Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN SGD SKENARIO III BLOK II

SEMESTER I

Fisiologi Indera Manusia

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Yolanda Eliza Putri Lubis, M.K.M.

Penyusun : William Lidjon (203307010017)

Ketua : Intan Permata Sari Sembiring (203307010046)

Sekretaris : Yosep Primus Tafonao (203307010015)

Anggota : Ayu Theresia (203307010023)

Novita Mirna Sari Nazara (203307010028)

Zahrah Fadhillah Nasution (203307010037)

Felix (203307010014)

Bagus Raharja (203307010004)

Intan Permata Sari Sembiring (203307010046)

Naurah Al’ ariqoh (203307010006)

Rayhan Irsyaldi (203307010040)

i
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PENDIDIKAN KEDOKTERAN

2020/2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Fisiologi Indera Manusia”. Tidak lupa kami mengucapkan begitu banyak terima
kasih atas bantuan Dr. Yolanda Eliza Putri Lubis, M.K.M. dalam hal sumbangan ilmu
yang telah beliau kontribusikan.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karena itu, kami dengan rendah hati dan tangan terbuka
menerima masukan, saran, dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya, kami selaku penyusun makalah berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Medan, 25 November 2020

William Lidjon

iii
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Skenario ............................................................................. 1

1.1 Klarifikasi Istilah ....................................................................................... 1

1.2 identifikasi Masalah ................................................................................... 3

1.3 Analisis Masalah ........................................................................................ 3

1.4 Topic Tree .................................................................................................. 7

1.5 Learning Objective ..................................................................................... 7

BAB II ISI

2.1 Fisiologi Pendengaran ................................................................................. 8

2.2 Fisiologi Keseimbangan .............................................................................. 10

2.3 Fungsi Motoris Cerebellum & Ganglia B .................................................... 14

2.4 Fisiologi Penciuman ..................................................................................... 16

2.5 Fisiologi Pengecapan .................................................................................... 17

BAB III ISI

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 22

3.2 Saran .............................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Skenario

Yus, laki, 24 tahun datang ke poliklinik THT RS Royal Prima dengan keluhan
telinga kanannya seperti pekak dan berdeging sejak seminggu yang lalu. Hal ini
dialami pasien karena seminggu yang lalu pasien berenang di kolam renang dan
kemasukan air pada saat keramas. Keluhan tambahan pasien mengeluh pusing
berputar.

More Info 1:

Sebelumnya, pasien pernah menderita batuk dan pilek dan sudah sembuh
sendiri, namun yang terasa mengganggu adalah perasaan seperti air didalam kepala
dan oyong.

More Info 2:

Pada pemeriksaan vital sign didapati tekanan darah 120/80 mmHg, HR:
86x/menit, RR:20 x/menit, T: 37C, TB: 175 cm. Setelah dilakukan pemeriksaan
dengan otoskop pada telinga kanannya dijumpai adanya cerumen prop sehingga tidak
dapat terlihat membran tympani. Pada pemeriksaan hidung dan mulut tidak dijumpai
adanya kelainan. Kemudian dokter melakukan tindakan untuk mengeluarkan cerumen
prop setelah itu memberikan vitamin peroral kepada pasien.

1.1 Klarifikasi Istilah

1.1.1 Pekak & Berdenging : Pekak adalah kurang baiknya pendengaran.


Berdenging adalah terdengarnya suara-suara abnormal
dari dalam telinga.

1
1.1.2 Batuk & Pilek : Batuk adalah respon alami dari tubuh sebagai sistem
pertahanan untuk mengeluarkan zat dan partikel dari
dalam saluran pernapasan, serta mencegah benda asing
masuk ke saluran napas bawah. Pilek adalah kondisi
ketika hidung mengeluarkan ingus atau lendir, baik
sesekali maupun terus-menerus. Lendir yang keluar
dapat terlihat bening, hijau, atau kekuningan.

1.1.3 Oyong : Oyong adalah kondisi sakit kepala. Sakit kepala adalah kondisi
ketika timbul rasa sakit dan tidak nyaman di kepala, kulit kepala, atau
leher.

1.1.4 Otoskop : Otoskop adalah alat untuk inspeksi saluran telinga. Bagiannya
meliputi lampu, kaca pembesar, dan tempat mengamati berbentuk
corong dengan ujung yang sempit dan runcing yang disebut
spekulum.

1.1.5 Cerumen Prop : Cerumen Prop merupakan kondisi ketika telinga tersumbat
oleh kotoran yang telah menggumpal keras.

1.1.6 Membran Tympani : Gendang telinga (membran timpani) merupakan


selaput tipis yang membatasi liang telinga dengan
telinga bagian tengah.

1.1.7 Vitamin Peroral : Vitamin adalah sekelompok senyawa organik yang memiliki
fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme dan tidak
dapat dihasilkan oleh tubuh. Peroral adalah pemberian melalui
mulut. Maka, vitamin peroral adalah pemberian senyawa
organik melalui mulut.

2
1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Mengapa telinga kanan pasien dapat pekak dan berdenging setelah kemasukan
air saat berenang dan keramas?

1.2.2 Apa penyebab pasien mengeluh pusing berputar?

1.2.3 Apakah ada hubungan antara batuk dan pilek dengan kondisi pasien sekarang?

1.2.4 Apakah hasil vital sign pasien tergolong normal?

1.2.5 Bagaimana hasil pemeriksaan fisik pasien dengan otoskop?

1.2.6 Mengapa pasien diberikan vitamin peroral?

1.3 Analisis Masalah

1.3.1 Telinga pasien dapat pekak dan berdenging setelah kemasukan air saat berenang
dan keramas diakibatkan air yang berlebihan masuk ke dalam telinga bagian tengah
dimana terdapat membran tympani. Membran tympani ini merupakan selaput tipis
yang berfungsi untuk menerima getaran suara dari telinga bagian luar. Air
mengganggu kerja dari membran tympani ini sehingga pasien pekak (sulit untuk
mendengar) dan berdenging (oleh karena getaran dan vibrasi membran tympani yang
diganggu oleh air). Cerumen prop pada bagian dalam telinga pasien juga
memperburuk pekak dan denging telinga pasien.

1.3.2 Pasien mengeluh pusing berputar


diakibatkan merupakan gejala dari
vertigo. Vertigo merupakan gejala
sensasi diri sendiri atau ruangan
sekeliling yang terasa berputar.
Gangguan keseimbangan ini disebabkan
oleh kelainan sentral (otak) dan telinga

3
dalam (organ vertibuler). Pada umumnya, kasus vertigo disebabkan oleh kelainan
pada telinga dalam atau bagian perifer. Untuk kondisi pasien, vertigo diakibatkan air
yang masuk ke telinga pasien mengganggu sistem vestibular pada bagian telinga
dalam.

1.3.3 Pilek dan batuk dapat berdampak buruk bagi telinga. Saluran pipa eusthacius
menghubungkan hidung, mulut, dan telinga. Oleh karena itu, bila terjadi
penumpukkan lendir atau dahak yang diakibatkan oleh batuk dan pilek, lendir dan
dahak dapat menumpuk dan menyebabkan masalah pada telinga.

1.3.4 Berikut hasil vital sign pasien:

TD (Tekanan Darah) : 120/80 mmHg (pasien)

: 90/60 mmHg – 120/80 mmHg (normal)

Hasil : Normal

HR (Heart Rate) : 86 x/menit (pasien)

: 60 – 100 x/menit (normal), 40 – 80 x/menit (atlit)

Hasil : Normal

4
RR (Respiratory Rate): 20 x/menit (pasien)

: 12 – 24 x/menit (normal)

Hasil : Normal

T (Suhu) : 37 C (pasien)

: 36,1 C – 37,2 C (normal)

Hasil : Normal

1.3.5 Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop, ditemui adanya serumen prop.
Serumen prop adalah kondisi ketika telinga tersumbat oleh kotoran telinga yang telah
menggumpal keras. Hal ini dapat diakibatkan karena cara membersihkan telinga yang
salah. Misalnya, membersihkan telinga menggunakan cotton bud. Kebiasaan tersebut
malah dapat mendorong kotoran masuk ke dalam telinga. Akibatnya kotoran lebih
sulit dibersihkan dan menumpuk. Semakin lama kotoran akan mengeras dan inilah
yang disebut serumen prop. Berikut cara-cara untuk mengatasinya:

 Cairan khusus, cairan khusus


berfungsi melunakkan kotoran
telinga. Biasanya cairan ini
mengandung natrium karbonat,
gliserin, dan lain-lain.
 Spooling, spooling atau irigasi
telinga adalah tindakan
menyemprotkan air hangat ke
dalam liang telinga. Sebaiknya
dilakukan di dokter THT karena
hanya kondisi tertentu yang boleh menerapkan tindakan ini.

5
 Penyedotan, serumen prop dapat dikeluarkan melalui penyedotan dengan alat
suction. Alat dan prosedur ini dapat dilakukan di rumah sakit oleh dokter
THT.

1.3.6 Pasien diberikan vitamin peroral (melalui mulut) untuk menjaga kesehatan
telinga. Vitamin yang dianjurkan untuk kesehatan telinga adalah vitamin C.
Kandungan antioksidan dari asupan buah vitamin C dapat melindungi sel dan
jaringan tubuh dari serangan radikal bebas, termasuk sel-sel rambut dalam
telinga. Vitamin C juga memiliki kemampuan untuk mengubah zat radikal bebas
menjadi antioksidan. Dengan demikian, asupan vitamin C dapat mencegah timbulnya
kerusakan pada sel rambut telinga akibat radikal bebas. Berikut daftar kebutuhan
asupan vitamin C per hari:

 0 – 6 bulan : 25 mg/hari

 7 bulan – 6 tahun: 30 mg/hari

 7 – 9 tahun : 35 mg/hari

 10 – 18 tahun : 40 mg/hari

 ≥ 19 tahun : 45 mg/hari

 Wanita hamil : 55 mg/hari

 Wanita menyusui : 70
mg/hari

6
1.4 Topic Tree

TELINGA YUS

SERUMEN PROP
KEMASUKAN AIR

BERDENGING PEKAK PUSING BERPUTAR

Kesimpulan Sementara

Yus, laki, 24 tahun menderita vertigo dan serumen prop pada telinga.

1.5 Learning Objective

1.5.1 Memahami dan menjelaskan fisiologi pendengaran.

1.5.2 Memahami dan menjelaskan fisiologi keseimbangan.

1.5.3 Memahami dan menjelaskan fungsi motoris cerebellum & ganglia basalis.

1.5.4 Memahami dan menjelaskan fisiologi penciuman.

1.5.5 Memahami dan menjelaskan fisiologi pengecapan.

7
BAB II

ISI

2.1 Fisiologi Pendengaran

2.1.1 Mekanisme Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh telinga


luar, lalu menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran tersebut. Energi
getar yang telah diamplifikasikan akan diteruskan ke telinga dalam (koklea) dan
diproyeksikan pada membran basilaris, sehingga akan menimbulkan gerak relatif
antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang
mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga
kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan
ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran.
Secara sederhana, berikut tahapan/prosesnya:

 Gelombang suara, yang merupakan getaran,


masuk melalui telinga luar menuju telinga tengah
lalu menggetarkan gendang telinga.

8
 Gendang telinga kemudian menggetarkan
tulang-tulang pendengaran, yaitu tulang kecil
yang ada di telinga tengah. Getaran suara akan
berjalan melalui osikel (tiga tulang pendengaran)
ke telinga osikel dalam.

 Ketika getaran suara mencapai rumah siput,


mereka akan menggerakkan sel-sel khusus di
sana yang dikenal sebagai sel rambut. Sel-sel
rambut ini kemudian mengubah getaran menjadi
impuls saraf listrik.

 Saraf pendengaran menghubungkan rumah


siput dengan pusat pendengaran yaitu otak.
Ketika impuls saraf listrik ini mencapai otak,
mereka akan dikenal sebagai suara.

2.1.2 Persepi Auditif

Persepi auditif berkaitan dengan kemampuan otak untuk memproses dan


menginterpretasikan berbagai bunyi atau suara yang didengar oleh telinga. Auditory
secara garis besar meliputi psychoacoustic, intensitas persepsi, kekerasan frekuensi,
dan persepsi frekuensi (diskriminasi frekuensi, pitch, intensitas). Kemampuan
persepsi auditif yang baik memungkinkan seorang anak dapat membedakan berbagai
bunyi dengan sumber, ritme, volume, dan pitch yang berbeda. Berikut penjelasan
lebih dalamnya:

9
 Persepsi auditif, Kesadaran fonologis yaitu kesadaran bahwa bahasa dapat
dipecah ke dalam kata, suku kata, dan fonem (bunyi huruf).
 Diskriminasi auditif, kemampuan mengingat perbedaan antara bunyi antara
bunyi-bunyi fonem dan bunyi fonem dan mengidentifikasi kata-kata yang
sama dengan kata sama dengan kata-kata yang kata yang berbeda.
 Ingatan auditif, kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang
didengar.
 Urutan auditif, kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disampaikan
secara hal yang disampaikan secara lisan.
 Perpaduan auditif, kemampuan memadukan elemen kemampuan memadukan
elemenelemen fonem tunggal atau berbagai fonem menjadi suatu kata yang
utuh.

2.2 Fisiologi Keseimbangan

Keseimbangan merupakan tugas kontrol motorik kompleks yang melibatkan


deteksi dan integrasi informasi sensorik untuk menilai posisi dan gerakan tubuh
dalam ruang dan pelaksanaan respon muskuloskeletal yang apropiat untuk
mengontrol posisi tubuh dalam konteks lingkungan dan tugas. Sehingga, kontrol
keseimbangan memerlukan interaksi sistem saraf, muskuloskeletal dan efek
kontekstual dari lingkungan. Sistem saraf menyediakan 1) proses sensori yang
melibatkan visual, vestibular dan sistem somatosensorik, 2) intergrasi sensorimotor
penting untuk menghubungkan sensasi ke respon motor dan untuk adaptasi dan
antisipasi, 3) strategi motorik untuk merencanakan, memprogram dan mengeksekusi
respon keseimbangan. Kontribusi dari sistem muskuloskeletal meliputi alignment
postural, fleksibilitas muskuloskeletal seperti lingkup gerak sendi (LGS), integrasi
sendi, performa otot dan sensasi (sentuhan, tekanan, vibrasi, propioseptif dan
kinestetik). Sedangkan efek kontekstual dari lingkungan yang berinteraksi dengan

10
keduanya, yaitu; pencahayaan, permukaan, dan gravitasi. Tujuan dari tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan adalah menyangga tubuh melawan gravitasi dan
faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang
dengan bidang tumpu, serta menstabilkan bagian tubuh ketika bagian tubuh lain
bergerak. Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah sebagai berikut:

2.2.1 Sistem Neurologis

Sistem informasi neurologis antara lain berasal dari sistem ekstrapiramidal,


ganglia basalis, dan serebelum.

 Sistem ekstrapiramidal, Sistem


ekstrapiramidalis dianggap sebagai suatu
sistem fungsional dengan tiga lapisan
integrasi yakni kortikal, striata (basal
ganglia) dan tegmental (mesencephalon).
Fungsi utama dari sistem
ekstrapiramidalis berhubungan dengan
gerakan yang berkaitan dengan pengaturan sikap tubuh dan integrasi otonom.
 Ganglia basalis, Ganglia basalis
merupakan bagian dari sistem motorik.
Inti utama dari ganglia basalis adalah
nukleus kaudatus, putamen, dan globus
palidus, yang semuanya terletak pada
materi putih subkortikal telensepalon.
Ketiga inti ini saling terhubung satu sama
lain ke korteks motor di kompleks sirkuit
pengaturan. Mereka memainkan peran penting dalam inisiasi, modulasi
gerakan dan kontrol otot.

11
 Cerebellum, Serebelum adalah organ
pusat untuk kontrol motorik halus.
Memproses informasi dari beberapa
sistem sensorik (terutama vestibular dan
proprioseptif), impuls motorik, dan
memodulasi aktivitas motorik daerah
nuklear di otak dan sumsum tulang
belakang. Secara anatomis, otak kecil
terdiri dari dua belahan dan 14 vermis yang terletak di antaranya. Terhubung
ke batang otak oleh tiga Bagian pedunkulus. Fungsional otak kecil dibagi
menjadi tiga komponen: vestibulocerebellum, spinocerebellum, dan
cerebrocerebellum. Vestibulocerebellum menerima masukan aferen terutama
dari organ vestibular, dan fungsinya adalah untuk mengatur keseimbangan.
Spinocerebellum memproses impuls proprioseptif dari jalur spinocerebellar,
mengontrol sikap dan pola jalan. Cerebrocerebellum mempunyai fungsi yang
berhubungan dengan korteks motorik dari telencephalon dan
bertanggungjawab untuk pelaksanaan gerakan-gerakan halus yang mulus dan
presisi. Lesi pada serebelum mengakibatkan gangguan gerakan dan
keseimbangan.

2.2.2 Sistem Informasi Sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular dan somatosensoris.

 Visual, Sistem visual (penglihatan) mempunyai tugas penting bagi kehidupan


manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap
lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan objek sekitarnya. Dengan
input visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi di lingkungan. Sistem visual memberikan informasi ke otak kemudian

12
otak memberikan informasi supaya sistem muskuloskeletal (otot dan tulang)
dapat bekerja secara sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
 Vestibular, Sistem vestibular berperan
penting dalam keseimbangan, gerakan
kepala, dan gerakan bola mata. Sistem ini
meliputi organ-organ di dalam telinga
bagian dalam. Berhubungan dengan
sistem visual dan pendengaran untuk
merasakan arah dan gerakan kepala.
Cairan yang disebut endolymph mengalir melalui tiga kanal telinga bagian
dalam sebagai reseptor saat kepala bergerak miring dan bergeser. Melalui
refleks vestibulo-reticular mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika
melihat obyek yang bergerak. Kemudian pesan-pesan diteruskan melalui saraf
kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak (brain
stem). Beberapa stimulus tidak menuju langsung ke nukleus vestibular tetapi
ke serebrum, formation retikularis , thalamus dan korteks serebri. Nukleus
vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labirin, retikular formasi
dan serebelum. Hasil dari nukleus vestibuler menuju ke motor neuron melalui
medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot
proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot
postural). Sistem vertibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.
 Somatosensoris, Sistem somatosensoris terdiri dari taktil dan propioseptif
serta persepsi kognitif. Informasi propioseptif disalurkan ke otak melalui
kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)
propioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks
serebri melalui lumnikulus medialis dan thalamus.

13
2.3 Fungsi Motoris Cerebellum & Ganglia Basalis

2.3.1 Cerebellum

Otak kecil atau biasa


disebut cerebellum, terletak di bagian
belakang dan berada di bawah otak
besar. Fungsi motoris dari cerebellum
adalah mengontrol keseimbangan,
pergerakan, dan koordinasi tubuh.
Fungsional otak kecil dibagi menjadi
tiga komponen: vestibulocerebellum,
spinocerebellum, dan
cerebrocerebellum. Vestibulocerebellum menerima masukan aferen terutama dari
organ vestibular, dan fungsinya adalah untuk mengatur keseimbangan.
Spinocerebellum memproses impuls proprioseptif dari jalur spinocerebellar,
mengontrol sikap dan pola jalan. Cerebrocerebellum mempunyai fungsi yang
berhubungan dengan korteks motorik dari telencephalon dan bertanggungjawab untuk
pelaksanaan gerakan-gerakan halus yang mulus dan presisi. Lesi pada serebelum
mengakibatkan gangguan gerakan dan keseimbangan.

14
2.3.2 Ganglia Basalis

Ganglia basalis adalah bagian sistem motorik. Ganglia basalis memiliki


beberapa nuklei utama yang semuanya terletak di substansia alba subkortikalis
telensefali. Nuklei tersebut berhubungan satu dengan lainnya, dan dengan korteks
motorik, dalam sirkuit regulasi yang kompleks. Inti utama dari ganglia basalis adalah
nukleus kaudatus, putamen, dan globus palidus, yang semuanya terletak pada materi
putih subkortikal telensepalon. Ketiga inti ini saling terhubung satu sama lain ke
korteks motor di kompleks sirkuit pengaturan. Mereka memainkan peran penting
dalam inisiasi, modulasi gerakan dan kontrol otot.

2.3.3 White and Grey Matter

Bagian putih (substansia alba)


terdiri dari serabut saraf yang disebut
akson, yang memanjang naik dan turun
di sepanjang medula sepinalis. Setiap
kelompok akson membawa informasi
tertentu yang perlu
dikomunikasikan. Saluran akson yang
naik akan berkomunikasi dengan otak,
sementara yang turun akan membawa sinyal dari otak ke berbagai otot dan kelenjar di
seluruh tubuh. Sedangkan untuk bagian abu-abu (substansia grisea) terbagi lagi dalam
beberapa fungsi khusus. Jika bagian abu-abu ini dibagi menjadi dua bagian: masing-
masing bagiannya memiliki bagian yang disebut tanduk dorsal, tanduk ventral, dan
tanduk lateral. Tanduk dorsal dan ventral terhubung dengan otot rangka, sementara
tanduk lateral terhubung dengan otot jantung dan otot polos.

15
2.4 Fisiologi Penciuman

2.4.1 Mekanisme Penciuman

Berdasarkan teori struktural, teori revolusioner dan teori fungsional, maka


fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah : 1) fungsi respirasi untuk
mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi,
penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal ; 2) fungsi
penghidu, karena terdapanya mukosa olfaktorius (penciuman) dan reservoir udara
untuk menampung stimulus penghidu ; 3) fungsi fonetik yang berguna untuk
resonansi suara, membantu proses berbicara dan mencegah hantaran suara sendiri
melalui konduksi tulang ; 4) fungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban
kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas; 5) refleks nasal. Berikut
mekanismenya:

 Alat pencium terdapat dalam rongga


hidung dari ujung saraf otak nervus
olfaktorius.
 N. olfaktorius dilapisi oleh sel-sel
yang mengeluarkan fibril-fibril
halus, terjalin dengan serabut-serabut
dari bulbus olfaktorius.
 Bau yang masuk ke rongga hidung
akan merangsang n. olfaktorius di bulbus olfaktorius.
 Indera bau bergerak lewat traktus olfaktorius dengan perantaraan stasiun
penghubung hingga mencapai daerah penerima akhir dalam pusat olfaktorius
pada lobus temporalis di otak besar tempat penafsiran bau.
 Rasa penciuman akan dirangsang oleh gas yang masuk dan akan mudah
hilang bau yang sama dalam jangka waktu yang lama.

16
 Dari bulbus olfaktorius, penciuman dihantarkan melalui traktus olfaktorius
menuju pusat olfaktoria pada otak bagian lobus temporalis, tempat penciuman
ditafsirkan.

2.4.2 Kelainan Pada Penciuman

 Anosmia, hilangnya kemampuan mendeteksi bau,trauma pada frontalis dan


ocipitalis
 Hiposmia, hilang sebagian kemampuan mendeteksi bau,spt rhinitis
 Hiperosmia, terlalu sensitif terhadap bau
 Phantosmia, terdapat sensasi bau walaupun tidak diberi rangsangan bau
 Agnosia, tidakmampu mengidentifikasi dan menamakan sensasi bau yang
dirasakan

2.5 Fisiologi Pengecapan

2.5.1 Rasa Pengecapan

Seluruh rasa dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis
rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu. Rasa manis lebih sensitif dirasakan pada
daerah ujung depan lidah, rasa asin paling baik diapresiasi pada pinggir depan lidah,
rasa asam paling baik diterima di sepanjang samping/tepi lidah dan sensasi pahit
dapat dideteksi dengan sangat baik pada sepertiga belakang lidah. Keempat rasa ini
dikenal dengan istilah sensasi rasa primer. Selain itu, ada rasa kelima yang telah
teridentifikasi yakni umami yang dominan ditemukan pada L-glutamat. Ada 13
reseptor kimia pada sel-sel pengecapan, yaitu 2 reseptor natrium, 2 reseptor kalium, 1
reseptor klorida, 1 reseptor adenosine, 1 reseptor inosin, 1 reseptor manis, 1 reseptor
pahit, 1 reseptor glutamate, dan 1 reseptor ion hydrogen.

 Rasa manis, Beberapa jenis zat kimia yang menyebabkan rasa ini meliputi:
gula, glikol, alkohol, aldehida, keton, amida, ester, asam amino, asam

17
sulfonat, asam halogen, dan
garam anorganik dari timah
hitam dan berilium. Hampir
semua zat yang
menyebabkan rasa manis
merupakan zat kimia
organik; satu-satunya zat
anorganik yang
menimbulkan rasa manis
merupakan garam-garam tertentu dari timah hitam dan berillium.
 Rasa asam, Rasa asam disebabkan oleh suatu golongan asam. Konsentrasi ion
hidrogen maupun intensitas sensasi rasanya kira-kira sebanding dengan
logaritma konsentrasi ion hidrogen. Oleh sebab itu, makin asam suatu
makanan maka sensasi rasa asamnya semakin kuat.
 Rasa asin, Rasa asin ditimbulkan oleh garam terionisasi terutama konsentrasi
ion sodium. Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan garam
lainnya karena beberapa jenis garam juga mengeluarkan rasa lain di samping
rasa asin.
 Rasa pahit, Rasa pahit seperti rasa manis, tidak disebabkan satu jenis agen
kimia, tetapi zat-zat yang memberikan rasa pahit semata-mata hampir
merupakan zat organik. Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa
pahit adalah: (1) Zat organik rantai panjang yang berisi nitrogen, dan (2)
alkaloid. Alkaloid terdiri dari banyak obat yang digunakan dalam kedokteran
seperti kuinin, kafein, striknin, dan nikotin.
 Rasa Umami, Umami berasal dari bahasa Jepang yang artinya enak. Rasa
umami mempunyai ciri khas yang jelas berbeda dari keempat rasa lainnya,
termasuk sinergisme peningkat rasa antara dua senyawa umami, L-glutamat
dan 5'- ribonulceotides, serta rasa yang bertahan lama setelahnya. Umami

18
adalah rasa yang Universitas Sumatera Utara dominan ditemukan pada
makanan yang mengandung L-glutamat (terdapat pada ekstrak daging dan
keju).

2.5.2 Mekanisme Pengecapan

Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah.
Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontak
dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian timbul impuls yang
akan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari
daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf
tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari
sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis
kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex
serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya
kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita. Tiap rasa utama
tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh masing-masing ion
atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan dengan setiap epitel
neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds dapat bereaksi untuk
semua rasa walau dengan intensitas berbeda.

19
2.5.3 Jenis-Jenis Papilla

Terdapat 4 jenis papilla pada lidah manusia, yaitu:

 Papilla fungiform, terletak di 2/3 anterior lidah dan pada umumnya terdiri dari
satu hingga beberapa taste buds di setiap papila yang diinervasi oleh nervus
facial (VII). Papila ini terlihat seperti bintik-bintik berwarna merah karena
kaya akan pembuluh darah. Jumlah papila fungiform di setiap lidah manusia
adalah sekitar 200 papila. Papila ini lebih sensitif terhadap rasa manis dan
asin. Papila di lidah bagian depan memiliki lebih banyak taste buds (1-18)
dibanding dengan papila di lidah bagian tengah (1-9). Diperkirakan ada
sekitar 1120 taste buds di papila fungiform pada setiap lidah.
 Papilla circumvalata, terletak pada pangkal dorsum lidah di depan sulcus
terminalis linguae yang tersusun seperti huruf V. Papila ini sensitif terhadap
rasa asam dan pahit di 1/3 posterior lidah yang diinervasi oleh nervus
glossopharyngeal (IX). Jumlahnya berkisar 3-13 papila di setiap lidah dengan
jumlah taste buds 252 di setiap papila sehingga total 2200 taste buds yang
terdapat di papila circumvalata pada setiap lidah. Dalam jumlah besar taste
buds ini terletak mengelilingi papila circumvalata yang membentuk garis
seperti huruf V ke arah posterior lidah.

20
 Papilla foliate, terletak pada lipatan dan celah bagian lateral lidah. Sensitivitas
papila ini lebih dominan terhadap rasa asam yang diinervasi oleh nervus
glossopharyngeal (IX). Rata-rata terdapat 5-6 papila foliata di setiap sisi lidah
yang terdiri dari 117 taste buds per papila sehingga total terdapat 1280 taste
buds di papila foliata pada setiap lidah.
 Papilla filliform, papila terkecil dengan penampang 0,1 - 0,25 mm dan tidak
memiliki taste buds. Papila ini lebih dominan untuk menerima rangsang
sentuh.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Yus, laki, 24 tahun terdapat serumen prop pada telinga dextra (kanan).
Serumen prop terjadi ketika telinga tersumbat oleh kotoran telinga yang telah
menggumpal keras. Yus mengalami pusing berputar disebabkan oleh air dalam
telinga dextranya yang mengganggu organ keseimbangan sehingga menderita vertigo.
Organ keseimbangan pada telinga adalah vestibular yang secara struktural terletak di
belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus. Vertigo merupakan
gejala sensasi diri sendiri atau ruangan sekeliling yang terasa berputar.

3.2 Saran

Demikianlah penjelasan yang dapat kami paparkan. Besar harapan kami


makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Oleh karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi, kami sebagai penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik membangun sangat diharapkan agar
makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

22
DAFTAR PUSTAKA

 Sherwood, L. 2016. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC: Jakarta


 Ganong. 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 24. EGC: Jakarta
 Guyton H & Hall. 2013. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 11. EGC: Jakarta
 Sistem Saraf pada Manusia Maret 2014. Sukardi, 2003, Metodelogi Penelitian
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
 Evelyn C pierre . 1993 fisiologi untuk paramedis. Jakarta: gramedia

23

Anda mungkin juga menyukai