan

menghitung ukuran sampel yang dilakukan dengan menggunakan teknik Slovin

menurut Sugiono (2011).

Rumus Slovin dan Husein Umar untuk menentukan sampel adalah sebagai

berikut ( Sugiono, 2011) :

N
n=
1+ N (e)2

Dimana:
n : Jumlahsampel
N : Ukuran populasi
E : Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa ditolerir sebesar 0,1 (10%).
Untuk mengetahui sampel penelitian dengan perhitungan sebagai berikut:
1.504
n= 2
1+1.504 (0.1)

1.504
n=
1505

n = 99,93 responden dibulatkanmenjadi 100 responden.

Berdasarkan perhitungan diatas sampel yang menjadi responden sebanyak

100 orang. Sebaran sampel dengan teknik Proporsional sampling adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Sampel

Gampong / Jumlah Proporsional Jumlah


No
Kelurahan Penerima PKH Sampling Sampel

1 Asal kaya 120 120/1.504x 100 35

2 Lampoh kuta 135 135/1.504 x 100 35

3 Cinta mulia 90 90/1.504 x 100 30

JUMLAH 345 100

3.3 MetodePengumpulan Data

Untuk mendapatkan data primer yang berkaitan dengan hasil penelitian ini

maka teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

- Pengambilan Data Lapangan


a) Kuisioner, Merupakan kegiatan pengumpulan data melalui daftar

pertanyaan yang diedarkan kepada masyarakat yang menerima bantuan

kecamatan Baktiya Barat Kabupaten Aceh Utara.

b) Dokumentasi,diperoleh dari kecamatan dan Dinas Sosial Aceh Utara serta

dokumen lainnya yang sesuai dengan fokus penelitian.

- Penulisan Perpustakaan

a) StudiPustaka, Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari literatur-

literatur yang berisikan informasi berhubungan dengan permasalahan yang

tengah diteliti dan buku yang berhubungan dengan tema penelitian.

3.4 Skala Pengukuran Data

Untuk mengukur variable dalam penelitian ini digunakan skalalikert yaitu

didesa untuk menilai sejauh mana subjek setuju atau tidak setuju dengan

pertanyan yang diajukan. Menurut Sugian (2006) mengatakan bahwa likert scales

(skalalikert) adalah metode pengukuran yang diberikan oleh Reinis Likert,

biasanya digunakan untuk survey perilaku yang memberikan jawaban dari tidak

sangat setuju sampai sangat setuju. Suatu skala likert mengukur sejauh mana

seorang responden setuju atau tidak setuju dengan suatu pertanyaan. Skala likert

digunakan mengingat dalam menganalisis model penelitian ini data yang

digunakan adalah data primer yang bersumber dari kuesioner. Umumnya, peneliti

menggunakan lima poin sebagai berikut:


Tabel 3.3

Daftar Nilai Skala Likert

Simbol AlternatifJawaban Nilai

SS SangatSatuju 5

S Setuju 4

N Netral 3

TS TidakSetuju 2

STS SangatTidakSetuju 1

Sumber: Sugiyono(2011).

3.5 Definisi Operasional Variabel


Menurut Nazir (2003) menyebutkan bahwadefinisi operasional variable

adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variable atau konstrak dengan

cera memberikan arti atau menspesifikan kegiatan ataupun memberikan suatu

operasional yang digunakan untuk mengukur konstrak atau variable tertentu.

Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan variabel-variabel yang

dianalisis untuk membatasi permasalahan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan

definisi operasional untuk masimg-masing variabel. Variabel yang dirumuskan

dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variable terikat (dependent

variable) yang merupakan variabel yang dipengaruhi oleh perubahan variabel

bebas (independent variabel) yang diberitanda dengan simbol Y” dan variable

bebas (independent variable) merupakan variabel yang bebas berubah dan


perubahannya akan mempengaruhi variable terikat (dependent variable) yang

diberitanda symbol X”.

Variabel yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kesejahteraan (Y) adalah kondisi ataupun seseorang (masyarakat) dalam

memenuhi kehidupannya sehari – hari baik material maupun non materialdi

desa pante bayam kecamatan madad kabupaten aceh timur. Adapun indikator

kesejahteraan dapat diukur dengan tingkat pendapatan keluarga, komposisi

pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan penegeluaran pangan dan

non pangan, tingkat pendidikan keluarga, tingkat kesehatan keluarga, dan

kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki rumah tangga (BPSI, 2000).

2. BLT adalah wujud dari sebuah masalah diseluruh pemerintahan negara-

negara seperti Indonesia. Dimana kemiskinan adalah suatu masalah yang

sangat penting dan genting untuk diperhatikan dan ditangani secara secara

serius (sinar-harapan, 2007).

3.6 Uji Validitas dan Realibilitas

3.6.1 Uji Validitas

Menurut Sunyoto (2011) menyebutkan bahwa uji validitas adalah suatu

ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkatk evalitan kesahihan sesuatu instrumen.

Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi,

sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah
instrument dikaitkan valid apabila dapat mengungkap data dari variable yang teliti

secara tepat.

Sedangkan menurut Neuman (2000) menyebutkan bahwa uji valaditas

adalah pengujian yang menujukkan keadaan sebenarnya dan mengarah pada

kesesuaian alat ukur. Pengambilan keputusanya bahwasetiap indikator valid

apabila nilai t hitung lebih besar atau sama dengan t tabel atau t hitung berada

dibawah 0,05. Azwar (2000; 153) mengatakan bahwa validitas yang tidak begitu

tinggi, katakanlah berada pada 0,50 sudah dapat dianggap memuaskan (handal).

Namun apabila koefisien validitas ini kurang dari 0,50 maka dianggap tidak

memuaskan.

3.6.2 Uji Realibilitas

Menurut Arikunto(2006) menyebutkan bahwa realibilitas menunjuk pada

suatu pengertian bahwa sesuatu insrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alatpengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang

baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang realita

belakang menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka

berapakalipun diambil tetap akan sama. Realibilitas menunjukkan pada tingkat

keterandalan sesuatu. Realibel artinya dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Butir

kuesioner dikatakan realibel (banyak) jika cronbach’s alpha> 0,60 dan di

katakana tidak realibel jika cronbach’s alpha < 0,60.


3.7 Uji AsumsiKlasik

3.7.1 Uji Normalitas

Menurut Singarimbun (2003) menyebutkan bahwa uji normalitas adalah

suatu pengujian untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau

tidak. Sedangkan menurut Sunyoto (2011) uji normalitas adalah pengujian yang

akan menguji data variable bebas (X) dan data variable terikat (Y) pada

persamaan regresi yang dihasilkan berdistribusi normal atau berdistribusi tidak

normal.

Pada prinsipnya, normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran

data (titik) pada sumbu diagonal dari dari grafik atau dengan melihat histogram

dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan antara lain seperti yang

disebutkan Ghozali (2005):

1. Jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik menunjukan pola berdistribusi normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normal.

2. Jika data (titik) menyebarjauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti garis

diagonal atau grafik tidak menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model

regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Dianjurkan juga bagi uji normalitas selain dengan uji grafik dapat juga

menggunakan uji statistik. Karena uji grafik dapat menyesatkan jika tidak hati –
hati kalau secara visidual kelihatan normal, padahal secara statistic biasa

sebaliknya. Salah satu uji statistic yang dapat digunakan untuk menguji uji

normalitas adalah non-parametikkolmogrov-smirnov (k-s) dengan pengambilan

keputusan jika signifikan > 0,05 maka data terdistribusi normal, sebaliknya jika

signifikan< 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.

3.7.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap

maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda maka dapat disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang mengalami

homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2005). Salah

satucara yang dapat digunakan untuk menguji ada atau tidaknya

heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada grafikscatter plot.

Jika ada pola tertentu sepertititik-titik yang membentuk pola

(bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah

terjadi heteroskedastisitas.

3.7.3 Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas adalah suatu kondisi dimanaterja dikorelasi yang kuat

diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikut sertakan dalam pembentukan

model regresi linear (Gujarati, 2006).Uji multikolinearitas diperlukan untuk

mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan


variabel independen lain dalam satu model Perhitungan dibantu menggunakan

software SPSS forwindows, dengan menggunakan analisis korelasi ini akan

diperoleh harga interkorelasi antara variabel bebas. Jika nilai Variance Inflation

Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka

model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas dan dapat digunakan dalam

penelitian (Nugroho, 2005).

3.8 MetodeAnalisis Data


Data yang dariresponden, kemudian ditabulasi dan diolah dengan

menggunakan rumus presentase yang berguna untuk melihat kecenderungan –

kecenderungan indikator masing – masing. Selanjutnya untuk mengukur besaran

dampak dari variabel – variabel, maka data dianalisis dengan menggunakan

persamaan regresi linier sederhana (Sugiono, 2009).

Y= a + bX + ei

Keterangan:

Y = Kesejahteraan

a = Konstanta

b = KoefisienRegresi

X = BLT

ei = standar error
3.9 Pengujian Hipotesis

3.9.1 Uji Parsial (Uji t)

Pengujian secara parsial (Ujit) dimaksudkan untuk mengetahui apakah

secara individu (parsial) ada pengaruh antara variable bebas dengan variable

terikat. Pengujian setiap koefisien regresi dikatakan signifikan bila nilai

probabilitas signifikan silebih kecil dari 0.05 (tingkat kepercayaan yang dipilih)

maka hipotesis alternatif (Ha) diterima, sebaliknya dikatakan tidak signifikan

apabila nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari 0.05 (tingkat kepercayaan

yang dipilih) maka hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Pengujian hipotesis yang

digunakan adalah uji-t, yaitu :

1. Apabila thitung<ttabel, maka Ha ditolak artinya tidak ada pengaruh bantuan

langsung tunai (BLT) terhadap kesejahteraan.

2. Apabila thitung>ttabel, maka Ha diterima dan artinya ada pengaruh bantuan

langsung tunai (BLT) terhadap kesejahteraan.

3.9.2 Koefisien Korelasi (R)

Menurut Supranto (2009) analisis korelasi merupakan suatu cara untuk

mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara variabel independen (x) dan

variabel dependen (y) apabila dapat dinyatakan dengan ungsi linier (paling tidak

mendekati) dan diukur dengan suatu nilai yang disebut koefisienkorelasi.

Untuk dapat member iinterprestasi seberapakuat hubungan itu, maka dapat

digunakan pedoman seperti yang tertera pada table berikut :

Tabel 3.4
Tingkat Keeratan Antara VaribelBebasDenganVariabelTerikat

Nilai korelasi Interprestasi

0,000- 0,199 Sangat rendah

0,200-0,399 Rendah

0,400-0,599 Sedang

0,600-0,799 Kuat

0,800-1,000 Sangat Kuat

Sumber: (Sugiono: 2004)

3.9.3 Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Sugiono (2004) koefisien determinasi yaitu suatu ukuran yang

menunjukkan besar ragam naik turunnya variable terikat yang diterangkan oleh

pengaruh linier variabel bebas.Hasil dari analisis ini dinyatakan dalam presentasi

batas-batas determinasi sebagaiberikut :

0 < r2< 1

Untuk mengetahui nilai koefisien determinasi,makadapat dihitungdengan

cara mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r2).

3.9.4 Uji Statistik T

Menurut Sugiono (2009) uji statistic merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenarandari uji iniharus dibuktikan

melalui data yang terkumpul. Uji ini diartikan sebagai pernyataan mengenai

keadaaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh

dari sampel penelitian (statistik).


Uji parsial (t) digunakan untuk mengetahui apakah variabel – variabel

independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel

independen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah 1%, 5%, dan 10%.

Apabila nilai signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka kita menerima

hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatuvariabel independen

secaraparsial mempengaruhi variabel dependen.

Uji parsial (t) digunakan untuk menunjukkan apakahsuatu variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Kriteria

pengujian dengantingkat signifikansi (α) = 0,05 ditentukan adalah apabila t hitung

t table , maka hipotesis dapat dibuktikan. Artinya variabel independen (x) secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (y).


KEPUSTAKAAN
Almizan. 2016. "Distribusi Pendapatan Kesejahteraan Menurut Konsep Ekonomi
Islam." Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang. Jurnal Kajian
Ekonomi Islam. Vol 1 No 1, Januari - Juni 2016.

Aprilia Saraswati. 2018. " Analisis pengaruh Program Keluarga Harapan


Terhadap Pengetasan Kemiskinan Dalam Prespektif Ekonomi Islam (Studi
Kasus Pada Pekon Pandansurat Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Pringsewu). Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.

Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. 2015. " Kajian Program


Keluarga Harapan (2015)."

Eni Kusumawati. 2019. " Analisis Implementasi Program Keluarga Harapan


Untuk Pemerataan Dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Miskin
Dalam Prespektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Desa Suko Kecamatan
Gabus Kabupaten Pati)." Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

http://www.kemsos.go.id.

http://tafsirq.com.

http://tafsirweb.com.

Ika Rinawati. 2018. "Analisis Kesejahteraan Pedagang Sekitar Wisata Jatimpark 2


Kota Batu Dalam Prespektif Maqashid Syariah." Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.

Kementerian Sosial Republik Indonesia. 2019. "Pedoman Pelaksana Program


Keluarga Harapan Tahun 2019. Jakarta.

Khodijah Ishak, SH.I,M.E.Sy. "Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi


Pengangguran Dan Inflikasinya Terhadap Indek Pembangunan Di
Indonesia." Article text. hal 28 - 30.

Muhammad Daud, Yushita Marini. 2018. "Implementasi Program Keluarga


Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin." Jurnal
Humaniora, Vol 2 No 1 April 2018. hal 29 - 38. ISSN 2548-9585 (Online).

Muhammad Reza Latif, Daisy S.M Engka, Jacline I. Sumual. 2018. "Pengaruh
Peresepsi Tentang Modal Usaha, Lokasi, Dan Jenis Dagangan Terhadap
Kesejahteraan Perdagangan Di Jalan Roda (JAROD) Manado." Universitas
Samratulangi, Manado. Indonesia. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol 18
No. 05 Tahun 2018.

Muhammad Rizal. 2018. " Pengaruh Program Keluarga Harapan Terhadap


Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Sidoarjo Tahun 2017." Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Nazir, M. 2003. "Metode Penelitian, Cetakan Kelima." Jakarta : Penerbit Ghalia


Indonesia.

Ridho Diana. 2018. " Analisis Efektivitas Program Keluarga Harapan Terhadap
Pengurangan Kemiskinan Dalam Prespektif Ekonomi Islam (Studi Pada
Desa Kota Jawa Kecamatan Way Khilau)." Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung.

Sugiyono. 2004. " Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV. Bandung. Alfabeto.

Sunyonto, D. 2011. " Metodelogi Penelitian Ekonomi." Jakarta: Perbit Caps.

Supranto. 2009. " Metode Riset Aplikasi Dalam Pemasaran. Edisi Revisi Ketujuh.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Supranto, J. 2003. " Metode Riset Aplikasi Dalam Pemasaran. Edisi Revisi
Ketujuh. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Theresia Nguta. 2017. " Pemenuhan Hak Kesejahteraan Sosial Bagi Masyarakat
Miskin Di Kota Makassar." Universitas Negeri Makassar. Jurnal Tesis.

Anda mungkin juga menyukai