Anda di halaman 1dari 13

TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

Observasi : Pengamatan
Teks Laporan Hasil Observasi adalah teks yang menjelaskan informasi mengenai sesuatu,
baik itu hewan, tumbuhan, alam, fenomena sosial, hasil karya manusia, dan/atau fenomena
alam sesuai fakta dengan klasifikasi kelas dan subkelas yang ada di dalamnya berdasarkan
hasil observasi yang telah dilakukan.

Singkatnya, teks LHO adalah sebuah teks yang akan memaparkan hasil observasi secara
sistematik dan objektif berdasarkan kenyataan/fakta yang ada.
Teks jenis ini juga mendeskripsikan mengenai bentuk, ciri, dan/atau sifat umum suatu objek.
Objek tersebut dapat berupa manusia, benda, hewan, tumbuhan, atau berbagai peristiwa yang
terjadi di dunia ini.

STRUKTUR TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI DAN PENJELASANNYA


1. Pernyataan Umum/Klasifikasi 

Berisi tentang informasi/pengertian mengenai sesuatu yang dibahas atau hasil pengamatan yang
telah dilakukan.

Bagian ini dapat diartikan juga sebagai pembuka karangan secara umum dengan menjelaskan
penggolongan/klasifikasi tentang objek yang hendak dilaporkan, seperti : benda, tumbuhan,
lingkungan, organisme, hewan, fenomena sosial, fenomena alam, dan lain sebagainya.

Pada bagian ini objek akan diklasifikasi berdasarkan atas persamaan dan/atau perbedaannya.
Kemudian kriteria tersebut digunakan untuk membedakan kelas, subkelas dan rincian yang lebih
mendetail lagi.

2. Paragraf yang terdiri dari anggota/aspek yang dilaporkan/Deskripsi Bagian & Deskripsi
Manfaat

Pada bagian ini, berisi penjelasan secara rinci mengenai informasi yang akan disampaikan
berdasarkan hasil pengamatan.

Pada bagian ini, akan diuraikan klasifikasi atau penggolongan secara runtut dari kelas yang besar
hingga menjadi kelas yang kecil (subkelas). Misalnya penggolongan diikuti rincian dari aspek
perilaku, genetik, lingkungan, fungsi, peran, fisik, atau kepribadiannya.

CIRI/KAIDAH KEBAHASAAN TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI


1. Menggunakan frasa nomina yang diikuti penjenis dan pendeskripsi.

2. Menggunakan verba relasional, seperti : ialah, merupakan, adalah, yaitu, digolongkan,


termasuk, meliputi, terdiri atas, disebut, dan lain-lain (digunakan untuk menyatakan definisi pada
istilah teknis atau istilah yang digunakan secara khusus pada bidang tertentu).

3. Menggunakan verba aktif alam untuk menjelaskan perilaku, seperti : bertelur, membuat,
hidup, makan, tidur, dan sebagainya.

4. Menggunakan kata penghubung yang menyatakan :

 Tambahan : dan, serta


 Perbedaan : berbeda dengan
 Persamaan : sebagaimana, seperti halnya, demikian halnya, hal demikian, sebagai, hal
yang sama
 Pertentangan : sedangkan, tetapi, namun, melainkan, sementara itu, padahal berbanding
terbalik
 Pilihan : atau

5. Menggunakan paragraf dengan kalimat utama untuk menyusun informasi utama, diikuti
rincian aspek yang hendak dilaporkan dalam beberapa paragraf.

6. Menggunakan kata keilmuan atau teknis, seperti : herbivora, degeneratif, osteoporosis,


mutualisme, parasitisme, pembuluh vena, leukimia, syndrom, phobia, dan lain-lain.
TEKS EKSPOSISI
Teks eksposisi adalah salah satu bentuk tulisan yang berfungsi untuk menyampaikan
gagasan-gagasan berupa pemikiran tentang suatu topik yang terdapat pendapat satu sisi setuju
atau tidak.
Teks eksposisi adalah jenis teks yang berfungsi untuk mengungkapkan gagasan atau
mengusulkan sesuatu berdasarkan argumentasi yang kuat. Teks ini berbeda dengan teks diskusi
yang berisi dua sisi argumentasi; teks eksposisi hanya berisi satu sisi argumentasi: sisi yang
mendukung atau sisi yang menolak.
Teks eksposisi adalah sebuah karangan/paragraf yang berisi pemaparan informasi/fakta
dengan memperhatikan unsur-unsur keterkaitan tanpa disertai desakan agar pembaca
menerima.Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
 Struktur Teks
1. Tesis/pembukaan
Beisi pernyataan pendapat/prediksi dari penulis mengenai suatu topik. Di bagian tesis ini
terdapat penegasan satu sisi(setuju/tidak).
2. Argumentasi
Berisi penjelasan masalah. Di bagian argumentasi penulis menguatkan pendapatnya
melalui sumber data yang akurat berupa fakta-fakta atau pendapat dari ahli untuk
mendukung pernyataannya (setuju/tidak).
3. Simpulan/penegasan ulang/penutup
Simpulan dari penulis mengenai tesis dan argumentasi. Dijelaskan kembali pernyataan
penulis dengan alasan yang jelas.

 Ciri Kebahasaan (kaidah)


1.Bahasanya Ilmiah
2.Bahasanya Baku sesuai EYD
3.Terdapat kata istilah
4.Terdapat penegasan satu sisi antara setuju dan tidak setuju
5.Terdapat kata leksikal
 Nomina (kata benda)
Nomina dasar contohnya gambar, meja, rumah, pisau. Nomina turunan contohnya
perbuatan, pembelian, kekuatan, dll.
 Verba (kata kerja)
Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis (afiksasi,
reduplikasi, komposisi). Contohnya mandi, pergi, ada, tiba, turun, jatuh, tinggal, tiba, dll.
Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena
proses morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya melebur, mendarat,
berlayar, berjuang, memukul-mukul, makan-makan, cuci muka,
mempertanggungjawabkan, dll.
 Adjektiva (kata sifat)
Merupakan kata yang yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang,
benda, dan binatang. Contohnya cantik, gagah, indah, menawan, berlebihan, lunak,
lebar, luas, negatif, positif, jernih, dingin, jelek, dan lain-lain.
 Adverbia (kata keterangan)
Merupakan kata yang melengkapi atau memberikan informasi berupa keterangan
tempat, waktu, suasana, alat, cara, dan lain-lain. Contohnya di-, dari-, ke-, sini, sana,
mana, saat, ketika, mula-mula, dengan, memakai, berdiskusi, dan lain-lain.
6. Terdapat kata pronomina (kata ganti)
 Pronomina Persona (kata ganti orang)
a. Persona Tunggal. Contohnya seperti ia, dia, anda, kamu, aku, saudara, -nya, -mu,
-ku, si-.
b. Persona Jamak Contohnya seperti kita, kami, kalian, mereka, hadirin, para.
 Pronomina Nonpersona (kata ganti bukan orang) :
a. Pronomina Penunjuk contohnya seperti ini, itu, sini, situ, sana.
Pronomina penanya contohnya seperti apa, mana, siapa.
7. Kalimat langsung
Biasanya diawali dengan tanda petik (“...”) . kalimat yang diucapkan secara langsung.
8. Terdapat 3 struktur (tesis, argumen, dan penegasan ulang pendapat)
9. Terdapat konjungsi (kata hubung)
 Konjungsi waktu : sesudah, setelah, sebelum, lalu, kemudian, setelah itu 
 Konjungsi gabungan : dan, serta, dengan
 Konjungsi pembatasan : kecuali, selain, asal
 Konjungsi tujuan : agar, supaya, untuk
 Konjungsi persyaratan : kalau, jika, jikalau, bila, asalkan, bilamana, apabila
 Konjungsi perincian : yaitu, adalah, ialah, antara lain, yakni
 Konjungsi sebab akibat : karena, sehingga, sebab, akibat, akibatnya
 Konjungsi pertentangan : tetapi, akan tetapi, namun, melainkan, sedangkan
 Konjungsi pilihan : atau
 Konjungsi penegasan/penguatan : bahkan, apalagi, hanya, lagi pula, itu pun
 Konjungsi penjelasan : bahwa
 Konjungsi perbandingan : bagai, seperti, ibarat, serupa
 Konjungsi penyimpulan :oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, dengan demikian
Teks Anekdot

Pengertian Teks Anekdot

Anekdot adalah cerita lucu, menjengkelkan, atau konyol yang berdasarkan kejadian sebenarnya.
Anekdot merupakan cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya
mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Namun, teks anekdot dapat merupakan cerita rekaan yang tidak harus
didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat atau bisa juga terinspirasi dari kejadian
nyata yang kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan.

Anekdot dibuat sebagai salah satu bentuk penyadaran sosial, yang menyampaikan realitas sosial
dengan cara yang unik, seperti humor. Anekdot merupakan salah satu cara untuk menunjukkan
kepeduliannya pada persoalan di sekitar dan mengingatkan orang lain akan kebenaran yang harus
dilakukannya. Anekdot dapat menyadarkan kekeliruan orang lain, tanpa harus merasa
tersinggung.

Menurut Keraf (1991: 142) anekdot adalah semacam cerita pendek yang bertujuan
menyampaikan karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau atau suatu hal
lain. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa anekdot adalah teks yang lucu, berkarakter, dan
mengandung kritikan yang membangun.

Anekdot digunakan sebagai kritik, tetapi tidak secara langsung ataupun kasar. Saat masyarakat
hanya menggunakan media massa cetak, teks anekdot menjadi salah satu bagian rubrik hiburan
pembaca. Teks anekdot ini berisikan kritik sosial mengenai kehidupan sehari-hari. Kini, teks
anekdot tidak hanya ada di media massa cetak tetapi juga media sosial. Umumnya, teks anekdot
ini berbentuk meme atau cuplikan dialog lucu dalam sebuah postingan.

STRUKTUR ANEKDOT:

1. Abstraksi, bagian awal (paragraf) berfungsi memberi gambaran tentang isi teks.
Umumnya akan menunjukkan hal unik yang akan terjadi dalam teks. Abstrak disebut
juga sebagai tahap pembukaan.

2. Orientasi, bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang peristiwa
tersebut. Umumnya penulis bercerita dengan detail pada bagian ini. Orientasi juga
berfungsi untuk membangun teks.

3. Krisis, terjadinya hal atau masalah yang unik atau tidak biasa. Krisis dimaknai sebagai
saat terjadinya ketidakpuasan atau kejanggalan.

4. Reaksi, cara penulis atau orang yang diceritakan dalam menyelesaikan masalah yang
timbul pada bagian krisis. Reaksi berkaitan dengan tanggapan dari kejadian sebelumnya.
5. Koda, bagian akhir cerita. Terdapat kesimpulan tentang kejadian yang diceritakan oleh
penulis. Koda juga merupakan penutup.

KAIDAH KEBAHASAAN TEKS ANEKDOT


1. Menggunakan pertanyaan retorika atau kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan
jawaban, seperti “apakah kamu tahu?”
2. Menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, berjalan, dan sebagainya.
3. Disajikan dalam bahasa yang lucu.
4. Berisi peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel.
5. Terdapat sindiran.
6. Menggunakan konjungsi waktu, seperti kemudian, setelah itu, dan lalu.
7. Menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu.
8. Mengandung kebenaran tertentu
9. Menggunakan kalimat perintah dan menggunakan kalimat seru
HIKAYAT DAN CERPEN

HIKAYAT

1. Pengertian Hikayat

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan
tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun
kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.

Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat
juang.

2. Macam-macam Hikayat

a). Macam-macam Hikayat berdasarkan isinya, diklasifikasikan menjadi 6 :

1. Cerita Rakyat

2. Epos India

3. Cerita dari Jawa

4. Cerita-cerita Islam

5. Sejarah dan Biografi

6. Cerita berbingkat

b). Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 :

1. Melayu Asli

Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)

Hikayat Si Miskin (bercampur unsur isl;am)

Hikayat Indera Bangsawan

Hikayat Malim Deman

2. Pengaruh Jawa

Hikayat Panji Semirang

Hikayat Cekel Weneng Pati

Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)


3. Pengaruh Hindu (India)

Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)

Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)

Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)

Hikayat Bayan Budiman

4. Pengaruh Arab-Persia

Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)

Hikayat Bachtiar

Hikayat Seribu Satu Malam

3. Ciri-ciri Hikayat

1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal

2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan

3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan

4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat

5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang

6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik

7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)

8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk,
dan dimenangkan oleh yang baik

9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah

4. Unsur-unsur Hikayat

a). Unsur Inrinsik

1. tema

2. penokohan / perwatakan

3. alur/plot
4. latar/setting

5. sudut pandang/point of view

6. amanat

7. motif

b). Unsur Ekstrinsik

1. nilai moral

2. nilai sosial

3. nilai budaya

5. Contoh Hikayat

1). Hikayat PANJI SEMIRANG

Satu kerajaan yang mana berita tentang Galuh Cendera Kirana yang mana putri dari Baginda
Raja Nata yang amat ta`lim dan hormat kepada orangtuanya akan bertunangan dengan Raden Inu
Kini telah terdengar beritanya oleh Galuh Ajeng . Mendengar berita ini Galuh Ajeng sangat
teriris hatinya dan menangislah ia mlihat keadaan ini. Melihat hal ini Paduka Liku yang tak lain
adalah ayah dari galuh ajeng sangat menyayangkan hal tersebut. Sangat sedih ia melihat tingkah
laku putrinya tersebut.

Tidak hentinya rasa benci, dengki, serta dendam di dalam hati Paduka Liku sehingga ia
berencena untuk membunuh Galuh Cendera Kirana serta Paduka Nata. Ia meracuni makanan
yang hendak mereka makan yang mana makanan tersebut telah dipersiapkan oleh dayang-dayang
istana. Agar jikalau Galuh Cendera Kirana mati maka pastilah putrinya Galuh Ajeng yang kelak
menggantikan posisi Galuh Cendera Kirana untuk ditunangkan dengan Raden Inu Kini begitu
pula dengan Raja Nata yang apabila mati, kelak Raja Liku yang akan menggantikan posisinya.

Dan pada saat tersebut Raja Liku meminta tolong kepada saudaranya yang juga
menteri untuk mencarikan baginya seorang yang pandai membuat guna guna untuk mengguna-
gunai raja nata serta putrinya. Setelah di dapatkan dari pencarian yang panjang oleh saudaranya
tersebut, disampaikanlah kepada Raja Nata apa-apa yang harus dilakukannya kini sesuai dengan
psean dari ahli guna-guna tersebut.

2). Hikayat Abu Nawas – Ibu Sejati

Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda.
Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama
ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan
perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu.

Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta
bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat
mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi
kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-
matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa.

Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu
Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan
pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas
pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan
algojo tidak ada di tempat.

Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggrl algojo
dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.

“Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?” kata kedua perempuan itu saling memandang.
Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog.

“Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan
menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?”

“Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu serentak.

“Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada
yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata.” kata Abu
Nawas mengancam.

Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris.

“Jangan, tolongjangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada
perempuan itu.” kata perempuan kedua. Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka
sudah terbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsurig menyerahkan kepada
perempuan kedua.

Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya.
Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata. Baginda
Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan .sebagai rasa terima kasih, Baginda
menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. la lebih
senang menjadi rakyat biasa.
CERPEN

1. Pengertian Cerpen

Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif
fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya
fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena
singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh,
plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.

Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang
dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan
munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan
contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.

2. Jenis-jenis Cerpen

a). Jenis-jenis cerpen berdasarkan jumlah katanya :

1. Cerpen mini (flash), cerpen dengan jumlah kata antara 750-1.000 buah.

2. Cerpen yang ideal, cerpen dengan jumlah kata antara 3.000-4000 buah.

3. Cerpen panjang, cerpen yang jumlah katanya mencapai angka 10.000 buah.

b). Berdasarkan teknik mengarangnya, cerpen dibedakan menjadi :

1. Cerpen sempurna (well made short-story)

cerpen yang terfokus pada satu tema dengan plot yang sangat jelas, dan ending yang
mudah dipahami. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat konvensional dan berdasar pada
realitas (fakta). Cerpen jenis ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami isinya. Pembaca
awam bisa membacanya dalam tempo kurang dari satu jam

2. Cerpen tak utuh (slice of life short-story)

cerpen yang tidak terfokus pada satu tema (temanya terpencar-pencar), plot (alurnya)
tidak terstruktur, dan kadang-kadang dibuat mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini
pada umumnya bersifat kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang
orisinal, sehingga lajim disebut sebagai cerpen ide (cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit sekali
dipahami oleh para pembaca awam sastra, harus dibaca berulang kali baru dapat dipahami
sebagaimana mestinya. Para pembaca awam sastra menyebutnya cerpen kental atau cerpen berat.

3. Unsur-unsur Cerpen

a). Unsur Intrinsik

adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen mencakup :

1. Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.

2. Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita
harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita
berlangsung.

3. Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.

Alur dibagi menjadi 3 yaitu:

1). Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu
kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.

2). Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan
waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).

3). Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.

4. Perwatakan

Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu
melalui:

1). Dialog tokoh

2). Penjelasan tokoh

3). Penggambaran fisik tokoh

5. Tokoh

Tokoh adalah orang orang yang diceritakan dalam cerita dan banyak mengambil peran dalam
cerita. tokoh dibagi menjadi 3, yaitu:

1). Tokoh Protagonis : tokoh utama pada cerita

2). Tokoh Antagonis : tokoh penentang atau lawan dari tokoh utama
3). Tokoh Tritagonis : penengah dari tokoh utama dan tokoh lawan

6. Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.

b). Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.

Unsur ekstrinsik meliputi:

1. Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)

2. Latar belakang kehidupan pengarang

3. Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan

Anda mungkin juga menyukai