Referat Kulit Faldi Fix
Referat Kulit Faldi Fix
PIODERMA
Oleh:
Faldi Pramayudha, S.Ked.
71 2018 001
Pembimbing:
dr. Lucille Annisa Suardin, Sp.KK
i
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
Judul:
PIODERMA
Oleh:
Faldi Pramayudha, S.Ked.
71 2018 001
Telah dilaksanakan pada bulan Juni 2020 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Palembang Bari
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
“Pioderma” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik di SMF
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Lucille Annisa Suardin, Sp.KK, selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang yang telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan
dalam penyelesaian Referat ini.
2. Rekan-rekan dokter muda atas kerja samanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Referat ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Referat ini dapat bermanfaat
bagi semua dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... i
2.18Keratolisis Berlubang ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan ........................................................................................ 1
iv
BAB III. Kesimpulan
3.1 Kesimpulan ................................................................................... 38
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Staphyllococcusaureus koagulase positif dan Streptococcus
betahemolyticus.1,2
2.1.3 Epidemiologi
• Umur : Terutama pada anak-anak.
• Jenis kelamin: Frekuensinya sama pada pria dan wanita. 1
2
vesikel tipis, mudah pecah dan mengeluarkan sekret seropurulen kuning
kecoklatan. Selanjutnya mengering membentuk krusta yang berlapis-iapis.
Krusta mudah dilepaskan, di bawah krusta terdapat daerah erosif yang
mengeluarkan sekret sehingga krusta kembali menebal. 1,2
3
2.1.10 Penatalaksanaan
Menjaga kebersihan kulit dengan mandi pakai sabun 2 kali sehari. Jika
krusta banyak, dilepas dengan mencuci dengan HrO, dalam air, lalu diberi
salep antibiotik seperti kloramfenikol 2% dan teramisin 3%. Jika lesi banyak
dan disertai gejala konstitusi (demam, dll), berikan antibiotik sistemik,
misalnya penisilin, kioksasilin, atau sefalosporin. 1
2.1.11 Prognosis
Baik. Namun, dapat timbul komplikasi sistemik seperti
glomerulonefritis, dan lain-lain.1
2.2.2 Etiologi
Penyebab : Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus.1,2
2.2.3 Epidemiologi1
• Umur : Anak-anak dan dewasa.
• Jenis kelamin : Frekuensi sama pada pria dan wanita.
4
• Lingkungan: Yang kotor dan berdebu akan lebih sering dan
lebih hebat.
5
3.Tinea sirsinata: jika lepuh pecah, bagian tepi masih mgnunjukkan
adanya lepuh, tetapi bagian tengah menyembuh. 1,2
2.2.10 Penatalaksanaan
Menjaga kebersihan dan menghilangkan faktor-faktor predisposisi. Jika
bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan, selanjutnya dibersihkan
dengan antiseptik (betadine) dan diberi salep antibiotik (kloramfenikol 2%
atau eritromisin 3%). Jika ada gejala konstitusi berupa demam, sebaiknya
diberi antibiotik sistemik, misalnya penisilin 30-50 mg/kg berat badan atau
antibiotik lain yang sensitif.1
2.2.11 Prognosis1
Bonam.
2.3 Folikulitis
2.3.1 Definisi
Adalah peradangan folikel rambut. Terdapat 2 tipe: superfisial dan
profunda. 1
2.3.2 Etologi
Staphylococcus aureus1
2.3.3 Epidemiologi1
• Umur : Semua umur, lebih sering dijumpai pada anak-anak.
• Jenis kelamin : Frekuensi sama antara pria dan wanita.
6
• Lain-lain : Diabetes melitus, kelelahan dan kurang gizi
merupakan faktor yang mempercepat/ memperberat penyakit.
Insidens meninggi pada lingkungan yang kotor.
7
2.3.10 Penatalaksanaan 1
Menjaga kebersihan umum terutama kulit; makanan tinggi protein dan
tinggi kalori. Antibiotik sistemik jika luas: eritromisin 3 x 250 mg selama 7-
14 hari; atau penisilin 600.000-1,5 juta IU intramuskular selama 7-14 hari.
Antibiotik topikal, misalnya kemicetin 2%; jlka eksudasi kompres PK
1/5.000. Obat-obat antibiotik yang masih sensitif dapat dicoba.
2.3.11 Prognosis1
Bonam.
2.4 Furunkel
2.4.1 Definisi
Adalah peradangan folikel rambut dan jaringan subkutan sekitarnya.
Karbunkel ialah kumpulan furunkel.
2.4.2 Etiologi1,2
Staphylococcus Aureus.
2.4.3 Epidemiologi1
• Umur: Dapat terjadi pada anak-anak, juga orang muda.
• Jenis Kelamin: Sama pada pria dan wanita.
8
2.4.5 Gejala Klinis1,2
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan:
Sakit dan nyeri pada daerah lesi. Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam
waktu singkat membesar membentuk nodula eritematosa berbentuk kerucut.
Kemudian pada tempat rambut keluar tampak bintik-bintik putih sebagai
mata bisul. Nodus tadi akan melunak (supurasi) menjadi abses yang akan
memecah melalui lokus minoris resistensie yaitu muara folikel, rambut
menjadi rontok/terlepas. jaringan nekrotik keluar sebagai pus dan terbentuk
fistel.
9
2.4.9 Diagnosis Banding
1.Sporotrikosls: kelainan jamur sistemik, menimbulkan benjolan-
benjolan yang berjejer sesuai dengan aliran limfe, pada perabaan kenyal
dan nyeri.
2.Blastomikosis: benjolan multipel dengan beberapa pustula, daerah
sekitarnya melunak.
3 . Skrofuloderma: biasanya berbentuk lonjong, livid dan ditemukan
jembatan-iembatan kulit (skin bridges).
2.4.10 Penatalaksanaan
• Higiene kulit harus ditingkatkan.
• Jika masih berupa infiltrat, topikal dapat diberikan kompres salep
iktiol5% atau salep antibiotik.
• Antibiotik sistemik: eritromisin 4 x 250 mg atau penisilin masih
merupakan obat terpilih atau antibiotik berspektrum luas memberi hasil yang
baik.
• jika lesi matang, lakukan insisi dan aspirasi, selanjutnya dikompres atau
diberi salep kloramfenikol 2%.
• Usaha menghilangkan faktor penyebab seperti obesitas, DM,
hiperhidrosis.
2.4.11 Prognosis
Baik sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis
menjadi kurang baik jika terjadi rekurensi.
2.5. Karbunkel
2.5.1 Definisi
Adalah gabungan beberapa furunkel yang dibatasi oleh trabekula
fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan yang padat. Perkembangan dari
furunkel menjadi karbunkel bergantung pada status imunologis penderita.
10
2.5.2 Etiologi
Staphylicoccus Aureus.
2.5.3 Epidemiologi
• Umur: Anak-anak dan dewasa.
• Jenis Kelamin: Frekuensi sama pada pria dan wanita.
11
2.5.7 Gambaran Histopatologi
Berupa abses yang dalam, dibentuk oleh limfosit dan leukosit PMN,
mula-mula pada folikel rambut. Pada bagian folikel rambut yang terdapat di
jaringan subkutan, abses dapat mengandung stafilokok.
2.5.10 Penatalaksanaan
1. Umum:
• Usaha untuk mengatasi faktor predisposisi seperti obesitas, DM dan
hiperhidrosis.
• Menjaga kebersihan dan mencegah luka-luka kulit.
2. Khusus:
• Topikal; jika masih infiltrat diberi salep iktiol I0%; jika lesi matang,
lakukan insisi dan aspirasi, dipasang drainase, lalu dikompres.
• Antibiotik sistemik; eritromisin 4 x 250 mg selama 7-14hari; penisilin
600.000 IU selama 5-10 hari. Antibiotik yang masih sensitif memberi
hasil yang memuaskan seperti sefalosporin atau golongan kuinolon.
2.5.11 Prognosis
Baik, jika faktor predisposisi dapat diatasi. Prognosis menjadi kurang
baik jika terjadi rekurensi.
12
2.6 Eritrasma
2.6.1 Definisi
Eritrasma adalah suatu infeksi dangkal kronik yang biasanya
menyerang daerah yang banyak keringat.
2.6.2 Etiologi
Corynebacterium minutissimum.
2.6.3 Epidemiologi
• Umur: Dewasa muda.
• Jenis Kelamin: Frekuenslrya sama pada pria dan wanita.
13
2. Efloresensi/sifat-sifatnya : Eritema luas berbatas tegas, dengan
skuama halus dan terkadang erosif.
2.6.10 Penatalaksanaan1
Mencegah agar jangan banyak keringat, serta menghilangkan faktor-
faktor pencetus. Sistemik: eritromisin 15 mg/kg BB 4 kali sehari selama 5-10
hari. Tetrasiklin dengan dosis yang sama memberi hasil yang baik.
2.6.11 Prognosis1
Bonam.
2.7 Erisipelas1,2
2.7.1 Definisi
Adalah peradangan akut pada kulit yang disebabkan streptokok dengan
gejala utama kemerahan kulit.
2.7.2 Etiologi
Penyebab ; Streptococcus B hemolyticus.
14
2.7.3 Epidemiologi
• Umur : Banyak pada anak-anak dan dewasa.
• Jenis kelamin : Frekueniinya sama pada pria dan wanita.
15
2.7.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah didapatkan leukositosis.
2. Biakan darah, usapan tenggorok dan hidung dapat diisolasi streptokok beta
hemolitik.
2.7.10 Penatalaksanaan
1. Sistemik:
• Antipiretik dan analgetik.
• Penisilin 0,6-1,5 mega unit selama 5-10 hari.
Sefalosporin 4 x 400 mg selama 5 hari memberi hasil yang baik.
2. Topikal: kompres dengan larutan asam borat 3%.
2.7.11 Prognosis
Bonam.
2. 8. Selulitis
2.8.1 Definisi1,2
Selulitis adalah radang kulit dan subkutis yang cenderung meluas ke
arah samping dan ke dalam.
2.8.2 Etiologi1
Streptococcus B hemolitikus dan Stafilokokus.
2.8.3 Epidemiologi1
• Umur: Biasanya pada anak-anak dan orang tua.
• Jenis kelamin: Sama banyak pada pria dan wanita.
16
2.8.4 Gejala Klinis1,2
Perjalanan penyakit termasuk keluhan ntama dan keluhan tambahan:
Demam dan malaise. Lesi bermula sebagai makula eritematosa yang terasa
panas, selanjutnya meluas ke samping dan ke bawah sehingga terbentuk
benjolan berwarna merah dan hitam yang mengeluarkan sekret seropurulen.
2.8.8 Penatalaksanaan1
• Sistemik; Penisilin dosis tinggi 1,2-2,4juta unit selama I4 hari.
Eritromisin 4 x 1 gram selama 14-21 hari. Antibiotik
berspektrum luas memberi hasil yang lebih memuaskan seperti
golongan sefalosporin dan golongan amoksisilin 4 kali sehari
250 mg selama 5-7 hari.
• Topikal: Kompres dengan antiseptik seperti povidon,yodium 5-
10 %.
17
2.8.9 Prognosis1
Bonam
2.9. Abses
2.9.1 Definisi1
Adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi
nanah.
2.9.3 Epidemiologi 1
• Umur : Biasanya pada anak-anak dan orang tua.
• Jenis kelamin : Frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
18
2.9.7 Gambaran Histopatologi1
Kantong berisi sel-sel radang, terutama polimorfonuklear dan jaringan
nekrosis.
2.9.10 Penatalaksanaan1
• Sistemik: Antibiotik; penisilin prokain 1,2 sampai 2,4 juta unit selama
14-21 hari; eritromisin 4 x 500 mg/hari selama 14-21 hari. Pengobatan
pada umumnya hampir sama dengan selulitis.
• Topikal: Kompres dengan KMnO4.
2.9.11 Prognosis1
Bonam.
2.10. Ektima
2.10.1 Definisi
Adalah pioderma yang menyerang epidermis dan dermis, membentuk
ulkus dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis.
2.10.2 Etiologi
Streptokok piogenik, stafilokok atau keduanya, Streptococcus B
hemolyticus.
19
2.10.3 Epidemiologi1
• Umur: Frekuensi pada anak-anak lebih tinggi daripada dewasa.
• Jenis kelamin : Pria dan wanita sama.
20
2.10.8 Pemeriksaan Penunjang1
Mencari etiologi dari sekret/kerokan kulit.
2.10.10 Penatalaksanaan1
• Umum : Memperbaiki higiene dan kebersihan, memperbaiki
makanan.
• Khusus : jika lesi sedikit: salep kloramfenikol 2%; jikaLuas
diberi antibiotik sistemik: penisilin 600000-1,5 juta IU
intramuskular selama 5-10 hari. Terapi topikal dengan kompres
terbuka untuk melunakkan krusta dan membersihkan debris.
2.10.11 Prognosis1,2
Dubia.
2.11.2 Etiologi1,3
Yang pasti belum diketahui, diduga disebabkan simbiosis dua macam
mikroorganisme Borrelis vincenti dan Bocillus fusiformis.
21
2.11.3 Epidemiologi1
• Umur :6-10 tahun.
• Jenis kelamin : Lebih banyak pada anak pria.
22
2.11.8 Pemeriksaan Penunjang1
1. Pemeriksaan rutin: leukositosis, LED meningkat.
2. Pemeriksaan khusus: mikroskop lapangan gelap mencari Borrelia
vincenti atau Bacillus fusiformis. 3. Pewarnaan Burry untuk melihat
Borrelia vincenti.
2.11.10 Penatalaksanaan1
• Umum : Istirahat, diet tinggi kalori tinggi protein. Menghindari gigitan
serangga.
• Khusus : Sistemik: Injeksi penisilin 900000 IU selama 7 hari atau
amoksisilin 4 x 500 mg selama 5-10 hari. Topikal : Kompres KMnO4
1/5000-1 /1,0000. Jika lesi bersih diberi salep salisil 2%.
2.11.11 Prognosis1
Bonam.
2.12.2 Etiologi1,3
Penyebab : Gangguan trofik setempat.
23
2.12.3 Epidemiologi 1,3
• Umur : Biasanya didapat pada usia dewasa.
• Jenis kelamin : Frekuensinya sama pada pria dan wanita.
24
2.12.9 Diagnosis Banding1,3
Piogenik:bentuk oval,pinggir meninggi,dasar berbenjol-benjol,secret
produktif, daerah sekitar reda, perabaan nyeri, indurasi positif.
2.12.10 Penatalaksanaan1,3
• Umum: Istirahat.
• Khusus : Terapi terhadap etiologi primernya. Sistemik: penisilin
900000 IU selama 7 hari; antibiotik lain yang sensitif. Topikal :
kompres KMnO4 1/10000.
2.12.11 Prognosis1,3
Baik, sepanjang pengobatan penyebabnya baik.
2.13.3 Epidemiologi1,2
• Umur : Lebih sering pada anak-anak.
• Jenis kelamin : Frekuensinya sama dengan pria dan wanita.
25
2.13.5 Pemeriksaan Kulit1,2
1. Lokalisasi: Ekstremitas
2. Efloresensi /sifat-sifatnya: Ulkus berukuran kecil, pinggir tidak
meninggi, teratur, dinding tidak menggaung, sekitar ulkus ada
tanda radang, sekret serosa kekuningan.
2.13.9 Penatalaksanaan1,2
1. Umum : Bersihkan (debridement) ulkus.
2. Khusus:
• Sistemik : Penisilin 600000-1,2 juta IU intramuskular selama 5-7
hari: eritromisin 4 x 500 mg selama 7 hari. Siprofloksasin atau
sefalosporin memberi hasil yang baik.
• Topikal : Salep salisil 2% jika berat dengan kompres PK 1/10000
atau AgNO,1-2%.
2.13.10 Prognosis1,2
Bonam
26
2.14. Hidradenitis Supurativa (Apokrinitis) 1,2
2.14.1 Definisi
Adalah infeksi kelenjar apokrin yang umumnya bersifat supuratif
kronik, dan cenderung menimbulkan sikatriks.
2.14.2 Etiologi1,2
Sumbatan saluran kelenjar apokrin dan infeksi Staphylococcus aureus.
2.14.3 Epidemiolog1,2
• Umur : Usia dewasa
• Jenis kelamin : Wanita lebih banyak dari pria. Pada wanita lebih sering
di aksila,sedang pria di daerah perianal.
27
2.14.6 Pemeriksaan Kulit1,2
1. Lokalisasi : Ketiak, areola mamae, anogenital.
2. Efloresensi/sifat-sifatnya: Makula eritematosa dan nodus
lentikular numular, difus, regional. Juga fistel dan sinus.
2.14.10 Penatalaksanaan1,2
1. Umum : Hilangkan predisposisi seperti:
• Trauma pencabutan rambut ketiak.
• Penggunaan obat perontok rambut.
• Penggunaan deodoran.
• Memakai baju terlampau sempit.
• Hiperhidrosis.
28
2. Khusus:
• Sistemik; Terapi antibiotik: eritromisin 1-2 g/hari selama 7-10 hari:
sefalosporin 1-1,5 g/hari selama 7-10 hari; penisilin 1,2-1,8 juta unit
selama 7-14 hari. Dapat diberi terapi steroid sistemik untuk kasus
yang resisten, prednison 40-60 mg/hari; amoksilin 4 x 500 mg per hari
atau antibiotik berspektrum luas. Pemberian steroid intralesi dapat
dilakukan terutama pada kasus baru dan dini, tetapi tidak untuk kasus
yang sudah rekuren dan kronik.
• Topikal; jika masih infiltrat, kompres panas dengan KMnO4, 1/5000-
1/10000. Jika sudah pecah, ada ulkus/sedikit basah kompres dengan
KMnO4. Insisi dan drainase jika sudah berbentuk abses.
2.14.11 Prognosis
Bonam.
2.15.2 Etiologi1
Tekanan berat badan pada tempat tidur.
2.15.3 Epidemiologi1
• Umur : Semua umur terutama orang tua.
• Jenis kelamin : Frekuensinya sama pada pria dan wanita.
29
• Faktor predisposisi: Penderita penyakit kronik seperti diabetes
melitus, malnutrisi, keganasan, dan orang-orang yang tidak
dapat bergerak lebih mudah terkena ulkus dekubitus.
2.15.5 Gejala Klinis1
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan:
Ulkus dimulai dengan eritema pada daerah yang tertekan. Ulkus
mengeluarkan jaringan nekrosis berwama kecoklatan. Sebagian ulkus
ditutupi oleh jaringan nekrosis berwarna hitam yang menyerupai membran.
30
2.15.10 Penatalaksanaan1
• Hilangkan tekanan pada daerah-daerah yang terkena dengan
mengubah,ubah posisi.
• Mengusahakan agar ventilasi antara badan dan tempat tidur berjalan
lancar.
➢ Sistemik: Antibiotik spektrum luas seperti amoksisilin 4 x 500
mg selama 15-30 hari. Siklosporin 1-2 g/hari selama 3 sampai
10 hari atau golongan kuinolon 4 x 500 mglhari selama 14 hari.
➢ Topikal: Salep antibiotik seperti salep kloramfenikol 2%.
2.15.11 Prognosis1
Baik selama pengobatan penyakit dasar berhasil baik.
2.16.2 Etiologi
Streptokok dan mikroorganisme lain.
2.16.3 Epidemiologi
• Umur : Lebih banyak pada orang tua.
• Jenis kelamin : Frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
31
• Keturunan: Riwayat diabetes melitus.
• Lingkungan: Kotor dan banyak debu mempermudah timbulnya
penyakit.
32
2.16.10 Penatalaksanaan
Kombinasi pengobatan dengan pengobatan penyakit dasarnya.
• Sistemik: Antibiotik spektrum luas seperti amoksisilin 4 x 500 mg/hari
selama 10 sampai 14 hari. Siklosporin 1-2 g/hari selama 10-14 hari.
Preparat kuinolon 2 x 250 mglhari selama 10-14 hari.
• Topikal: Kompres KMnO4 1/5.000 atau larutan povidon yodlum 5-
10%.
2.16.11 Prognosis
Biasanya baik, jika penyakit dasar dapat diatasi.
2.17.2 Etiologi
Pertumbuhan jaringan ikat.
2.17.3 Epidemiologi
• Umur: Umumnya pada anak-anak.
• Jenis kelamin: Frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
33
2.17.5 Gejala Klinis
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan:
Dimulai dengan abrasi atau luka lecet di kulit, selanjutnya terjadi
pertumbuhan jaringan ikat berupa tumor bertangkai, berwarna merah dan
mudah berdarah kalau terkena trauma.
2.17.10 Penatalaksanaan
Elektrokauter lesi dan selanjutnya kuretase sampai seluruh jaringan
hancur, kemudian diberi salep antibiotik (kloramfenikol 2%).
Ditutul/dicelup dengan larutan AgNO3.
34
2.17.11 Prognosis
Bonam
2.18.2 Etiologi
Suatu mikroorganisme yang bersifat gram positif, berbentuk kokoid
dan filamentosis yang oleh Taphin dikelompokkan dalam Spesies
Corynebacterium.
2.18.3 Epidemiologi
• 53% dan 38 sukarelawan menderita penyakit ini karena kaki mereka
dalam keadaan basah selama 3 hari berturut-turut.
• Lingkungan yang basah atau penyakit hiperhidrosis.
• Penderita penyakit ini sering ditemukan pada orang yang bekerja di
lapangan keras seperti lapangan bebatuan dan berpasir.
35
2.18.5 Gejala Klinis
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan: Lesi-lesi
berlobang biasanya 1-5 mm timbul pada telapak kaki sehingga memberi
gambaran " Punched out appearance" .
• Lesi-lesi ini dapat bergabung sehingga menunjukkan bentuk-bentuk
lesi yang menyerupai erosi. . Umumnya hanya stratum corneum yang terkena
serangan.
• Biasanya lesi-lesi lebih sering timbul pada daerah yang ada tekanan
misalnya kaki bagian volar dan ujung-ujung jari dan tumit.
• Lubang-lubang terbentuk akibat lisis dari stratum korneum; berwarna
kecoklatan yang memberi kesan kurang kebersihan.
• Biasanya tidak menimbulkan gelara; hanya pasien-pasien yang berat
mengeluh merasa tidak enak di kaki.
36
2.18.8 Pemeriksaan Penunjang
Kerokan kulit dibuat preparat gram untuk menemukan mikroorganisrne
yang berbentuk kokoid dan filamentus. Bahan-bahan pemeriksaan dapat
diambil dari dinding dan dasar lubang-lubang.
2.18.10 Penatalaksanaan
• Obati penyebab hiperhidrosis. Jangan jalan-jalan di tempat kasar. Dapat
diberi obat antibiotika berspektrum luas seperti ampisilin, dll.
• Salep-salep topikal; dapat diberikan salep fusidat alau golongan azol
seperti imidazol, ketokonazol atau itrakonazol dapat menolong.
2.18.11 Prognosis
Bonam.
37
BAB III
KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi ke-2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta Indonesia. 2005.
2. Djuanda, A., dkk. Dermatomikosis. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi ke-7.Jakarta. Balai Pustaka FakultasKedokteran Universitas Indonesia. Hal
109-116. 2016.
3. Gudjonsson JE, Elder JT. Fitzpatrick’s Dermatology in general Medicine. 7th
ed. United States of America: The McGaw-Hill Medical Companies. 2008.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI).
Dermatofitosis. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI. 2017.
39