Asuhan Keperawatan Kista Ovari
Asuhan Keperawatan Kista Ovari
Disusun oleh :
Kelompok 11
Kelas 3 D
COVER
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Kista Ovari” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah
Keperawatan Maternitas di jurusan Keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini di masa akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat juga
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................................I
KATA PENGANTAR................................................................................................II
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................4
B. TUJUAN...............................................................................................................6
BAB II KONSEP DASAR...........................................................................................7
A. PENGERTIAN........................................................................................................7
B. ETIOLOGI.............................................................................................................7
C. TANDA DAN GEJALA...........................................................................................8
D. KLASIFIKASI / STADIUM......................................................................................9
E. PATOFISIOLOGI..................................................................................................11
F. PATHWAY..........................................................................................................12
G. PENATALAKSANAAN: MEDIK DAN PRINSIP PERAWATAN.................................13
BAB III KONSEP KEPERAWATAN.....................................................................15
A. PENGKAJIAN......................................................................................................15
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................................16
C. RENCANA KEPERAWATAN................................................................................17
BAB IV PENUTUP....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan kesehatan yang sering terjadi pada sistem reproduksi wanita di
kalangan masyarakat diantaranya kanker serviks, kanker payudara, kista ovarium,
gangguan menstruasi, mioma uteri dan lain sebagainya (Manuaba, 2010).
Salah satu gangguan kesehatan yang sering terjadi pada sistem reproduksi
wanita adalah kista ovarium. Kista ovarium merupakan suatu benjolan yang
berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian
bawah (Prawirohardjo, 2011). Kista ovarium adalah suatu penyakit gangguan
organ reproduksi wanita dan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita dimasa reproduksinya (Depkes RI, 2011).
Pada tahun 2015 angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada
negara maju dengan rata-rata 10/100.000, kecuali di Jepang (6,4/100.000).
Insiden di Amerika Serikat (7,7/100.000) relatif tinggi dibandingkan dengan
angka kejadian di India dan Afrika. Angka kejadian kista ovarium di Indonesia
pada tahun 2015 sebanyak 23.400 orang dan meninggal sebanyak 13.900 orang.
Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya
bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi
metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut (Kemenkes,
2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari penyakit Kista Ovarium.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit Kista Ovarium.
3. Mengetahui patofisiologi dari penyakit Kista Ovarium.
4. Mengetahui pathway dari penyakit Kista Ovarium.
5. Mengetahui tanda dan gejala penyakit Kista Ovarium.
6. Mengetahui pemeriksaan penyakit Kista Ovarium.
7. Mengetahui penunjang penyakit Leukimia pada anak.
8. Melakukan pengkajian anak pada Kista Ovarium.
9. Merumuskan diagnosa keperawatan Kista Ovarium.
10. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada kasus Kista Ovarium.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi
cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bias berupa air ,darah, nanah, atau
cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita
usia subur atau usia reproduksi (Dewi, 2010).
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat
gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul
(Andang, 2013).
Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi
material cairan atau setengah cair (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)
berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung
telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja (Setyorini, 2014).
B. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014). Faktor penyebab terjadinya
kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena
bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap rokok dan pembakaran gas
bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian akan
membantu tumbuhnya kista. Faktor makanan, lemak berlebih atau lemak yang
tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses
metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista dan faktor
genetik (Andang, 2013).
Menurut Manuaba (2013), penyebab kanker ovarium belum diketahui secara
pasti. Faktor resiko terjadinya kanker ovarium sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan
Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi di negara industri.
2. Faktor reproduksi
Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya resiko
menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epiteliel
ovarium. Induksi ovulasi dengan menggunakan clomipen sitrat meningkatkan
resiko dua sampai tiga kali. Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi
ovulasi dapat mengurangi resiko terjadinya kanker. Pemakaian pil KB
menurunkan resiko hingga 50% jika dikonsumsi selama lima tahun atau lebih.
Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI.
3. Faktor genetik
5-10% adalah herediter, angka resiko terbesar 5% pada penderita satu
saudara dan meningkat menjadi 7% bila memiliki dua saudara yang menderita
kanker ovarium.
D. Klasifikasi / Stadium
Menurut Nugroho (2012), kista ovarium di klasifikasikan menjadi beberapa
tipe, antara lain:
E. Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat
rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan
ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat
sel genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan
hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi sebagai penghasil hormon estrogen dan progesteron
yang normal. Fungsi ovarium yang normal tergantung pada jumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut dapat mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal apabila tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang disebabkan oleh adanya penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Kegagalan tersebut terbentuk secara
sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya
kista di dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita
(Manuaba, 2010).
F. Pathway
G. Penatalaksanaan: Medik dan Prinsip Perawatan
Menurut Nugroho (2014), Penatalaksanaan Medik pada Kista Ovarium ada
beberapa diantaranya yaitu :
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya
setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas
(kanker).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan
operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada gejala akut,
tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya
memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang
memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk
meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun
memiliki resiko cukup besar terkena kanker jenis ini. Bila hanya kistanya
yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy. Bila pembedahan
mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi, maka disebut salpingo-
oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung
pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan
jenis kista.
Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit (twisted)
dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan tindakan darurat
pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan posisi ovarium.
Prinsip Perawatan
A. Pengkajian
1. Identitas pasien : nama, umur, tempat tinggal dan pekerjaan
2. Pemeriksaan pasien yang meliputi pengecekan
3. Riwayat penyakit dulu
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Status obtetrikus yang meliputi :
a. Menstruari : umur mengalami menstruasi , panjang siklus menstruasi,
volume darah, warna, dan bau.
b. Riwayat perkawinan : usia perkawinan dan beberapa kali menikah.
c. Riwayat persalinan
d. Riwayat KB
7. Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
8. Auskultasi bising usus
9. Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
10. Tanyakan tentang perbahan defekasi
11. Kaji status psikologis pasien
12. Kaji nyeri atau mual
13. Kaji status alat intrusif
14. Palpasi nadi pedalis secara bilateral
15. Evaluasi kembalinya reflek gag
16. Pemeriksaan laporan operasi terhadap tipe anastesi yang diberikan dan
lamanya waktu dibawah anastesi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur infasive.
2. Nyeri pada abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit.
4. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh.
5. Retensi urine berhubungan dengan penekanan jaringan neoplasma.
6. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen.
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan presepsi diri.
9. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi.
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Risiko Infeksi area Kontrol Risiko : Proses Kontrol Infeksi (6540) Kontrol Infeksi
pembedahan berhubungan Infeksi (1924)
dengan prosedur infasiv. 1. Lakukan tindakan-tindakan 1. Mencegah terjadinya infeksi.
1. Mencari informasi terkait pencegahan yang bersifat 2. Intake nutrisi yang tepat dapat
kontrol infeksi. universal. membantu menjaga kesehatan
2. Mengidentifikasi faktor 2. Tingkatkan intake nutrisi tubuh.
risiko infeksi. yang tepat. 3. Memenuhi kebutuhan cairan.
3. Mengenali faktor risiko 3. Dorong intake cairan yang 4. Istirahat terpenuhi.
individu terkait infeksi. sesuai. 5. Menambah wawasan pasien dan
4. Mengidentifikasi tanda dan 4. Dorong untuk beristirahat. keluarga dalam pencegahan
gejala infeksi. 5. Ajarkan pasien dan anggota infeksi.
5. Menyesuaikan strategi keluarga mengenai bagaimana
dalam mengontrol infeksi. menghindari infeksi.
2. Nyeri pada abdomen Pengetahuan : Manajemen Manajemen Nyeri (1400) Manajemen Nyeri
berhubungan dengan Nyeri (1843)
inisiasi pada abdomen. 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri.
1. Faktor-faktor penyebab dan komprehensif. 2. Mengajarkan pasien faktor yang
faktor yang berkontribusi. ‘ 2. Gali bersama pasien faktor- dapat menurunkan nyeri.
3. Agar dapat nyeri berkurang.
2. Tanda dan gejala nyeri. faktor yang dapat
4. Agar pasien, orang terdekat dan
3. Strategi untuk mengotrol menurunkan atau tim kesehatan mengetahui nyeri
nyeri. memperberat nyeri. yang dirasakan.
4. Teknik relaksasi yang 3. Ajarkan prinsip-prinsip 5. Agar pasien merasa nyaman.
efektif. manajemen nyeri.
5. Strategi pencegahan nyeri. 4. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi.
5. Dukung istirahat/ tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri.
3. Kerusakan integritas kulit Integritas Jaringan : Kulit & Pengecekan Kulit (3590) Pengecekan Kulit
berhubungan dengan Membran Mukosa (1101)
pengangkatan bedah kulit. 1. Moinitor warna dan suhu 1. Pantau warna dan suhu kulit
1. Suhu kulit. kulit. pasien.
2. Integritas kulit. 2. Monitor kulit untuk adanya 2. Pantau kulit pasien adanya ruam
3. Lesi pada kulit. ruam dan lecet.
dan lecet.
3. Monitor kulit untuk adanya
kekeringan yang berlebihan 3. Pantau kulit pasien terdapat
dan kelembaban. adanya kekeringan yang
4. Ajarkan anggota keluarga/ berlebihan dan kelembaban.
pemberi asuhan mengenai 4. Agar pasien mengetahui tanda-
tanda-tanda kerusakan kulit, tanda kerusakan kulit dengan
dengan tepat. tepat.
BAB IV
PENUTUP
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)
berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur
(ovarium). Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus hipofisis, dan ovarium. Faktor makanan, lemak berlebih atau lemak yang
tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses
metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista dan faktor genetik.
Tanda dan gejala pada kanker ovarium seperti, perut membesar/merasa adanya
tekanan, dyspareunia, berat badan meningkat karena adanya massa/asites,
peningkatan lingkar abdomen, tekanan panggul, kembung, nyeri punggung,
konstipasi, nyeri abdomen, urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan abnormal, flatulens,
peningkatan ukuran pinggang, nyeri tungkai, nyeri panggul.
Dinas Kesehatan Kota Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
2012.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Semarang 2012.
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono
Rasjidi, Imam dkk. 2010. Imaging Ginekologi Onkologi. Jakarta : CV Sagung Seto.
Reeder, dkk. 2013. Keperawatan Maternitas Vol Edisi 18. Jakarta : EGC.