Anda di halaman 1dari 9

Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

Bab VIII

8.1 KELEMBAGAAN
Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penataan ruang. Hal ini
mengingat proses penataan ruang memerlukan lembaga yang kredibel terutama dalam
pengendalian pemanfaatan ruang.

Lembaga penataan ruang biasanya memiliki bentuk yang berbeda sesuai dengan ciri, kondisi
dan kebutuhan wilayah terkait. Namun, biasanya kelembagaan ini dikelompokkan menjadi dua,
yaitu lembaga formal pemerintahan dan lembaga fungsional.

8.1.1 Lembaga Formal Pemerintahan


Lembaga formal pemerintahan adalah unit yang bertanggungjawab utama atas penataan
ruang. Untuk tingkat Kabupaten Pidie Jaya, Gubernur Provinsi Aceh menunjuk lembaga yang
dimaksud, yaitu Bapeda Kabupaten Pidie Jaya yang merupakan lembaga formal yang
menangani perencanaan wilayah Kabupaten Pidie Jaya.

8.1.2 Lembaga Fungsional


Lembaga fungsional adalah lembaga koordinasi penyelenggaraan penataan ruang kabupaten,
dalam hal ini adalah Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD). Keanggotaan BKPRD
terdiri dari unsur pemerintah daerah, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dunia usaha dan
masyarakat. Pembentukan BKPRD, Tugas dan Tanggungjawab koordinasi penataan ruang
Kabupaten dilakukan oleh Bupati. Bupati membentuk dan menugaskan BKPRD untuk
melaksanakan tugas Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kabupaten. BKPRD Kabupaten
sebagaimana dimaksud di atas mempunyai tugas :

VIII - 1
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

1. Merumuskan dan mengkoordinasikan berbagai kebijakan penataan ruang Kabupaten dengan


memperhatikan kebijakan penataan ruang Nasional dan Provinsi;
2. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
3. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang dan Rencana Tata Ruang Kawasan
sebagai jabaran lebih lanjut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
4. Mengintegrasikan dan memaduserasikan penyusunan Rencana Tata Ruang dan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Rencana Tata Ruang
Kawasan yang telah ditetapkan Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang
berbatasan;
5. Memaduserasikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Tahunan yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten yang berbatasan;
6. Mengoptimalkan penyelenggaraan penertiban, pengawasan (pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan) dan perizinan pemanfaatan ruang;
7. Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evlaluasi, dan pemantauan
penyelenggaraan pemanfaatan ruang;
8. Memberikan rekomendasi penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang;
9. Memberikan rekomendasi perizinan tata ruang Kabupaten;
10. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang;
11. Mengembangkan data dan informasi penataan ruang Kabupaten untuk kepentingan pengguna
ruang di jajaran pemerintah, masyarakat, dan swasta;
12. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan informasi penataan ruang Kabupaten;
13. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam
penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten, dan memberikan pengarahan serta saran
pemecahannya;
14. Melaksanakan fasilitasi, supervisi kepada Dinas/lnstansi, masyarakat dan dunia usaha
berkaitan dengan penataan ruang;
15. Menterpadukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang Kabupaten dengan Kabupaten yang berbatasan;
16. Melakukan evaluasi tahunan atas kinerja penataan ruang Kabupaten;
17. Menjabarkan petunjuk Bupati berkenaan dengan pelaksanaan fungsi dan kewajiban

VIII - 2
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

Koordinasi Penyelenggaraan Penataan Ruang Kabupaten;


18. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas BKPRD Kabupaten secara berkala kepada Bupati.
Adapun susunan keanggotaan BKPRD Kabupaten terdiri dari :
a. Penanggungjawab : Bupati;
b. Ketua : Wakil Bupati;
c. Ketua Harian : Sekretaris Daerah;
d. Sekretaris : Kepala Bapeda;
e. Wakil Sekretaris : Kepala Dinas Pekerjaan Umum;
f. Anggota : Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan potensi daerah.

BKPRD Kabupaten membentuk Sekretariat, Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang, dan
Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Sekretariat BKPRD Kabupaten
bertanggungjawab kepada Sekretaris BKPRD Kabupaten dan dipimpin oleh Kepala Bidang Bappeda
Kabupaten yang mengurusi Tata Ruang. Sekretaris BKPRD Kabupaten sendiri mempunyai tugas :
a. Menyiapkan bahan dalam rangka kelancaran tugas BKPRD Kabupaten;
b. Memfasilitasi terselenggaranya jadwal kerja kegiatan BKPRD Kabupaten;
c. Menyiapkan dan mengembangkan informasi tata ruang Kabupaten;
d. Menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan terjadinya pelanggaran dalam
penyelenggaranaan penataan ruang.

Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang sebagaimana dimaksud di atas mempunyai susunan
keanggotaan terdiri dari:
a. Ketua : Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana
Bappeda Kabupaten Pidie Jaya;
b. Wakil Ketua : Kepala Bagian Hukum dan Humas Setakab Pidie Jaya;
c. Sekretaris : Kepala Sub Bidang Perencanaan, Pengembangan Sumberdaya, Penataan
Wilayah dan Kerjasama Pembangunan Bappeda Kabupaten Pidie Jaya;
d. Anggota : Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan yang terkait dengan fungsi
penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Detail Tata Ruang
dan Rencana Teknik Tata Ruang.

Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang mempunyai tugas :


1. Memberikan masukan kepada BKPRD Kabupaten dalam rangka perumusan kebijaksanaan

VIII - 3
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

perencanaan tata ruang Kabupaten;


2. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang sesuai ruang lingkup, wewenang dan
tanggungjawab Pemerintah Kabupaten;
3. Melakukan evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang di Kabupaten;
4. Menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah (konflik) yang timbul dalam perencanaan
serta memberikan alternatif pemecahannya;
5. Melaporkan kegiatan kepada BKPRD Kabupaten serta menyampaikan usulan
pemecahan/kebijaksanaan untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD Kabupaten.

Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang mempunyai susunan keanggotaan sebagai


berikut :
a. Ketua : Kepala Bagian Pemerintahan Setda Kab. Pidie Jaya;
b. Wakil Ketua : Kabid Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pidie Jaya;
c. Sekretaris : Kasi Pemanfaatan Lahan /Ruang Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan
Umum Kab. Pidie Jaya;
d. Anggota : Dengan tingkat kebutuhan dan yang terkait dengan fungsi pengawasan,
penerbitan, dan perizinan pemanfaatan ruang.

Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang ini mempunyai tugas :


1. Memberikan masukan kepada BKPRD Kabupaten dalam rangka perumusan kebijaksanaan
pemanfaatan dan pengendalian ruang Kabupaten;
2. Mengkoordinasikan pengawasan (pemanfaatan, evaluasi, dan pelaporan) terhadap rencana
tata ruang;
3. Mengkoordinasikan penertiban dan perizinan pemanfaatan ruang Kabupaten;
4. Menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah yang timbul dalam pemanfaatan dan
pengendalian ruang serta memberikan alternatif pemecahannya;
5. Melaporkan kegiatan kepada BKPRD Kabupaten serta menyampaikan usulan
pemecahan/kebijaksanaan untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD Kabupaten.

BKPRD Kabupaten menyelenggarakan pertemuan minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
berupa rapat pleno untuk menghasilkan rekomendasi alternatif kebijakan penataan ruang. Hasil
rapat pleno sebagaimana dimaksud ditandatangani oleh Ketua BKPRD Kabupaten dan dilaporkan
kepada Bupati sebagai dasar pengambilan kebijakan. BKPRD Kabupaten menyiapkan laporan

VIII - 4
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

Bupati tentang penyelenggaraan penataan ruang kepada Gubernur setiap 4 (empat) bulan dengan
tembusan kepada Menteri Dalam Negeri.

8.2 PERAN MASYARAKAT


Hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang diamanatkan oleh Undang-Undang No.
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa setiap orang, kelompok, dan badan hukum
memiliki hak dan kewajiban dalam penataan ruang, baik pada tahap penyusunan rencana tata
ruang, pemanfaatan ruang, maupun tahap pengendalian pemanfaatan ruang.

Sebagaimana dijelaskan dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,


penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan berbagai unsur
seperti masyarakat, pihak swasta, dunia usaha, kelompok profesi, LSM yang selanjutnya disebut
dengan peran masyarakat. Peran masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam
penataan ruang, karena pada akhirnya hasil dari penataan ruang adalah untuk kepentingan
seluruh lapisan masyarakat serta untuk tercapainya tujuan penataan ruang, yaitu
terselenggarakannya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan, terselenggaranya
pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya, serta tercapainya pemanfaatan
ruang yang berkualitas.

Partisipasi masyarakat dilapangan menunjukkan perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan


penguasaan terhadap penataan ruang. Namun demikian partisipasi masyarakat untuk
berperanserta dalam penataan ruang menunjukkan adanya peningkatan kesadaran tanggung
jawab terhadap pelaksanaan pembangunan.

Dari segi politik, partisipasi lebih mengedepankan participatory dibanding demokrasi perwakilan
(representative democracy) sebagai hak demokrasi setiap orang. Dalam konteks ini masyarakat
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi ini tentunya sangat membantu
legislatif (DPRD) dan para pembuat keputusan lainnya dalam memperoleh gambaran lebih jelas
atas permintaan-permintaan dan aspirasi konstituen mereka, sehingga sensitivitas pembuatan
keputusan dapat dimaksimalkan dan ditangani secara tepat.

Dan segi planning, partisipasi menyediakan sebuah forum untuk saling tukar gagasan dan
prioritas, penilaian akan public interest. Keuntungan lain dan public participation adalah

VIII - 5
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

kemungkinan tercapainya hubungan yang lebih dekat antara warga dengan pemerintah daerah,
sehingga tercipta rasa kebersamaan dalam perencanaan pembangunan.

8.2.1 Hak dan Kewajiban Masyarakat Dalam Penataan Ruang


Mengacu pada Pasal 60 dan 61, UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang diatur hak dan
kewajiban masyarakat dalam penataan ruang. Hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam
penyelenggaraan penataan ruang untuk menjamin keterlibatan masyarakat, termasuk
masyarakat adat dalam setiap proses penyelenggaraan penataan ruang.

Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:


1. Mengetahui rencana tata ruang;
2. Berperan dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
3. Mengetahui secara terbuka RTRW;
4. Menikmati manfaat ruang dan/atau nilai tambah ruang sebagai akibat dari penataan ruang;
dan
5. Memperoleh penggantian yang layak akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang
sesuai dengan RTRW.

Sedangkan kewajiban orang (masyarakat) dalam pemanfaatan ruang, diantaranya adalah:


1. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
2. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;
3. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
4. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum.

8.2.2 Bentuk Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang


Mengenai tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Tata Cara Peran Masyarakat dalam
Penataan Ruang. Dalam PP tersebut dijelaskan bahwa peran masyarakat adalah partisipasi aktif
masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Bentuk peran masyarakat adalah kegiatan/aktivitas yang dilakukan

VIII - 6
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian


pemanfaatan ruang.
A. Tahap Perencanaan Tata Ruang
Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang berupa:
1. Masukan mengenai:
a. Persiapan penyusunan rencana tata ruang;
b. Penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
c. Pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan;
d. Perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
e. Penetapan rencana tata ruang.
2. Kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam perencanaan tata ruang dapat secara aktif
melibatkan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud adalah yang terkena dampak langsung
dari kegiatan penataan ruang, yang memiliki keahlian di bidang penataan ruang, dan/atau
yang kegiatan pokoknya di bidang penataan ruang.

B. Tahap Pemanfaatan Ruang


Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa:
1. Masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
2. Kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
3. Kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan;
4. Peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat,
ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan
lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam;
6. Kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

VIII - 7
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

C. Tahap Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dapat berupa:
1. Masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif serta pengenaan sanksi;
2. Keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan;
3. Pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan
dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar
rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
4. Pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

8.2.3 Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang

Peran masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan secara langsung dan/atau tertulis,
kepada menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian terkait dengan penataan ruang;
gubernur; dan bupati/walikota. Pelaksanaan peran masyarakat dilakukan secara bertanggung
jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundanganundangan dengan menghormati norma
agama, kesusilaan, dan kesopanan.
(1) Peran masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang dilaksanakan dengan pemberian
saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan dan informasi tentang arah
pengembangan, potensi dan masalah, serta rancangan rencana tata ruang.
(2) Peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang disampaikan secara lisan atau
tertulis kepada Bupati.
(4) Tata cara dan ketentuan lebih lanjut tentang peran masyarakat dalam penataan ruang di
daerah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

A. Tahap Perencanaan Tata Ruang


Tata cara peran masyarakat dalam tahap perencanaan tata ruang dilaksanakan dengan
cara:

VIII - 8
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034

1. Menyampaikan masukan mengenai arah pengembangan, potensi dan masalah,


rumusan konsepsi/rancangan rencana tata ruang melalui media komunikasi dan/atau
forum pertemuan; dan
2. Kerja sama dalam perencanaan tata ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

B. Tahap Pemanfaatan Ruang


Tata cara peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan cara:
1. Menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang melalui media
komunikasi dan/atau forum pertemuan;
2. Kerja sama dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. Pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
4. Penaatan terhadap izin pemanfaatan ruang

C. Tahap Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Tata cara peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan
cara:
1. Menyampaikan masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi kepada pejabat yang
berwenang;
2. Memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang;
3. Melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan
dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar
rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
4. Mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

VIII - 9

Anda mungkin juga menyukai