Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA DENGAN


GANGGUAN METAL”
Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu:
Nurhayati, S.ST, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Anggi Maudlida Permatasari (P07220118064)
Chusnul Khotimah (P07220118073)
Eviana Permana Putri (P07220118080)
Jordy Ryan Elvano (P07220118089)
Muhammad Akbar Naim (P07220118094)
Risa Asri Setianingrum (P07220118102)
Windani Dwi Urliana (P07220118109)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TINGKAT III/ SEMETER V
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur  saya panjatkan  kehadirat  Tuhan Yang Maha Esa, karena 
atas berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat  terselesaikan.

Melalui makalah ini,kita dapat mengetahui tentang "Askep Gerontik


Lansia Dengan Gangguan Metal" Pembuatan  makalah ini menggunakan metode
data – data kami peroleh dari beberapa sumber dan pemikiran yang kami
gabungkan menjadi  sebuah makalah  yang semoga dapat bermanfaat  bagi 
pembaca.

            Kami  menyadari  akan  kelemahan  dan  kekurangan  dari  makalah  ini.
Oleh sebab  itu, saya  membutuhkan  kritik  dan  saran  yang sifatnya 
membangun,agar  makalah  ini  akan  semakin  baik  sajiannya.

Balikpapan, 9 Juni 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
B. TUJUAN...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN TORI............................................................................................................3
A. Pengertian Mental....................................................................................................3
B. Pengertian Depresi....................................................................................................8
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DEPRESI....................................11
BAB III...........................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
A. Kesimpulan.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................iii

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia
termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri
dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang
mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis,
psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain. Timbulnya perhatian pada
orang-orang usia lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor-faktor khusus
yang mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut.
Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu
yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga
psikologis dan sosial. Perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai
perubahan `senesens` dan perubahan ‘senilitas’. Perubahan `senesens’ adalah
perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian
‘senilitas’ adalah perubahan-perubahan patologik permanent dan disertai dengan
makin memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan
yang dihadapi lansia pada amumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa
dan problema bidang sosio ekonomi. Oleh karma itu lansia adalah kelompok
dengan resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental.
Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindarkan. Seinakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi pula
harapan hidup masyarakatnya dan padan gilirannya makin tinggi pula jumlah
penduduknya yang berusia lanjut. Demikian pula di Indonesia.
Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia sangat perlu
ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan
sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang

1
pelayanan kesehatan pada lansia yang membutuhkan suatu pelayanan yang
komprehensif.
Usia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan
jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia
senja. Lansia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai
dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang
menyebabkan seorang mengalami gangguan mental seperti depresi.

B. TUJUAN
Agar dapat memahami gangguan mental apa saja yang apa pada usia lanjut
dan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan mental

2
BAB II

TINJAUAN TORI

A. Pengertian Mental
1. PENGERTIAN
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas)
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada
kelompok yang dikategorikan lansi ini akan terjadi suatu proses yang disebut
aging proses.

Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa, nyawa,
sukma, roh, semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus
psikologi Kartini Kartono, (1987:278) mengemukakan: mental adalah yang
berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung
masalah: pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan untuk
menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan secara khusus
menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi simbolis yang disadari oleh
individu.

Pengertian mental dalam kamus besar bahasa Indonesia, (1991:647)


adalah“Berkenaan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan
atau tenaga, Bukan bersifat badan atau tenaga: bukan hanya pembangunan fisik
yang diperhatikan melainkan juga pembangunan batin dan watak”.

2. TUJUAN
1. Tujuan Umum

3
Dapat memahami masalah gangguan mental (agresi, kemarahan, dan
kecemasan) secara umum pada lansia.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan dan memahami konsep lansia dengan Agresi
b. Mampu menjelaskan penanganan lansia dengan Agresi
c. Mampu menjelaskan dan memahami konsep lanisa dengan Kemarahan
d. Mampu menjelaskan penanganan lansia dengan Kemarahan
e. Mampu menjelaskan dan memahami konsep lansia dengan Kecemasan
f. Mampu menjelaskan penganana lansia dengan Kecemas
3. GEJALA – GEJALA
Gejala-gejala Umum Lansia dengan Agresi

a. Adanya tuntutan yang terus-menerus yang ditujukan terhadap petugas


b. Penolakan untuk mendengarkan petugas
c. Selalu atau kadang-kadang melawan bila ada perubahan tindakan
perawatan
d. Berbicara kasar
e. Bertingkah laku kasar
f. Selalu atau kadang-kadang tidak memperdulikan perintah – perintah
dokter
4. FAKTOR- FAKTOR KESEHATAN MENTAL USIA LANJUT
Penyakit mental, disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa, atau
gangguan jiwa, adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
mental. Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh
terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan
panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi
penderita (dan keluarganya). Penyakit mental dapat mengenai setiap orang,
tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi. Penyakit
mental bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.

Sekitar 20% dari kita akan mengalami gangguan mental pada suatu waktu
dalam hidup kita. Gangguan mental yang mungkin dialami oleh tiap orang itu

4
berbeda-beda dalam hal jenis, keparahan, lama sakit, frekuensi kekambuhan,
dan cara pengobatannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

1) Pertama-tama perubahan fisik khususnya organ perasa.


2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Hereditas
5) Lingkungan
5. PENYEBAB GANGGUAN JIWA PADA LANSIA
a. Masalah keluarga
b. Masalah interpersonal
c. Penyakit
d. Masalah sosial. (Farida, 2010)
6. MASALAH-MASALAH KESEHATAN MENTAL PADA USIA
LANJUT :
Menurut wahyudi nugroho, dalam keperawatan gerontology, gangguan
mental pada lansia sebagai berikut :

1) Agresi
2) Kemarahan
3) Kecemasan
4) Kekacauan mental
5) Penolakan
6) Ketergantungan
7) Depresi
8) Manipulasi
9) Mengalami rasa sakit
10) Kehilangan rasa sedih dan kecewa.
7. PENGOBATANYA
Penyakit mental dapat diobati. Seperti halnya orang dengan diabetes
(kencing manis) yang harus minum obat kencing manis, demikian juga orang
dengan gangguan mental yang serius perlu obat untuk meredakan gejala-

5
gejalanya. Kita harus mencari pertolongan untuk mengatasi gangguan mental
seperti halnya kita pergi berobat untuk penyakit lainnya. Orang dengan
penyakit mental membutuhkan dukungan/suport, penerimaan dan pengertian
dari kita semua. Mereka juga punya hak seperti orang lain. Bukan malah
ditakuti, dijauhi, diejek, atau didiskriminasi.

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas bahwa gangguan jiwa
memerlukan penyembuhan tidak hanya secara medic saja tetapi bisa melalui
penyembuhan alternatif lain yaitu dengan menerapi pasien gangguan jiwa
dengan teknik komunikasi terapeutik yang akan dilakukan perawat
(profesional kesehatan) terhadap pasien (klien).

8. DIMENSI TINDAKAN PERAWAT


a. Konfrontasi

Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien


yang tidak sesuai. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987; 131),
mengidentifikasi 3 kategori konfrontasi, yaitu:

a. Ketidaksesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya)


dan ideal diri klien (keinginan klien)
b. Ketidaksesuaian antara ekspresi nonverbal dan perilaku klien
c. Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dan pengalaman perawat.

Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien terhadap kesesuaian


perasaan, sikap, kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif,
bukan marah atau agresif. Sebelum melakukan konfrontasi perawat peril mengkaji
antara lain: tingkat hubungan saling percaya, waktu yang tepat, tingkat kecemasan
klien, dan kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat diperlukan pada klien yang
telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya belum berubah.

b. Kesegeraan

Kesegeraan berfokus pada interaksi dan hubungan perawat-klien saat ini. Perawat
sensitive terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera.
Tindakan perawat untuk segera berespon terhadap keluhan klien menimbulkan

6
perasaan tentang klien dan keluarganya. Hal ini sangat penting terutama kepada
klien atau keluarganya. Hal ini sangat penting terutama kepada klien atau
keluarganya yang mudah panik terhadap perubahan yang dialami klien.

c. Keterbukaan

Perawat harus terbuka dalam memberikan informasi tentang dirinya, ideal diri,
perasaan, sikap dan nilai yang dianutnya. Perawat membuka diri tentang
pengalaman yang berguna untuk terapi klien. Tukar pengalaman ini member
keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan member sokongan.
Perawat yang pelit informasi dan miskin komunikasi dengan klien akan
menghambat berlangsungnya tindakan keperawatan dengan baik. Klien akan
membatasi diri bahkan cenderung tidak cooperatif dengan tindakan yang
dilakukan perawat. Melalui penelitian ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan
antara perawat-klien dapat menurunkan tingkat kecemasan perawat-klien
(Johnson, dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987; 134).

d. Emotional Chatarsis

Emotional chartasis terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat
mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan dan pengalaman dibuka dan menjadi
topic diskusi antara perawat-klien. Perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien
mendiskusikan masalahnya.

e. Bermain Peran

Bermain peran adalah melakukan pada situasi tertentu. Hal ini berguna untuk
meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari
pandangan orang lain. Bermain peran menjembatani antara pikiran serta perilaku
dank lien akan merasa bebas mempraktikkan perilaku yang baru pada lingkungan
yang aman.

9. Macam-macam gangguan mental pada lansia


gangguan mental yang biasa terjadi pada orang lanjut usia, yaitu :

7
a. Gangguan tidur. Gangguan tidur adalah suatu keadaan yang sulit untuk
tidur, tidur gelisah (tidur tidak menyegarkan), sering bangun mendadak pada
waktu tidur, bangun sebelum waktunya.
b. Cemas. Secara fisik usia lanjut merasakan gejala ketegangan seperti jantung
berdebar, sulit tidur, selanjutnya timbul gejala yang lebih jelas dengan
kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan.
c. Tekanan jiwa (depresi). Usia lanjut sering mengeluh lelah, nyeri, pegal dan
merasakan kehilangan minat akan hal yang menjadi kebiasaannya, cepat
marah, cepat tersinggung. Selain gejala tersebut sering timbul gejala lain
seperti perasaan rendah diri, sedih, kehilangan kesenangan, gangguan tidur,
rasa bersalah, kehilangan kepercayaan diri, penurunan gairah seksual,
perlambatan gerak dan bicara, gangguan nafsu makan, perasaan ingin
mati/bunuh diri, konsentrasi buruk.
d. Pikun (demensia). Usia lanjut sering lupa tapi tidak menyadari tentang
kehilangan kemampuan daya ingatnya. Perubahan kepribadian atau perilaku
yang pada tahap lebih lanjut, usia lanjut dapat mengalami kebingungan,
keluyuran (pergi tanpa tujuan), sering ngompol.
B. Pengertian Depresi
1. PENGERTIAN

Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda
Wahywlingsih dan Sukamto). Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada
lansia dan alasan terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada saat mengkaji kondisi
sosial, kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia. Memang, depresi sering
disalahartikan sebagai demensia. Kemampuan mental klien dengan depresi tetap
utuh, sedangkan pada klien demensia, terjadi peningkatan kerusakan kognitif.

2. TINGKATAN DEPRESI

Menurut PPDGJ-III (Maslim,1997), tingkatan depresi ada 3 berdasarkan gejala-


gejalanya yaitu:

8
a. Depresi Ringan

Gejala :

1) Kehilangan minat dan kegembiraan


2) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas.
3) Kosentrasi dan perhatian yang kurang
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
b. Depresi Sedang

Gejala :

1) Kehilangan minat dan kegembiraan


2) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas.
3) Kosentrasi dan perhatian yang kurang
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
c. Depresi Berat

Gejala :

1) Mood depresif
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
4) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
5) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
6) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
7) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
8) Tidur terganggu
9) Disertai waham, halusinasi
10) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu

9
Gejala-gejala Depresi

1) Perasaan
2) Pikiran
3) 3.Perilaku
4) Jasmani
5) Kecemasan: rasa takut, cemas, tegang, tidak yakin, dan tidak dapat
mengambil keputusan.
6) Gangguan dalam aktivitas normal seseorang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Depresi:

1) Kesedihan, yang disebabkan oleh misalnya kurangnya kasih sayang.


Kesedihan-kesedihan yang dialami (kemampuan untuk mengatasi masalah
sangatlah terbatas), secara psikologis dapat memberi kecenderungan
kepada seorang untuk lebih mudah terkena depresi.
2) Kehilangan orang terdekat. Kehilangan yang kecil dapat menciptakan
depresi yang lebih besar dari yang seharusnya.
3) Kecemasan pada yang ditimbulkan oleh keadaan-keadaan yang
mengancam keberadaan dirinya, kepergian anak.

10
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DEPRESI

1. Pengkajian
a. Identitas diri klien
b. Struktur keluarga : Genoogram
c. Riwayat Keluarga
d. Riwayat Penyakit Klien

Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.

a. Kaji adanya depresi.


b. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat,
seperti geriatric depresion scale.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
d. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.

Lakukan observasi langsung terhadap:

a. Perilaku.
1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan
aktivitas hidup sehari-hari?
2) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat di-terima secara
sosial?
3) Apakah klien sering mengluyur danmondar-mandir?
4) Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration
phenomena?
b. Afek

11
1) Apakah kilen menunjukkan ansietas?
2) Labilitas emosi?
3) Depresi atauapatis?
4)  lritabilitas?
5) Curiga?
6) Tidak berdaya?
7) Frustasi?
c. Respon kognitif
1) Bagaimana tingakat orientasi klien?
2) Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru
saja atau yang sudah lama terjadi?
3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-abstrakan?
4) Kurang mampu membuat penilaian?
5) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia?

Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga

a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah


menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
b. Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota
keluarga yang lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya
komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran
pemberiasuhan tentang dirinya sendiri.

2. Mengkaji Klien Lansia Dengan Depresi


a. Membina hubungan saling percaya dengan klien lansia
Untuk melakukan pengkajian pada lansiadengan depresi, pertama-tama
saudara harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia.

12
Untuk dapat membina hubngan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
1) Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat
pagi/siang/sore/malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.
2) Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk
menyampaikan bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat
pasien.
3) Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
4) Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan
dilakukan.
5) Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama
aktivitas tersebut.
6) Bersikap empati dengan cara:
a) Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan
menunjukkan perhatian
b) Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan
menjawab
c) Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
d) Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan
pada klien.

b. Mengkaji pasien lansia dengan depresi


Untuk mengkaji pasien lansia dengan depresi, saudara dapat menggunakan
tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada
pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk
mengkaji data objektif depresi. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk
tanda-tanda seperti:
1) Penampilan tidak rapi, kusut dan dandanan tidak rapi, kulit kotor
(kebersihan diri kurang)
2) Interaksi selama wawancara: kontak mata kurang, tampak sedih,
murung, lesu, lemah, komunikasi lambat/tidak mau berkomunikasi.

13
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat yaitu
apakah lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang
labil, datar atau tidak sesuai, apakah lansia mempunyai ide untuk bunuh diri.
Bila data tersebut saudara peroleh, data subjektif didapatkan melalui
wawancara dengan menggunakan skala depresi pada lansia (Depresion
Geriatric Scale).

3. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif
1) Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
2) Sering mengemukakan keluhan somatik seperti: nyeri abdomen dan
dada, anoreksia, sakit punggung, pusing.
3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan
hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
4) Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.
b. Data Objektif
1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila
duduk dengan sikap yang merosot.
2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang
diseret.
3) Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan
sering menangis.
5)  Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi
terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak
mempunyai daya khayal.
Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang
mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan
halusinasi. Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan
(hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu. Pada

14
pasien depresi juga mengalami kebersihan diri kurang dan keterbelakangan
psikomotor.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mutilasi diri b.d depresi mayor.
b. Keputusasaan b.d Stres jangka panjang
c. Ketidakberdayaan b.d Interaksi Interpersonal tidak memuaskan
d. Risiko bunuh diri b.d Gangguan Psikologis
e. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan

5. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Keputusasaan b.d Stres jangka panjang (D.0088)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
Harapan meningkat (L.09068)
Kriteria Hasil:
1) Keterlibatan dalam aktivitas perawatan meningkat
2) Minat komunikasi verbal meningkat
3) Verbalisasi keputusan menurun
4) Perilaku pasif menuru
5) Efek datar Menurun
a. Dukungan emosional I.09256

No Intervensi
Observasi
1 Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk
bagi pasien
Obseravasi
2 Identifikasi hal yang telah memicu emosi

3 Fasilitasi mengunakan perasaan cemas, Terapeautik


marah, atau sedih

4 Buat pernyataan suportif atau empati selama Terapeautik


fase berduka

15
5 Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa Edukasi
bersalah dan malu

6 Anjurkan mengungkapkan perasaan yang Edukasi


dialami (mis. Ansietas, marah, sedih )

7 Rujuk untuk konseling jika perlu Kolaborasi

b. Risiko bunuh diri b.d Gangguan Psikologis (


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
kontrol diri meningkat (L.09076)

Kriteria hasil:

1) Perilaku melukai diri sendiri menurun


2) Perilaku menyerang menurun
3) Perilaku agresif menurun
4) Ancaman bunuh diri menurun

c. Manajemen mood I.09289

No Intervensi

1. Identifikasi mood (mis. Tanda, Observasi


gejala, riwayat penyakit)

2 Identifikasi resiko keselamatan diri Observasi


atau orang lain

3 Fasilitasi pengisisan kuesioner selft- Terapeautik


report ( mis. Konsekuensi, memori,
kemampuan membuat keputusan)

16
4 Berikan kesempatan untuk Terapeutik
menyampaikan perasaan dengan cara
yang tepat (mis. Sandscak, terapi
seni,aktivitas fisik )

5 Jelaskan tentang ganguan mood dan Edukasi


penangannya

6 Kolaborasi pemberian obat, jika perlu Kolaborasi

Tindakan pada Keluarga

Tujuannya agar keluarga mampu:

1) Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku bunuh diri pasie


2) Menciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku bunuh
diri
3) Membantu pasien menggunakan cara penyelesaian masalah yang
konstruktif

Tindakan:

1) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda perilaku klien saat


muncul ide bunuh diri
2) Diskusikan tentang cara mencegah perilaku bunuh diri pada pasien:
a) Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien, singkirkan semua benda-
benda yang memiliki potensi untuk membahayakan klien (benda tajam,
tali pengikat, ikat pinggang, dan benda-benda lain yang terbuat dari
kaca)
b) Antisipasi penyebab yang dapat membuat pasien bunuh diri
c) Lakukan pengawasan secara terus menerus
d) Anjurkan keluarga meluangkan waktu bersama klien
e) Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki
klien dalam menyelesaikan masalah

17
f) Anjurkan keluarga untuk membantu klien untuk menggunakan koping
positif dalam menyelesaikan masalah
g) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap penggunaan
koping positif yang telah digunakan oleh klien.

d. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan (D.0055)


Tujuan: Pola tidur membaik (L.05045)

Kriteria Hasil:

1) Keluhan sulit tidur menurun.


2) Keluhan sering terjaga menurun
3) Keluhan tidak puas tidur menurun
4) Keluhan pola tidur berubah menurun
5) Keluhan istrirahat tidak cukup menurun

e. Dukungan tidur I. 05174

No Intervensi Rasional

1 Identifikasi pola aktivitas dan tidur Observasi

2 Identifikasi factor penganggu tidur (fisik/ Observasi


psikologis )

3 Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, Terapeautik


kebisingan, suhu, matras, dan temnpat tidur )

4 Jelaskan pentingnya tidur cukup selama tidur Edukasi

Tindakan untuk Keluarga

Tujuan

18
1) Keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala gangguan pola
tidur
2) Keluarga dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan tidur

Tindakan

1) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala gangguan pola


tidur pada pasien
2) Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk
memfasilitasi agar pasien dapat tidur.

f. Resiko mutilasi diri b.d depresi mayor.(D.0145)


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
kontrol diri meningkat (L.09076)

Kriteria hasil:

1) Perilaku melukai diri sendiri menurun


2) Perilaku menyerang menurun
3) Perilaku agresif menurun
4) Ancaman bunuh diri menurun
g. Edukasi manajemen stress I.12392

No Intervensi

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan Observasi


menerima informasi

2 Sediakan materi dan pendidikan Terapeautik


kesehatan

3 Jadwalkan pendidikan kesehatan Terapeautik


sesuai kesepakatan

4 Ajarkan teknik relaksasi Edukasi

5 Ajarkan latihan asersif Edukasi

19
6 Ajarkan membuat jadwal olahraga Edukasi
teratur

h. Ketidakberdayaan b.d Interaksi Interpersonal tidak memuaskan


(D.0092)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
keberdayaan meningkat (L.09071)

Kriteria hasil:

1) Pernyataan mampu melaksanakan aktivitas meningkat


2) Berpartisipasi dalam perawatan meningkat
3) Pernyataan frustasi menurun
4) Perasaan tertekan menurun

i. Promosi harapan I. 09307

No Intervensi

1. Identifikasi harapan pasien dan Observasi


keluarga dalam pencapaian hidup

2 Sadarkan bahwa kondisi yang dialami Terapeautik


memiliki nilai penting

3 Pandu meningat kembali kenangan Terapeautik


yang menyenangkan

4 Anjurkan mengungkapkan perasaan Edukasi


terhadap kondisi dengan realistis

5 Anjurkan mempertahankan hubungan Edukasi


(mis. Menyebutkan nama orang yang
dicintai)

6 Latih cara mengembangkan spiritual Edukasi

20
diri

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas)
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada
kelompok yang dikategorikan lansi ini akan terjadi suatu proses yang disebut
aging proses.

Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa, nyawa,
sukma, roh, semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus
psikologi Kartini Kartono, (1987:278) mengemukakan: mental adalah yang
berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung
masalah: pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan untuk
menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan secara khusus
menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi simbolis yang disadari oleh
individu.

Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda
Wahywlingsih dan Sukamto). Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada
lansia dan alasan terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada saat mengkaji kondisi
sosial, kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia. Memang, depresi sering
disalahartikan sebagai demensia. Kemampuan mental klien dengan depresi tetap
utuh, sedangkan pada klien demensia, terjadi peningkatan kerusakan kognitif.

21
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved from http://askeplansiaapril.blogspot.com/2016/01/v-


behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

Nuzulul Wahyudi. Askep Kritikal Pada Lansia Pada Kasus Depresi. Sabtu, 02


November 2013

http://nuzulwahyudi10.blogspot.com

Elvy Hadaming. Askep Lansia Dengan Masalah Psikologis. Rabu, 23 April 2014

http://evyhadaming.blogspot.com

Desi Artika. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Psikologi Dan


Psikososial. Selasa, 29 Juli 2015

http://desiartikaratnasary.blogspot.com

iii

Anda mungkin juga menyukai