Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KISTA OVARI

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas


Dosen Pembimbing : Wiwi Kustio Prilliana, A.Kep.,S.Pd,MPH

Disusun oleh :
Kelompok 11
Kelas 3 D

1. Diah Wahyu Setianingrum ( 2920183385 )


2. Mia Alifia Komala ( 2920183399 )
3. Septa Diah Eka Saputri ( 2920183413 )

COVER

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Kista Ovari” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah
Keperawatan Maternitas di jurusan Keperawatan.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Wiwi


Kustio Prilliana.,A.Kep.,S.Pd.,MPH selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Maternitas yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dan
terselesaikannya makalah ini. Serta rekan-rekan dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini di masa akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat juga
pembaca.

Penyusun

Yogyakarta, Agustus 2020

ii
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................................I
KATA PENGANTAR................................................................................................II
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................4
B. TUJUAN...............................................................................................................6
BAB II KONSEP DASAR...........................................................................................7
A. PENGERTIAN........................................................................................................7
B. ETIOLOGI.............................................................................................................7
C. TANDA DAN GEJALA...........................................................................................8
D. KLASIFIKASI / STADIUM......................................................................................9
E. PATOFISIOLOGI..................................................................................................11
F. PATHWAY..........................................................................................................12
G. PENATALAKSANAAN: MEDIK DAN PRINSIP PERAWATAN.................................13
BAB III KONSEP KEPERAWATAN.....................................................................15
A. PENGKAJIAN......................................................................................................15
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................................16
C. RENCANA KEPERAWATAN................................................................................17
BAB IV PENUTUP....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan kesehatan yang sering terjadi pada sistem reproduksi wanita di
kalangan masyarakat diantaranya kanker serviks, kanker payudara, kista ovarium,
gangguan menstruasi, mioma uteri dan lain sebagainya (Manuaba, 2010).
Salah satu gangguan kesehatan yang sering terjadi pada sistem reproduksi
wanita adalah kista ovarium. Kista ovarium merupakan suatu benjolan yang
berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian
bawah (Prawirohardjo, 2011). Kista ovarium adalah suatu penyakit gangguan
organ reproduksi wanita dan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita dimasa reproduksinya (Depkes RI, 2011).
Pada tahun 2015 angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada
negara maju dengan rata-rata 10/100.000, kecuali di Jepang (6,4/100.000).
Insiden di Amerika Serikat (7,7/100.000) relatif tinggi dibandingkan dengan
angka kejadian di India dan Afrika. Angka kejadian kista ovarium di Indonesia
pada tahun 2015 sebanyak 23.400 orang dan meninggal sebanyak 13.900 orang.
Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya
bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi
metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut (Kemenkes,
2015).

Di Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh


masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit sistem
reproduksi misalnya kista ovarium (Depkes RI,2011). Berdasarkan data Dinkes
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012, berdasarkan laporan program dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas, kasus
penyakit kista ovarium terdapat 2.259 kasus, terbayak di temukan di Kota
Semarang (Dinkes Prov Jateng, 2012). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
Semarang pada tahun 2013 yang berasal dari rumah sakit. Berdasarkan kelompok
usia kista ovarium adalah usia 15-24 tahun terdapat 2 kasus kista ovarium, usia
24-44 tahun terdapat 33 kasus kista ovarium, dan usia 44-64 terdapat 16 kasus
kista ovarium (Dinkes Kota Semarang, 2012).
Faktor risiko kista ovarium berupa usia reproduktif, pasien yang sedang
menerima gonadotropin atau tamoksifen, riwayat keluarga yang kuat, infertility,
nullipara, riwayat kanker payudara. Gejala yang dirasakan penderita kista
ovarium antara lain teraba benjolan pada perut atau perut membesar, nyeri pada
perut, gangguan pada buang air kecil atau buang air besar, dapat juga
mempengaruhi siklus haid. Penatalaksanaaan kista ovarium tergantung beratnya
gejala, usia pasien, adanya resiko keganasan dan keinginan untuk mendapatkan
anak berikutnya (Riley Thomas, 2010)
Pada usia >50 tahun, penanganan konservatif mempunyai sedikit keuntungan
bila diameter tumor lebih dari 5 cm karena 29-50% dari semua kista ovarium akan
menjadi ganas. Jika pasien timbul gejala nyeri akut, berat dan ada tanda-tanda
pendarahan intraperitoneal maka dilakukan kistektomi atau salfingo-ooforektomi
dengan laparoskopi atau laparatomi. Mengetahui epidemiologi kista ovarium
penting untuk aspek kesehatan. Penting mengetahui karakteristik pasien kista
ovarium yang menjalani laparotomi atau laparoskopik untuk mengetahui
preferensi atau mayoritas pasien yang menjalani setiap prosedur sebagai data
statistik yang berguna dalam informed consent atau menentukan efektivitas terapi
(Giyana, 2012).
Penangan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah
cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di
lakukan pengangkatan ovariam beserta tuba (Rasjidi, 2010).
Adapun cara pencegahan penyakit kista yaitu mengkonsumsi sayuran dan
buah karena banyak mengandung vitamin dan mineral yang mampu
meningkatkan stamina tubuh, menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari
rokok dan sering olahraga, menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut
untuk menghindari infeksi mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang
disekitar area kewanitaan, mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi.
Apabila setiap individu mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal
tersebut dapat menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan hormon
kortisol pemicu stress dan dapat pula terjadi obesitas, menggunakan pil KB secara
oral yang mengandung hormon estrogen dan progesteron guna untuk
meminimalisir risiko terjadinya kista karena mampu mencegah produksi sel telur
(Nugroho,2014).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada gangguan


sistem reproduksi dengan Kista Ovarium.

2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari penyakit Kista Ovarium.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit Kista Ovarium.
3. Mengetahui patofisiologi dari penyakit Kista Ovarium.
4. Mengetahui pathway dari penyakit Kista Ovarium.
5. Mengetahui tanda dan gejala penyakit Kista Ovarium.
6. Mengetahui pemeriksaan penyakit Kista Ovarium.
7. Mengetahui penunjang penyakit Leukimia pada anak.
8. Melakukan pengkajian anak pada Kista Ovarium.
9. Merumuskan diagnosa keperawatan Kista Ovarium.
10. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada kasus Kista Ovarium.
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi
cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bias berupa air ,darah, nanah, atau
cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita
usia subur atau usia reproduksi (Dewi, 2010).
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat
gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul
(Andang, 2013).
Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi
material cairan atau setengah cair (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)
berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung
telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja (Setyorini, 2014).

B. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014). Faktor penyebab terjadinya
kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena
bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap rokok dan pembakaran gas
bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian akan
membantu tumbuhnya kista. Faktor makanan, lemak berlebih atau lemak yang
tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses
metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista dan faktor
genetik (Andang, 2013).
Menurut Manuaba (2013), penyebab kanker ovarium belum diketahui secara
pasti. Faktor resiko terjadinya kanker ovarium sebagai berikut :

1. Faktor lingkungan
Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi di negara industri.
2. Faktor reproduksi
Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya resiko
menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epiteliel
ovarium. Induksi ovulasi dengan menggunakan clomipen sitrat meningkatkan
resiko dua sampai tiga kali. Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi
ovulasi dapat mengurangi resiko terjadinya kanker. Pemakaian pil KB
menurunkan resiko hingga 50% jika dikonsumsi selama lima tahun atau lebih.
Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI.
3. Faktor genetik
5-10% adalah herediter, angka resiko terbesar 5% pada penderita satu
saudara dan meningkat menjadi 7% bila memiliki dua saudara yang menderita
kanker ovarium.

C. Tanda dan Gejala


Pada umumnya kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau
keluhan. Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan mengganggu
organ tubuh yang lain jika sudah mulai menekan saluran kemih, usus, saraf, atau
pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, maka akan menimbulkan
keluhan berupa sulit buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan,
kesemutan atau bengkak pada kaki (Andang, 2013).
Tanda dan gejala pada kanker ovarium seperti, perut membesar/merasa
adanya tekanan, dyspareunia, berat badan meningkat karena adanya massa/asites,
peningkatan lingkar abdomen, tekanan panggul, kembung, nyeri punggung,
konstipasi, nyeri abdomen, urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan abnormal,
flatulens, peningkatan ukuran pinggang, nyeri tungkai, nyeri panggul
(Prawirohardjo,2014).
Menurut Nugroho (2010), kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium
tidak memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun beberapa orang dapat
mengalami gejala seperti:
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
6. Terkadang nyeri saat buang air kecil dan buang air besar.

D. Klasifikasi / Stadium
Menurut Nugroho (2012), kista ovarium di klasifikasikan menjadi beberapa
tipe, antara lain:

1. Tipe Kista Normal


a. Kista Fungsional
Kista fungsional merupakan jenis kista ovarium yang paling sering
dijumpai. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi
bersama dengan siklus menstruasi yang normal. Kista fungsional ini
terdiri dari kista folikel dan korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu,
tidak menimbulkan gejala dan dapat hilang dengan sendirinya dalam
kurun waktu 6-8 minggu.
2. Tipe Kista Abnormal
a. Cytadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya
bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri.
b. Kista coklat
Sering disebut juga endometrioma, merupakan endometrium yang tidak
pada tempatnya. Disebut kista coklat karena berisi timbunan darah yang
berwarna coklat kehitaman.
c. Kista Dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh, seperti kulit,
kuku, rambut, gigi, dan lemak. Kista ini dapat ditemukan dikedua bagian
ovarium. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
d. Kista Endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena terdapat bagian endometrium yang
berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan timbulnya
lapisan endometrium setiap bulan sehingga dapat menimbulkan nyeri
hebat, terutama saat menstruasi dan fertilisasi.
e. Kista Hemoragik
Merupakan kista fungsional yang disertai dengan perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista Lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Beberapa tipe kista
lutein antara lain:
1) Kista Ganulosa Lutein
Merupakan kista yang terjadi di dalam korpus lutema ovarium yang
fungsional. Kista yang timbul pada permulaan kehamilan, ini dapat
membesar akibat dari penimbunan darah yang berlebihan saat
menstruasi dan bukan akibat dari tumor. Pada wanita yang tidak hamil,
kista ini dapat menyebabkan terlambatnya menstruasi, diikuti
perdarahan yang tidak teratur.
2) Kista Theca Lutein
Merupakan kista yang berisi cairan bening dan berwarna seperti
jerami. Timbulnya kista ini tidak berkaitan dengan tumor ovarium dan
terapi hormonal.
3) Kista Polikistik Lutein
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinue. Ovarium akan membesar karena
bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang akan
menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista
tersebut agar tidak menimbulkan gangguan rasa sakit.

E. Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat
rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan
ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat
sel genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan
hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi sebagai penghasil hormon estrogen dan progesteron
yang normal. Fungsi ovarium yang normal tergantung pada jumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut dapat mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal apabila tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang disebabkan oleh adanya penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Kegagalan tersebut terbentuk secara
sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya
kista di dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita
(Manuaba, 2010).
F. Pathway
G. Penatalaksanaan: Medik dan Prinsip Perawatan
Menurut Nugroho (2014), Penatalaksanaan Medik pada Kista Ovarium ada
beberapa diantaranya yaitu :

1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya
setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas
(kanker).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan
operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada gejala akut,
tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya
memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang
memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk
meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun
memiliki resiko cukup besar terkena kanker jenis ini. Bila hanya kistanya
yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy. Bila pembedahan
mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi, maka disebut salpingo-
oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung
pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan
jenis kista.
Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit (twisted)
dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan tindakan darurat
pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan posisi ovarium.

Penatalaksanaan penderita kista ovarium bergantung pada seberapa bahayanya


kista tersebut dan bagaimana kondisi pasien. Jika penderita sudah memasuki pra
menopause, kista yang tumbuh bisa menjadi awal keganasan kanker. Sebab itu
penderita harus menjalani operasi untuk mengankat kedua ovarium, rahim, lipatan
jaringan lemak disebut omentum dan beberapa kelenjar getah bening
(Ratnawati,2018).

Prinsip Perawatan

Asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium meliputi pemberian edukasi


dan informasi untuk meningkatkan dan mengurangi kecemasan serta ketakutan
klien. Perawat mendukung kemampuan klien dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi (Reeder,2013).

Intervensi keperawatan kemudian di fokuskan untuk membantu klien


mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis,
memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya
keluarga komunitas dan menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah
(Reeder,2013).
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien : nama, umur, tempat tinggal dan pekerjaan
2. Pemeriksaan pasien yang meliputi pengecekan
3. Riwayat penyakit dulu
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Status obtetrikus yang meliputi :
a. Menstruari : umur mengalami menstruasi , panjang siklus menstruasi,
volume darah, warna, dan bau.
b. Riwayat perkawinan : usia perkawinan dan beberapa kali menikah.
c. Riwayat persalinan
d. Riwayat KB
7. Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
8. Auskultasi bising usus
9. Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
10. Tanyakan tentang perbahan defekasi
11. Kaji status psikologis pasien
12. Kaji nyeri atau mual
13. Kaji status alat intrusif
14. Palpasi nadi pedalis secara bilateral
15. Evaluasi kembalinya reflek gag
16. Pemeriksaan laporan operasi terhadap tipe anastesi yang diberikan dan
lamanya waktu dibawah anastesi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur infasive.
2. Nyeri pada abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit.
4. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh.
5. Retensi urine berhubungan dengan penekanan jaringan neoplasma.
6. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen.
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan presepsi diri.
9. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi.
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Risiko Infeksi area Kontrol Risiko : Proses Kontrol Infeksi (6540) Kontrol Infeksi
pembedahan berhubungan Infeksi (1924)
dengan prosedur infasiv. 1. Lakukan tindakan-tindakan 1. Mencegah terjadinya infeksi.
1. Mencari informasi terkait pencegahan yang bersifat 2. Intake nutrisi yang tepat dapat
kontrol infeksi. universal. membantu menjaga kesehatan
2. Mengidentifikasi faktor 2. Tingkatkan intake nutrisi tubuh.
risiko infeksi. yang tepat. 3. Memenuhi kebutuhan cairan.
3. Mengenali faktor risiko 3. Dorong intake cairan yang 4. Istirahat terpenuhi.
individu terkait infeksi. sesuai. 5. Menambah wawasan pasien dan
4. Mengidentifikasi tanda dan 4. Dorong untuk beristirahat. keluarga dalam pencegahan
gejala infeksi. 5. Ajarkan pasien dan anggota infeksi.
5. Menyesuaikan strategi keluarga mengenai bagaimana
dalam mengontrol infeksi. menghindari infeksi.

2. Nyeri pada abdomen Pengetahuan : Manajemen Manajemen Nyeri (1400) Manajemen Nyeri
berhubungan dengan Nyeri (1843)
inisiasi pada abdomen. 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri.
1. Faktor-faktor penyebab dan komprehensif. 2. Mengajarkan pasien faktor yang
faktor yang berkontribusi. ‘ 2. Gali bersama pasien faktor- dapat menurunkan nyeri.
3. Agar dapat nyeri berkurang.
2. Tanda dan gejala nyeri. faktor yang dapat
4. Agar pasien, orang terdekat dan
3. Strategi untuk mengotrol menurunkan atau tim kesehatan mengetahui nyeri
nyeri. memperberat nyeri. yang dirasakan.
4. Teknik relaksasi yang 3. Ajarkan prinsip-prinsip 5. Agar pasien merasa nyaman.
efektif. manajemen nyeri.
5. Strategi pencegahan nyeri. 4. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi.
5. Dukung istirahat/ tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri.

3. Kerusakan integritas kulit Integritas Jaringan : Kulit & Pengecekan Kulit (3590) Pengecekan Kulit
berhubungan dengan Membran Mukosa (1101)
pengangkatan bedah kulit. 1. Moinitor warna dan suhu 1. Pantau warna dan suhu kulit
1. Suhu kulit. kulit. pasien.
2. Integritas kulit. 2. Monitor kulit untuk adanya 2. Pantau kulit pasien adanya ruam
3. Lesi pada kulit. ruam dan lecet.
dan lecet.
3. Monitor kulit untuk adanya
kekeringan yang berlebihan 3. Pantau kulit pasien terdapat
dan kelembaban. adanya kekeringan yang
4. Ajarkan anggota keluarga/ berlebihan dan kelembaban.
pemberi asuhan mengenai 4. Agar pasien mengetahui tanda-
tanda-tanda kerusakan kulit, tanda kerusakan kulit dengan
dengan tepat. tepat.
BAB IV
PENUTUP

Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)
berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur
(ovarium). Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus hipofisis, dan ovarium. Faktor makanan, lemak berlebih atau lemak yang
tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses
metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista dan faktor genetik.
Tanda dan gejala pada kanker ovarium seperti, perut membesar/merasa adanya
tekanan, dyspareunia, berat badan meningkat karena adanya massa/asites,
peningkatan lingkar abdomen, tekanan panggul, kembung, nyeri punggung,
konstipasi, nyeri abdomen, urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan abnormal, flatulens,
peningkatan ukuran pinggang, nyeri tungkai, nyeri panggul.

Penatalaksanaan penderita kistaovarium bergantung pada seberapa bahayanya


kista tersebut dan bagaimana kondisi pasien. Jika penderita sudah memasuki pra
menopause, kista yang tumbuh bisa menjadi awal keganasan kanker. Sebab itu
penderita harus menjalani operasi untuk mengankat kedua ovarium, rahim, lipatan
jaringan lemak disebut omentum dan beberapa kelenjar getah bening.
DAFTAR PUSTAKA

Andang, Tantrini. 2013.45 Penyakit Musuh Kaum Perempuan. Yogyakarta : Rapha


Publishing.

Depkes RI. 2011. Kista Ovarium di Indonesia. 22 Februari 2011.

Dinas Kesehatan Kota Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
2012.

Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Semarang 2012.

Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019.


Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Manuaba, IBG, dkk. 2010. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.

Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswi Kebidanan.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Nugroho, Taufan. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono

Rasjidi, Imam dkk. 2010. Imaging Ginekologi Onkologi. Jakarta : CV Sagung Seto.

Ratnawati,Ana.(2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM REPROSUKSI. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Reeder, dkk. 2013. Keperawatan Maternitas Vol Edisi 18. Jakarta : EGC.

Setyorini, Aniek. 2014. Kesehatan Reproduksi & Pelayanan Keluarga Berencana.


Bogor : IN MEDIA.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai