Atas rahmat Allah SWT yang Rahman dan rahim, Pemilik segala puji dan maha kuasa.
Tuhan kepada siapa penulis menyembah dan bersujud,
Memohon pertolongan serta memohon petunjuk jalan yang lurus, Hanya dengan hidayah,
ma’unah dan taufiq- Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku ini. Tiada daya
dan kekuatan melainkan dengan nama- Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah SAW yang ditahbiskan oleh Allah sebagai uswah hasanah bagi umat manusia.
Modul ini disusun dari keyakinan, kecintaan dan kerinduan pada kejayaan ayat-ayat Allah
sebagaimana dahulu pernah diimplementasikan oleh para Rasul Allah seperti Ibrahim AS,
Musa AS, Isa AS, dan Muhamad SAW dan sekaligus dapat dijadikan sebagai buku pedoman
dalam auditing perbankan syariah yang berbasis nilai nilai Islami pada program S1
maupun program magister manajemen (S2) Institut Pesantren KH Abdul Chalim
Mojokerto.
1. Pengertian Auditing
Audit berasal dari bahasa Latin yang berarti “dia mendengar”. Dari segi etimologis
“audit” diartikan pemeriksaan pembukuan keuangan. Auditing adalah rangkaian praktik dan
prosedur, metode dan teknik, cara yang membutuhkan penjelasan, deskripsi, rekonsiliasi dan
argumen teoretis dalam mengevaluasi aktivitas ekonomi. (Mautz dan sharaf, 1993:161)
Menurut Mulyadi dan Kanaka Puradireja, auditing adalah proses sistematis untuk
mempelajari dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang
kegiatan dan kejadian ekonomi, untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan
tersebut dan criteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai
yang berkepentingan. (Mulyadi dan Kanaka, 1998:41). Secara singkatnya auditing dapat
diartikan sebagai suatu proses pemeriksaan laporan keuangan suatu organisasi atau lembaga
dan memberikan pendapat atas kewajaran nya.
Untuk memulai pembahasan tentang Auditing dalam Islam ini mari kita mulai dari
ayat Al-Qur'an. Dalam AI-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 282 yang merupakan ayat terpanjang
dalam Al-Qur'an dapat kita baca sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan
benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakan apa yang ditulis itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan
janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang
lemah akal atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka
Ayat ini mewajibkan penulisan utang piutang untuk menjamin terciptanya kebenaran dan
keadilan. Menurut ayat ini pencatatan saja tidak cukup, tetapi harus ada persaksian dari pihak
lain. Professi akuntan sangat relevan dengan fungsi kesaksian (attestation) dan fungsi
akunting dengan pencatatan. (Sofyan S Harahap, 2002:11-12).
Tujuan audit syariah adalah memastikan kesesuaian seluruh operasional suatu entitas
syariah dengan prinsip dan aturan syariat yang digunakan sebagai manajemen dalam
mengoperasikan entitas syariah tersebut. Accounting and Auditing Organization for Islami
Financial Institutions (AAOIFI), mengeluarkan dan mengesahkan standar audit yang berlaku
pada lembaga keuangan syariah yang kemudian diacu di berbagai negara. (Rusdiana dan
Saptiaji, 2018:96)
Secara operasional, tujuan audit dalam Islam (Shafi dan Siddiqui, 2011:397), yaitu:
2. Memperbaiki kesalahan
Filosofi menurut Webster Dictionary adalah bidang ilmu yang mencari pemahaman
umum terhadap nilai dan realitas melalui kegiatan pemikiran, Secara etimologis Philosophy
yang berasal dari bahasa Greek terdiri dari dua kata: "Philein" yang berarti mencintai (to
love) dan "Sophia" yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Jadi menurut Phytagoras ia selaku
filosofis adalah pencinta kebijaksanaan. Ada 4 sifat dari filosofi (Sofyan S Harahap, 2002:68-
69), yaitu:
4. Pandangan/impian/imajinasi.
Sedangkan menurut Mautz dan Sharaf (1961) Filosofi diartikan sebagai “kumpulan
prinsip yang mendasari suatu cabang pengetahuan dan sebagai suatu system untuk memandu
permasalahan praktis". Namun terlepas dari semua kritikan itu kedua penulis mengklaim
bahwa ada teori auditing yang memiliki asumsi dasar (basic assumptions) atau body of
integrated ideas. Dengan adanya basic assumptions ini maka diharapkan akan dapat
membantu pengembangan dan pelaksanaan praktek audit serta dapat memecahkan (minimal
petunjuk untuk memecahkan) berbagai persoalan yang ditemukan dalam professi dan ilmu
audit ini. (Sofyan S Harahap, 2002:70). Dari penjelasan diatas dapat kita simpul kan bahwa
sebagai ilmu maupun sebagai metode, praktek dan teknik alangkah baiknya jika auditing
memiliki landasan filosofi atau teori yang jelas sehingga dapat menjawab permasalahan yang
muncul serta dapat mengembangkan ilmu itu selanjutnya.
Audit syariah memiliki hubungan dengan lembaga hisbah. Hisbah adalah salah satu
lembaga ekonomi yang paling awal dalam Islam. Menurut Islahi, hisbah adalah lembaga
agama di bawah otoritas negara yang menunjuk orang untuk melaksanakan tanggung jawab
memerintahkan apa yang benar. Muhtasib merupakan anggota dari lembaga hisbah adalah
orang-orang yang memiliki pengetahuan dan kualifikasi tertentu dalam syariat dan ekonomi,
yang mampu untuk memberikan nasihat dan memberikan pendapat mengenai hal-hal atau isu
yang bertentangan dengan kode etik.
Pengembangan Baitulmal lebih komprehensif pada Khalifah Ali bin Abi Thalib,
Sistem administrasi Baitulmal di tingkat pusat dan lokal telah berjalan baik dengan
ditunjukkan adanya surplus dan dibagikan secara proporsional sesuai tuntutan Rasulullah.
Surplus mengindikasikan bahwa proses pencatatan dan pelaporan berlangsung dengan baik.
Lembaga hisbah runtuh pada Khilafah Islam terakhir di Turki Utsmaniah pada awal tahun
1900. Negara-negara Islam yang dipecah dan dibatasi ke beberapa negara dan telah berada di
bawah penjajahan. Demikian juga audit syariat istilah juga merupakan istilah baru meskipun
perbankan Islam modern dan keuangan ada sejak 1960.
Audit syariah dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk memastikan bahwa
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh institusi keuangan Islam tidak melanggar syariah atau
pengujian kepatuhan syariah secara menyeluruh terhadap aktivitas bank syariah. Tujuan audit
syariah adalah untuk memastikan kesesuaian seluruh operasional bank dengan prinsip dan
aturan syariah yang digunakan sebagai pedoman bagi manajemen dalam mengoperasikan
bank Syariah. Framework (kerangka kerja) audit merupakan aturan, arahan dan acuan
seorang auditor dalam melaksanakan audit sehingga hasil audit berkualitas, dapat
dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Landasan syariah dari
Standar Auditing AAOIFI untuk audit pada lembaga keuangan syariah sendiri
mencakup lima standar, yaitu tujuan dan prinsip (objective and principles of auditing),
laporan auditor (auditor‟s report), ketentuan keterlibatan audit (terms of audit engagement),
lembaga pengawas syariah (sharia supervisory board), tinjauan syariah (sharia review)
(Minarni, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. IV, No. 1, Juli 2010: 34).
Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa kerangka audit syariah antara lain memenuhi unsur
sebagai berikut:
1. Audit syariah dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan perbankan syariah
pada prinsip dan aturan syariah dalam produk dan kegiatan usahanya sehingga auditor
syariah dapat memberikan opini yang jelas apakah bank syariah yang telah diaudit
tersebut sharia compliance atau tidak
2. Audit syariah diselenggarakan dengan acuan standar audit yang telah ditetapkan oleh
AAOIFI
1.2 Menyamakan pemikiran akuntansi dan auditing yang relevan kepada lembaga
keuangan dan penerapannya melalui pelatihan, seminar, penerbitan jurnal
yang berkaitan dengan hasil riset
1.4 Me-review dan merubah standar akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan
Islam.
1.12 Menunjuk dan memberhentikan Ketua, Wakil Ketua dan anggota Accounting dan
Auditing Standards Boards.
1.14 Menunjuk Komite Eksekutif diantara anggota Board of Trustees dan Standards
Board.
Namun mereka ini tidak berhak untuk mengarahkan atau mempengaruhi Standards
Board dalam merumuskan standar akuntansi dan auditing, pengembangan teori akuntansi dan
auditing dalam bentuk apapun. Berikut ini kita sajikan standar auditing menurut AAOIFI atau
dikenal dengan nama “Auditing Standard for Islamic Institution” (ASIFIs) No. 1 dengan
judul “Tujuan dan Prinsip Audit” yang disusun oleh tim yang beranggotakan 14 orang dan
standar ini berlaku sejak tanggal 1 Muharram 1418 H atau 1 Januari 1998. Standar ini
disahkan pada pertemuan dewan yang ke 11 yang dilaksanakan pada tanggal 2-3 Muharram
1417 atau 19-20 Mei 1998. Dewan diketahui oleh Abdul Malik Yousef Al Hamar.
B. Tujuan
Tujuan dari standar auditing untuk lembaga keuangan adalah untuk menetapkan
standard dan memberikan pedoman mengenai tujuan dan prinsip umum pelaksanaan audit
atas laporan keuangan yang disajikan oleh lembaga keuangan Islam yang beroperasi sesuai
dengan prinsip dan aturan syariah. Tujuan audit adalah agar auditor mampu menyatakan
suatu pendapat apakah laporan keuangan yang disusun oleh lembaga itu, dari semua aspek
yang bersifat material, “true dan fair” atau benar dan wajar sesuai dengan aturan dan prinsip
syariah, standar akuntansi AAOIFI, serta standard dan praktik akuntansi nasional yang
berlaku di negara itu. Pendapat audit tidak memberikan keyakinan yang menyangkut
3.1 Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “kode etik profesi akuntan” yang
dikeluarkan oleh AAOIFI dan the international federation of accountants yang tidak
bertentangan dengan aturan dan prinsip Islam.
3.2 Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan oleh auditing
standards for Islamic financial institutions (ASIFIs).
D. Skop Audit
Skop audit adalah cakupan audit yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam
melaksanakan audit atas lembaga keuangan Islam. Prosedur yang dibutuhkan untuk
melakukan audit sesuai dengan standar audit untuk lembaga keuangan Islam ini harus
ditentukan oleh auditor dengan berpedoman pada persyaratan yang ditentukan oleh:
4.5 Peraturan dan prinsip yang tidak bertentangan dengan aturan islam yang berkaitan
dengan penugasan
Kode Etik Akuntan/ Auditor merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari syariah
Islam. Dalam sistem nilai Islam, syarat ini ditempatkan sebagai landasan semua nilai dan
dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam setiap legislasi dalam masyarakat dan negara
Islam. Namun disamping dasar syariat ini landasan moral juga bisa diambil dari hasil
pemikiran manusia pada keyakinan Islam. Beberapa landasan Kode Etik Akuntan/ Auditor
Muslim ini adalah:
2. Keikhlasan: Landasan ini berarti bahwa Akuntan/ Auditor harus mencari keridhaan
Allah dalam melaksanakan pekerjaannya bukan mencari nama, pura-pura, hipokrit dan
sebagai bentuk kepalsuan lainnya. Menjadi ikhlas berarti Akuntan/ Auditor tidak perlu
tunduk pada pengaruh atau tekanan luar tetapi harus berdasarkan komitmen agama,
ibadah dalam melaksanakan fungsi profesinya. Tugas profesi harus bisa dikonversi
menjadi tugas ibadah.
3. Ketakwaan: Takwa merupakan sikap ketakutan kepada Allah baik dalam keadaan
tersembunyi maupun terang-terangan sebagai salah satu cara untuk melindungi
seseorang dari akibat negatif dari perilaku yang bertentangan dari syariah khususnya
dalam hal yang berkaitan dengan perilaku terhadap penggunaan kekayaan atau transaksi
yang cenderung pada kezaliman dan dalam hal yang tidak sesuai dengan Syariah
4. Kebenaran dan Bekerja Secara Sempurna: Akuntan/ Auditor tidak harus membatasi
dirinya hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan profesi dan jabatannya tetapi juga harus
berjuang untuk mencari dan menegakkan kebenaran dan kesempurnaan tugas profesinya
dengan melaksanakan semua tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baik dan
se sempurna mungkin. Hal ini tidak akan bisa terealisir terkecuali melalui kualifikasi
1. Kebenaran (righteousness)
2. Integritas (integrity)
5. Kejujuran (honestly)
7. Objektif (objectivity)
Penerimaan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, yaitu
mengambil keputusan untuk menerima/ menolak suatu kesempatan untuk menjadi
auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang
sudah ada. Pada umumnya keputusan untuk menerima/ menolak ini sudah dilakukan
sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.
(Haryono Jusup, 2001:169) Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan yang
cukup ketat antar kantor akuntan publik untuk mendapatkan klien. Bagi suatu kantor
akuntan publik, klien bisa merupakan klien baru atau klien lama (yang sudah ada) yang
diharapkan akan melanjutkan memberikan penugasan audit pada tahun atau tahun-tahun
berikutnya. Pergantian auditor bisa terjadi karena berbagai alasan, yaitu:
Perikatan adalah kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan suatu ikatan
perjanjian. Dalam perikatan audit, klien mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan
auditor. Klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan
auditor sanggup melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi
profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit adalah pengambilan keputusan untuk
menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien atau untuk menghentikan atau
melanjutkan perikatan audit dari klien berulang. (Mulyadi, 2002:122) Di dalam
Bagi klien yang pernah diaudit oleh auditor lain, pengetahuan tentang manajemen
klien yang dimiliki oleh auditor pendahulu merupakan informasi penting bagi auditor
pengganti. Sebelum menerima penugasan, PSA No.16, Komunikasi Antara Auditor
Pendahulu dengan Auditor pengganti (SA 315.02), mengharuskan auditor pengganti
untuk berkomunikasi dengan auditor pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis.
Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan
resiko luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari
calon klien dapat diketahui dengan cara :
Bapepam, badan pengaturan, bank dan lembaga keuangan lain, pemegang saham, dan
pasar modal adalah pemakai utama laporan audit. Perusahaan publik yang sebagian
kepemilikannya berada di tangan masyarakat melalui mekanisme pasar modal berbeda
tuntutan atas jasa audit dibandingkan dengan perusaan perorangan atau PT tertutup.
b. Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien dimasa depan
Jika suatu saat auditor mendapat informasi bahwa klien sedang menghadapi tuntutan
pengadilan, ada kemungkinan auditor akan terlibat dalam perkara pengadilan yang
dihadapi oleh calon kliennya tersebut. Oleh karena itu, auditor dapat
mempertimbangkan untuk menolak perikatan audit dari klien.
Standar umum yang pertama menyatakan Audit harus dilaksanakan oleh seorang/
lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. Oleh karena
itu, sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus mempertimbangkan
apakah ia dan anggota tim auditnya memiliki kompetensi memadai untuk
menyelesaikan perikatan tersebut, sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh
IAI.
Dalam mempertimbangkan perikatan audit dari calon klien, auditor kemungkinan akan
menghadapi masalah berikut ini, yang mungkin memerlukan pekerjaan spesialis:
Contoh: ahli geologi, penasihat hukum, penilai (appraiser), dan aktuaris. Auditor dapat
menghadapi 2 kemungkinan keadaan berikut:
Aturan Etika KAP mengatur tentang independensi auditor dan stafnya sebagai
berikut:
Standar umum yang kedua menyatakan bahwa dalam semua hal yang berhubungan
dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor,
Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar
profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut
harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in
appearance). Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan
integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest)
dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang
diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak
lain. Oleh karena itu, sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus
memastikan bahwa setiap profesional yang menjadi anggota tim auditnya tidak terlibat
atau memiliki kondisi yang menjadikan independensi tim auditnya diragukan oleh pihak
yang mengetahui salah satu dari 8 golongan informasi tersebut diatas.
Standar umum yang ketiga menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama .
2. Pekerjaan akhir tahun (year-end work) yang merupakan pekerjaan lapangan yang
dilaksanakan oleh auditor beberapa minggu sebelum tanggal neraca sampai 3 bulan
setelah tanggal neraca.
Personel klien juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai perikatan berikut ini :
Baik klien maupun auditor berkepentingan untuk mengirim surat perikatan, lebih baik
sebelum dimulainya suatu perikatan, untuk menghindari salah paham berkenaan dengan
perikatan tersebut. Surat perikatan dapat pula mendokumentasikan dan menegaskan
penerimaan auditor atas penunjukan perikatan, tujuan dan lingkup audit, dan luasnya
tanggung jawab auditor kepada klien dan bentuk laporan.
Bentuk dan isi surat perikatan audit dapat bervariasi di antara klien, namun surat
tersebut umumnya berisi:
Bila auditor induk perusahaan juga bertindak sebagai auditor anak perusahaan, cabang
atau divisi (komponen), ia harus memperhatikan faktorfaktor berikut ini dalam
mempertimbangkan apakah perlu mengirimkan surat perikatan audit secara terpisah
kepada komponen:
2. Audit Berulangkali
a. Adanya petunjuk bahwa klien salah paham mengenai tujuan dan lingkup audit.
b. Adanya revisi atau syarat-syarat perikatan khusus
c. Perubahan manajemen senior, dewan komisaris atau kepemilikan.
d. Perubahan signifikan dalam sifat dan ukuran bisnis klien.
e. Persyaratan hukum.
BAB IX
Di Malaysia Kasim dkk (2009) menyatakan bahwa ada tekanan dari pihak eksternal
untuk melaporkan perilaku sosial dan kinerja organisasi dalam semua hubungan mereka
dengan masyarakat, individu dan organisasi lainnya, artinya pihak eksternal menekan
IFIs untuk menyelenggarakan audit sosial. Kemudian muncul keinginan untuk
memperluas ruang lingkup audit syariah. Namun hal tersebut terkendala oleh kurangnya
keahlian, spesifikasi dan definisi tentang ruang lingkup praktek audit syariah. Hal ini
tampaknya menjadi alasan dalam gap yang dimaksud. Dengan mentalitas kapitalistik
dan kurangnya kesadaran tentang pelebaran ruang lingkup dalam sosial dan lingkungan
serta audit kinerja adalah beberapa alasan sehingga sulit memperluas ruang lingkup.
Dengan demikian kesenjangan ada antara „‟the desired‟‟ dan „‟the actual‟ (Kasim dan
Sanusi, 2013).
Bangladesh dan Brunai Darusalam belum diketahui dengan jelas ruang lingkup audit
syariah, namun jika merujuk pada hasil penelitian Yacoob (2012), ruang lingkup audit
syariah di sana mengacu pada dua aspek seperti hal nya Indonesia, yaitu audit pada
laporan keuangan dan audit kepatuhan syariah suatu produk yang dikeluarkan oleh
lembaga keuangan syariah di masing-masing negara tersebut. Hal tersebut mengacu
pada standar yang mereka jadikan acuan yaitu AAOIFI. Perdebatan mengenai ruang
lingkup audit syariah ini memang masih terjadi. Namun AAOIFI sudah
merepresentasikan ruang lingkup audit syariah itu sendiri. Sebuah audit syariah memang
Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melakukan perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan
program audit menyeluruh. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan
oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. Adapun pengertian
perencanaan audit menurut pakar-pakar, yaitu:
Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan supervisi
biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan satuan usaha
dan diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut.
Contoh prosedur tersebut meliputi:
1. Hal-hal mengenai klien, Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam:
Banyak kantor akuntan publik mengadakan evaluasi terhadap klien setiap tahun untuk
memutuskan apakah ada alasan untuk tidak meneruskan pekerjaan auditnya. Untuk
melanjutkan klien lama juga harus di evaluasi untuk memutuskan apakah diterima atau
tidak dapat dilanjutkan, penyebab tidak bisa dilanjutkannya pemeriksaan karena
perselisihan sebelumnya, jika terjadi tuntutan hukum terhadap Kantor Akuntan Publik
oleh klien.
Menentukan staf yang pantas untuk penugasan adalah penting untuk memenuhi
standar auditing yang telah ditetapkan dan meningkatkan efisiensi audit. Pertimbangan
yang mempengaruhi penyusunan staf adalah perlunya kesinambungan (kontinuitas) dari
tahun ke tahun.
Auditor harus memiliki tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaan klien yang
akan diaudit yang berguna sebagai acuan dalam menentukan surat penugasan atau
perlu tidaknya prosedur-prosedur audit khusus. Hal-hal yang harus dilakukan untuk
memperoleh informasi sehingga dapat memahami latar belakang klien adalah dengan
cara: Memahami bidang usaha dan industri klien, meninjau pabrik dan kantor,
meninjau kebijakan perusahaan, mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, dan mengevaluasi apakah dibutuhkan ahli dari luar
BAB X
Audit laporan keuangan sangat dibutuhkan dalam kondisi ekonomi pasar bebas.
Audit laporan keuangan memeriksa apakah laporan keuangan yang diperiksa dinyatakan
sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Dalam audit laporan keuangan
terdapat pedoman untuk pelaksanaannya meliputi azas-azas audit laporan keuangan dan
hubungan antara akuntansi dan auditing. Dalam proses audit laporan keuangan terdapat
perbedaan yang signifikan dengan proses akuntansi. Untuk akuntansi mencakup
kegiatan yang dapat mempengaruhi sebuah entitas, kemudian mengidentifikasi bukti
transaksi, pencatatan (jurnal), pengkhtisaran (neraca saldo), penyesuaian dan penutup
(neraca lajur) kemudian menjadi laporan keuangan. Proses akuntansi sendiri harus
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (generally accepted
accounting principles/ GAAP). Tujuan akhir akuntansi adalah untuk memberikan data
yang relevan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Audit laporan
keuangan terdiri dari upaya memahami bisnis dan industri klien serta mendapatkan dan
mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan manajemen, sehingga
auditor memeriksa apakah laporan keuangan tersebut telah sesuai dengan GAAP.
A. Pertentangan Kepentingan
C. Kompleksitas
Para pengguna laporan keuangan merasa sulit atau juga tidak mungkin
untuk mengevaluasi laporan keuangan sendiri karena dalam proses akuntansi
dan peyusunan laporan keuangan sendiri sangat kompleks. Oleh karena itu
dibutuhkan auditor independen untuk menilai informasi yang dimuat dalam
laporan keuangan.
D. Keterpencilan
a) Biaya, biaya audit yang dibatasi dapat menghambat dalam pengujian atau penarikan
sampel dari catatan akuntansi atau data pendukung yang dilakukan secara selektif.
Selain itu auditor juga dapat memilih untuk menguji sistem pengendalian internal dan
mendapatkan keyakinan dari sistem pengendalian internal yang berfungsi dengan baik.
b) Waktu, laporan hasil audit biasanya terbit tiga sampai lima minggu setelah tanggal
Laporan Posisi Keuangan. Hambatan waktu dapat mempengaruhi jumlah bukti transaksi
setelah tangga Laporan Posisi Keungan yang berdampak pada laporan keuangan.
Dalam audit laporan keuangan, auditor berhubungan professional dengan empat kelompok
yaitu:
a. Manajemen
Dewan direksi memiliki peran penting dalam keahlian dan pengetahuan auditor
mengenai faktor risiko bisnis dan daya saing perusahaan. Dewan direksi berkewajiban
untuk mengawasi apakah perusahaan telah berjalan sesuai dengan kepentingan
pemegang saham. Jika dewan direksi terdiri dari pejabat perusahaan maka hubungan
Fungsi suatu komite audit yang secara langsung mempengaruhi auditor independen adalah:
4. Me-review laporan keuangan dan laporan auditor bersama auditor pasa saat penyelesain
penugasan.
c. Audit Internal
d. Pemegang Saham
Para pemegang saham sangat mengandalkan laporan keuangan yang telah diaudit
untuk mendapatkan keyakinan bahwa manajemen telah melaksanakan tugas dengan
baik. Selain itu auditor dapat memberikan tanggapan langsung atas
pertanyaanpertanyaan para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham.
1. Program audit dapat dijadikan sebagai alat pemandu (guidance) bagi tim
pemeriksa.
2. Program audit dapat dijadikan sebagai dasar penyusunan rencana audit untuk
tahun yang akan datang.
3. Program audit merupakan pemenuhan persyaratan NPA.
b. Tanggung jawab auditor Pekerjaan auditor ini bertujuan untuk menyatakan pendapat
mengenai kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi,
serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor
mengumpulkan bahan bukti untuk memverifikasi dan selanjutnya membuat kesimpulan
tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, serta untuk menemukan
keefektifan pengendalian internal yang telah diterapkan manajemen klien. Auditor
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan. Menjelaskan
bahwa auditor dengan tingkat kepastian yang layak bertanggung jawab untuk
mendeteksi salah saji yang material pada laporan keuangan, namun tidak absolut, atau
tidak berarti memberikan jaminan penuh (garansi 100%) atas kebenaran laporan
keuangan yang disusun manajemen klien. Materi pokok yang merupakan tanggung
jawab auditor adalah sebagi berikut:
c. Materialitas
d. Pendeteksian Errors & Fraud a. Error (Kekeliruan) Istilah kekeliruan berarti salah saji
atau hilangnya jumlah atau pengukapan dalam laporan keuangan yang tidak disengaja.
Kekeliruan ini mencakup:
1. Mengambil sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum.
2. Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
memaksa seseorang dengan kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang
seluruhnya atau sebagaian adalah kepunyaan orang lain. Atau supaya membuat utang
maupun piutang terhapus.
3. Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
dengan memakai nama palsu atau kebohongan, menggerakkan orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi utang maupun
menghapus piutangnya.
Organisasi internasional yang merupakan asosiasi akuntan forensik di Amerika
Serikat (Association of Certified Fraud Examiner, disingkat ACFE)
menggambarkan kecurangan dalam sebuah bentuk fraud tree atau pohon
kecurangan dan pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari kecurangan dalam
hubungan kerja.
Fraud tree terdiri dari tiga cabang utama, yakni corupption, asset misappropriation, dan
fraudulent statements.
a. Corruption Berdasarkan fraud tree, korupsi terdiri dari empat komponen yakni, conflict
of interest atau benturan kepentingan, yang sering kita jumpai dalam berbagai bentuk
diantaranya bisnis pelat merah atau bisnis pejabat (penguasa) dan keluarga serta kroni
mereka yang menjadi pemasok atau rekanan lembagalembaga pemerintah dan didunia
bisnis sekalipun (Theodorus M. Tuanakotta, 2014). Bribery atau penyuapan merupakan
hal yang sering dijumpai dalam kehidupan bisnis dan politik di Indonesia untuk
memuluskan rencana para elit pemegang kepentingan tersebut. Illegal gratuities adalah
pemberian hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan kepada pihak
yang berkaitan dalam suatu bisnis dan kegiatan politik di Indonesia. Dan yang
selanjutnya ialah, economic extortion yang merupakan bentuk ancaman terhadap
rekanan dengan secara terselubung atau terbuka.
BAB XII
financial. Pada financial fraud tindakan yang terjadi dapat berupa penyajian aset
atau pendapatan yang lebih tinggi dari yang sebenarnya (Asset/ revenue
overstatements) atau penyajian yang lebih rendah dari yang sebenarnya (Asset/
revenue understatements). Sedangkan untuk non-finacial fraud tindakan yang terjadi
dapat berupa penyampaian laporan non-keuangan yang menyesatkan, laporan yang
A Fraudulent Financial Reporting Salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah
atau pengungkapan dalam laporan keuangan. 2. Misappropiation of Assets Salah
saji yang timbul dari pencurian assets entitas yang mengakibatkan laporan
keuangan tidak disajikan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kecurangan
ini mencakup tindakan:
B Penggelapan tanda terima barang/uang
C Pencurian aset
Tindakan yang menyebabkan entitas harus membayar atas harga barang yang tidak
diterima. Kecurangan (fraud) lebih sulit dideteksi oleh auditor dibandingkan dengan
eror. Karena fraud seringkali mencakup unsur kolusi dan pemalsuan dokumen. Auditor
2. Mencegah fraud:
1. Bila auditor tidak menyangsikan, maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian.
3. Apabila auditor telah berkesimpulan bahwa rencana manajemen dapat secara efektif
dilaksanakan maka auditor harus mempertimbangkan mengenai kecukupan
pengungkapan Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan tersebut memadai
maka ia akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelasan mengenai kemapuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Laporan audit standar tanpa pengecualian untuk entitas non publik Berikut ini delapan
bagian dari laporan audit standar tanpa pengecualian, sebagai berikut:
BAB XIII
Fungsi Akuntan Publik adalah memeriksa laporan keuangan dengan maksud untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran posisi keuangan perusahaan perusahaan dan hasil
operasinya. Kepercayaan pembaca kepada laporan keuangan terletak pada jenis
pendapat akuntan atas laporan keuangan tersebut disamping kredibilitasnya akuntan itu
sendiri. Untuk mengetahui jenis pendapat akuntan, berikut ini akan kita bahas beberapa
pendapat akuntan:
1. Pendapat Wajar (Unqualified Opinion) Pendapat ini disebut juga unqualified opinion,
clean opinion, pendapat tanpa cacat, pendapat bersih dan lain-lain. Akuntan akan
memberikan pendapat seperti ini apabila laporan keuangan secara umum
menggambarkan posisi keuangan dan hasil usaha yang wajar yang didasarkan pada
Perlunya dilakukan audit independen laporan keuangan dilihat karena empat kondisi,
yaitu:
a. Pertentangan Kepentingan
b. Konsekuensi Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting dalam memberikan
informasi yang signifikan untuk keputusan investasi, peminjaman dan keputusan
lainnya. Oleh karena itu pengguna laporan keuangan sangat membutuhkan laporan
keuangan yang memberikan data yang relevan, Karena keputusan yang dibuat memiliki
konsekuensi ekonomi, sosial dan konsekuensi yang signifikan lainnya, maka pengguna
laporan akan membutuhkan auditor independen untuk memastikan bahwa laporan
keuangan telah sesuai dengan GAAP.
c. Kompleksitas
Para pengguna laporan keuangan merasa sulit atau juga tidak mungkin untuk
mengevaluasi laporan keuangan sendiri karena dalam proses akuntansi dan peyusunan
laporan keuangan sendiri sangat kompleks. Oleh karena itu dibutuhkan auditor
independen untuk menilai informasi yang dimuat dalam laporan keuangan.
d. Keterpencilan
Para penguna laporan keuangan merasa tidak praktis untuk mencari akses langsung
dari pada catatan akuntansi untuk melaksanakan sendiri verifikasi atas laporan keuangan
karena adanya faktor jarak dengan perusahaan atau entitas, waktu dan biaya, sehingga
lebih memilih untuk mengandalkan laporan auditor independen.
Audit laporan keuangan yang dilakukan sesuai dengan GAAP memiliki keterbatasan, yaitu
auditor bekerja dalam suatu batasan ekonomi yang wajar. Dua batasan ekonomi tersebut
adalah:
a) Biaya, biaya audit yang dibatasi dapat menghambat dalam pengujian atau penarikan
sampel dari catatan akuntansi atau data pendukung yang dilakukan secara selektif. Selain itu
auditor juga dapat memilih untuk menguji sistem pengendalian internal dan mendapatkan
keyakinan dari sistem pengendalian internal yang berfungsi dengan baik.
b) Waktu, laporan hasil audit biasanya terbit tiga sampai lima minggu setelah tanggal
Laporan Posisi Keuangan. Hambatan waktu dapat mempengaruhi jumlah bukti transaksi
setelah tangga Laporan Posisi Keungan yang berdampak pada laporan keuangan.
a. Manajemen
Dewan direksi memiliki peran penting dalam keahlian dan pengetahuan auditor
mengenai faktor risiko bisnis dan daya saing.
Prosedur Audit Syariah di LKS Pemilihan prosedur yang akan digunakan untuk
menyelesaikan suatu tujuan audit tertentu terjadi dalam tahap perencanaan audit. “Prosedur
audit (audit procedures) adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten.” (Boynton et
al, 2003:236)
Gambaran umum proses audit, dijelaskan tentang bukti audit diperoleh melalui
prosedur audit, prosedur ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman atas bisnis klien
berikut struktur pengendalian internnya, melaksanakan pengujian pengendalian, dan
melaksanakan pengujian substantif. Untuk mencapai tujuan tersebut auditor dapat memilih
sepuluh jenis prosedur audit menurut Boynton et al. (2003:237) yaitu:
2. Menentukan bahwa dokumen pada transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat
dalam catatan akuntansi
2. Mendapatkan dan mengipeksi dokumen yang menjadi dasar pembuatan ayat jurnal
tersebut untuk menentukan validasi dan ketelitian transaksi yang dicatat.
h) Pengamatan (observing) Aktivitas ini merupakan kegiatan rutin dari suatu tipe
transaksi
a) Pemeriksaan Fisik Prosedur yang dilakukan dengan cara melihat, menghitung dan
mengenali langsung jumlah pos/barang seperti menghitung kas, melihat bagunan, melihat
pabrik, menghitung persediaan barang, dan lain-lain.
e) Tracing (Menelusuri)