Anda di halaman 1dari 17

DOMAIN USING DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Landasan Teknologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Mustaji, M.Pd

Anggota Kelompok 4:

1. Dita Alvinda Calista (20070905001)

2. Nila Nurcahyaning K. (20070905004)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

PASCASARJANA

PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pembahasan “Domain
USING dalam Teknologi Pendidikan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Landasan Teknologi Pendidikan. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih
kepada bapak Prof. Dr. Mustaji, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempuna dan masih memerlukan
perbaikan-perbaikan agar menjadi jauh lebih baik. Oleh karena itu kami membutuhkan
kritis, saran, dan masukan untuk memperbaiki tugas-tugas pembuatan makalah selanjutnya
yang berhubungan dengan mata kuliah ini. Kami berharap dengan makalah ini, semoga
memberi manfaat bagi pembaca untuk mempelajari tentang domain using pada mata kuliah
Landasan Teknologi Pendidikan ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................................................ 1
BAB II Pembahasan
Evaluasi Materi dan Seleksi
(Material Evaluation and Selection) ..................................................................................... 2
Kriteria Seleksi untuk
Bahan Ajar (Selection Criteria for Instructional Materials) ................................................ 2
Beberapa Hal tentang Seleksi Materi
(Some Realities of Materials Selection) ................................................................................. 4
Kegunaan/Kemampuan Untuk Menggunakan
(Usability).............................................................................................................................. 4
Evolusi Penelitian dan Teori pada Penggunaan Bahan Ajar ........................................ 6
Dasar Teori Penggunaan pada Media Pengajaran ......................................................... 7
Dari penggunaan untuk integrasi, implementasi, dan adopsi
Integrasi (From Utilization to Integration, Implementation, and Adoption) ...................... 9
BAB III Penutup
Kesimpulan ......................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka .................................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi belajar
dan meningkatkan kinerja melalui menciptakan, menggunakan, dan mengelola peoses
dan sumber belajar yang tepat (AECT, 2008). Tujuan dari teknologi pendidikan itu
sendiri adalah memanfaatkan sumber teknologi dan proses, dimana peserta didik
mempunyai lingkungan yang kondusif dan mendukung akses langsung dengan
sumber belajar yang tepat. Belajar bukan hanya dilakukan oleh dan untuk individu,
melainkan oleh dan untuk kelompok, bahkan juga diperuntukkan oleh organisasi
secara keseluruhan. Dengan adanya teknologi pendidikan, maka kita dapat belajar di
mana saja, kapan saja, pada siapa saja, mengenai apa saja, dengan cara dan sumber dari
mana saja yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan.
Sebelum penggunaan atau pemanfaatan media maupun sumber belajar,
keduanya harus terlebih dahulu dilakukan uji kecocokan untuk peserta didik dan
tujuan peserta didik dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan ketersediaan
kondisi pembelajaran dan sumber daya yang tepat. Terdapat beberapa sudut pandang
yang digunakan untuk melihat proses dimana pendidik atau instruktur dapat
memutuskan untuk menggunakan sumber daya teknologi. Sudut pandang tersebut
berfokus pada psikologi pengguna, sosiologi lingkungan pendidikan, pengaturan
lingkungan belajar, dan sistem sosial politik disekitarnya.
Makalah ini akan memfokuskan pada konsep dan prinsip yang berhubungan
dengan “menggunaan teknologi sumber belajar”. Penggunaan dari proses-proses
teknologi. Oleh karena itu dengan memanfaatkan media dan sumber belajar di dalam
teknologi pendidikan secara tepat diharapkan proses pembelajaran akan berjalan secara
efektif dan efisien. .

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu domain penggunaan dalam teknologi pendidikan?
2. Bagaimana evaluasi dan penggunaan bahan dalam teknologi pendidikan?
3. Bagaimana langkah-langkah perencanaan sebelum penggunaan media?
4. Apa itu penggunaan untuk integrasi, implementasi, dan adopsi integrasi?
5. Bagaimana realisasi penggunaan media dan teknologi?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini adalah:
1. Menjelaskan maksud dari domain penggunaan dalam teknologi pendidikan.
2. Menjelaskan evaluasi dan penggunaan bahan dalam teknologi pendidikan.
3. Menjelaskan langkah-langkah perencanaan sebelum penggunaan media.
4. Menjelaskan penggunaan untuk integrasi, implementasi, dan adopsi integrasi.
5. Menjelaskan realisasi penggunaan media dan teknologi
6.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Teknologi Pendidikan adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi belajar dan
meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan dengan mengelola teknologi
dan suber belajar yang tepat (Januszewski & Molenda, 2008). Domain penggunaan di sini
mengacu pada teori dan praktek yang terkait dengan membawa peserta didik berhubungan
dengan kondisi dalam pembelajaran dan sumber belajar yang tepat. Penggunaan dimulai
dengan pemilihan proses dan sumber belajar yang tepat baik metode dan materi. Pemilihan
secara bijak berdasarkan pada evaluasi materi, untuk menentukan sumber belajar yang ada
sesuai untuk pebelajar dan memiliki tujuan. Jika sumber belajar melibatkan media baru atau
metode yang tidak dikenal, kegunaan media atau metode baru tersebut bisa diuji sebelum
digunakan. Kemudian para pebelajar akan bertemu dengan sumber belajar saat proses
pembelajaran pada lingkungan dengan beberapa prosedur. Ketika seorang guru atau
instruktur memasukkan sumber belajar yang baru dalam rencana kurikuler, maka inilah
yang disebut dengan integrasi.

Evaluasi Materi dan Seleksi (Material Evaluation and Selection)


Penggunaan sumber daya berbasis teknologi biasanya dimulai dengan proses
pemilihan materi oleh instruktur dengan menggunakan teknologi maupun spesialis media
yang menyimpan koleksi media untuk digunakan oleh orang lain. Proses seleksi dapat
dimulai dengan pencarian melalui tinjauan media yang tersedia. Untuk membantu pengajar
melihat bahan audiovisual sendiri, terdapat tempat yang menyediakan bahan tersebut
seperti Asosiasi Perpustakaan Film Pendidikan (kemudian Asosiasi Film dan Video
Amerika) secara sistematis telah dikumpulkan dan diterbitkan setelah melalui evaluasi dari
ahli media dan ahli materi. Terdapat banyak sumber tinjauan lain yang tersedia untuk kelas
lainnya dari media audio visual dan digital.
Di Indonesia terdapat contoh badan pengembangan media seperti BPMTP dan
BMPRP yang menyediakan media video dan audio. Balai Pengembangan Media Televisi
Pendidikan (BPMTP) adalah institusi pendidikan yang melaksanakan fasilitasi
pengembangan model dan pemanfaatan media televisi untuk pendidikan bersama dengan
sekolah, guru, masyarakat, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan pendidikan.
Sedangkan BPMRP adalah institusi pendidikan yang mengembangkan dan
mendayagunakan TIK berbasis radio, dan bukan sekedar institusi radio yang diisi konten
pendidikan dan/atau pembelajaran.

Kriteria Seleksi untuk Bahan Ajar (Selection Criteria for Instructional Materials)
Keputusan untuk memberikan jawaban iya atau tidak dalam memilih bahan ajar
tertentu tergantung pada banyak faktor. Namun, ada kriteria umum yang berkaitan dengan
bahan ajar, terlepas dari format media sebagai berikut:
 Apakah tujuan dari materi sesuai dengan tujuan pembelajaran?
 Apakah materinya sesuai dengan target sasaran? (seperti tingkat kemampuan
membaca dan memahami kosakata).
 Apakah informasi yang diberikan akurat dan up to date?

2
 Apakah materi bebas dari bias objektif?
 Apakah materi yang diberikan dapat membangkitkan dan
mempertahankan minat belajar peserta didik?
 Apakah materi dapat mendorong tingkat keterlibatan mental yang
tinggi oleh peserta didik tersebut?
 Apakah kualitas teknisnya dapat diterima?
 Apakah ada bukti keberhasilan seperti hasil uji lapangan?
Penelitian selama setengah abad terakhir telah meneliti bahan dan
perangkat lunak seperti apa yang paling dekat dengan pembelajaran yang
efektif. Hasilnya adalah pemahaman bahwa kriteria yang berbeda harus
diberikan prioritas dalam situasi yang berbeda. Sebagai contoh, seorang guru
sedang meningkatkan kemampuan membaca peserta didik mungkin akan
memilih permainan kosa kata tertentu karena kemungkinan dapat memicu minat
peserta didik. Sehingga guru memberikan mereka latihan yang diperlukan
sebagai prioritas untuk memicu kemampuan membaca peserta didik agar
meningkat. Di sisi lain, guru sekolah dasar dengan kelas yang mempunyai etnis
beragam mungkin mengutamakan materi yang menunjukkan spesifikasi khusus
terhadap masalah ras dan etnis sebagai prioritas diatas hal lainnya.
Terdapat beberapa kriteria seleksi khusus untuk fotmat media tertentu.
Sebagai contoh, materi video yang mengangkat isu permasalahan presentasi
tidak akan berhubungan dengan format verbal dan gambar diam, seperti buku
teks atau halaman web. Di sisi lain, permainan berbasis komputer atau simulasi
mungkin akan dinilai lebih baik terutama pada berapa banyak latihan yang
relevan dan umpan balik yang ditawarkan. Hal tersebut tidak akan berhubungan
dengan media yang disajikan oleh guru seperti presentasi power point.
Daftar periksa evaluasi berkembang pada 1920-an dan 1930-an untuk
penilaian film bisu dan suara. Dari waktu ke waktu, daftar periksa ini telah
disesuaikan dengan media yang lebih baru untuk memberikan bimbingan yang
lebih spesifik untuk berbagai khalayak dan bidang studi yang berbeda. Praktek
menggunakan daftar tersebut telah berevolusi dengan tingkat kompleksitas
sehingga memerlukan volume khusus untuk kriteria seleksi yang digunakan di
tingkat guru untuk bahan ajar. Terdapat kriteria dan daftar periksa untuk bahan-
bahan gratis, bahan yang di danai pemerintah federal, dokumen pemerintah,
media bergambar, bahan cetak, media non cetak, permainan dan simulasi,
mainan dan manipulatif, televisi, dan film.
Daftar kriteria dan seleksi dikembangkan untuk bahan audiovisual telah
diciptakan kembali untuk dunia media digital. Panduan peninjau perangkat
lunak pendidikan berada di (International Society for Technology in Education
ISTE, 2004) edisi ke 21. Kriteria yang tercantum pada Educational Technology
Resource Evaluation Form mencakup pertimbangan yang umum yaitu:

3
 Tujuan yang diutamakan: kemampuan peserta didik dalam kreativitas,
kolaborasi, penemuan, berpikir tingkat tinggi, pemecahan masalah,
kemampuan menghafal.
 Tingkat kelas atau kemampuan peserta didik (minat peserta didik).
 Konten yang dimuat adalah konten saat ini (uptodate), isi konten
menyeluruh, sesuai usia, dapat diandalkan, dan isi konten yang jelas.
 Konten bebas dari bias.
 Dapat meningkatkan motivasi.
 Kualitas teknis yang tepat.
Daftar periksa diatas tidak secara jelas menanyakan tentang bukti
efektivitas. Daftar periksa dapat berupa pertanyaan tentang strategi
pembelajaran yang tertanam dan sekitar metode penilaian seperti “apakah
strategi pembelajaran yang ada tergabung dalam penilaian desain?”. Penilaian
yang dimaksud adalah memiliki pretsest atau post-test dan pencatatan oleh
peserta didik.

Beberapa Hal tentang Seleksi Materi (Some Realities of Materials Selection)


Penelitian menunjukkan bahwa guru biasanya mulai dengan
mengumpulkan bahan-bahan yang tersedia dan kemudian meyusun kegiatan
berdasarkan ketersediaan bahan tersebut, tidak dengan menentukan tujuan dan
melakukan pencarian untuk bahan yang mengarah ke arah tujuan tersebut. Guru
tidak selalu memilih bahan melalui proses seleksi yang sistematis. Di sisi lain
banyak bahan penilaian dan seleksi yang keputusannya tidak dibuat oleh guru
tersebut melainkan oleh komite. Komite memiliki bagian untuk menyeleksi
textbook dan melakukan pengambilan keputusan apakah media non-cetak
diperoleh di sekolah atau tingkat kabupaten. Hal tersebut terjadi karena dua
alasan. Pertama, mereka menyediakan cara yang lebih obyektif untuk
membandingkan pendapat, menyediakan kerangka kerja untuk diskusi. Dengan
demikian, mereka memastikan bahwa masalah yang benar-benar relevan akan
dibangkitkan dan digunakan sebagai faktor penentu. Kedua, mereka
menyediakan dokumentasi keputusan komite ex post facto, yang menunjukkan
tidak hanya pilihan yang dibuat tetapi alasan untuk pilihan tersebut jika
keputusan tersebut dipertanyakan di lain waktu.

Kegunaan/Kemampuan Untuk Menggunakan (Usability)


Perangkat keras dan perangkat lunak yang telah dibuat atau diperoleh
sering tidak diketahui kulitasnya oleh pengguna. Pengguna, tentu saja bisa jadi
peserta didik, guru, atau staff pendukung memiliki masalah dalam penggunaan.
Penggunaan hanya mengacu pada kualitas yang mudah digunakan untuk
beberapa tujuan tertentu. Organisasi standar internasional menetapkan
penggunaan lebih formal sebagai “sebagai mana suatu produk dapat digunakan
oleh pengguna tertentu”. (Usability Professionals’ Association, n.d.). oleh karena

4
itu, siapapun yang mendesain bahan dan peralatan yang digunakan disekolah
harus dipikirkan sebagaimana bahan-bahan tersebut dapat di akses oleh guru
dengan berbagai kompetensi teknologi.
Pada dasarnya usabilitas merupakan masalah lama sebelum era komputer.
Pengguna audio-visual harus menjawab tantangan dengan proyektor film yang
sulit untuk dioperasikan, slide-tape player misalnya. Selain itu, proyektor
ternyata cepat panas sehingga mudah terbakar. Studi reaksi pebelajar terhadap
program multimedia yang inovatif menunjukkan bahwa pebelajar selalu terpusat
pada karakteristik novel dari presentasi dibandingkan pada isinya. Tetapi
dimulainya komputer membawa masalah usabilitas di bagian awalnya.
Simulasi lewat kinerja dari Donald Norman (1988) dan Jacob Nielsen
(1994), teknologi dari usabilitas engineering telah berkembang. Usabilitas
engineering menyadari beberapa sumber potensial dari masalah usabilitas:
antara pengguna dan peralatan, pengguna dan tugas, pengguna dan pengguna
lainnya, serta pengguna dan lingkungan dalam ketentuan dari perkembangan
perangkat lunak. Dalam hal pengembangan perangkat lunak, kekhawatiran
cenderung fokus pada isu-isu sebagai berikut:
 Konsistensi, memastikan, misalnya bahwa warna dan ikon tertentu
berarti hal yang sama di seluruh program dan fungsi tertentu terletak di
tempat yang sama.
 Kesederhanaan, menjaga tata letak struktur yang jelas dan rapi.
 Struktur atau tatanan, mudah dinavigasi.
 Kesesuaian dengan kebutuhan dan kemampuan dari pengguna
dimaksudkan di dalamnya termasuk dengan antisipasi bagi mereka yang
memiliki gangguan penglihatan.
 Ketersediaan bantuan online yang benar-benar responsif terhadap
masalah.
Booth (1989), menambahkan kemudahan belajar, kemudahan mengingat,
dan visibilitas. Untuk memastikan bahwa produk mudah untuk digunakan,
desainer biasanya melakukan pengujian kegunaan pada prototype. Idealnya,
penguji memerlukan pengguna yang dapat bekerja dalam lingkungan yang
nyata. Instrumen dan observasi digunakan untuk menentukan bagaimana reaksi
pengguna terhadap prototype sehingga masalah dapat terdeteksi dan segera di
selesaikan sebelum produk di distribusikan secara luas (Rubin, 1994).
Terkadang survei dan kuisioner juga digunakan untuk menentukan
perasaan pengguna prototype ketika menggunakan prototype. Pengujian
kegunaan utamanya adalah sebagai bahan evaluasi seorang desainer, tetapi
penilaian tentang kegunaan adalah bagian penting dari pekerjaan guru dan
spesialis teknologi ketika membuat keputusan tentang penggunaan perangkat
keras dan perangkat lunak.

5
Evolusi Penelitian dan Teori pada Penggunaan Bahan Ajar
Periode Pasca Perang Dunia I
Utilisasi (kegunaan) kemungkinan memiliki tradisi yang lama dari unsur-
unsur dalam definisi, pada penggunaan reguler dari materi audiovisual yang
cenderung menyebar untuk desain sistematis dan produksi dari media
pembelajaran. Di awal-awal tahun abad ke 20, guru menggunakan film teatrikal
di ruangan kelas, hal itu menciptakan jual beli desain film khususnya yang
memiliki tujuan pendidikan. Salah satu kesimpulan dari apa yang telah mereka
lakukan adalah bahwa nilai pendidikan dari film terletak tidak hanya pada
kualitas dari materi tetapi juga pada bagaimana guru menggunakannya.
Penemuan tersebut yang merupakan nilai pembelajaran dari produk media
ditentukan secara besar dari bagaimana menggunakannya, dan hal itu bisa
ditemukan kembali dengan setiap generasi yang sukses dengan media baru yaitu
radio, televisi, dan perintah program, selanjutnya perintah yang berdasarkan
pada komputer.
Periode Perang Dunia II
Selama periode Perang Dunia II, Divisi Pendidikan dan Informasi
Departemen Perang Amerika Serikat memberikan dana yang besar pada
pengembangan dan penggunaan “audiovisual aids” (bantuan audiovisual),
khususnya film 16 mm, untuk mendukung upaya “pelatihan masyarakat yang
cepat”. Mereka juga memberikan dana untuk penelitian tentang bagaimana
desain dari film yang baik dan bagaimana guru dapat membuat materi yang
cukup baik. Penemuan digunakan dalam perang untuk menuntun praktek para
pelatih ketika menggunakan “audiovisual aids”. Fungsi utama dikembangkan
oleh Angkatan Laut Amerika Serikat, contohnya, kepuasan dan diterima secara
luas pada program kepelatihan guru setelah perang.
Penemuan dari ilmuwan sosial di Experimental Section of the Research
Branch (Hovland, Lumsdaine, & Sheffield, 1949) dilaporkan setelah perang dan
didiskusikan secara luas dalam penerapan sipil yang digunakan sebagai dasar
untuk penelitian akademik lebih lanjut.
Periode Pendidikan Audiovisual
Periode diantara Perang Dunia II dan dimulainya komputer pada tahun
1982 dapat dilihat sebagai periode pendidikan audiovisual. Pada era tersebut,
penelitian teknologi pendidikan dan prakteknya terfokus pada desain dan
penggunaan dari media analog seperti gambar, slide, overhead, audio recording,
film, dan video recording dalam proses belajar-mengajar. Tingkat aktual dari
penggunaan media audiovisual oleh guru-guru (Kelas-12) dalam era tersebut
memiliki karakteristik yang moderat. Tingkat penggunaan memiliki kekuatan
untuk berpengaruh karena aksesibilitasnya.
Pendidikan teksbook audiovisual pada era ini (e.g., Heinich, Molenda &
Russell, 1982) terfokus pada keuntungan dan pembatasan masing-masing format
media dan bagaimana guru bisa melakukan improvisasi efisiensi dan efektivitas

6
dalam pengajaran mereka melalui seleksi cermat dari format media yang cocok
untuk mempelajari tujuan dan penggunaan materi yang menghubungkan
pebelajar dengan ide dan aktivitas pembelajaran yang mengacu pada tujuan
pelajaran.
Dasar Teori Penggunaan pada Media Pengajaran
Kenyataan Kritik
Metodologi dari buku memadukan deskripsi dari konsep dengan
gambar—mendemonstrasikan teori bahwa sumber utama dari pengetahuan
adalah pengalaman yang masuk melalui indera. Perspektif filosofi tersebut kini
dikenal sebagai “critical realism (Kenyataan Kritis)” yang menjaga ada
kenyataan obyektif yang diketahui, bebas dari pemikiran manusia, dimana
manusia ingin mengetahui lewat filter data sensorik melalui persepsi dan
kognitif.
Teori Awal dari Perkembangan
Pada awal tahun 1960an, pendekatan terhadap penggunaan media
dipertajam utamanya pada awal abad 20. Teori psikologi tentang perkembangan
kognitif, khususnya teori Gestalt, yang sebelumnya dikemukakan oleh Max
Wertheimer (1944) dan dilanjutkan oleh Kurt Koffka dan Wolfgang Köhler yang
berusaha untuk menjelaskan bagaimana manusia dan primata menerima
rangsangan dan menggunakan proses kognitif untuk memahami dan
menyelesaikan masalah. Para penganut ide Gestalt tetap beranggapan bahwa
pemahaman psikologi manusia membutuhkan peralatan dibalik observasi
ilmiah, mereka menginginkan penyatuan studi psikologi, menolak dikotomi
pikiran-tubuh. Menurut perspektif Gestalt, dengan penekanan terhadap persepsi
sensorik dan terhadap bagaimana manusia membangun arti dari potongan kecil
auditorium dan informasi visual, yang memiliki penerapan terhadap dukungan
pendidikan.
Pengaruh Behavioris
Teori Dasar. Teori perilaku dari pembelajaran paralel terhadap teori
kognitivitas melalui dekade pertama dari abad 20. Penerapan teori atau implikasi
utama dari teori pengkondisian operan untuk pendidikan formal adalah bahwa
para pebelajar membutuhkan penanganan secara individual, sehingga respons
mereka dapat dimonitor dan didukung. Untuk Skinner (1954; 1968), hal ini
mengacu pada terciptanya apa yang disebut pengajaran mesin. Sehingga untuk
praktek penggunaan, berarti perpindahan dari pebelajar sebagai pemirsa umum
pada presentasi audiovisual dan terhadap pebelajar sebagai individu yang
bekerja melalui struktur materi yang cermat.
Implikasi untuk Penggunaan. Selama pertengahan dekade 1960an hingga
1970an—terdapat penciptaan materi yang cepat dalam bentuk program perintah,
yang diatur dalam pengiriman piranti mekanik atau mencetak buku. Materi
tersebut tidak secara luas digunakan pada pendidikan( Kelas-12) diluar aturan
eksperimental. Untuk menggunakannya, mereka berniat untuk melakukan

7
reorganisasi sekolah ke dalam mode studi yang berdiri sendiri. Disamping itu,
model perintah langsung (berdasarkan pada kelompok kecil merupakan studi
independen) dalam menikmati kesuksesan.
Pengaruh Kognitivis
Teori Dasar. Para kognitivis menekankan pentingnya mental para
pebelajar dan proses emosional selama kursus. Untuk perspektif ini, pebelajar
menggunakan memori mereka dan memikirkan proses untuk menciptakan
strategi sebagai simpanan dan memanipulasi representasi mental dan ide. Semua
cabang dari teori kognitif—seperti teori proses informasi dan skema teori —
menekankan bahwa pebelajar adalah pemroses aktif dari informasi perseptual
dimana mereka bertemu dengan lingkungan dan pengetahuan baru harus lebih
berarti pada pebelajar jika akan digunakan untuk masa depan.
Penerapan Teori. Perintah digambarkan dari perspektif para kognitivis
yang melibatkan aktivitas pembelajaran yang mnghadirkan informasi pada
pebelajar atau membiarkan pebelajar untuk membaca atau melihat materi dan
memikirkannya. Keberadaan di sekitar pesan yang relevan, materi baru yang
diterjemahkan, dihubungkan dengan struktur mental yang ada, dan
mengingatnya sehingga hal itu dapat dimunculkan lagi ketika dibutuhkan.
Pengaruh Konstruktivis
Teori Dasar. Seperti didiskusikan pada bab 2, teori pembelajaran-
konstruktivis penekanannya berpusat pada pebelajar sebagai konstruktor dari
pengetahuan mereka sendiri, khususnya melalui negosiasi dengan lainnya dalam
komunitas mereka.
Aplikasi Teori. Sejumlah prediksi desain didapat secara tidak langsung
dari teori konstruktivis. Adapun Meixner merekomendasikan sejumlah ciri
desain:
1. Penempatan isi ke dalam konteks situasi
2. Menambah rangsangan yang relevan seperti autentik jika memungkinkan
3. Menempatkan pebelajar untuk ikut memiliki materi yang akan diajarkan
4. Menggunakan beberapa aspek motor dan channel sensorik yang berbeda
jika memungkinkan
5. Menempatkan tugas pembelajaran ke dalam lingkup sosial
6. Melaksanakan diskusi sebagai bentuk dari dialog dalam ruang kelas
7. Mendukung pebelajar untuk belajar dari kesalahan mereka sendiri
8. Memiliki tujuan aplikasi pengetahuan yang fleksibel
9. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang mempromosikan transfer
pengetahuan
Pendekatan Elektik
Teori Dasar. Pendekatan bebas (dari eklektikos Yunani, yang berarti
“selektif”) secara sederhana mengkombinasikan doktrin dari teori yang berbeda
tanpa menerima teori secara keseluruhan dari masing-masing doktrin. Para
praktisi tidak lebih dari ahli filosofi, yang mengadopsi posisi bebas sebab mereka

8
menemukan nilai ide yang terjadi yang dipromosikan oleh hal yang berlawanan.
Kombinasi subyektif dari doktrin dapat memproduksi struktur teoritis yang
tidak logis dalam filosofi, tetapi dalam masalah praktek, kebebasan selalu
menghasilkan sintesa yang berguna.
Aplikasi Teori. Dalam wilayah dari penggunaan, guru dapat dengan
mudah melihat bahwa teori perbedaan psikologi menawarkan tuntunan untuk
tujuan pembelajaran yang berbeda. Teori tidak memerlukan konflik, tetapi
mereka menjelaskan fenomena perbedaan lebih baik daripada lainnya.
Implikasi Penggunaan. Pada tahun 1980an, teksbook pada penggunaan
media dan integrasi cenderung mengambil pendekatan bebas dalam teori
penerapan untuk mendukung praktek yang baik tentang seleksi dan
penggunaan untuk perintah. Pada satu teksbook tertentu, penulis
menjelaskan,”guru dan desainer perlu mendapatkan pengembangan perilaku
bebas pada persaingan sekolah dari pembelajaran psikologi” (Heinich, Molenda,
& Russell, 1993, p. 15).

Dari penggunaan untuk integrasi, implementasi, dan adopsi Integrasi (From


Utilization to Integration, Implementation, and Adoption)
1. Integrasi
Penggunaan media dimiliki kombinasi dari pengaturan pendidikan,
kebutuhan dan minat peserta didik, konten kurikuler dan tujuan yang
terkait dengannya, metode penilaian, kemampuan instruktur, sumber daya
perangkat keras dan perangkat lunak, dan sistem pendukung yang
mengelilingi operasi. Keberhasilan integrasi akan membentuk lingkungan
belajar yang berpusat kepada peserta didik dimana sumber belajar dipilih
dan digunakan secara efisien dan efektif untuk mendukung kegiatan
belajar yang bertujuan untuk memperoleh kemampuan memecahkan
masalah
2. Implementasi
Penggunaan media pembelajaran dapat dilihat sebagai salah satu langkah
dari pengembangan pembelajaran. Satu tantangan terbesar dari teknologi
pendidikan adalah untuk meyakinkan bahwa materi pembelajaran
dikembangkan dan sistem secara aktual ditempatkan ke dalam
penggunaannya. Implementasi merupakan tahap keempat dalam model
ADDIE. Burkman (198) menyarankan bahwa keberhasilan implementasi
media bergantung pada pertimbangan yang terkait dengan langkah-
langkah sebelumnya yaitu selama tahap desain dan pengembangan, tujuan
penciptaan produk diharapkan memperhatikan “user friendly”.
3. Adopsi Inovasi
Terdapat beberapa perbedaan sudut pandang untuk melihat proses
dimana instruktur dapat memutuskan untuk menggunakan sunber daya

9
teknologi. Perbedaan sudut pandang tersebut terfokus berdasarkan pada
psikologi, sosiologi, organisasional, teknologi, sistem, dan teori ekologi.
Perspektif Teoritis. Studi awal mengenai penerimaan guru tentang media
audiovisual pada tahun 1960an dan studi awal mengenai penerimaan guru
terhadap media yang berbasis-komputer pada tahun 1990an memiliki
kecenderungan menjadi teoritis yakni faktor yang berhubungan dengan
mengadopsi tanpa referensi terhadap teori pemahaman tentang mengapa
masyarakat mengadopsi inovasi. Prespektif Sistem. Roberth Heinich
(1967) merupakan orang pertama yang menganalisa penerimaan dan
penggunaan dari media sebagai akar permasalahan dalam sistem
organisasional di sekolah. Ia meneliti bahwa “guru kelas cenderung
mengurangi semua media yang berstatus bantuan” (p.19) meskipun
faktanya, ada setidaknya dua teknologi telah muncul yaitu televisi
pembelajaran dan program pembelajaran yang mampu membuat pebelajar
belajar secara efektif tanpa keberadaan guru kelas. Perspektif Sosiologi.
Hal yang berlawanan dengan sistem perspektif adalah bahwa fokus lebih
luas terhadap peran yang dimainkan guru di sekolah (atau kuliah).
Pandangan tersebut cenderung mengambil keuntungan pernyataan
Heinich (1984) tentang “craft structure”, dimana hubungan guru-murid
adalah pusat dari usaha yang tak terpisahkan oleh proses kerja intensif.
Perspektif Psikologi. Sejumlah model telah dikembangkan berdasarkan
teori psikologi melalui kemajuan pengadopsi yang berpotensial untuk
menerima dan menggunakan inovasi (ide yang tampak merupakan suatu
individu baru). Model “percampuran” tersebut merupakan perspektif
psikologi, yang terfokus pada pertanyaan mengapa beberapa individu
mengadopsi inovasi dan beberapa lainnya menolak inovasi, dengan
keputusan dengan alasan utama pilihan rasional individu. Perspektif
Ekologi. Gambaran perkembangan yang ada pada “An Ecological
Perspektive” (Zhao & Frank, 2003) menyatakan bahwa visi yang berbeda
adalah bagaimana dan mengapa guru menerima dan menggunakan
informasi modern dan teknologi komunikasi (ICT). Zhao dan Frank
menyatakan sistem ekologi alam sebagai metafor siklus kehidupan melalui
adaptasi yang menyatu dalam lembaga pendidikan.
Adapun penggunaan media, metode, serta bahan ajar oleh guru sebaiknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Sebagai sumber daya yang diterima dan digunakan oleh guru untuk
memainkan peran tradisional mereka di kelas mandiri, maksudnya
adalah penggunaan media digunakan sebagai peran untuk
menggantikan posisi guru dalam kegiatan belajar mandiri peserta
didik.

10
 Sebagai set alat yang digunakan oleh peserta didik, memberdayakan
mereka untuk mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran
mereka sendiri.
 Sebagai infrastruktur dengan kemungkinan mengubah atau
transformasional, artinya sebagai sebuah mesin untuk restrukturisasi
struktur pengaturan pendidikan. Pengguna juga dapat dilihat
sebagai agen independen, memilih alat untuk pekerjaan itu sebagai
pemain dalam permainan dengan skala yang lebih besar.
Penggunaan Realisasi Media dan Teknologi (Actual Uses of Media and
Technology)
a. Pelatihan Perusahaan
Penggunaan media dan teknologi dalam program pelatihan perusahaan
berbeda dengan pendidikan formal, perbedaan tersebut yakni:
 Pertama, uang yang dihabiskan untuk pelatihan dianggap sebagai
biaya melakukan bisnis atau investasi terbaik yang harus diperoleh
kembali melalui keuntungan pendapatan dikemudian hari. Hal ini
menyebabkan bias terhadap efisiensi yang secara signifikan lebih besar
daripada di pendidikan formal.
 Kedua, instruktur tidak selalu dalam posisi untuk mengontrol seluruh
proses pembelajaran. Dalam organisasi yang lebih besar, fungsi
pelatihan dibagi menjadi beberapa spesialisasi, termasuk desain,
produksi, evaluasi, keahlian subjek, dan keputusan pembelajaran
utama dilakukan secara tim.
 Ketiga, bisnis sering memiliki banyak situs, terkadang dibeberapa
negara, terdapat premium pada standarisasi dan produksi massal
acara pelatihan. Bahkan tanpa beberapa situs, di beberapa industri
peraturan pemerintah menetapkan jenis dan frekuensi kegiatan
pelatihan.
 Keempat, sistem pengiriman untuk pelatihan sering ditentukan oleh
infrastruktur organisasi, jika sebuah perusahaan membangun sistem
videoconference untuk manajemen komunikasi, ada bias ke arah
menggunakan computer saja dapat menggantikan kegiatan belajar di
ruang kelas. Oleh karena itu, sistem pelatihan lebih baik menggunakan
blended learning sebagai kombinasi kelas onliIne dan kegiatan belajar
dalam kelas.
b. Pendidikan yang lebih tinggi
Dalam pendidikan tinggi, tidak ada sumber yang konsisten dalam
penggunaan media dan teknologi. Berdasarkan laporan dari pusat media
universitas, media audiovisual masih hidup dan cukup baik. Diskusi
penggunaan teknologi dalam pendidikan tinggi hampir benar-benar
terfokus pada media berbasis komputer.

11
c. Pendidikan K-12
 Media audiovisual tradisional: buku teks masih menjadi andalan
untuk mengajar di dalam kelas. Survei telah mengungkapkan bahwa
banyak guru masih menggunakan overhead projector, pemain kaset,
dan kaset video VHS. Format media analog, terutama kaset video,
masih banyak digunakan.
 Media berbasis komputer: di sekolah amerika, akses ke teknologi
informasi dimana-mana dan penggunaan sumber daya sedang
berkembang secara bertahap ke titik dimana norma bagi guru untuk
menggunakan beberapa teknologi komputer di tempat kerja.

12
BAB III

KESIMPULAN

Salah satu tujuan dari teknologi pendidikan adalah menggunakan, yaitu


menempatkan peserta didik dalam melakukan kontak dengan sumber daya
teknologi yang sesuai di bawah kondisi yang kondusif untuk belajar. Sebelum
penggunaan dapat berlangsung, sumber daya harus dipilih dan dievaluasi oleh
instruktur dan rencana harus dibuat untuk digunakan. Ada sejumlah besar teori
dan penelitian yang memandu penggunaan sumber daya dalam teknologi
pendidikan. Adanya dukungan pendekatan eklektik, serta menggunakan teknik
behavioris, kognitif, dan konstruktivis sebagaimana ditentukan oleh tujuan
pembelajaran dan kebutuhan peserta didik.

Ada banyak sudut pandang yang digunakan untuk melihat proses dimana
instruktur dapat memutuskan untuk menggunakan sumber daya teknologi.
Sudut pandang ini beragam fokus pada proses psikologis pengguna, sosiologi
lingkungan pendidikan, lingkungan belajar, dan sistem sosial politik di
sekitarnya. Sejauh mana sumber daya teknologi benar-benar digunakan,
pertama-tama pengguna berfokus pada pengaturan (setting) lingkungan belajar.
Pengaturan bisa dalam perusahaan maupun pendidikan tinggi dimana masing-
masing memiliki kekuatan sosial dan ekonomi yang berbeda yang berorientasi
pada peserta didik.

Tingkat dimana sumber belajar teknologi secara aktual digunakan


tergantung pada setting atau aturan, pada pelatihan perusahaan, pendidikan
tinggi, dan pendidikan K-12 memiliki kekuatan operatif sosial dan ekonomi yang
berbeda terhadap partisipan. Bersama dengan teori kerja dan kompetensi
teknologi untuk guru, kekuatan sosial dan ekonomi dapat mempengaruhi
teknologi yang digunakan dan tingkatannya.

13
Daftar Pustaka

Januszewski, Alan & Michael Molenda.2008, Educational Technology: A


Definition with Comentary. Newyork : Lawrence Erlbaum Associate

14

Anda mungkin juga menyukai