Abstract
Penentuan nilai atau harga terhadap sumber daya alam dan lingkungan
merupakan esensi atau pokok dari ekonomika berupa manfaat ataupun berupa
kerugian atau kerusakan dalam mengelola lingkungan yang efesien dan lestari.
Pendekatan ataupun metode yang dipakai untuk menghitung valuasi sumber
daya alam dan lingkungan, pada dasarnya merupakan turunan dari metode yang
lebih umum yang disebut dengan analisis biaya manfaat (cost benefit analysis).
Dalam menilai sumbangan bersih suatu kegiatan terhadap nilai tambah yang
diciptakannya, diperhitungkan juga selain penyusutan sumber daya modal
buatan manusia, tetapi juga depresiasi atau penyusutan sumber daya alam yang
diproduksi. Pada umumnya hal ini tidak dilakukan karena SDA dipandang
sebagai aset nasional dan bukan aset perusahaan secara individual. Perusahaan
hanya mendapatkan hak untuk pengelolaan atau pemanfaatannya. Nilai total
depresiasi sumber daya alam dan lingkungan akibat kegiatan penambangan
emas di Pongkor per tahunnya adalah Rp. 125.488.337.770,-. Nilai ini
mencerminkan bahwa selama 5 tahun pengoperasian pertambangan emas dan
perak, telah terjadi penyusutan sumber daya alam dan lingkungan yang
merupakan kerugian ataupun dampak negatif dari penambangan emas tersebut
sebesar Rp. 125.488.337.770,- pertahunnya. Untuk dapat memvaluasi secara
ekonomi dengan membandingkan manfaat dan biaya yang diciptakan oleh
kegiatan pertambangan emas Pongkor, maka harus didapatkan nilai produksi
sebagai nilai manfaat sebagai pembandingnya.
49
Susi Setiawaty P. : Valuasi Ekonomi Pertambangan Selaras Lingkungan Lestari.
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012
Sumber daya alam, selain menyediakan sumber daya lebih sedikit sekaligus
barang dan jasa, juga menjadi tulang efektif, efisien dan ekonomis, mengu-
punggung dari pertumbuhan ekonomi rangi emisi gas rumah kaca sekaligus
dan sumber penghasilan masyarakat juga mengurangi kesenjangan sosial
serta sebagai aset bangsa yang penting. masyarakat. Bagi perusahaan-perusa-
Oleh karena itu, ketersediaan dan haan swasta sudah saatnya membuat
kesinambungan (sustainability) dari paradigma bahwa aktivitas usahanya
sumber daya alam ini menjadi sangat mesti sejalan dengan kelestarian
penting bagi pembangunan ekonomi. lingkungan. Oleh karena itu, konsep
pengeluaran untuk merawat dan
Dalam praktek pembangunan selama melestarikan lingkungan tidak boleh
ini, dampak positif selalu ditonjolkan, dipandang lagi sebagai biaya, akan
bahkan dijadikan indikator utama tetapi menjadi investasi perusahaan.
keberhasilan pembangunan. Sementara Tak ketinggalan, perusahaan juga harus
itu dampak negatif cenderung diabai- melaksanakan audit lingkungan agar
kan dan kerapkali dianggap sebagai operasinya bisa dipastikan tidak
eksternalitas yang tidak perlu diperhi- merusak lingkungan.
tungkan nilainya. Kecenderungan
seperti ini tidak boleh dibiarkan terus Sektor pertambangan merupakan salah
menerus. Ke depan, dampak positif dan satu sektor kegiatan ekonomi yang di
negatif yang ditimbulkan oleh suatu samping kegiatannya menghasilkan
kegiatan pembangunan perlu dinilai produksi hasil tambang, juga menim-
besarnya (divaluasi) agar secara seim- bulkan dampak kerusakan lahan dan
bang dapat diketahui dampak kegiatan bentang alam yang sifatnya sukar
pembangunan dan pembangunan dikembalikan ke bentuk semula
tersebut dapat dinilai berkelanjutan. (irreversible). Sektor pertambangan
memberikan kontribusi kepada (Pro-
Menyangkut pembangunan ekonomi duk Domestik Bruto) PDB Indonesia
melalui pertambangan Sumber Daya (menurut harga yang berlaku) cukup
Alam Indonesia, sudah saatnya, tinggi, yaitu sekitar 9,55% pada tahun
pembangunan ekonomi memasukkan 1993, kemudian meningkat hingga
unsur kelestarian lingkungan, dimana 13,86% pada tahun 2000, dan pada
harus menjadi fokus semua elemen, tahun 2003 kontribusinya menurun
baik pemerintah, swasta dan juga namun masih berkisar pada angka
masyarakat. Pemerintah sebagai regu- 10,70%. Angka tersebut dihitung dari
lator perlu membuat instrumen perun- PDB Indonesia termasuk minyak bumi
dang-undangan. Praktisnya, sesegera dan gas alam menurut harga yang
mungkin pemerintah merampungkan berlaku (BPS, 2005).
peraturan mengenai Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) yang mema- Pembangunan pertambangan yang
sukkan kelestarian lingkungan sebagai berkelanjutan diartikan sebagai kegia-
acuan pembangunan ekonomi kewila- tan yang dilakukan secara sistematis
yahan. Pemerintah sebagai pemain dan terencana di dalam kerangka
dalam pembangunan mesti mengupa- mengekstraksi bahan galian mineral
yakan Green Economy. Green economy ataupun energi dengan tetap memper-
ini dapat dimaknai bahwa aktivitas timbangkan aspek-aspek ekonomi,
pemerintah juga harus menghasilkan sosial dan lingkungan. Tambang emas
sampah lebih sedikit, menggunakan Pongkor (TEP) merupakan salah satu
50
Susi Setiawaty P. : Valuasi Ekonomi Pertambangan Selaras Lingkungan Lestari.
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012
dari 6 unit bisnis milik PT. Aneka merupakan esensi atau pokok dari
Tambang, Tbk., yang dieksploitasi sejak ekonomik lingkungan. Tanpa kita dapat
1974. Sejak restrukturisasi tahun 2000, memberikan nilai terhadap lingkungan
yang mengalihkan fungsi tambang baik yang berupa manfaat ataupun
emas ini dari cost center menjadi profit berupa kerugian atau kerusakan, maka
center, TEP kini menjadi Unit Bisnis usaha kita dalam mengelola lingkungan
Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor. tidaklah efesien. Untuk mengetahui
Pembangunan TEP diharapkan dapat tingkat efesiensi itu, harus digunakan
berkelanjutan, oleh karena itu kita suatu indikator untuk melihat apakah
perlu memvaluasi secara ekonomi kegiatan tersebut menciptakan man-
dengan membandingkan manfaat dan faat lebih besar daripada biayanya
biaya yang diciptakan oleh kegiatan ataukah kegiatan tersebut mengha-
pertambangan emas Pongkor. silkan nilai sekarang neto (net present
value = NPV) yang positif, atau telah
Perhitungan penyusutan sumber daya terjadi deplesi sumber daya alam dan
alam dan lingkungan akibat penam- degradasi lingkungan.
bangan emas di Pongkor dilakukan
dengan menghitung nilai deplesi emas Sebelum memberi nilai, harus
dan perak serta nilai degradasi dipahami terlebih dahulu nilai apa
lingkungan yang diakibatkan oleh sajakah yang dapat diberikan kepada
penambangan tersebut. Nilai deplesi sumber daya alam dan lingkungan.
dan degradasi kemudian dijumlahkan Pada dasarnya nilai lingkungan dapat
sebagai nilai depresiasi SDA dan ling- dibedakan menjadi nilai penggunaan
kungan. Nilai depresiasi sebenarnya (instrumental value = use value) dan
merupakan komponen biaya yang nilai tanpa penggunaan atau nilai yang
umumnya belum dimasukkan sebagai terkandung didalamnya (intrinsic value
biaya kegiatan pertambangan. = non use value). Nilai penggunaan
menunjukkan kemampuan lingkungan
Karena penulisan makalah ini difokus- apabila digunakan untuk memenuhi
kan pada penilaian kerugian dampak kebutuhan, sedangkan nilai yang
akibat penambangan emas di Pongkor, terkandung didalamnya merupakan
maka perhitungan hanya dilakukan nilai yang melekat pada lingkungan itu.
untuk mendapatkan nilai depresiasi
saja yang merupakan biaya yang Atas dasar penggunaannya, nilai
diciptakan oleh kegiatan pertam- dibedakan lagi menjadi nilai penggu-
bangan emas Pongkor. Apabila kita naan langsung (direct/extractive use
ingin memvaluasi secara ekonomi value), nilai penggunaan tidak langsung
dengan membandingkan manfaat dan (indirect/non extractive use value), nilai
biaya yang diciptakan oleh kegiatan pilihan penggunaan (option use value)
pertambangan emas Pongkor, maka dan nilai yang diwariskan (bequest
kita harus mendapatkan nilai produksi value). Sebagai contoh dalam hal
sebagai nilai manfaat sebagai pemban- sumber daya hutan, maka produksi
dingnya. kayu merupakan nilai penggunaan
langsungnya, kemampuan hutan untuk
GAMBARAN UMUM mengasimilasi karbon dan sebagai
Valuasi Ekonomi tempat untuk rekreasi merupakan nilai
Penentuan nilai atau harga terhadap penggunaan tidak langsung, sedangkan
sumber daya alam dan lingkungan
51
Susi Setiawaty P. : Valuasi Ekonomi Pertambangan Selaras Lingkungan Lestari.
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012
Gambar 1. Sumber : David W. Pearce and Jeremy J. Warford, World Without End: Economics,
Environment, and Sustainable Development, Oxford University Press, 1993.
52
Susi Setiawaty P. : Valuasi Ekonomi Pertambangan Selaras Lingkungan Lestari.
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012
Pendekatan ini biasanya dipakai jika kan dan tahun 1997 dibukalah pabrik
kita ingin mengetahui respon dari tambang baru di Ciurug berkapasitas
masyarakat secara langsung menge- produksi 5 ton emas/tahun. Pabrik ini
nai kesediaan untuk membayar resmi beroperasi tahun 2000. Dengan
(willingness to pay = WTP) atau dua pabrik tambang inilah, terhitung 1
menerima pembayaran (willingness Agustus 2000, Pemerintah mengagun-
to accept = WTA) akibat dilaksana- kan Kuasa Pertambangan (KP) kepada
kannya suatu kegiatan. Emas adalah PT. Antam wilayah penambangan di
sumber daya alam yang tidak dapat Pongkor seluas 6.047 hektare. Namun
dipulihkan. Pendekatan valuasi ternyata, sebagian cadangan emas
ekonomi menggunakan metode terletak berdekatan dengan lokasi
survei atau contingent valuation Taman Nasional Gunung Halimun. Pada
(CVM) seringkali digunakan dalam bulan Juni 2003, Departemen Kehuta-
kegiatan pertambangan ini. nan mereklasfikasi 2.515 Ha wilayah
penambangan Pongkor, atau sekitar
Pertambangan Emas Pongkor 41,6% sebagai Taman Nasional.
Tambang emas Pongkor (TEP)
merupakan salah satu dari 6 unit bisnis Kegiatan PT. ANTAM mencakup
milik PT. Aneka Tambang (Antam), penambangan komoditi emas dan
yang dieksploitasi sejak 1974. Unit perak serta jasa permurniannya. Perak
Bisnis Pertambangan Emas PT. Aneka merupakan produk sampingan dari
Tambang, Tbk. terletak di Gunung proses permurnian emas yang ditam-
Pongkor, Desa Nunggul, Kecamatan bang dari tambang bawah tanah di
Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Pongkor. Di Pongkor, bijih emas
Barat ditempuh dalam jarak sekitar 54 mentah diolah menjadi logam
km ke arah barat daya Kota Bogor. campuran emas 6-17% dan perak 82-
Keberadaan TEP dimulai dengan 92%, serta kotoran maksimum 4%.
dilakukannya eksplorasi logam dasar Campuran ini akan dimurnikan di Unit
(Pb dan Zn) di bagian utara Gunung Bisnis Pemurnian Logam Mulia di
Pongkor oleh geolog Antam mulai 1974 Jakarta. TEP memiliki cadangan geologi
hingga 1981. Eksplorasi ini menemu- sekitar 6 juta ton bijih emas dengan
kan endapan urat kuarsa (quart vein) kadar emas rata-rata 17,14 gram per
berkadar 4-gpt emas dan 126-gpt ton dan kadar perak 154,28 gram per
perak. Karena waktu itu Antam tengah ton. Cadangan emas ini bisa diperta-
fokus pada eksplorasi Cikotok, antara hankan hingga 12 atau 14 tahun lagi.
1983-1988 eksplorasi dihentikan seje- Usaha penambangan emas di Pongkor
nak. Barulah tahun 1988 hingga 1991 menggunakan sistem penambangan
eksplorasi Pongkor dilanjutkan seca- underground mining (close pit/tambang
ra sistematis. Akhirnya, studi kelaya- bawah tanah) sehingga penambangan
kan pun dibuat dan Antam mengan- emasnya harus melalui serangkaian
tongi Kuasa Pertambangan Ekploitasi proses pengeboran, peledakan, penge-
seluas 4.058 hektare tahun 1991. rukan, pengangkutan, dan penimbunan
kembali dan metode yang digunakan
Pabrik pertama dengan kapasitas 2,5 adalah cut and fill, yiatu mengambil
ton emas/tahun berhasil dibangun bijih emas dari perut bumi, kemudian
pada tahun 1993, secara bersamaan mengisi kembali dengan material
Tailing Dam pun bisa direalisasikan. limbah (limbah material, pasir dan
Pengembangan tambang terus dilaku- kerikil). Diharapkan dengan sistem
53
Susi Setiawaty P. : Valuasi Ekonomi Pertambangan Selaras Lingkungan Lestari.
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012
54
Susi Setiawaty P. : Valuasi Ekonomi Pertambangan Selaras Lingkungan Lestari.
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012
55
Susi Setiawaty P. : Valuasi Ekonomi Pertambangan Selaras Lingkungan Lestari.
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012
Tabel 2. Harga Emas, Biaya Produksi Emas dan Estimasi Unit Rent Emas, 2000-2004.
Harga Emas Biaya Produksi Laba Kotor Laba Layak* Unit Rent
Tahun
(Rp. 000/kg) (Rp. 000/kg) (Rp. 000/kg) (Rp.000/kg) (Rp. 000/kg)
2000 84.430,00 58.034,69 26.395,31 8.304,76 18.090,55
2001 91.041,06 60.750,03 30.291,02 10.710,23 19.580,79
2002 89.628,74 63.887,25 25.741,49 8.375,62 17.365,88
2003 99.888,15 64.511,10 35.377,05 5.380,23 29.996,83
2004 23.985,70 78.029,40 45.956,30 5.688,34 40.267,95
Sumber : Laporan Tahunan PT.ANTAM, 2003 dan 2004
Tabel 3. Harga Perak, Biaya Produksi Perak dan Estimasi Unit Rent Perak, 2000-2004.
Harga Perak Biaya Produksi Laba Kotor Laba Layak* Unit Rent (Rp.
Tahun
(Rp. 000/kg) (Rp. 000/kg) (Rp. 000/kg) (Rp.000/kg) 000/kg)
2000 1.505,66 451,70 1.053,96 64,64 989,32
2001 1.495,09 448,53 1.046,56 79,08 967,49
2002 1.369,34 410,80 958,54 53,86 904,68
2003 1.351,72 405,51 946,20 33,82 912,38
2004 1.580,06 474,02 1.106,04 34,56 1.071,48
Sumber : Laporan Tahunan PT.ANTAM, 2003 dan 2004
Catatan: Laba layak didapatkan dengan mengalikan biaya produksi dengan suku bunga SBI
yang berlaku pada tahun tertentu.
56
Susi Setiawaty P. : Valuasi Ekonomi Pertambangan Selaras Lingkungan Lestari.
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012
selama 5 tahun (dari tahun 2000 s/d dapat diartikan bahwa untuk
2004) rata-rata nilai deplesi sumber menambang emas telah dikorbankan
daya emas di PT. ANTAM Pongkor kayu dan hasil lainnya termasuk air
sebesar Rp. 98,35 miliar/tahun dan senilai Rp. 300.777.850,- Nilai ini dapat
perak sebesar Rp. 26,63 miliar/tahun. diartikan juga sebagai niai tambah
Secara total, nilai deplesi emas lebih yang diberikan oleh alam untuk
tinggi daripada nilai deplesi perak; membantu mendeplesi emas dan perak
masing-masing Rp. 491,74 miliar untuk di Pongkor.
emas dan Rp. 133,14 miliar untuk
perak dalam waktu lima tahun Tabel 5. Nilai Deplesi Hutan di Lokasi
tersebut. Pertambangan Emas Pongkor
Tabel. 4 Nilai Deplesi Sumber Daya Emas Rata-rata
Luas
dan Perak PT. ANTAM, 2000-2004 Nilai Nilai Deplesi
Manfaat Hutan
(Rp. 000/ (Rp. 000/
Hutan yang
ha/thn) thn)
Nilai Deplesi (Rp. Miliar) Ditebang
(Ha)
Tahun
Emas (Au) Perak (Ag) TOTAL Kayu 14,95 11.179,25 167.129,79
2003 125,27 26,07 151,34 Rata-rata Total nilai penggunaan langsung 300.777,85
57
Susi Setiawaty P. : Valuasi Ekonomi Pertambangan Selaras Lingkungan Lestari.
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012
2001 34.915,00 3.676,13 128,35 Untuk itu perlu dihitung nilai degradasi
lingkungan yang diakibatkan adanya
2002 91.156,00 3.141,06 286,33 kegiatan penambangan emas oleh PT.
2003 56.125,00 3.000,00 168,38 ANTAM di Kabupaten Bogor. Mengi-
ngat data degradasi lingkungan yang
2004 60.929,00 3.293,03 200,64 tersedia masih sangat terbatas, maka
pendekatan perhitungan degradasi
Total 282.256,00 16.411,70 912,89
lingkungan di areal sekitar penamba-
Rata-rata 56.451,20 3.282,34 182,58 ngan yang diakibatkan oleh adanya
Sumber : Jurnal Ekonomi Lingkungan kegiatan penambangan emas dilakukan
(Data diolah oleh Aristin dan Suparmoko) dengan menggunakan hasil perhitu-
ngan yang telah dilakukan dalam studi-
studi sejenis (benefit transfer
Nilai Total Deplesi Sumberdaya approach).
Alam Pongkor
Setelah berbagai sumber daya alam 1. Degradasi Sumber Daya Hutan
yang terdeplesi dihitung, maka dapat Hutan memiliki fungsi sebagai
diketahui niai deplesi rata-rata seluruh pencegah berupa banjir, penyerap
sumber daya alam per tahun antara karbon (carbon sinc), konservasi air
tahun 2000-2004 sebesar Rp.125,46 dan tanah, keanekaragaman hayati,
miliar (Tabel 7). transportasi air, pencegah erosi dan
sedimentasi. Dengan adanya kegiatan
Degradasi Lingkungan pembukaan lahan hutan, maka dapat
Seperti telah diketahui bahwa kegiatan dipastikan terjadi degradasi lingku-
penebangan hutan selain mengakibat- ngan yang diantaranya berupa
kan berkurangnya cadangan kayu hilangnya fungsi hutan. Perhitungan
58
Susi Setiawaty P. : Valuasi Ekonomi Pertambangan Selaras Lingkungan Lestari.
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012
59
Susi Setiawaty P. : Valuasi Ekonomi Pertambangan Selaras Lingkungan Lestari.
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi Desember 2012
60