Anda di halaman 1dari 21

“ BERBAGAI MACAM SIKAP MUSLIM AUSTRALIA DAN

MASYARAKAT AUSTRALIA PADA UMUMNYA

TERHADAP LEMBAGA–LEMBAGA ISLAM “

NAMA : Ahmad Ariyadi

Nim : 1704030041-2C

FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH – YUSUF

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Illahi Robbi

atas segala nikmat yang telah diberikan, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan tugas membuat makalah dari terjemahan jurnal internasional

yang berhubungan dengan mata kuliah Kewarganegaraan.

Penyusun menyadari pada hasil terjemahan maupun pembuatan makalah

ini, masih terdapat banyak kesalahan dan juga ketidak sesuaian dengan kata

atau kalimat dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan kedalam bahasa

Indonesia.

Untuk itu penyusun mengucapkan beribu terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah terjemahan

jurnal kewarganegaraan ini. Semoga makalah terjemahan jurnal ini dapat

bermanfaat bagi kita semua umumnya, dan juga dapat menambah wawasan

kita bersama.

Tangerang, 21 April 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................i
DAFTAR ISI.................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah.................................................1
1.2. Tujuan.................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSAKA...............................................2
2.1. Tinjauan Pustaka........................................................2
2.2. Kajian Pustaka...........................................................2
BAB III. METODOLOGI, PEMBAHASAN, KESIMPULAN.................4
3.1. Metodologi...............................................................4
3.2. Pembahasan..............................................................5
3.2.1. Sikap Positif........................................................8
3.2.2. Sikap Negatif......................................................9
3.3. Kesimpulan............................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................11

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pengalaman hidup umat Islam di Australia penuh dengan konflik, sikap

anti muslim yang mereka alami menjadi suatu permasalahan serius yang sulit

diatasi. Serangan fisik dan verbal sering terjadi terhadap warga muslim,

penghinaan terhadap umat Islam, penyerangan tempat ibadah seperti masjid,

dan juga sekolah Islam. Sikap anti muslim yang ditunjukkan oleh sebagian

warga Australia mulai dari elit politik sampai warga umum, menjadikan

perlunya suatu penelitian untuk mengetahui apa yang menyebabkan hal

tersebut terjadi.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asal sumber dari sentimen

negatif yang diterima oleh warga muslim Australia. Sekolah dan tempat

peribadatan Islam merupakan bagian yang sangat penting untuk pendidikan

keagamaan, pelestarian bahasa dan budaya, dan praktik keagamaan bagi

hampir semua masyarakat muslim di Australia. Beberapa rutinitas

peribadatan yang dilakukan oleh umat Islam masih sangat sulit untuk

dilaksanakan, padahal, hal tersebut menjadi simbol identitas bagi seorang

muslim. Terlepas dari hal tersbut, sulit bagi kaum muslim untuk melaksanakan

kegiatan ibadah dikarenakan ramainya sikap sentimen terhadap kaum muslim

yang banyak terjadi, seperti serangan dan juga ancaman terhadap lembaga

muslim (masjid dan sekolah Islam), individu muslim, dan juga maraknya

pemberitaan negatif terhadap agama islam itu sendiri. Terkait permusuhan

dan ketegangan yang sedang terjadi saat ini, sebuah studi kasus yang

dilakukakn di Adelaide, dan Darwin mengemukakan bahwa komunitas muslim

masih berpandangan bahwa sikap masyarakat Australia pada umumnya

terhadap komunitas mereka, masih bercampur antara sikap yang positif yang

1
besedia bekerjasama daripada sikap negatif yang lebih memilih memusuhi

dari apa yang ditujukan oleh media.

1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

Islam menjadi agama minoritas di negara kulit putih, liberal dan

negara sekuler, seperti Australia. Hal tersebut menimbulkan beberapa

tantangan berupa sentimen anti muslim, yang dimulai setelah tragedi 1

September tahun 2001. Sentimen ini terus menyusul dengan serentetan

serangan teroris, termasuk pemboman Bali pada tahun 2002 dan bom kereta

di Madrid dan London yang masing-masing terjadi pada tahun 2004 dan 2005.

Namun, sentimen anti muslim di Australia mulai memuncak sejak serangan

kekerasan di Perancis (Paris pada tahun 2014 dan 2015 dan Nice 2016) dan

Brussels (2016) dan penembakan Orlando di AS (2016), perlu diingat semua

kejadian tersebut merupakan insiden tragis. Di Australia, ada peristiwa yang

terjadi di negara tersebut yang menjadi perhatian internasional, misalnya:

Lindt cafe, penyanderaan yang mengakibatkan dua kematian pada tahun 2014,

dan pembunuhan seorang petugas polisi oleh seorang remaja berusia 15 tahun

pada tahun 2015, telah memberikan kontribusi untuk meningkatkan sentimen

anti muslim yang ditandai dengan serangan kekerasan dan insiden yang

menargetkan kaum muslim, lembaga mereka yang disertai dengan protes anti

Muslim.

2.2 KAJIAN PUSTAKA

Contoh serangan terhadap lembaga muslim, misalnya, sebuah masjid di

Elizabeth utara dari Adelaide, dirusak dalam serangan anti Muslim pada

tanggal 30 Juli 2016 (Henson dan Lim, 2016; Keane, 2016). Para penyerang

menulis grafiti rasis seperti “Tidak Untuk Muslim” dan mencat semprot

masjid dengan swastika dan neo kode Nazi 88 (Henson, 2016; Keane, 2016).

Pada bulan Juni 2016 di kota Perth mobil di luar masjid Thornlie itu dibom api

dengan pesan anti muslim menyebar tertulis di sekolah Islam yang berdekatan

2
dengan lokasi pemboman tersebut (Weber dan Roberts, 2016; Le Messurier,

Joel, dan Bruce,

2
(2016). Sebelum dua insiden ini, insiden kekerasan serupa lainnya di

Queensland, masjid Holland Park dan masjid Logan terjadi di negara ini.

Telah dirusak dan dikotori dengan kepala babi yang dibuang di lantai. Masjid

Mareeba di Queensland juga dirusak pada tahun 2014 (Aston, 2014; Edwards,

2014). Di Perth, pada tahun 2014, Hamlyn (2014) melaporkan bahwa dua

masjid dan pusat pendidikan Islam juga dirusak dengan tulisan kata–kata

kotor dan anti Muslim yang disemprotkan di dinding lembaga-lembaga ini.

Selain itu, serangan-serangan terhadap masjid dan sekolah, ada juga ancaman

terhadap masjid, termasuk surat-surat ancaman yang dikirim ke masjid

Lakemba, masjid Minto dan masjid Auburn Gallipoli; ketiga di NSW (Aston,

2014).

3
BAB III. METODOLOGI, PEMBAHASAN, KESIMPULAN

3.1. METODOLOGI

Penelitian ini bersifat kualitatif dalam bentuk studi kasus. Untuk

menjaring populasi Muslim yang heterogen di Adelaide pada tahun 2015,

kuesioner dan rekaman wawancara yang direkam di Darwin digunakan sendiri.

Wawancara yang direkam dilakukan secara satu demi satu ataupun dengan

kelompok, menggunakan kuesioner semi terstruktur seperti yang diminta. Di

Darwin, semua data dikumpulkan pada acara “Kunjungan Masjid”. Di Adelaide,

selain data yang dikumpulkan pada acara “Kunjungan Masjid”, data juga

dikumpulkan di sekolah komunitas Islam. Sejumlah kuesioner yang diberikan

sendiri diserahkan kepada anggota pemimpin komunitas Muslim yang memiliki

akses reguler ke komunitas Muslim.

Sebagai bagian dari penerapan Etika dan untuk pengumpulan data,

formulir persetujuan disiapkan dan diajukan untuk setiap kelompok peserta,

yaitu siswa, orang tua dan wali, dan anggota komunitas Muslim.

Sampel studi kasus beragam mulai dari distribusi geografis, jenis

kelamin, dan usia peserta. Dari 61 responden yang berpartisipasi dalam

penelitian ini, 55,74% berasal dari Adelaide dan 44,26% dari Darwin. Dari

responden tersebut, 57,37% adalah perempuan, dan 42,63% adalah laki-laki.

Usia peserta berkisar antara 15 sampai 60 tahun ke atas, dengan kelompok

terbesar, berusia 15-18 tahun, mewakili 29,56% responden. Kelompok

terbesar kedua berusia 31-45 tahun (27,86%), yang terbesar ketiga adalah

19-30 tahun (24,59%), terbesar keempat 46-60 tahun (13,11%) dan terbesar

kelima 60+ (4,88%).

Analisis data berfokus pada pandangan yang dipegang oleh komunitas

Muslim mengenai sikap masyarakat Australia umumnya terhadap institusi

4
mereka. Mereka para peserta diminta untuk menggunakan pengetahuan,

pengamatan, pengalaman hidup mereka di masyarakat dan dengan anggota

masyarakat Australia umumnya untuk menunjukkan pandangan mereka

mengenai sikap masyarakat luas terhadap institusi mereka. Di sini pandangan

mereka mengacu pada perasaan, persepsi, pengetahuan, dan pengalaman

mereka berdasarkan atau dikurangkan dari asosiasi, pengamatan atau

interaksi dengan anggota masyarakat Australia umumnya. Dalam artikel ini,

komunitas Australia umumnya mengacu pada orang Australia non-Muslim

tanpa memandang latar belakang etnis, agama dan bahasa mereka. Mereka

mungkin adalah teman (keluarga atau keluarga), tetangga, rekan kerja,

sesama siswa, kenalan dekat atau sesama warga Australia lainnya yang

diketahui atau tidak diketahui responden dan kemudian mengungkapkan

pandangan mereka. Sikap dipandang positif bila menguntungkan masyarakat

Muslim, misalnya, ketika seorang anggota masyarakat Australia umumnya

berpikir bahwa penting bagi orang-orang Australia Muslim untuk

mempertahankan agama mereka atau untuk mempraktekkan iman mereka.

Sikapnya yang negatif terhadap komunitas Muslim, misalnya bila tidak

menguntungkan terhadap anggota komunitas Muslim atau perilaku kekerasan

terhadap institusi seperti sekolah Islam dan masjid. Pertanyaan untuk

pengumpulan data dirangkai sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk

mengungkapkan cara-cara di mana komunitas Muslim memandang sikap

masyarakat Australia umumnya terhadap institusi mereka. Temuan

menunjukkan sikap yang campur aduk, dengan sikap positif yang luar biasa.

3.2. PEMBAHASAN

Muslim Australia mengalami bentuk lain dari serangan selain yang

dilakukan terhadap pilar penting dan simbolis bagi umat Islam Australia. Ada

serangan pribadi pada individu Muslim, termasuk lisan penyalahgunaan dan

ujaran kebencian. Menurut Aston (2014) telah ada setidaknya 30 serangan

6
pada Muslim. Terutama terhadap perempuan yang mengenakan jilbab, dalam

tiga minggu sejak razia polisi anti teror dan ancaman oleh Negara Islam,

menempatkan hubungan antara masyarakat Islam dan arus utama Australia

memanas. Untuk mendukung pandangan ini, Aston menyebutkan kasus dari

wanita yang memakai jilbabnya diancam, dengan merobek jilbab dari

kepalanya dan kemudian membakarnya, secangkir kopi dilemparkan melalui

jendela mobil oleh seorang wanita yang sedang mengemudi kepada seorang

perempuan yang menggunakan jilbab, dan di Sydney seorang wanita muslim

diludahi dan kereta dorong bayi yang membawa bayinya ditendang (Aston

2014).

Selain sentimen anti Muslim ini, ada masalah lain yang telah

menempatkan lembaga pendidikan Islam di halaman depan. Ini termasuk,

antara lain, dugaan salah urus dana di sekolah-sekolah Islam diikuti oleh

tuduhan dan kontra-tuduhan antara Federasi Dewan Islam Australia serta

pernyataan sekolah-sekolah Islam (misalnya: di Brisbane, Australia Selatan,

dan New South Wales) (Branley, 2015). Sekolah-sekolah Islam Australia juga

telah diberitakan akan kekhawatiran atas kurikulum mereka, dengan tidak

memasukkan musik dan seni di kelas, melakukan pemisahan gender, fokus pada

Al-Quran di kelas ilmu pengetahuan dan memerintahkan semua guru (Muslim

dan non-Muslims) untuk memakai jilbab (Littlely, 2103; Markson, 2016).

Mendapat berbagai serangan dan aneka tekanan, komunitas muslim

berusaha untuk meredam pandangan tersebut dari masyarakat Australia

lainnya yang tidak bersahabat terhadap lembaga–lembaga dan agama mereka.

Faktanya, adalah suatu kebalikan, sebuah kasus pembelajaran dilakukan di

antara Adelaide dan Darwin di Australia pada tahun 2015 menunjukan bahwa

para muslim Australia mampu meredam pandangan dan sikap warga Ausralia

lainnya terhadap lembaga Muslim Australia yang penting dan simbolik.

Mereka menunjukkan bahwa sikap masyarakat Australia lainnya terhadap

6
lembaga mereka sangat positif untuk individu dan sikap negatif yang berasal

dari media.

6
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dalam arti bahwa

penelitian menggunakan berbagai pandangan untuk menyelidiki secara

mendalam fenomena pendidikan yang kompleks dalam konteks tertentu.

Sebagai studi kasus, juga menawarkan “kemungkinan generalisasi dari yang

khusus, dimana mempelajari sesuatu secara mendalam dapat menghasilkan

wawasan makna universal” (Simmons, 2009, 20).

Sensus tahun 2016 menunjukkan bahwa menurut data tahun 2016

yang dirilis oleh Biro Statistik Australia, jumlah penduduk Muslim Australia

mewakili 2,6% dari total populasi, dan Islam agama terbesar kedua di negara

itu setelah Kristen dan sebelum Buddha (ABS, 2017). Populasi Muslim adalah

salah satu komunitas agama paling etnis dengan bahasa yang berbeda dari

negara dengan penduduk Muslim yang diwakili oleh 183 kebangsaan yang

berbeda. Misalnya, pada tahun 2011, 62% dari Muslim Australia dilahirkan di

luar negeri, sedangkan hanya 38% lahir di Australia. Populasi Muslim

Australia berbicara menggunakan berbagai bahasa, termasuk bahasa Arab,

Urdu, Turki, Persia, dan Bahasa Indonesia, untuk nama hanya beberapa

(Hassan 2015).

Sebuah studi oleh Hassan (2015) menunjukkan bahwa Muslim Australia

menghadapi isu-isu lainnya, prasangka sosial, ekonomi dan agama. Studi ini

juga menemukan bahwa Muslim menghadapi diskriminasi dalam hal sosial,

perumahan, dan pekerjaan. Ada juga masalah yang signifikan dari penelitian

tentang sikap masyarakat Australia umumnya terhadap komunitas Muslim

(misalnya, Lentini, Halafoff, dan Ogru, 2011; Abu-Rayya dan Putih, 2010;

Dandy dan Pe-Pua, 2009; Mansouri dan Trembath, 2005). Semua studi ini

menemukan sikap negatif terhadap komunitas Muslim dan Islam. Misalnya,

Dandy dan Pe-Pua (2009) memandang luas di sikap untuk multikulturalisme,

keragaman budaya oleh imigrasi, dan membandingkan kelompok dominan dan

non-dominan di New South Wales, Queensland dan Australia Barat. Hasil

7
penelitian mereka “menunjukkan hirarki preferensi dengan Selandia Baru dan

Inggris sebagai

7
yang paling disukai, dan Arab, Muslim dan Lebanon adalah kelompok sasaran

paling tidak disukai” (Dandy 8C Pe-Pua, 2009, 44). Selain menyoroti sikap

negatif terhadap umat Islam, titik temuan mereka untuk representasi yang

sangat negatif tentang Muslim di Australia sebagai target saat rasisme dan

xenofobia (Dandy 8C Pe-Pua 2009, 44). Lentini, Halafoff, dan Ogru (2011)

membahas persepsi umat Islam dalam konteks beberapa interaksi

bermusuhan tetapi juga perbandingan antara hubungan yang disebut aliran

utama Australia (sebagian besar orang-orang dari Anglo-Celtic dan keturunan

Eropa lainnya, dan/ atau yang mengidentifikasi dengan keyakinan Yahudi-

Kristen atau tidak memiliki afiliasi keagamaan) dan Muslim Australia (Lentini,

Halafoff, dan Ogru 2011, 409). Menurut studi ini kombinasi peristiwa

domestik dan internasional yang terjadi sejak abad ini telah menyebabkan

peningkatan atau mungkin lebih tepat telah menciptakan persepsi ketegangan

antara sebagian dari arus utama Muslim Australia dan Australia, dan telah

menempatkan yang terakhir di bawah pengawasan publik (Lentini, Halafoff,

dan Ogru 2011, 409).

3.2.1 Sikap Positif

Ketika anggota komunitas Muslim ditanya mengenai pandangan mereka

tentang sikap masyarakat Australia umumnya terhadap institusi Muslim,

mereka memberikan sejumlah jawaban positif. Bagi umat Islam, budaya dan

pengetahuan Islam diberikan melalui sekolah dan masjid Islam. Responden

sebagian besar melihat masyarakat Australia umumnya di kota Darwin

memiliki sikap dan pandangan yang sangat positif terhadap Lembaga mereka.

Sebagai contoh, yang disebutkan kota Darwin sangat positif, multikultural

dan keberadaan orang-orang Aborigin membuatnya berbeda. Hal ini lebih

memperjelas bahwa kita semua imigran. Ini menyoroti keragaman warga di

kota Darwin berdampak pada sikap terhadap lembaga-lembaga islam.

Responden menyebutkan bahwa kota Darwin memiliki masyarakat yang

8
multikultural dengan sejumlah besar penduduk Australia berasal dari luar

negeri dan penduduk asli Aborigin.

3.2.2 Sikap Negatif

Terlepas dari sikap positif terhadap komunitas Muslim yang dibahas di

atas, beberapa anggota komunitas Muslim mengindikasikan bahwa ada anggota

masyarakat luas yang memiliki pandangan negatif terhadap institusi mereka.

Namun, mereka percaya bahwa ini paling banyak berasal dari media Australia.

3.3 Kesimpulan

Menurut hasil survei terbatas yang di ambil sample dari 61 peserta di

kota Adelaide dan kota Darwin, menunjukkan bahwa komunitas Muslim

memiliki pandangan atas sikap dari masyarakat Australia umumnya terhadap

lembaga mereka (misalnya, masjid dan sekolah dari umat Islam) adalah positif

meskipun ditandai dengan sentimen anti Muslim (kekerasan terhadap lembaga

Muslim, orang Muslim, dan juga pemberitaan negatif dari media). Para

peserta Muslim memiliki pandangan bahwa ada juga sikap negatif dari

masyarakat Australia lainnya, tetapi mereka percaya ini sebagian besar

dihasilkan dan dibentuk oleh media dan bukan dari individu-individu dalam

masyarakat Australia itu sendiri. Titik terang temuan dari studi kasus, dapat

dikatakan bahwa, di satu sisi, aktivis anti Muslim (demonstran dan pelaku

kekerasan terhadap lembaga Muslim dan anggota individu komunitas Muslim),

dibentuk dan tercitra dari pemberitaan oleh media, seperti kekerasan yang

dilakukan oleh jihadis Muslim dan juga para teroris, oleh semua kelompok

minoritas yang tindakan dan pandangannya tidak pasti mewakili mereka.

Temuan studi kasus ini memberikan wawasan yang jelas tentang bagaimana

Muslim Australia dan masyarakat Australia khususnya melihat satu sama lain.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan pandangan dunia

9
antara dua komunitas, dan kampanye ketakutan dan demonisasi Muslim yang

dipimpin oleh partai

9
politik dan kelompok politik (Negara satu dan Australia Pertama), ada juga

alasan yang kuat untuk mempertahankan dialog berkelanjutan antara Muslim

Australia dan masyarakat Australia khususnya dan mencari jalan lain untuk

saling pengertian. Misalnya, inisiatif komunitas Muslim untuk mengatur

hubungan acara-acara publik (misalnya, Hari Masjid Terbuka untu umum) yang

bertujuan untuk lebih menginformasikan kepada masyarakat Australia

umumnya (termasuk media) tentang Islam dan lembaga-lembaga

keagamaannya. Hal ini bertujuan agar tidak ada lagi perbedaan pandangan

tentang Muslim itu sendiri. Karena sesungguhnya Islam adalah agama yang

damai, yang tidak menyukai bahkan melarang segala macam bentuk kekerasan.

Ini adalah kegiatan keterlibatan masyarakat yang signifikan untuk

memberikan informasi sesungguhnya dan langkah-langkah penting untuk

mengklasifikasi, terutama ketika media terus memberikan terlalu banyak

pemberitaan negatif tanpa mempertimbangkan masyarakat luas Australia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abu—Rayya, H.M. and White, PA. (2010).


Acculturation orientations and religious identity as predictors of
Anglo—Australian’s attitudes towards Australian Muslims.
International journal of Intercultural Relations, 34:592—599.

Aston, H. (9 October 2014).


Dozens of anti—Muslim attacks as Islamic leaders warn of community
fear. The Sydney Morning Heralds. Accessed October 18, 2016.
http://www.smh.com.au/national/dozens—of—antimuslim—attacks—as
—islamic—leaders—warn—of—community—fear—20 14 1 009—1
13tmk.html

Branley, A. (3 December 2015).


Further details emerge of alleged mismanagement at Islamic
ABCNews. November 2, 2016.
http://www.abc.net.au/news/2015—12—02/details—emerge—of—
alleged—mismanagement—at—islamic—schools.
Accessed schools/6995956

Dandy, J. and Pe—Pua, R. 2010.


Attitudes to multiculturalism, immigration and cultural diversity:
Comparison of dominant and non—dominant groups in the three
Australian states. International Iournal of Intercultural Relations,
34:34—46.

Edwards, A. (24 September 2014).


Mosque vandalised: Abuse Muslim community site in Brisbane. ABC
News. Accessed November 13, 2016.
http://www.abc.net.au/news/2014—09—24/vandals—spray—paint—
abuse—on—brisbane—mosque—rocklea/ 57673 82

Hamlyn, C. (20 October 2014).


Perth Mosques, Islamic Schools Vandalised in Weekend Attacks. ABC
News. Accessed November 5, 2016.
http://www.abc.net.au/news/2014—10—20/mosques—islamic—school
—vandalised—in—perth—weekend—graffiti/5827552

Hassan, R. (2015).
Australian Muslims: A demographic, social and economic profile spray
—pain ted on of Muslims in Australia. Report. Adelaide: International
Centre for Muslim and Non—Muslim Understanding, University of
South Australia.

11
Henson, E. and Lim, J. (30 July 2016).
Elizabeth Grove Mosque vandalised with Nazi symbols. The
Advertiser. Accessed November 11, 2016.
http://www.adelaidenow.com.au/news/south—australia/elizabeth—
grove—mosque—vandalised—With—nazi—symbols/news—
story/d56654a6375a069100b93b564363a2ad

Kabir, N. (2006).
Representation of Islam and Muslims in the Australian media, 2001—
2005. Journal of Muslim Minority Affairs, 26:313—328.

Jabbour, R. (2001).
Policing partnership in multicultural Australia: achievements and
Arabic Paper presented at the challenges: an Australian perspective.
Policing Partnerships in a Multicultural Australia: Achievements and
Challenges 25—26 October Conference Brisbane, 2001.

Keane, D. (31 July 2016).


Elizabeth Grove Mosque vandalised in racist attacks. ABC New.
Accessed November 11, 2016.
http://www.abc.net.au/news/2016—07—30/adelaide—mosque—
targeted—by—racist—vandals/7675084

Lentini, P.; Halafoff, A. and Ogru, E. 2011.


With guarded optimisme Evidence from focus groups of mainstream
Australians perceptions of Muslims. Islam and Christian—Muslim
Relations, 22:409—432.

Le Messurier, D.; Kelly, J.; Bruce, B..2016.


Firebomb attack at Thornlie Islamic college, one car destroyed. Peth
Now, June 29. Accessed November 6, 2016.
http://www.abc.net.au/news/2016—06—29/firebombing—ant—islam—
graffiti—attack—at—thornlie—mosque—school/ 7 5 523 94

Trembath, A. (2005).
Multicultural education and racism: The Mansouri, F. And case of
Arab—Australian students in contemporary Australia. International
Educationjournal, 6: 516—529.

Markson, Sharri. (8 August 2016).


Islamic school Al—Faisal College (has never had a child who is gay).
The Australian. Accessed 14 November 2016.
http://www.theaustralian.com.au/national—ffairs/education/islamic—
school—alfaisal—college—has—neverhad—a—child—who—was—
gay/Simmons, H. (2009). Case Study Research in Practice. London:
Sage.

12
Weber, D. and Roberts, N. (29 June 2016).
Perth Mosque attack: Car firebombed, anti—Muslim graffiti sprayed
in act of hate. ABC News. Accessed November 10, 2016.
http://www.abc.net.au/news/2016—06—29/f1rebombing—ant—islam
—graffiti—attack—at—thornlie—mosque—school/7552394

13

Anda mungkin juga menyukai