Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA


KEPERATAN ANAK

Disusun Oleh

Kelompok 6

Afid 19002

Andi Tendri Abeng 19004

Delvina Putri Bahrudin 19009

Moh. Resa Basir 19017

PRODI D3 KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN JUSTITIA PALU

TAHUN 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
2.1 Tujuan Penulisan.................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1 Konsep Teori.........................................................................................3
2.1.1 Pengertian Anemia.......................................................................3
2.1.2 Penyebab Anemia........................................................................3
2.1.3 Manifestasi Klinik........................................................................3
2.1.4 Patofisiologi (Pathway)................................................................3
2.1.5 Pemeriksaan penunjang................................................................5
2.1.6 Pelaksanaan Anemia....................................................................6
2.1.7 Komplikasi Anemia.....................................................................9
2.1.8 Pencegahan Anemia.....................................................................9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan..............................................................10
2.2.1 Pengkajian..................................................................................10
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................11
2.2.3 Perencanaan ..............................................................................12
2.2.4 Implementasi .............................................................................19
2.2.5 Evaluasi......................................................................................21
BAB 3 PENUTUP.............................................................................................22
3.1 Kesimpulan..........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................23

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Serta kami mengucapkan
syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok Mata kuliah Keperawatan Anak, dengan judul Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Anemia.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Palu, 10-Oktober-2020

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah yang
mengakibatkan penurunan jumlah hemoglobin dan hematokrit di bawah 12 g/dL. Asupan
protein dalam tubuh sangat membantu penyerapan zat besi, maka dari itu protein bekerja
sama dengan rantai protein mengangkut elektron yang berperan dalam metabolisme
energi. Selain itu vitamin C dalam tubuh harus tercukupi karena vitamin C merupakan
reduktor, maka di dalam usus zat besi (Fe) akan dipertahankan tetap dalam bentuk ferro
sehingga lebih mudah diserap. Selain itu vitamin C membantu transfer zat besi dari darah
ke hati serta mengaktifkan enzim-enzim yang mengandung zat besi. (Brunner &
Suddarth, 2000:22) Anemia merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi jutaan
orang di negara-negara berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan
manusia. Prevalensi anemia di perkirakan 9% di negara maju sedangkan di negara
berkembang prevalensinya 43%. Anak-anak dan wanita usia subur merupakan kelompok
yang paling beresiko. Prevalensi terutama tinggi di negara berkembang karena faktor
defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat infeksi parasit yang dapat membawa
dampak yang besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik.
Sementara WHO dalam Worldwide Prevalence of Anemia melaporkan bahwa total
keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia adalah 1,62 miliar orang dengan
prevalensi pada anak sekolah dasar 25,4% dan 305 juta anak sekolah diseluruh dunia
menderita anemia (WHO,2013) Di Indonesia sendiri masalah anemia juga merupakan
salah satu masalah utama. Prevalensi anemia secara nasional menurut Riset kesehatan
dasar (Riskesdas, 2007) yaitu sebesar 11,9% dan sebagian besar yang terkena anemia
adalah anak-anak usia 1 sampai 4 tahun yaitu sebesar 27,7%, sementara penderita anemia
pada usia 5 tahun keatas prevalensinya lebih rendah yaitu 9,4% (Riskesdas, 2007). Usia
anak sekolah merupakan golongan yang rentan terhadap masalah gizi karena anak berada
dalam masa pertumbuhan dan aktivitas yang tinggi sehingga memerlukan asupan gizi
yang tinggi pula. Umumnya anemia asemtomatoid pada kadar hemoglobin diatas 10
g/dL, tetapi sudah dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya
anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan juga organ
tubuh lainnya bahkan dapat menyebabkan kematian. Masyarakat Indonesia masih belum

1
sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi karena itu prevalensi anemia di Indonesia
sekarang ini masih cukup tinggi. Dampak anemia pada anak balita dan anak sekolah
adalah meningkatnya angka kesakitan dan kematian, terhambatnya pertumbuhan fisik
dan otak, terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan. Anak-anak yang
menderita anemia terlihat lebih penakut dan menarik diri dari pergaulan sosial, tidak
bereaksi terhadap stimulus dan lebih pendiam. Kondisi ini dapat menurunkan prestasi
belajar anak disekolah (Kusumawati,2005:124). Asuhan keperawatan pada anak dengan
masalah anemia dilakukan agar terpenuhinya kebutuhan cairan dan nutrisi pada anak
dengan anemia. Di harapkan agar perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang
tepat pada anak dengan anemia dengan memperhatikan aspek preventif, promotif, kuratif
maupun rehabilitatif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya dan
pencegahan anemia kepada anak dan juga orang tua, pemberian sayur dan buah hijau dan
juga pemberian suplemen penambah darah agar dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang diakibatkan dari penyakit anemia.
1.2 Tujuan Penulisan
Selain sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Anak, pembuatan makalah ini
jugabertujuan agar mampu mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Anak Dengan
Anemia.
1.3 Manfaat Penulisan
Diharapkan dapat menjadi bahan/referensi bagi perpustakaan dan pedoman atau acuan
serta bisa menambah wawasan bagi para pembaca.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tijauan Pustaka


2.1.1 Pengertian Anemia
Istilah anemia mendeskripsikan keadaan penurunan jumlah sel darah merah
atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai normal. Sebagai akibat dari penurunan ini,
kemampuan darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang sehingga ketersediaan
oksigen untuk jaringan mengalami penurunan. Anemia merupakan kelainan patologik
yang paling sering dijumpai pada masa bayi dan kanak-kanak. (Wong,2009:1115)
Menurut Ngastiyah (2012:328), anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta
jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang
didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. Hal ini terjadi bila
terdapat gangguan terhadap keseimbangan antara pembentukan darah pada masa
embrio setelah beberapa minggu dari pada masa anak atau dewasa.
2.1.2 Penyebab Anemia
1. Perdarahan
2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat.
3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
4. Kelainan darah
5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
2.1.3 Manifestasi Klinik
Menurut Muscari (2005:284) kemungkinan anemia aplastik merupakan akibat
dari faktor kongenital atau didapat sehingga temuan pengkajian dikaitkan dengan
kegagalan sumsum tulang adalah kekurangan sel darah merah dikarakteristikkan
dengan pucat, letargi takikardi dan ekspresi napas pendek. Pada anak-anak, tanda
anemia hanya terjadi ketika kadar hemoglobin turun dibawah 5 sampai 6 g/100 mL.
Kekurangan sel darah putih dikarakteristikkan dengan infeksi berulang termasuk
infeksi oportunistik. Berkurangnya trombosit dikarakteristikkan dengan perdarahan
abnormal, petekie dan memar.
2.1.4 Patofisiologi (Pathway)
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya

3
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil dari proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila
sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik)
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin
akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalamurin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar: 1) hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2)
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

4
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges,2009)
a Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt) : 3,9 juta per mikro liter pada wanita dan
4,1 -6 juta per mikro liter pada pria
b Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
c Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
d Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
e LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
f Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup
lebih pendek.
g Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
h SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
Nilai normal Leukosit (per mikro lt) : 6000 – 10.000 permokro liter
i Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik) normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000 – 400.000 per mikro liter
darah. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP,
hemolitik).
j Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
k Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
l TBC serum : meningkat (DB)
m Feritin serum : meningkat (DB)

5
n Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
o LDH serum : menurun (DB)
p Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
q Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
r Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI
s Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
t Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,
misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel
darah (aplastik).
2.1.6 Penatalaksanaan Anemia
Tujuan utama dari terapi anemia adalah untuk identifikasi dan perawatan
karena penyebab kehilangan darah,dekstruksi sel darah atau penurunan produksi sel
darah merah.pada pasien yang hipovelemik:
 Pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena,
 Resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin.
 Tranfusi kompenen darah sesuai indikasi
(Catherino,2003:416)
Evaluasi Airway, Breathing, Circulation dan segera perlakukan setiap kondisi yang
mengancam jiwa. Kristaloid adalah cairan awal pilihan.
(Kahsasi, 2009)
Acute anemia akibat kehilangan darah:
a Pantau pulse oksimetri, pemantau jantung, dan Sphygmomanometer.
b Berikan glukokortikoid serta agen antiplatelet (aspirin) sesuai indikasi.
c Berikan 2 botol besar cairan intravena dan berikan 1-2 liter cairan kristaloid
dan juga pantau tanda-tanda dan gejala gagal jantung kongestif iatrogenik pada
pasien.
d Berikan plasma beku segar (FFP), faktor-faktor koagulasi dan platelet, jika
diindikasikan.

6
e Pasien dengan hemofilia harus memiliki sampel terhadap faktor deficiency
yang dikirim untuk pengukuran.
f Pasien hamil dengan trauma yang ada kecurigaan terhadap adanya Feto-
transfer darah ibu harus diberikan imunoglobulin Rh-(Rhogam) jika mereka Rh negatif.
g Setelah pasien stabil, mulailah langkah-langkah spesifik untuk mengobati
penyebab pendarahan. (Kahsasi, 2009)
Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat berbeda-beda tergantung dari
jenis anemia yang diderita oleh pasien. Berikut ini beberapa terapi yang diberikan pada
pasien sesuai dengan jenis anemia yang diderita:
- Anemia Deficiensi Besi
Setelah diagnosa ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi berupa:
a). Terapi kausal: tergantung pada penyebab anemia itu sendiri, misalnya pengobatan
menoragi, pengobatan hemoroid bila tidak dilakukan terapi kausal anemia akan kambuh
kembali.
b). Pemberiian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi di dalam tubuh. Besi per
oral (ferrous sulphat dosis 3x200 mg, ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous
lactate, ferrous suuccinate). Besi parentral, efek sampingnya lebih berbahaya besi
parentral diindikasikan untuk intoleransi oral berat, kepatuhan berobat kurang, kolitis
ulseratif, dan perlu peningkatan Hb secara cepat seperti pada ibu hamil dan preoperasi.
(preparat yang tersedia antara iron dextran complex, iron sorbitol citric acid complex).
Pengobatan diberikan sampai 6 bulan setelah kadar hemoglobin normal untuk cadangan
besi tubuh.
c). Pengobatan lain misalnya: diet, vitamin C dan transfusi darah. Indikasi pemberian
transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah pada pasien penyakit jantung
anermik dengan ancaman payah jantung, anemia yang sangat simtomatik, dan pada
penderita yang memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat.dan jenis darah
yang diberikan adalah PRC untuk mengurangi bahaya overload. Sebagai premediasi
dapat dipertimbangkan pemberian furosemid intravena. (Bakta, 2009)
- Anemia Akibat Penyakit Kronis
Dalam terapi anemia akibat penyakit kronik, beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian adalah:
a). Jika penyakit dasar daat diobati dengan baik, anemia akan sembuh dengan
sendirinya.
b). Anemia tidak memberi respon pada pemberian besi, asam folat, atau vitamin B12.
7
c). Transfusi jarang diperlukan karena derajaat anemia ringan.
d). Sekarang pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikkan hemoglobin, tetapi
harus diberikan terus menerus.
e). Jika anemia akibat penyakit kronik disertai defisiiensi besi pemberian preparat besi
akan meningkatkan hemoglobin, tetapi kenaikan akan berhenti setelah hemoglobin
mencapai kadar 9-10 g/dl. (Bakta, 2009)
- Anemia Sideroblastik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan anemia sideroblastik adalah:
a). Terapi untuk anemia sideroblastik herediter bersifat simtomatik dengan transfusi
darah.
b). Pemberian vittamin B6 dapat dicoba karena sebagian kecil penderita responsif
terhadap piridoxin. (Bakta, 2009)
- Anemia Megaloblastik
Terapi utama anemia defisiensi vitamin B12 dan deficiensi asam folat adalah terapi
ganti dengan vitamin B12 atau asam folat meskipun demikian terapi kausal dengan
perbaikan gizi dan lain-lain tetap harus dilakukan:
a). Respon terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan puncak pada hari 7-
8. Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu. Neuropati biasanya dapat membaik tetapi
kerusakan medula spinalis biasanya irreverrsible. (Bakta, 2009)
b). Untuk deficiensi asam folat, berikan asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan.
c). Untuk deficiensi vitamin B12: hydroxycobalamin intramuskuler 200 mg/hari, atau
1000 mg diberikan tiap minggu selama 7 minggu. Dosis pemeliharaan 200 mg tiap
bulan atau 1000 mg tiap 3 bulan.
- Anemia Perniciosa
Sama dengan terapi anemia megaloblastik pada umumnya maka terapi utama untuk
anemia pernisiosa adalah:
a). Terapi ganti (replacement) dengan vitamin B12
b). Terapi pemeliharaan
c). Monitor kemungkinan karsinoma gaster. (Bakta, 2009)
- Anemia Hemolitik
Pengobatan anemia hemolitik sangat tergantung keadaan klinik kasus tersebut serta
penyebab hemolisisnya karena itu sangat bervariasi dari kasus per kasus. Akan tetapi
pada dasarnya terapi anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu:

8
a). Terapi gawat darurat Pada hemolisis intravaskuler, dimana terjadi syok dan gagal
ginjal akut maka harus diambil tindakan darurat untuk mengatasi syok,
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, sertaa memperbaiki fungsi
ginjal. Jika terjadi anemia berat, pertimbangan transfusi darah harus dilakukan
secara sangat hati-hati, meskipun dilakukan cross matchng, hemolisis tetap dapat
terjadi sehingga memberatkan fungsi organ lebih lanjut. Akan tetapi jika syok
berat telah teerjadi maka tidak ada pilihan lain selain transfusi.
b). Terapi Kausal
Terapi kausal tentunya menjadi harapan untuk dapat memberikan kesembuhan
total. Tetapi sebagian kasus bersifat idiopatik, atau disebabkan oleh penyebab
herediter-familier yang belum dapat dikoreksi. Tetapi bagi kasus yang
penyebabnya telah jelas maka terapi kausal dapt dilaksanakan. (Bakta, 2009)
c). Terapi Suportif-Simtomatik
Terapi ini diberikan untuk menek proses hemolisis terutama di limpa. Pada
anemia hemolitik kronik familier-herediter sering diperlukan transfusi darah
teratur untuk mempertahankan kadar hemoglobin. Bahkan pada thalasemia mayor
dipakai teknik supertransfusi atau hipertransfusi untuk mempertahankan keadaan
umum dan pertumbuhan pasien. Pada anemia hemolitik kronik dianjurkan
pemberian asam folat 0,15-0,3 mg/hari untuk mencegah krisis megaloblastik.
2.1.7 Komplikasi Anemia
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena
harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat
ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal jantung
kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi
terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan
cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya
pengurangan oksigen (Price &Wilson, 2009)

2.1.8 Pencegahan Anemia

9
Anemia pada anak-anak dapat dicegah apabila penyebabnya adalah
kekurangan zat besi maupun nutrisi lainnya. Pencegahan tersebut dapat dilakukan
dengan merubah pola makan anak agar mendapatkan gizi yang seimbang. Beberapa
cara yang dapat dilakukan berkaitan dengan hal tersebut meliputi:
1. Jika memungkinkan, berikan ASI eksklusif pada bayi Anda agar mendapatkan
zat besi yang cukup melalui ASI.
2. Apabila Anda memberikan susu formula pada anak Anda, pilihlah susu formula
yang mengandung zat besi.
3. Jangan berikan susu sapi murni pada anak-anak sebelum mereka berusia satu
tahun. Pasalnya, pencernaan mereka belum benar-benar siap dan pemberian susu
sapi dapat mengurangi jumlah zat besi yang diserap dalam usus.
4. Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti daging,
kuning telur, tomat, kentang, kismis, bayam, dan kacang-kacangan.
5. Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C (misalnya, jeruk)
agar membantu tubuh menyerap zat besi secara optimal.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Anemia
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara
subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan
data objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Biasanya data fokus
yang didapatkan dari pasien penderita anemia/keluarga seperti pasien mengatakan
lemah, letih dan lesu, pasien mengatakan nafsu makan menurun, mual dan sering
haus. Sementara data objektif akan ditemukan pasien tampak lemah, berat badan
menurun, pasien tidak mau makan/tidak dapat menghabiskan porsi makan, pasien
tampak mual dan muntah, bibir tampak kering dan pucat, konjungtiva anemis serta
anak rewel. Menurut Muscari (2005:284-285) dan Wijaya (2013:138) penting untuk
mengkaji riwayat kesehatan pasien yang meliputi: 1) keluhan utama/alasan yang
menyebabkan pasien pergi mencari pertolongan profesional kesehatan. Biasanya pada
pasien anemia, pasien akan mengeluh lemah, pusing, adanya pendarahan, kadang-
kadang sesak nafas dan penglihatan kabur; 2) Kaji apakah didalam keluarga ada yang
menderita penyakit yang sama dengan pasien atau di dalam keluarga ada yang
menderita penyakit hematologis; 3) Anemia juga bisa disebabkan karena adanya
penggunaan sinar-X yang berlebihan, penggunaan obatobatan maupun pendarahan.
Untuk itu penting dilakukan anamnesa mengenai riwayat penyakit terdahulu. Untuk
10
mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan
penunjang pada anak dengan anemia agar dapat mendukung data subjektif yang
diberikan dari pasien maupun keluarga. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4 cara
yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara head to toe sehingga dalam
pemeriksaan kepala pada anak dengan anemia didapatkan hasil rambut tampak kering,
tipis, mudah putus, wajah tampak pucat, bibir tampak pucat, konjungtiva anemis,
biasanya juga terjadi perdarahan pada gusi dan telinga terasa berdengung. Pada
pemeriksaan leher dan dada ditemukan jugular venous pressure akan melemah, pasien
tampak sesak nafas ditandai dengan respiration rate pada kanak-kanak (5-11 tahun)
berkisar antara 20-30x per menit. Untuk pemeriksaan abdomen akan ditemukan
perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali. Namun
untuk menegakkan diagnosa medis anemia, perlunya dilakukan pemeriksaan lanjutan
seperti pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan fungsi sumsum tulang.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Wijaya (2013) dari hasil pengkajian di atas dapat disimpulkan
diagnosa keperawatan sebagai berikut: 1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah 2.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
inadekuat intake makanan 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen 4. Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik 5. Kecemasan orang tua berhubungan dengan
proses penyakit anak 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
dengan informasi. 7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh
sekunder menurun (penurunan Hb), prosedur invasif.
2.2.3 Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Kode: 00204 Domain II Kesehatan Domain II Fisiologis
Ketidakefektifan perfusi Fisiologi Kompleks
jaringan perifer. Kelas E: Jantung Paru Kelas N: Manajemen
Kode 0407 Perfusi Perfusi Jaringan
Definisi: Jaringan: Perifer
Penurunan sirkulasi darah Kode 4180 Manajemen
ke perifer yang dapat Definisi: Hipovolemi
menggangggu kesehatan. Kecukupan aliran Definisi:
darah melalui Ekspansi dari volume
Batasan karakteristik: pembuluh kecil cairan intravaskuler
- Bruit femoral diujung kaki dan pada pasien yang

11
- Edema tangan untuk cairannya berkurang 1.
- Indeks ankle-brakhial e- mempertahankan Timbang berat badan
brakhial fungsi jaringan. diwaktu yang sama
<0,90 Setelah dilakukan 2. Monitor status
- Kelambatan asuhan keperawatan homeodinamik meliputi
penyembuhan luka selama ….. perfusi nadi dan tekanan darah
perifer jaringan perifer 3. Monitor adanya
- Klaudikasi intermiten adekuat dengan tanda-tanda dehidrasi 4.
- Penurunan nadi perifer kriteria hasil: Monitor asupan dan
- Perubahan fungsi 1. Pengisian kapiler pengeluaran
Motorik ekstremitas 5. Monitor adanya
- Perubahan karakteristik 2. Muka tidak pucat hipotensi ortostatis dan
Kulit 3. Capilary Refill pusing saat berdiri
-Perubanan tekanan Time <2 detik 6. Monitor adanya
darah di ekstremitas sumber-sumber
- Tidak ada nadi perifer kehilangan cairan
- Waktu pengisian kapiler (perdarahan, muntah,
> 3 detik diare, keringat yang
- Warna kulit pucat saat berlebihan, dan
elevasi takipnea)
7. Monitor adanya data
laboratorium terkait
dengan kehilangan
darah (misalnya
hemoglobin,
hematokrit)
8. Dukung asupan
cairan oral
9. Jaga kepatenan akses
IV
10. Berikan produk
darah yang diresepkan
dokkter 11. Bantu
pasien dengan ambulasi
pada kasus hipotensi
postural
12. Instruksikan pada
pasien/keluarga untuk
mencatat intake dan
output dengan tepat 13.
Instruksikan pada
pasien/keluarga
tindakan -tindakan yang
dilakukan untuk
mengatasi hipovolemia.
Domain II Fisiologis
Kompleks Kelas N:
Manajemen Perfusi
Jaringan Kode 4030
Pemberian Produk

12
-Produk darah

Definisi: memberikan
darah atau produk darah
dan memonitor respo
pasien
1. Cek kembali instruksi
dokter
2. Dapakan riwayat
tranfusi pasien
3. Dapatkan atau
verifikasi kesediaan
(informed consent)
pasien
4. Cek kembali pasien
dengan benar, tipe
darah, tipe Rh, jumlah
unit, waktu kadaluarsa
dan catat per protokol di
agensi
2. Kode 00002 Domain II Kesehatan Domain I Fisiologis
Ketidakseimbangan fisiologis dasar
nutrisi: Kelas D Dukungan
kurang dari kebutuhan Kelas K: Pencernaan Nutrisi
tubuh dan nutrisi Kode 1100 Manajemen
Kode 1009 Status Nutrisi Definisi:
Definisi: Asupan nutrisi Nutrisi: asupan nutrisi menyediakan dan
tidak cukup untuk Definisi: Asupan gizi meningkatkan intake
memenuhi kebutuhan untuk memenuhi nutrisi yang seimbang
metabolik kebutuhan-kebutuhan
metabolik 1. Tentukan status gizi
Batasan karakteristik: pasien dan kemampuan
- Berat badan 20% atau Setelah dilakukan untuk memenuhi
lebih dibawah rentang asuhan keperawatan kebutuhan gizi
berat badan ideal selama …… jam 2. Identifikasi adanya
- Diare - Kelemahan otot pasien dapat alergi atau intoleransi
mengunyah - Kelemahan meningkatkan status makanan yang dimiliki
otot untuk menelan nutrisi yang adekuat pasien
- Kram abdomen dengan kriteria hasil: 3. Ciptakan lingkungan
- Kurang informasi 1. Asupan kalori, yang optimal pada saat
- Kurang minat pada protein dan zat besi mengkonsumsi
makanan adekuat makanan
- Membran mukosa pucat 2. Porsi makan 4. Bantu pasien terkait
- Nyeri abdomen dihabiskan perawatan mulut
- Penurunan berat badan 3. Berat badan sebelum makan
dengan asupan makan dipertahankan/mening 5. Anjurkan pasien
adekuat kat terkait dengan
Faktor yang berhubungan: kebutuhan diet untuk
- Faktor biologis kondisi sakit
- Faktor ekonomi 6. Monitor

13
- Gangguan psikososial kecenderungan
- Ketidakmampuan makan terjadinya
- Kurang asupan makan penurunan atau
- Kurang informasi peningkatan berat badan
- Kurang minat pada 7. Anjurkan pasien
makanan untuk makan pada porsi
- Membran mukosa pucat yang sedikit dan sering
- Nyeri abdomen
- Penurunan berat badan
dengan asupan makan
adekuat
Faktor yang berhubungan:
- Faktor biologis - Faktor
ekonomi
- Gangguan psikososial
- Ketidakmampuan
makan
- Kurang asupan makan
3 Kode 00092 Domain 1 Fungsi Domain 1 Fisiologis
Intoleransi aktivitas kesehatan dasar
Definisi: Kelas A Pemeliharaan Kelas A manajemen
Ketidakcukupan energi energi aktivitas dan latihan
psikologis atau fisiologis
untuk mempertahankan Kode 0005 Toleransi Kode 0180 Manajemen
atau menyelesaikan terhadap aktivitas energi
aktivitas kehidupan Definisi: Respon Defenisi: Pengaturan
sehari-hari yang harus fisiologis terhadap energi yang digunakan
atau yang ingin dilakukan pergerakan yang untuk menangani atau
memerlukan energi mencegah kelelahan
Batasan karakteristik: dalam aktivitas sehari- dan mengoptimalkan
Keletihan hari fungsi
- Dispneu setelah 1. Kaji status fisiologi
beraktivitas Setelah dilakukan pasien yang
- Ketidaknyamanan asuhan keperawatan menyebabkan kelelahan
setelah beraktivitas selama …. jam pasien sesuai denga konteks
- Respon frekuensi dapat toleransi dengan usia dan perkembangan
jantung abnormal terhadap aktivitas dengan 2. Anjurkan pasien
aktivitas kriteria hasil: mengungkapkan
- Respon tekanan darah 1. Saturasi oksigen perasaan secara verbal
abnormal terhadap saat beraktivitas mengenai keterbatasan
aktivitas normal yang dialami
2. Frekuensi nadi saat 3. Perbaiki defisit status
Faktor yang berhubungan beraktivitas normal fisiologi sebagai
- Gaya hidup kurang gerak 3. Warna kulit tidak prioritas utama
- Imobilitas pucat 4. Tentukan jenis dan
- Ketidakseimbangan 4. Melakukan aktivitas banyaknya aktivitas
antara suplai dan secara mandiri yang dibutuhkan untuk
kebutuhan oksigen menjaga ketahanan
- Tirah baring 5. Monitor asupan
nutrisi untuk

14
mengetahui sumber
energi yang adekuat
6. Catat waktu dan lama
istirahat/tidur pasien
7. Monitor sumber dan
ketidaknyamanan /nyeri
yang dialami pasien
selama aktivitas
4. Kode 00108 Domain 1 Fungsi Domain 1 Fisiologis
Defisit perawatan diri: kesehatan dasar
mandi Defenisi: hambatan Kelas D Perawatan Kelas F fasilitasi
kemampuan untuk diri Perawatan diri Kode
melakukan atau 1801 Bantuan
menyelesaikan aktivitas Kode 0301 Perawatan perawatan diri:
mandi secara mandiri diri: mandi Defenisi: mandi/kebersihan
tindakan seeorang Definisi: membantu
Batasan karakteristik: untuk membersihkan pasien melakukan
-Ketidakmampuan badannya sendiri kebersihan diri
membasuh tubuh secara mandiri atau 1. Pertimbangkan usia
- Ketidakmampuan tanpa alat bantu pasien saat
mengakses kamar mandi Setelah dilakukan mempromosikan
- Ketidakmampuan asuhan keperawatan aktivitas perawatan diri
mengambil peralatan selama ….. menit, 2. Letakkan handuk,
mandi pasien dapat sabun mandi, shampo,
- Ketidakmampuan meningkatkan lotion dan peralatan
mengatur air mandi perawatan diri selama lainnya disisi tempat
- Ketidakmampuan dalam perawatan tidur atau kamar mandi
mengeringkan tubuh dengan kriteria hasil: 3. Sediakan lingkungan
- Ketidakmampuan 1. Mandi dengan yang terapeutik dengan
menjangkau sumber air bersiram memastikan
2. Mencuci badan kehangatan, suasana
Faktor yang berhubungan: bagian atas rileks, privasi dan
- Ansietas - Gangguan 3. Mencuci badan pengalaman pribadi
fungsi kognitif bagian bawah 4. Monitor kebersihan
- Gangguan fungsi 4. Mengeringkan kuku, sesuai dengan
muskuloskeletal badan kemampuan merawat
- Gangguan diri pasien
neuromuskular 5. Jaga ritual kebersihan
- Gangguan persepsi 6. Beri bantuan sampai
- Kelemahan - Kendala pasien benarbenar
lingkungan - mampu merawat diri
Ketidakmampuan secara mandiri
merasakan bagian
5. Kode 00126 Defisiensi NOC 1. Kaji tingkat
pengetahuan Knowledge : disease pengetahuan pasien dan
Definisi: ketiadaan atau process keluarga
defisiensi informasi Knowledge : health 2. Jelaskan patofisiologi
kognitif yang berkaitan Behavior Setelah dari penyakit dan
dengan topik tertentu dilakukan tindakan bagaimana hal ini
keperawatan selama berhubungan dengan

15
Batasan karakteristik: …. Pasien dan anatomi dan fisiologi,
- Ketidakakuratan keluarga menunjukkan dengan cara yang tepat.
melakukan tes pengetahuan tentang 3. Gambarkan tanda dan
- Ketidakakuratan proses penyakit gejala yang biasa
mengikuti perintah dengan kriteria hasil: - muncul pada penyakit,
- Kurang pengetahuan Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
- Perilaku tidak tepat menyatakan 4. Gambarkan proses
pemahaman tentang penyakit, dengan cara
Faktor yang berhubungan: penyakit, kondisi, yang tepat
- Gangguan fungsi kognisi prognosis dan program 5. Identifikasi
- Gangguan memori pengobatan kemungkinan penyebab,
- Kurang informasi - Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
- Kurang minat untuk mampu melaksanakan 6. Sediakan informasi
belajar prosedur yang pada pasien tentang
- Kurang sumber dijelaskan secara kondisi, dengan cara
pengetahuan benar yang tepat
- Salah pengertian - Pasien dan keluarga 7. Sediakan bagi
terhadap orang lain mampu menjelaskan keluarga informasi
kembali apa yang tentang kemajuan
dijelaskan perawat/tim pasien dengan cara yang
kesehatan lainnya tepat
8. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
10. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
6. Kode 00146 Kelas : Kontrol Anxiety Reduction
Ansietas kecemasan (penurunan
Definisi: perasaan tidak Koping kecemasan)
nyaman atau kekhawatiran Setelah dilakukan - Gunakan pendekatan
yang samar disertai asuhan selama ..... yang menenangkan
respons otonom, perasaan klien kecemasan - Nyatakan dengan jelas
takut yang disebabkan teratasi dgn kriteria harapan terhadap pelaku
oleh antisipasi terhadap hasil: pasien
bahaya. - Klien mampu - Jelaskan semua
mengidentifikasi dan prosedur dan apa yang
Batasan karakteristik: mengungkapkan dirasakan selama
perilaku: gejala cemas prosedur
Agitasi - Mengidentifikasi, - Temani pasien untuk
- Gelisah men memberikan keamanan
- Gerakan ekstra gungkapkan dan dan mengurangi takut
- Insomnia menunjukkan tehnik - Berikan informasi
- Kontak mata yang buruk untuk mengontol faktual mengenai

16
- Melihat sepintas cemas diagnosis, tindakan
- Mengekspresikan - Vital sign dalam prognosis
kekhawatiran karena batas normal - Libatkan keluarga
perubahan - Postur tubuh, untuk mendampingi
- Penurunan produktifitas ekspresi wajah, bahasa klien
- Tampak waspada tubuh dan tingkat - Instruksikan pada
Afektif: aktivitas menunjukkan pasien untuk
-Distres berkurangnya menggunakan tehnik
- Gelisah kecemasan relaksasi –
- Gugup Dengarkan dengan
- Kesedihan yang penuh perhatian
mendalam - Identifikasi tingkat
- Menyesal kecemasan
- Peka - Bantu pasien
- Putus asa mengenal situasi yang
- Ragu menimbulkan
- Sangat khawatir kecemasan
Fisiologi: - Dorong pasien untuk
- Gemetar mengungkapkan
- Peningkatan ketegangan perasaan, ketakutan,
- Tremos tangan persepsi
- Wajah tegang - Kolaborasi pemberian
Simpatis: terapi
- Anoreksia
- Daire
Dilatasi pupil
– Lemah
- Mulut kering -
Peningkatan refleks
- Peningkatan frekuensi
napas
- Wajah memerah
Parasimpatis:
- Dorongan segera
berkemih
- Gangguan pola tidur
- Melamun
- Nyeri abdomen
- Penurunan kemampuan
untuk belajar
- Pusing
- Penurunan denyut nadi
Kognitif:
- Cenderung menyalahkan
orang lain
- Gangguan konsentrasi
- Melamun
- Penurunan lapang
persepsi
Faktor yang berhubungan:

17
- Ancaman kematian -
Ancaman pada status
terkini
- Perubahan besar
(misalnya: status
ekonomi, lingkungan,
status kesehatan, fungsi
peran, status peran)
7. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan Konrol infeksi :
imunitas tubuh menurun, askep …. jam tidak - Bersihkan lingkungan
prosedur invasive terdapat factor risiko setelah dipakai pasien
infeksi dengan kriteria lain.
hasil: - Batasi pengunjung
- bebas dari gejala bila perlu dan anjurkan
infeksi, u/ istirahat yang cukup
- angka lekosit normal - Anjurkan keluarga
(4- 11.000) untuk cuci tangan
- vital sign dalam sebelum dan setelah
batas normal kontak dengan klien.
- Gunakan sabun anti
microba untuk mencuci
tangan.
- Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
- Gunakan baju dan
sarung tangan sebagai
alat pelindung.
- Pertahankan
lingkungan yang aseptik
selama pemasangan
alat.
- Lakukan perawatan
luka dan
dresinginfus,DC setiap
hari jika ada
- Tingkatkan intake
nutrisi. Dan cairan yang
adekuat
- berikan antibiotik
sesuai program

Proteksi terhadap
infeksi
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal. - Monitor
hitung granulosit dan
WBC.
- Monitor kerentanan

18
terhadap infeksi.
- Pertahankan teknik
aseptik untuk 23 setiap
tindakan.
- Inspeksi kulit dan
mebran mukosa
terhadap kemerahan,
panas.
- Monitor perubahan
tingkat energi.
- Dorong klien untuk
meningkatkan mobilitas
dan latihan.
- Instruksikan klien
untuk minum antibiotik
sesuai program.
- Ajarkan keluarga/klien
tentang tanda dan gejala
infeksi.dan melaporkan
kecurigaan infeksi.
Sumber: Wong 2012. Pedoman Klinis Keperawatan pediatrik Edisi 4.Jakarta:EGC
NANDA Internasional.2015.Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta:
EGC Moorhead Sue, dkk. 2013. Nursing Outcome Classification Edisi 5.Elsevier
Bulechek,dkk.2013. Nursing Intervention Classification Edisi 6.Elsevier

2.2.4 Implementasi
1. Anemia pasca perdarahan Penatalaksanaan awal dengan memberikan transfusi
darah. Pilihan kedua adalah dengan memberikan plasma (plasma expanders atau
plasma substitute). Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan
infus apa saja yang tersedia.
2. Anemia defisiensi zat besi Penatalaksanaan terapeutik difokuskan pada
peningkatan jumlah suplemen zat besi yang diterima anak. Biasanya usaha ini
dilakukan melalui konsultasi diet dan pemberian suplemen zat besi per oral. Jika
sumber zat besi dalam makanan tidak dapat menggantikan simpanan yang ada di
dalam tubuh, pemberian suplemen zat besi per oral perlu di programkan selama
kurang lebih 3 bulan. Apabila kadar Hb sangat rendah atau jika kadar tersebut tidak
berhasil naik setelah terapi oral selama 1 bulan, penting untuk mengkaji apakah
pemberian zat besi sudah dilakukan secara benar. Transfusi juga hanya diindikasikan
pada keadaan anemia yang paling berat dan pada kasus infeksi yang serius. (Wong,
2009:1120) Pada anak dengan defisiensi zat besi diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/kg
BB/ hari (waspada terhadap terjadinya enteritis). Dapat diberikan preparat zat besi
parenteral secara intramuskular atau intra vena bila pemberian per oral tidak dapat
19
diberikan. Transfusi darah hanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 5g/dL disertai
keadaan umum buruk, misalnya gagal jantung, bronkopneumonia dan sebagainya.
Obat cacing hanya diberikan jika ternyata anak menderita cacingan, antibiotik bila
perlu (terdapat infeksi).
3. Anemia sel sabit Terapi bertujuan untuk ; 1) mencegah keadaan yang
meningkatkan pembentukan sel sabit yang bertanggungjawab atas terjadinya sekuele
patologik; dan 2) mengatasi kondisi darurat medis pada krisis sel sabit. Pencegahan
terdiri atas upaya mempertahankan hemodilusi. Keberhasilan mengimplementasi
tujuan ini lebih sering bergantung pada intervensi keperawatan dibandingkan terapi
medis. Biasanya penatalaksanaan medis terhadap krisis sel sabit merupakan tindakan
suportif dan simtomatik.
Biasanya penatalaksanaan medis terhadap krisis sel sabit merupakan tindakan
suportif dan simtomatik yang bertujuan untuk memberi kesempatan tirah baring agar
meminimalkan pengeluaran energi dan pemakaian oksigen, hidrasi melalui terapoi
oral dan IV, penggantian elektrolit, analgesik untuk mengatasi rasa nyeri yanng hebat
akibat vaso-oklusi, transfusi darah untuk mengatasi anemia dan mengurangi viskositas
darah yang mengalami pembentukan sel sabit, antibiotik untuk mengobati setiap
infeksi yang terjadi (Wong, 2009:1121).
4. Anemia hemolitik
1) Terapi gawat darurat yang dilakukan untuk mengatasi syok dan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit serta memperbaiki fungsi ginjal. Jika anemia berat
maka perlu dilakukan transfusi dengan pengawasan ketat. Transfusi yang diberikan
berupa washed red cells untuk mengurangi beban antibodi. Selain itu juga diberikan
steroid parenteral dosis tinggi atau bisa juga hiperimun globulin untuk menekan
aktivitas makrofag.
2) Terapi suportif-simptomatik bertujuan untuk menekan proses hemolisis terutama di
limpa dengan jalan splenektomi. Selain itu juga diberikan terapi asam folat untuk
mencegah krisis megaloblastik.
3) Terapi kausal bertujuan untuk mengobati penyebab dari hemolisis namun biasanya
penyakit ini idiopatik dan herediter sehingga sulit untuk ditangani.
5. Anemia aplastik Tujuan terapi anemia aplastik didasarkan pada pengenalan proses
penyakit yang mendasarinya yaitu kegagalan sumsum tulang untuk melaksanakan
fungsi hematopoietik. Oleh karena itu, terapi diarahkan untuk pemulihan fungsi
sumsum tulang yang meliputi dua cara penanganan utama yaitu:
20
1) Terapi imunsupresif untuk menghilangkan fungsi imunologi yang diperkirakan
memperpanjang keadaan apalasia dengan menggunakan globulin antitimosit (ATG)
atau gobulin antilimfosit (ALG) yaitu terapi primer bagi anak yang bukan calon untuk
transplantasi sumsum tulang. Anak itu akan berespon dalam tiga bulan atau tidak
sama sekali terhadap terapi ini. Terapi penunjang mencakup pemakaian antibiotik dan
pemberian produk darah.
2) Penggantian sumsum tulang melalui transplantasi. Transplantasi sumsum tulang
merupakan terapi bagi anemia aplastik berat jika donor yang sesuai. Pilihan utama
pengobatan anemia aplastik adalah transplantasi sumsum tulang dengan donor
saudara kandung, yang antigen limfosit manusianya (HLA) sesuai. Jika ingin
melakukan pemeriksaan sumsum tulang, pemeriksaan HLA keluarga harus segera
dilakukan dan produk darah harus sesedikit mungkin digunakan untuk menghindari
terjadinya sensitisasi. Untuk menghindari terjadinya sensitisasi, darah hendaknya juga
jangan didonasi oleh keluarga anak. Prosuk darah harus selalu diradiasi dan disaring
untuk menghilangkan sel-sel darah putih yang ada, sebelum diberikan pada anak yang
menjadi calon penerima transplantasi sumsum tulang (Betz & Sowden, 2002:11).
2.2.5 Evaluasi
Menurut Capernito, 1999:28) Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik
atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di tetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah infeksi tidak
terjadi, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien dapat mempertahankan atau
meningkatkan aktivitas, 27 peningkatan perfusi jaringan perifer, dapat
mempertahankan integritas kulit, pasien mengerti dan memahami tentang penyakit,
prosedur diagnostik dan rencana pengobatan.

21
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali (di diagnosa ). Tanda dan
gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, maul,dll. Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang
dengan pemeriksaan laborat yakni adanya penurunan kadar Hb.

22
DAFTAR PUSTAKA
https://www-sehatq-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.sehatq.com/penyakit/anemia-pada-
anak/amp?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16023335671318&amp_ct=1602333838016&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.sehatq.com%2Fpenyakit%2Fanemia-pada-anak
Bakta I M.(2009). Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. Jakarta : EGC
Catherino jeffrey M.(2003).Emergency medicine handbook. USA:Lipipincott Williams
Doenges, Marylinn E. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC: Jakarta.
Kahsasi, Daniel. (2009). Anemia Acute. Diakses melalui
http://emedicine.medscape.com/article/159803-media, emergency_medicine pada
tanggal 08 April 2017
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Lawrence M. Tierney, J. (2008). Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit. Dalam).
Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, Arief. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius.
Price, S.A. (2009).Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC
Smeltzer, C Susan. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Jakarta : EGC

23

Anda mungkin juga menyukai