Anda di halaman 1dari 32

Library Manager

Date Signature

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK REFERAT


DAN MEDIKOLEGAL DESEMBER 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BUNUH BAYI

OLEH:

Sarliance Lette, S.Ked 1508010022


Apolonia Nogo Liwu 1508010011
Kandida Bibiana Ugha 1508010010
Aditya Josua Elvon 1508010024
Rian Daniel Ndu Ufi 1308012061

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Indrayaty AR

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Denny Mathius Sendana, M.Kes, Sp.F

DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
DISCLAIMER

Referat ini dibuat dengan mengutip referat “Bunuh Bayi” oleh Roshena Manafe,
Sofiana Prasianty Goo pada tahun 2019
Supervisor: dr. Djumadi Achmad, Sp.PA(K), Sp.F

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama/NIM : Sarliance Lette, S.Ked 1508010022
Nama/NIM : Apolonia Nogo Liwu 1508010011
Nama/NIM : Kandida Bibiana Ugha 1508010010
Nama/NIM : Aditya Josua Elvon 1508010024
Nama/NIM : Rian Daniel Ndu Ufi 1308012061

Telah menyelesaikan referat dengan judul Bunuh Bayi dalam rangka


menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Desember 2020

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Denny Mathius Sendana, M.Kes, Sp.F dr. Indrayaty AR

iii
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
DISCLAIMER................................................................................................ iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... v
PERSPEKTIF SKDI....................................................................................... vi
KERANGKA KONSEP................................................................................. vii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN............................................................................... 2
I. Definisi............................................................................................ 2
II. Faktor Risiko................................................................................... 3
III. Pemeriksaan Medikolegal............................................................... 4
IV. Pemeriksaan Forensik..................................................................... 5
V. Dasar Hukum.................................................................................. 20
BAB III. PENUTUP....................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 24

iv
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1. Penilaian Makroskopis Paru ........................................................ 8
Gambar 2. Pewarnaan HE Paru...................................................................... 9
Gambar 3. Tes Apung Paru............................................................................ 9
Gambar 4. Sianosis pada Kuku dan Bibir...................................................... 11
Gambar 5. Luka Lecet.................................................................................... 11
Gambar 6. Luka Tusuk................................................................................... 12
Gambar 7. Memar pada Lidah ....................................................................... 14
Gambar 8. Penjeratan pada Bayi.................................................................... 15
Gambar 9. Penenggelaman di Toilet.............................................................. 15
Gambar 10.Resapan Darah pada Seluruh Kepala.......................................... 16
Gambar 11.Luka tajam pada Tali Pusat......................................................... 16
Gambar 12.Robekan Sutura Paretoocipitalis.................................................. 16
Gambar 13.Bayi baru lahir............................................................................. 18

v
PERSPEKTIF SKDI
Berdasarkan SKDI 2012 yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia,
pembunuhan bayi sendiri masuk dalam kategori daftar penyakit akibat kekerasan
tumpul dan kekerasan tajam. Dalam menangani pasien pembunuhan anak sendiri
tersebut lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teori keterampilan ini
termasuk latar belakang biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut,
berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk
demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat, serta berlatih
keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau standardized .

vi
Kerangka Konsep

Viable/non
viable

Lahir
hidup/mati

Pemeriksaan Penyebab
Prosedur Bayi bayi kematian
Medikolegal
Bunuh Bayi Tanda-tanda
Tanda-tanda
Pemeriksaan melahirkan
perawatan
Forensik anak
Pemeriksaan Kelainan
histopatologis bawaan
Ibu
Pencocokan
waktu partus
Pemeriksaan
golongan
darah

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

Pada abad ke-20 dan 21, kasus pembunuhan bayi masih merupakan
masalah serius. Pembunuhan anak sendiri adalah suatu bentuk kejahatan terhadap
nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu
kandungnya sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut
adalah karena si ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak, oleh karena
anak tersebut umumnya adalah hasil hubungan gelap.1 Angka kejadian
pembunuhan anak sendiri masih sulit untuk diketahui. Sebagian besar negara
tidak memiliki badan pemerintah dimandatkan untuk melacak kematian bayi dan
saat pelacakan terjadi, sering kali merupakan bagian dari kumpulan jenis kematian
lainnya. Namun, studi insiden antara tahun 1994 dan 2006 menunjukkan bahwa
tingkat pembunuhan bayi /neonatisida di negara industri (Inggris, Skotlandia,
Wales, Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru) berkisar dari 2,4 per 100.000
hingga 7,0 per 100.000.2
Di Indonesia, dari 10.968 kasus forensik (jenazah yang dikirim dengan
dugaan kematian tidak wajar) yang diterima Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal RSU Dr. Soetomo Surabaya sejak tahun 2000 – 2009, terdapat
112 (1,02%) kasus jenazah bayi yang dikirim dengan dugaan pembunuhan,
pembunuhan anak, penelantaran dan beberapa dengan SPVR (Surat Permintaan
Visum et Repertum) yang tidak mencantumkan dugaan penyidik. 3 Cara yang
paling sering digunakan dalam kasus infantisida adalah membuat keadaan asfiksia
mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan. Di Jakarta
dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus infantisid per tahun dilakukan
dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul
di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7
tahun).3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Pembunuhan anak sendiri (infantisida) adalah pembunuhan oleh ibu
kandung yang membunuh bayinya saat dilahirkan atau beberapa saat setelah
melahirkan.4 Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut Undang-Undang di
Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada
ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan
bahwa ia melahirkan anak.5,6 PAS adalah merupakan suatu bentuk kejahatan
terhadap nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti pelaku pembunuhan haruslah
ibu kandungnya sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan
tersebut adalah karena si ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak; oleh
karena anak tersebut umumnya adalah hasil hubungan gelap. Cara yang paling
sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaan asfiksia mekanik
yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan 7.
Pembunuhan bayi yang dilakukan dengan rencana dan dilakukan lebih dari
24 jam setelah bayi lahir maka disebut pembunuhan bayi biasa sedangkan
pembunuhan tanpa rencana yang dilakukan kurang dari 24 jam setelah bayi lahir
maka disebut dengan infantisida. Infantisida adalah tindakan perampasan nyawa
bayi yang berusia dibawah satu tahun. Menurut hukum di Indonesia infantisida
adalah perampasan nyawa anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian karena alasan tertentu 4,8. Infantisida tidak termasuk kematian pada bayi
selama proses persalinan ketika fetus dihancurkan dengan kraniotomi atau
dekapitasi yang dikerjakan oleh ahli kandungan yang dilakukan dengan tujuan
menyelamatkan nyawa ibu ketika kondisi persalinan tidak dapat selesai tanpa
menyebabkan kematian pada ibu dan anak 4,8.

2.2 Faktor Resiko

2
2.2.1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
berperilaku menyimpang yang berasal dari dalam diri sendiri, dan dalam
perspektif penelitian ini dapat pula menyebabkan terjadinya tindak pidana
pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap bayinya. Faktor-faktor yang
melatarbelakangi terjadinya tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh ibu
10
terhadap bayinya adalah sebagai berikut :
a. Faktor kondisi kepribadian yang lemah
Kecenderungan perilaku kriminalitas yang terjadi pada diri sendiri ataupun
pada orang lain tidak terlepas dari pengaruh ego atau kurangnya rasa pengendalian
diri yang mendominasi dan membelenggu pikiran. Seseorang cenderung tidak
dapat mengendalikan diri dari ego dan emosi sehingga berpengaruh pada
ketidaksadaran yang menyebabkan seseorang tanpa berpikir panjang melakukan
suatu perbuatan yang menyimpang. Berdasarkan faktor tersebut diatas dapat
diberikan analisis bahwa Personal kontrol adalah kemampuan seseorang untuk
menahan diri agar tidak mencapai kebutuhannya dengan cara melanggar norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Seseorang yang personal kontrolnya lemah
akan cenderung melakukan perbuatan menyimpang.
b. Kurangnya pengawasan dan kasih sayang orang tua (Broken home)
Faktor keluarga yang kurang harmonis menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya tindak pidana pembunuhan bayi, hal ini dikarenakan kurangnya
pengawasan dari kedua orang tua karena kedua orang tuanya sudah bercerai,
padahal keluarga merupakan tempat pertama diperkenalkannya norma-norma.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang terdekat untuk membesarkan,
mendewasakan dan sebagai tempat pendidikan pertama kali sebelum anak keluar
di lingkungan masyarakat.
c. Takut diketahui melahirkan bayi
Pembunuhan bayi dilakukan akibat rasa takut dan khawatir kehamilannya
diketahui oleh orang lain. Pelaku merasa takut kelahiran bayinya tersebut
diketahui orang lain dan dilaporkan kepada orang tua dan sekolah. Akibat rasa
takut yang dihadapi saat melahirkan bayi akibat hubungan di luar perkawinan
mendorong pelaku untuk melakukan tindak pidana, pelaku tidak memikirkan

3
akibat dari perbuatan yang dilakukannya karena pada saat itu dihantui oleh
perasaan takut.

2.2.2. Faktor Eksternal


Faktor eksternal adalah semua perangsang dan pengaruh dari luar yang
menimbulkan tingkah laku tertentu. Faktor eksternal terjadinya tindak pidana
pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap bayinya yaitu :
a. Faktor Agama.
Seseorang yang melakukan suatu tindak pidana cenderung kurang
memahami norma-norma agama bahkan mungkin lalai dalam menunaikan
perintah agama. Apabila seseorang mempunyai dasar agama yang baik, maka
seseorang tersebut dapat mengontrol diri untuk tidak melakukan tindak pidana
khususnya tindak pidana pembunuhan bayi yang baru dilahirkannya. Faktor sosial
juga digunakan kriminologi dalam menjelaskan faktor-faktor sebab terjadinya
tindak pidana berdasarkan interaksi sosial, proses-proses sosial, struktur-struktur
sosial dalam masyarakat termasuk unsur-unsur kebudayaan.
b. Perkembangan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih
berdampak pada mudahnya akses informasi dalam berbagai hal. Selain
menimbulkan dampak positif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
menimbulkan dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang timbul akibat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah adanya situs-situs porno
yang dengan mudah didapat.

2.3 Prosedur Medikolegal


Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan
berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum.
Secara garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu
kepada sumpah dokter dan etika kedokteran. Ruang lingkup medikolegal dapat
disimpulkan sebagai yang berikut 11:
1. Pengadaan visum et repertum, 

4
2. Tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka.
3. Pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian
keterangan ahli di dalam persidangan, 
4. Kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran
5. Tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan Surat Keterangan Medik
6. Tentang kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik.

2.4 Pemeriksaan Forensik


Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau
yang masih diduga merupakan kasus pembunuhan yaitu untuk memperoleh
kejelasan di dalam hal :
1. Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan (viable/non-viable) dalam
kandungan ?
2. Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati ?
3. Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian ?
4. Apakah terdapat tanda-tanda perawatan ?
5. Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat
mempengaruhi kelangsungan hidupnya ?

2.4.1 Pemeriksaan Terhadap Bayi


1. Pemeriksaan dalam menentukan bayi yang dilahirkan itu cukup bulan
(viable/ non viable) dalam kandungan
Pada hakekatnya menentukan viabilitas bayi sama artinya dengan melakukan
penilaian terhadap tingkat kemampuan bayi untuk dapat mempertahankan
hidupnya di luar kandungan tanpa peralatan khusus 10. Walaupun dalam undang-
undang tidak dipersoalkan umur bayi tetapi kita harus menentukan apakah bayi
tersebut cukup bulan atau belum cukup bulan (prematur) ataukah viable atau non
karena pada keadaan prematur dan non viable, kemungkinan bayi tersebut
meninggal akibat proses alamiah besar sekali sedangkan kemungkinan mati akibat
pembunuhan bayi adalah kecil 4.
Viable ialah keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari
ibunya. Kriteria untuk itu adalah umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan

5
badan (kepala-tumit) lebih dari 35 cm, panjang badan (kepala-tungging) lebih dari
23 cm, berat badan lebih dari 1500 g, lingkar kepala (sircumferensia fronto-
oksipitalis) lebih dari 32 dan tidak ada cacat bawaan yang fatal 5,10 .
Pengukuran bayi cukup bulan dapat dinilai dari ciri-ciri eksternal yaitu 4:
a. Daun telinga pada bayi yang cukup bulan bila dilipat dapat cepat
kembali ke keadaan semula. Hal ini menunjukkan pembentukan tulang
rawan yang sudah sempurna
b. Puting susu pada bayi yang matur berbatas tegas, aerola menonjol
diatas permukaan kulit dan diameter tonjolan susu itu 7 milimeter atau
lebih.
c. Kuku jari tangan sudah panjang, melampui ujung jari, ujung distalnya
tegas dan relatif keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak
tangan pelaku autopsi. Kuku jari kaki masih relatif pendek. Pada bayi
yang prematur kuku jari tangan belum melampui ujung jari dan relatif
lebih lunak sehingga ujungnya mudah dilipat.
d. Garis telapak kaki, pada bayi yang matur terdapat garis-garis pada
seluruh telapak kaki, dari depan hingga tumit. Yang dinilai adalah garis
yang relatif lebar dan dalam. Dalam hal kulit telapak kaki itu basah
maka dapat juga tampak garis-garis yang halus dan superfisial.
e. Alat kelamin luar, pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan
sempurna yakni pada dasar skrotum dan rugae pada kulit skrotum sudah
lengkap. Pada bayi perempuan yang matur, labia minor sudah tertutup
dengan baik oleh labia mayor.
f. Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama
lain dan tampak mengkilat. Batas rambut pada dahi jelas. Pada bayi
yang prematur rambut kepala halus seperti wol atau kapas, masing-
masing helai sulit dibedakan satu sama lain dan batas rambut pada dahi
tidak jelas.
g. Skin opacity. Pada bayi matur, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal
sehingga pembuluh darah yang agak besar pada dinding perut tidak
tampak atau tampak samar-samar. Pada bayi prematur pembuluh-
pembuluh tersebut tampak jelas

6
h. Processus xiphoideus. Pada bayi yang matur processus xiphoideus
membengkok ke dorsal, sedangkan pada yang prematur bagian itu
belum terdapat
i. Alis mata pada bayi yang matur sudah lengkap yakni bagian lateralnya
sudah terdapat sedangkan pada yang prematur bagian itu belum
terdapat.
Penaksiran umur gestasi yang sering digunakan adalah rumus De Haas.
Menurut rumus De Haas, pada lima bulan pertama kehamilan, panjang badan
menjadi dasar penentuan perkiraan usia janin dalam bulan. Karena itu, janin yang
berumur dibawah 5 bulan, umur janin sama dengan akar pangkat dua dari panjang
badan. Jadi apabila dalam pemeriksaan luar, didapatkan panjang badan janin 20
cm, maka kemungkinan usia janin saat ini adalah 4 sampai 5 bulan dalam
kandungan. Untuk janin yang berumur diatas 5 bulan, umur janin dalam
kandungan sama dengan panjang badan (dalam cm) dibagi dengan 5. Jadi apabila
pada pemeriksaan didapatkan panjang badan janin 45 cmm maka kemungkinan
usia janin saat ini adalah 9 bulan dalam kandungan. 4,11,13
2. Pemeriksaan dalam menentukan bayi tersebut dilahirkan hidup/mati
Pada pemeriksaan jenazah bayi yang baru lahir, diharapkan dapat dibedakan
bayi tersebut lahir hidup atau lahir mati. Bila bayi lahir mati maka kasus tersebut
bukan kasus pembunuhan, atau kasus penelantaran anak hingga menyebabkan
kematian. Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil
konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan
tanda kehidupan lain tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali
pusat dipotong dan plasenta dilahirkan. Lahir mati (still birth) adalah kematian
hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan
usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur 28 minggu
dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernapas atau tidak
menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat
atau gerakan otot rangka. 10,13
Penentuan apakah seorang bayi itu dilahirkan dalam keadaan hidup atau mati,
pada dasarnya adalah sebagai berikut: 12,13
a) Adanya udara di dalam paru-paru

7
Paru-paru yang sudah mengembang karena terisi udara pernapasan dapat
diketahui dari ciri-ciri sebagai berikut, yaitu :
 Memenuhi rongga dada sehingga menutupi sebagaian kandung jantung
 Berwarna merah ungu
 Memberi gambaran mozaik karena adanya berbagai tingkatan aerasi atau
pengisian udara
 Tepi paru-paru tumpul

Gambar 1. Penilaian makroskopis dari paru-paru yang bernafas selama otopsi (Paru-paru
memenuhi rongga dada dan menutupi permukaan anterior jantung)11

 Pada perabaan teraba derik udara (krepitasi), yang bila perabaan ini
dilakukan atas sepotong kecil jaringan paru yang dibenamkan dalam air
akan tampak gelembung-gelembung udara.
 Bila ditimbang maka beratnya akan sekitar satu per tiga lima berat
badan, yang berarti lebih berat bila dibandingkan dengan berat paru-paru
yang belum bernapas, yaitu sekitar satu per tujuh puluh berat badan
 Bila dilakukan tes apung (docimacia pulmonum hidrostatica), akan
memberikan hasil yang positif. Uji apung paru ini harus dilakukan
dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru tidak
disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada
sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.

8
Gambar 2 Tes Apung Paru

 Pemeriksaan mikroskopik yang hanya dilakukan pada keadaan tertentu


saja (meragukan), akan memperlihatkan adanya pengembangan dari
alveoli yang cukup jelas.

Gambar 3. Pewarnaan HE terdapat gambaran alveoli kiri yang mengalami ekspansi alveolar yang
tidak mencukupi di bagian histopatologi suatu kasus 11

Salah satu tanda khas untuk melihat paru bayi belum bernapas adalah adanya
tonjolan (projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian
akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak seperti gada (club-
like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak
darah. Pada paru bayi belum bernapas yang juga membusuk, dengan pewarnaan
Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan diding
alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection
berjalan di bawah kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk
gelung-gelung terbuka (open loops).12,13
b) Adanya udara di dalam saluran cerna11,12

9
Adanya udara dalam saluran cerna merupakan petunjuk bahwa anak
menelan udara setelah ia dilahirkan hidup. Dengan demikian nilai dalam lambung
dan usus ini dapat memperkuat hal tersebut. Adanya udara dalam saluran cerna ini
dapat dilihat dengan foto rontgen. Udara dalam duodenum atau saluran yang lebih
distal menunjukkan lahir hidup dan telah hidup 6-12 jam. Bila dalam usus besar
berarti telah hidup 12-24 jam, tetap harus diingat kemungkinan adanya napas
buatan atau gas pembusukan.
c) Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah12,13
Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah hanya dapat terjadi
bila anak menelan udara dan udara tersebut melalui tuba eustachii masuk kedalam
liang bagian tengah. Untuk dapat mengetahui keadaan tersebut, pembukaan liang
telinga bagian tengah harus dilakukan di dalam air. Tentunya baru dilakukan pada
mayat yang masih segar.
d) Adanya makanan di dalam lambung11,12
Makan dalam lambung yag didapatkan pada seorang anak yang baru
dilahirkan, tentunya dapat terjadi pada anak yang dilahirkan hidup dan diberi
makan oleh rang lain. Makanan tidak mungkin masuk dalam ambung bila tidak
disertai aktivitas atau gerakan menelan.
3. Penyebab kematian
Cara atau metode yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan
pembunuhan bayi adalah cara atau metode yang menimbulkan keadaan mati lemas
(asfiksia), seperti penjeratan, pencekikan dan pembekapan serta membenamkan ke
dalam air. Adapun cara atau metode lain seperti menusuk atau memotong serta
melakukan kekerasan dengan benda tumpul. Dengan demikian pada kasus yang
diduga kasus pembunuhan bayi, yang harus diperhatikan adalah4,12 :
a. Adanya tanda-tanda mati lemas : sianosis pada bibir dan ujung jari, bintik-
bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata serta
jaringan loggar lainnya, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa
halus berwarna putih atau putih kemerahan yang keluar dari lubang
hidung dan atau mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat-alat dalam.

10
Gambar 4. Sianosis pada a) kuku dan b) bibir13

b. Keadaan mulut dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan di bibir atau
sekitarnya, memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan
gusi , serta adanya benda-benda asing seperti gumpalan kertas koran atau
kain yang mengisi rongga mulut.
c. Keadaan di daerah leher dan sekitarnya : adanya luka lecet tekan yang
melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang tidak jarang berbentuk
bulan sabit, atau merupakan jejas jerat sebagai akibat tekanan yang
ditimbulkan oleh arat penjerat yang digunakan, adanya luka lecet kecil-
kecil yang sering kali berbentuk bulan sabit yang diakibatkan oleh
tekanan dari ujung kuku pencekik, adanya luka-luka lecet dan memar
yang tidak beraturan yang dapat terjadi akibat tekanan yang ditimbulkan
oleh ujung-ujung jari pencekik.

Gambar 5. Luka lecet yang berbentuk bulan sabit pada leher kiri khas pada
pencekikan di salah satu kasus14

11
d. Adanya luka-luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau
bagian tubuh lainnya dimana menurut literatur ada satu metode yang
dapat dikatakan khas yaitu tusukan benda tajam pada langit-langit sampai
menembus ke rongga tengkorak yang dikenal dengan nama “tusukan
bidadari”.

Gambar 6 Terdapat 2 luka tusuk dan masing-masing 1 buah luka terbuka pada
dada kanan bawah serta perut kanan, pada salah satu kasus14
e. Adanya tanda-tanda terendam seperti tubuh yang bash dan berlumpur,
telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keribut (washer woman’s
hand), kulit yang berbintil-bintil (kutis anserina), seperti kulit angsa serta
adanya benda-benda asing terutama di dalam saluran pernapasan (trakea)
yang dapat berbentuk pasir, lumpur, tumbuhan air atau binatang air.
Bila sudah ditemukan tanda-tanda bayi lahir hidup (sudah bernapas), maka
harus ditentukan penyebab kematiannya. Bila terbukti bayi lahir mati (belum
bernapas) maka ditentukan sebab lahir mati atau sebab mati antenatal atau sebab
mati janin (fetal death).12,13
Penyebab kematian pada bayi meliputi 12:
a. Kematian wajar
 Kematian secara alami
Terdiri atas dua yaitu imaturitas dan penyakit kongenital. Imaturitas terjadi
jika bayi yang lahir belum cukup matang dan tidak mampu hidup diluar
kandungan sehingga mati setelah beberapa saat sesudah lahir. Penyakit kongenital
seringkali terjadi jika ibu mengalami sakit ketika sedang mengandung seperti
sifilis, tifoid, campak sehingga anak memiliki cacat bawaan yang menyebabkan
kelainan pada organ internal seperti paru-paru, jantung dan otak.

12
 Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi dari umbilikus, perut, anus dan organ genital.
 Malformasi
Kadangkala bayi tumbuh dengan kondisi organ tubuh yang tidak lengkap
seperti anensefali. Jika kelainan tersebut fatal, maka bayi tidak dapat bertahan
hidup.
 Penyakit plasenta
Penyakit plasenta atau pelepasannya secara tidak sengaja dari dinding uterus
akan mengakibatkan kematian dari bayi dan ibu, dan dapat diketahui jika ibu
meninggal dan dilakukakan pemeriksaan dalam.
 Spasme laring
Hal ini dapat terjadi karena aspirasi mekonium kedalam laring atau akibat
pembesaran kelenjar timus.
 Eritroblastosis fetalis
Hal ini dapat terjadi karena ibu yang memiliki rhesus negatif mengandung
anak dengan rhesus positif, sehingga darah ibu akan membentuk antibodi yang
menyerang sel darah merah anak dan menyebabkan lisis sel darah merah anak,
sehingga menyebabkan kematian anak, baik sebelum atau setelah kelahiran.11,12
b. Kematian akibat kecelakaan
 Akibat persalinan yang lama
Ini dapat menyebabkan kematian pada bayi akibat ekstravasasi dari darah ke
selaput otak atau hingga mencapai jaringan otak akibat kompresi kepala dengan
pelvis, walaupun tanpa disertai dengan fraktur tulang kepala.
 Jeratan tali pusat
Tali pusat seringkali melingkar di leher bayi selama proses kelahiran. Hal ini
dapat menyebabkan bayi menjadi tercekik dan mati karena sufokasi.
 Trauma
Benturan yang keras pada perut wanita hamil dengan menggunakan senjata
tumpul, terjatuhnya ibu dari ketinggian juga merupakan penyebab kematian bayi
intauterin. Untuk kasus seperti ini harus diperiksa tanda-tanda trauma pada ibu.
 Kematian dari ibu

13
Ketika ibu mati saat proses melahirkan ataupun sebelum melahirkan, maka
anak tidak akan bertahan lama di dalam kandungan sehingga harus dilahirkan
sesegera mungkin. Jika kematian disebabkan oleh penyakit kronis, seperti
perdarahan kronis, maka kesempatan untuk menyelamatkan anak sangat kecil.
Sedangkan jika kematian disebabkan karena kejadian akut seperti kecelakaan,
dimana ibu sebelumnya sehat, maka kemungkinan untuk menyelamatkan bayi
lebih besar. 12,13
c. Kematian karena tindakan pembunuhan4
 Pembekapan (sufokasi)
Ini merupakan tindakan yang paling sering dilakukan. Bayi baru lahir sangat
muda dibekap dengan menggunakan handuk, sapu tangan atau dengan tangan.
Dapat juga ditemukan benda asing yang menyumbat jalan napas, seringkali karena
ibu berusaha mencegah agar anak tidak menangis dan ini justru menyebabkan
kematian.

Gambar 7 Memar pada lidah yang memberikan petunjuk akibat pembengkapan13


 Penjeratan (strangulasi)
Strangulasi atau penjeratan adalah bentuk asfiksia berupa penutupan
pembuluh darah dan/atau jalur napas pada leher akibat tekanan eksternal pada
leher. Terdapat beberapa jenis penjeratan yaitu strangulasi manual (manual
strangulation), stranulasi dengan pengikat (ligature strangulation), dan
penggantungan (hanging). Penjeratan juga merupakan cara pembunuhan anak
yang sering ditemui. Sering ditemukan tanda-tanda kekerasan yang sangat
berlebihan untuk membuat bayi mati. Tanda-tanda bekas jeratan akan ditemukan
didaerah leher disertai dengan memar dan resapan darah. Kadang juga ditemukan

14
penjeratan dengan menggunakan tali pusat sehingga terlihat bahwa bayi mati
secara alami.

Gambar 8. Penjeratan pada bayi, a) penjeratan menggunakan tali pusat13, b) bekas penjeratan yang
diidentifikasi

 Penenggelaman (drowning)
Penenggelaman didefinisikan sebagai kematian yang disebabkan oleh
perendaman dalam air atau cairan lainnya sehingga korban tidak mampu bernapas.
Terdapat istilah lain yaitu perendaman (submersion) atau pencelupan (immersion)
yang diartikan sebagai suatu tindakan menempatkan seseorang dalam air.
Kematian pada penenggelaman terjadi akibat penderitaan atas perendaman atau
pencelupan. Mekanisme dari penenggelaman melibatkan berkembangnya hipoksia
yang pada fase akhirnya menjadi irreversible. Hal ini yang dapat dilakukan yaitu
dengan membuang bayi kedalam penampungan berisi air, sungai dan bahkan
toilet.

Gambar 9 Penenggelaman di toilet13

15
 Kekerasan Tumpul pada Kepala
Jika ditemukan fraktur kranium, maka dapat diperkirakan bahwa terjadi
kekerasan terhadap bayi. Pada keadaan panik, ibu memukul kepala bayi hingga
terjadi patah tulang. Tulang tengkorak yang patah dan hancurnya jaringan otak
menunjukkan bahwa kekerasan yang terjadi adalah kekerasan tumpul.

Gambar 10 Resapan darah pada seluruh kulit kepala bagian dalam dengan tulang
ubun-ubun yang patah akibat trauma tumpul dan tajam pada suatu kasus 14
 Kekerasan Tajam
Kematian pada bayi yang baru lahir yang dilakukan dengan melukai bayi
dengan senjata tajam seperti gunting atau pisau dan mengakibatkan luka yang
fatal hingga menembus organ dalam seperti hati, jantung dan otak.

Gambar 11 Luka tajam pada Gambar 12 Robekan sutura


tali pusat 13 parietooc cipitalis 13

 Pembakaran
Infantisida dengan membakar jarang terjadi meskipun, seperti
penenggelaman, pembakaran sering merupakan cara untuk membuang korban
infantisida atau bayi lahir mati. Radtke (1933) menemukan bahwa bahwa tes yang
biasa pada kematian akibat pembakaran tidak dapat diterapkan seluruhnya, tapi ia
menekankan pentingnya ditemukan benda asing, sesuatu yang lebih dari partikel

16
karbon, di paru-paru bayi yang terbakar. Mungkin demonstrasi saturasi
karbonmonoksida yang tinggi adalah bukti kematian karena pembakaran. Sisa-sisa
kalsifikasi dapat ditemukan di tempat pembakaran tapi hal tersebut jelas tidak
mungkin membuktikan infantisida; tuduhan penyembunyian kelahiran mungkin
dapat diberikan.
 Keracunan
Jarang dilakukan, tetapi pernah terjadi dimana ditemukan sisa opium pada
puting susu ibu, yang kemudian menyusui bayinya dan menyebabkan bayi
tersebut mati.
Penentuan penyebab kematian dapat ditunjang dari pemeriksaan patologi
anatomi yang diambil dari tubuh mayat bayi. 11,13
4. Tanda-tanda perawatan13,15,16
Tanda-tanda perawatan harus diperiksa karena sangat berhubungan dengan
tindak pidana yang mungkin dilakukan tersangka. Jika didapatkan tanda-tanda
perawatan berarti tindak pidana pembunuhan anak tidak mungkin dilakukan, yang
mungkin adalah pembunuhan atau bahkan pembunuhan berencana. Tanda-tanda
perawatan pada bayi dapat dilihat dari plasenta, tali pusat, verniks caseosa, dan
pakaian yang dikenakan oleh bayi.
Plasenta dapat ditemukan masih melekat dengan tali pusat dan masih
berhubungan dengan pusat. Bila plasenta tidak ada, maka ujung tali pusat tampak
tidak beraturan, hal ini dapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat
tersebut ke permukaan air. Pada bayi yang dirawat akan didapatkan tali pusat yang
sudah dipotong secara tajam, diikat, dan pada ujung potongan dilumuri dengan
antiseptik. Jika ujung tali pusat dimasukkan dalam air maka akan terlihat tepi
potongan tali pusat yang rata13.
Pada bayi yang dirawat, verniks caseosa (lemak bayi) akan sudah
dibersihkan, demikian pula bekas bekas darah. Khusus untuk verniks caseosa
adalah khas bahwa tidak akan hilang jika tidak dengan sengaja dibersihkan,
karena sifat lemaknya yang lengket. Sedemikian hingga pada bayi yang dibuang
di air pun verniks caseosa akan tetap dapat ditemui di lipatan-lipatan kulit bayi
seperti pada lipat paha, lipat leher dan daerah kulit kepala pada belakang
telinga.11,12,13

17
Gambar 13. Bayi baru lahir dengan darah dan verniks kaseosa masih
menempel di tubuh serta placenta dan tali pusat yang masih melekat (tidak
ada tanda-tanda perawatan)12

5. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya kelainan bawaan yang dapat


mempengaruhi kelangsungan hidupnya 12,13
Hal ini sebenarnya berkaitan dengan permasalahan viabilitas dari anak yang
baru dilahirkan dan dapat diketahui dari pemeriksaan yang lengkap atas dirinya;
adapun keadaan yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
 Jantung: adakah kelainan seperti defek pada serambi dan bilik jantung
 Otak: apakah pertumbuhannya normal atau tidak sempurna seperti
misalnya anensefalus atau mikrosefalus.
 Saluran pencernaan: apakah ada kelainan pada kerongkongan seperti
stenosis esofagus. 4
2.4.2 Pemeriksaan Terhadap Wanita Yang Dicurigai/Tersangka17
Pemeriksaan dilakukan dengan beberapa hal yang diperhatikan yaitu :
 Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak, dengan
memeriksa :
a. Payudara secara makroskpis maupun mikroskopis.
b. Ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara mikroskopik.
c. Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara
mikroskopik adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel deciduas.
 Adanya bekas-bekas kehamilan, dengan memeriksa :
a. Adanya garis-garis pada perut bekas peregangan kehamilan (striae
gravidarum)

18
b. Dinding perut kendur
c. Rahim dapat diraba di atas symphisis (tulang di dekat alat kencing)
d. Payudara besar
 Adanya bekas persalinan, dengan memeriksa :
a. Adanya robekan pada perineum (daerah panggul)
b. Keluaran cairan di pintu lahir
2.4.3 Pemeriksaan Terhadap Pelaku Pembunuhan Bayi
Pelaku pembunuhan dapat dilakukan oleh ibu kandung sendiri maupun oleh
orang lain. Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan bila dicurigai
pelakunya adalah ibunya sendiri 4,13,17:
1. Tanda telah Melahirkan Anak
Pada ibu didapatkan robekan baru pada alat kelamin, ostium uteri dapat
dilewati ujung jari, keluar darah dari rahim, ukuran rahim postpartum setinggi
pusat, payudara mengeluarkan air susu, hiperpigmentasi aerola mammae, dan
striae gravidarum dari warna merah menjadi putih.
2. Pemeriksaan Histopatologis
Pemeriksaan histopatologis yaitu sisa plasenta yaitu vili korialis dalam darah
dan jaringan yang berasal dari rahim.
3. Mencocokkan Waktu Partus Ibu Dengan Waktu Lahir Anak
Si ibu diperiksa, apakah memang baru melahirkan (tinggi fundus uteri, lochia,
kolostrum, dan sebagainya). Sedangkan saat lahir si anak terlihat dari usia pasca
lahir ditambah lama kematian.
4. Memeriksa Golongan Darah Ibu Dan Anak
Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah. Eksklusi hanya
dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat bersama-sama pada satu individu
sedangkan individu lain tidak mempunyai sama sekali. Contohnya adalah bila ibu
golongan darah AB sedangkan si anak golongan darah O atau sebaliknya.
Penggunaan banyak jenis golongan darah akan lebih memungkinkan mencapai
tujuan, tetapi oleh karena kendala biaya maka cara ini tidak merupakan prosedur
rutin.

19
2.5 Dasar Hukum
Pembunuhan anak kandung sendiri di dalam KUHP ditentukan dalam Pasal
341 dan 342. Pasal 341 KUHP merupakan pembunuhan anak dalam bentuk biasa
(kinderdoodslag); sedangkan Pasal 342 KUHP merupakan pembunuhan anak
yang dilakukan secara berencana (kindermoord)19. Selain itu, adanya keterlibatan
orang lain dalam tindak pidana sebagaimana ditentukan dalam Pasal 341 dan 342,
diatur dalam Pasal 34320.
1) Pasal 341
Seorang ibu yang karena takut diketahui bahwa ia telah melahirkan anak,
pada waktu itu dilahirkan atau tidak berapa lama kemudian, dengan sengaja
menghilangkan nyawa anak itu, karena bersalah melakukan pembunuhan anak,
dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 7 tahun.
2) Pasal 342
Seorang ibu yang untuk menjalankan keputusan yang diambilnya, karena
takut diketahui bahwa tidak lama lagi ia akan melahirkan anak, pada waktu anak
itu dilahirkan atau tidak berapa lama kemudian dengan sengaja menghilangkan
nyawa anak itu, karena bersalah melakukan pembunuhan anak berencana,
dihukum dengan hukuman penjara selam-lamanya 9 tahun.
3) Pasal 343
Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 341 dan 342, diartikan sebagai pembunuhan atau pembunuhan
berencana.

Terdapat beberapa ketentuan KUHP yang berhubungan dengan tindak


pidana yang dapat berakibat pada kematian bayi. Pemeriksaan secara utuh
diperlukan dalam mengungkap peristiwa yang sebenarnya. Beberapa ketentuan
formulasi KUHP yang memungkinkan berakibat pada peristiwa kematian bayi
adalah sebagai berikut:
1) Pasal 305
Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri
daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan;

20
2) Pasal 306
Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun enam bulan; Jika mengakibatkan kematian pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
3) Pasal 307
Jika yang melakukan kejahatan berdasarkan pasal 305 adalah bapak atau ibu
dari anak itu, maka pidana yang ditentukan dalam pasal 305 dan 306 dapat
ditambah dengan sepertiga.
4) Pasal 308
Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran
anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan
atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, maka
maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.
5) Pasal 181
Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau
menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau
kelahirannya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

21
BAB 3
PENUTUP

Pembunuhan anak sendiri (infantisida) adalah pembunuhan oleh ibu


kandung yang membunuh bayinya saat dilahirkan atau beberapa saat setelah
melahirkan. Pembunuhan anak sendiri dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya
pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan karena takut
ketahuan bahwa ia melahirkan anak. Faktor risiko dari pembunuhan bayi dibagi
menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor risiko internal yaitu takut
diketahui melahirkan bayi, kurangnya pengawasan dan kasih sayang orang tua
(broken home), serta takut diketahui melahirkan bayi. Faktor risiko eksternal
diantaranya faktor agama dan perkembangan teknologi.
Pemeriksaan terhadap bayi diperlukan untuk mengetahui bayi yang
dilahirkan itu cukup bulan, dilahirkan hidup atau mati, penyebab kematian, tanda-
tanda perawatan bayi dan kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidupnya. Pengukuran bayi cukup bulan dapat dinilai dari ciri-ciri
eksternal yaitu: pembentukan tulang rawan daun telinga sudah sempurna, puting
susu bayi yang matur berbatas tegas, kuku jari tangan sudah panjang, garis telapak
kaki dari depan hingga tumit, alat kelamin luar yang matur, rambut kepala relatif
kasar, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal, processus xiphoideus
membengkok ke dorsal dan sudah terdapat alis mata bagian lateral. Penentuan
apakah seorang bayi itu dilahirkan dalam keadaan hidup atau mati dengan menilai
adanya udara di dalam paru-paru, saluran cerna, liang telinga bagian tengah dan
adanya makanan di dalam lambung.
Penyebab kematian bayi meliputi kematian wajar dimana kematian bayi
disebabkan oleh kematian secara alami, perdarahan, malformasi, penyakit
plasenta, spasme laring atau eritroblastosis fetalis. Kematian bayi juga dapat
disebabkan oleh kecelakaan atau pembunuhan. Penyebab kecelakaan bisa terjadi
akibat dari persalinan yang lama, jeratan tali pusat, trauma atau kematian dari ibu.
Kematian bayi yang disebabkan oleh pembunuhan pula bisa terjadi dengan
pembekapan, penjeratan, penenggelaman, trauma tajam/tumpul pada kepala,
peracunan, ataupun pembakaran. Pemeriksaan terhadap ibu yang dicurigai sebagai

22
tersangka dilakukan dengan melihat tanda bekas kehamilan dan persalinan,
menilai waktu partus ibu serta memeriksa golongan darah ibu dan bayi.
Kasus pembunuhan bayi dapat dikenakan hukuman pidana berdasarkan
pasal-pasal yang telah ditetapkan dalam KUHP. Dasar hukum yang digunakan
diantaranya Pasal 181, Pasal 304, Pasal 305 atau Pasal 306, Pasal 307, Pasal 308,
Pasal 341, Pasal 342, Pasal 343 Penentuan hukuman pidana yang dikenakan
tergantung daripada kejahatan atau kasus yang dilakukan dan pasal yang dijerat.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Asmadi E. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Medan: CV Pustaka Prima. 2019


2. Porter, Dkk. (2010). Infanticide and Neonaticide: A Review of 40 Years of
Research Literature on Incidence and Causes. Trauma, violence & abuse.
11. 99-112. 10.1177/1524838010371950.
3. Amelinda, A. Hoediyanto, H. Kalanjati, V. Profil Kasus Pembunuhan
Anak Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo.
Jurnal Kedokteran Indonsia. Vol. 6, No. 1. April 2018
4. Hoediyanto H. 2012. Pembunuhan anak (infanticide). Buku Ajar Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi ke-7. Surabaya: Departemen
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.p.302-10.
5. Stark Margaret M. Clinical Forensic Medicine: A Physician's Guide. 2nd
ed. Totowa (New Jersey): Humana Press Inc.; 2005.
6. Jason Payne-James, Roger W. Byard, Tracey S. Corey, Carol Henderson.
Encyclopedia of Forensic and Legal Medicine. England: Oxford, Elsevier
Academic Press; 2005.
7. Aldila B. Alit I : Studi deskriptif terhadap ciri-ciri korban infantisid di
Bali, tahun 2012 sampai 2014. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. 2015
8. Afandi D, Hertian S, Atmadja DS, Widjaja IR. Pembunuhan anak sendiri
dengan kekerasan multipel. Diakses 6 Juli 2015. Diunduh dari http://
indonesia. digitaljournals. org/ index .php/ idnmed/ article/view/878
9. Erika L. dkk. 2019. Tinjauan Yuridis Kriminologis Tindak Pidana
Pembunuhan yang dilakukan oleh Ibu terhadap Bayinya diwilayah Hukum
Kepolisian resor pati.p. 2152-2154 tdi 6
10. Turan N, Pakis I, Yilmaz R, Gunce E. Validity of Pathologic Comment
with Macroscopic and Microscopic Findings of Infant Lung Regarding
Live or Still Birth. Journal of Forensic Research. 2012
11. Ben-Nun, Liubov. 2017. Neonaticide, Infanticide, Anf Filicide. Israel:
BN.Publication House
12. Jason P. Forensic Medicine: Clinical and Pathological Aspects / P. Jason,
B. Anthony, S. William. - London: Greenwich Medical Media, 2001. –
832 p
13. Wilianto ,W, Apuranto, H. Pembunuhan Anak dengan Jerat Tali Pusat di
Leher disertai Kekerasan Tumpul Pada Kepala. Jurnal Kedokteran
Forensik Indonesia. Dept./Inst. Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal FK Unair – RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Vol. 14, Juli. –
September 2012
14. Afandi, D. Hertian, S, dkk. Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) Dengan
Kekerasan Multipel. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Majalah Kedokteran Indonesia.
Vol 58 No 9. Pekanbaru, September 2008
15. Idries AM, Lyndon S. Pembunuhan Anak. Dalam : Pedoman Ilmu
Kedokteran Forensik. Tanggerang : Binapura Aksara Publisher. 2010.
p.281-96

24
16. Budianto A, dkk. Pembunuhan Anak Sendiri. Dalam : Ilmu Kedokteran
Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1997. p. 165-176
17. Hernawan R. 2011. Penemuan Mayat Bayi Baru Lahir dan Pemeriksaan
Wanita yang Dicurigai Sebagai Pelaku. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
18. Notosuhardjo, I., Kartika, P (1981). Trauma Komplikasi dan Sebab Sebab
Kematian. Indra Press, Surabaya.
19. Modul Kedokteran Forensik. Badan Pendidikan Dan Pelatihan Kejaksaan
Republik Indonesia. Jakarta : 2019. P 51-52
20. Bupriadi, WiIla, Chandrawila, Hukum Kedokteran, CV. Mandar Maju,
Bandung. 2002.

25

Anda mungkin juga menyukai