Veradita LBM 3 Herbal SGD 2
Veradita LBM 3 Herbal SGD 2
STEP 1
Bixin : senyawa kromatoid (bixin dan non bixin), bixin adalah pemberi warna
pada tumbuhan sebagai pewarna makanan. Memiliki sifat antioksidan dan
antikarsinogenik, polar (larut air) dan pemberi warna pada mentega.
subjek uji : sampel yang dijadikan bahan uji (manusia, hewan coba)
metode uji : cara yang dilakukan pada subjek uji
parameter : tolak ukur untuk menentukan sesuatu yang akan dinilai
STEP 2
STEP 3
Kekurangan : tidak mengetahui efek sistemik dalam tubuh, belum spesifik hasil uji in
vitro dilanjutkan ke in vivo, tidak bisa menilai efek farmakokinetik yaitu ADME.
6. Apa saja metode metode yang digunakan dalam uji in vivo dan in vitro (bioassay)?
In vivo
analgesic : meberikan rangsangan nyeri,
contoh :
a. induksi secara kimia. 1) Metode geliat : mencit diberikan rangsang geliat, efek geli
dengan meregang ke depan dan ke belakang. 2) Metode randal selito : untuk
mengetahui ambang reaksi terhadap rangsangan tekanan mekanis. 3) Metode formalin
: diberikan induksi SC, respon mencit : jinjit dan menjilat kakinya.
b. secara panas hewan coba ditempatkan di lempeng panas
In vitro
7. Bagaimana cara melakukan pemilihan subjek uji, metode uji, parameter yang akan
diukur serta uji analisis pada in vivo dan in vitro ?
Desain penelitian
Tergantung dengan tujuan (deksriptif, komparatif, asosiatif)
Dari segi waktu time series (berkali kali) dan cross sectional
Pemilihan metode
Sesuai dengan scenario bixin sbg antioksidan dan antiinflamasi.
Antioksidan ?????
Antiinflamasi pembentukan eritem, pembentukan edem buatan
Parameter
Tergantung efek farmakologi yg ingin dilihat. Bixin memakai paparan sinar UV.
Untuk antiokosidan kolagen, MDA, pigmen.
Untuk antiinflamasi leukosit dan sitokin
Uji analisis
Menggunakan table magic
Haruskah ??
Veradita LBM 3 Herbal SGD 2
Uji mikroba tidak harus, karena bakteri diambil dari tubuh manusia kemudian di
amati di cawan petri.
STEP 4
UjI PREKLINIK
TOKSISITAS FARMAKOLOGI
INVITRO IN VIVO
LANGKAH,
IDENTIFIKASI, dll
STEP 5
STEP 7
Uji Farmakologi
Uji farmakologi merupakan salah satu persyaratan uji untuk calon obat. Dari uji ini
diperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi) dan profil farmakokinetik (meliputi
absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat) calon obat. Hewan yang baku
digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster, anjing atau
beberapa uji menggunakan primata, hewan-hewan ini sangat berjasa bagi pengembangan
obat.
Semua hasil pengamatan pada hewan menentukan apakah dapat diteruskan dengan uji
pada manusia. Ahli farmakologi bekerja sama dengan ahli teknologi farmasi dalam
pembuatan formula obat, menghasilkan bentuk-bentuk sediaan obat yang akan diuji pada
manusia.
In vitro :
Terletak di dalam suatu system tetapi di luar tubuh manusia
dilakukan mikroorganisme pada tidak hidup tetapi dalam lingkungan terkontrol,
misalnya di dalam tabung reaksi atau cawan Petri
Jenis penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dari variabel eksperimental
pada subset dari bagian pokok suatu organisme. Hal ini cenderung untuk memfokuskan
pada organ , jaringan , sel , komponen sel, protein , dan / atau biomolekul
tingkat penyederhanaan sistem yang diteliti lebih besar , sehingga peneliti dapat fokus
pada sejumlah komponen. Sebagai contoh , identitas protein dari sistem kekebalan
tubuh ( misalnya antibodi ) , dan mekanisme yang mengenali dan mengikat antigen
asing akan tetap sangat jelas jika tidak untuk penggunaan ekstensif kerja in vitro untuk
mengisolasi protein , mengidentifikasi sel-sel dan gen yang memproduksi mereka ,
mempelajari fisik sifat interaksi mereka dengan antigen , dan mengidentifikasi
bagaimana interaksi mereka menyebabkan sinyal seluler yang mengaktifkan komponen
lain dari sistem kekebalan tubuh. Respon seluler adalah spesies - spesifik , lintas analisis
Living organisms are extremely complex functional systems that are made up of, at a
minimum, many tens of thousands of genes, protein molecules, RNA molecules, small
organic compounds, inorganic ions and complexes in an environment that is spatially
organized by membranes and, in the case of multicellular organisms, organ systems.
[1]
For a biological organism to survive, these myriad components must interact with
each other and with their environment in a way that processes food, removes waste,
moves components to the correct location, and is responsive to signalling molecules,
other organisms, light, sound, temperature and many other factors.
For example, scientists developing a new viral drug to treat an infection with a
pathogenic virus (e.g. HIV-1) may find that a candidate drug functions to prevent viral
replication in an in vitro setting (typically cell culture). However, before this drug is used
in the clinic, it must progress through a series of in vivo trials to determine if it is safe
and effective in intact organisms (typically small animals, primates and humans in
succession). Typically, many candidate drugs that are effective in vitro prove to be
ineffective in vivo because of issues associated with delivery of the drug to the affected
tissues, or toxicity towards essential parts of the organism that were not represented in
the initial in vitro studies.[7]
(http://www.eudipharm.net/claroline141/RESB2e79b/document/240912-FAURY-
Gilles-In_vitro_and_in_vivo_testing.pdf)
4. Apa kelebihan dan kekurangan uji in vivo ?
In vivo :
Terletak di dalam tubuh manusia digunakan hewan utuh dan kondisi hidup (baik
sadar atau teranestesi)
dalam lingkungan yang terkendali
Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, missal yang jelas harus
dilakukan control terhadap galur/spesies, jenis kelamin, umur, berat badan
(mempengaruhi dosis)
harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni rodent/hewan mengerat dan non
rodent. Alasannya krn system fisiologi dan patologi pada manusia merupakan
perpaduan antara rodent dan non rodent.
kekurangan
Kebutuhan sample yang digunakan lebih banyak
Mahal dan lama
2. Faktor eksternal
Meliputi suplai oksigen, pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana
asing atau baru, pengalaman hewan dalam penerimaan obat, keadaan ruangan tempat
hidup seperti suhu, kelembaban, ventilasai, cahaya, kebisingan serta penempatan
hewan), pemilihan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk
percobaan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil percobaan, dan
mempengaruhi efek farmakologinya, apabila hewan yang sudah biasa di beri obat maka
akan terlihat lebih rilex dan santai berbeda dengan hewan percobaan yang masih baru
dan masih asing makan akan lebih berontak dan agresif, sehingga kita membutuhkan
penelitian dan perawatan yang baik terhadap hewan percobaan sebelum melakukan
percobaan.
(Kusumawati.2004.Bersahabat dengan hewan coba.Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press)
6. Apa saja metode metode yang digunakan dalam uji in vivo dan in vitro (bioassay)?
In vivo :
Analgesik
Antiinflamasi
(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/06%20vol%207%20april%202008%20(48-54).pdf)
Organ Terisolasi
EFEK EKSTRAK DAUN CIPLUKAN (Physalis minima L) TERHADAP RELAKSASI OTOT POLOS
TERPISAH TRAKEA MARMUT (Cavia porcellus)
METODOLOGI
Percobaan dilakukan dengan menggunakan hewan coba marmut jantan (n=5). Percobaan
dilakukan dengan metoda organ terpisah yaitu menggunakan rantai cincin trakea yang
dimasukkan ke dalam organ bathdan dihubungkan dengan rekorder macLab. Selama
percobaan rantai cicin trakea di dalam organbath direndam cairan fisiologis Kreb”s yang
selalu diganti setiap 15 menit, temperatur dipertahankan 35-37 C dan terus menerus dialiri
gas karbogen (9). Daun ciplukan (Physalis minima L) dibuat ekstrak dengan menggunakan
etanol. Untuk melihat respon relaksasi dari pemberian ekstrak daun ciplukan, dilakukan
stimulasi kontraksi otot polos trakea terlebih duludengan menggunakan histamin 10-5 M
(9,10), jika sudah terjadi kontraksi yang stabil, kemudian baru ditambahkan ekstrak
daunciplukan secara kumulatif dengan dosis 0,3 %, 0,5 %, 0,7 % dan diamati respon
relaksasi otot polos trakea dari penurunan kurva yang terekam di komputer mac lab dan
dapat diukur besar kontraksi dan relaksasi dalam satuan mv. Ekstrak daun ciplukan
diberikan secara kumulatif berdasar penelitian pendahuluan yang didapatkan hasil bahwa
efek relaksasi ekstrak daun ciplukan bertahan lama dan baru hilang responsnya setelah
Mukolitik
SKRINING KOMPONEN KIMIA DAN UJI AKTIVITAS MUKOLITIK EKSTRAK RIMPANG BANGLE
(Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP MUKOSA USUS SAPI SECARA IN VITRO
Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Uji
Larutan stok ekstrak uji dibuat dari ekstrak uji yang ditimbang sesuai kadar yang di-
inginkan (1 % b/v dan 0,5 % b/v) dan dibasahi dengan tween 80 hingga konsentrasi tween
80 dalam larutan mencapai 1% dengan cara mela-rutkan tween sebanyak 1 g dengan 100
ml akua-dest, lalu diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam ekstrak uji dan dihomogenkan
hingga terbentuk dispersi ekstrak.
Penyiapan Mukus
Mukus didapatkan dari mukosa usus sapi yang dicuci dengan air mengalir sampai bersih,
kemudian dibelah dan dikerok. Mukus ditampung pada gelas kimia. Mukus yang didapatkan
berwarna putih kecoklatan sampai putih kekuningan.
Pemilihan metode
In vivo :
Analgesik
Antiinflamasi
(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/06%20vol%207%20april%202008%20(48-54).pdf)
Organ Terisolasi
EFEK EKSTRAK DAUN CIPLUKAN (Physalis minima L) TERHADAP RELAKSASI OTOT POLOS
TERPISAH TRAKEA MARMUT (Cavia porcellus)
METODOLOGI
Percobaan dilakukan dengan menggunakan hewan coba marmut jantan (n=5). Percobaan
dilakukan dengan metoda organ terpisah yaitu menggunakan rantai cincin trakea yang
dimasukkan ke dalam organ bathdan dihubungkan dengan rekorder macLab. Selama
percobaan rantai cicin trakea di dalam organbath direndam cairan fisiologis Kreb”s yang
selalu diganti setiap 15 menit, temperatur dipertahankan 35-37 C dan terus menerus dialiri
gas karbogen (9). Daun ciplukan (Physalis minima L) dibuat ekstrak dengan menggunakan
etanol. Untuk melihat respon relaksasi dari pemberian ekstrak daun ciplukan, dilakukan
stimulasi kontraksi otot polos trakea terlebih duludengan menggunakan histamin 10-5 M
(9,10), jika sudah terjadi kontraksi yang stabil, kemudian baru ditambahkan ekstrak
daunciplukan secara kumulatif dengan dosis 0,3 %, 0,5 %, 0,7 % dan diamati respon
relaksasi otot polos trakea dari penurunan kurva yang terekam di komputer mac lab dan
dapat diukur besar kontraksi dan relaksasi dalam satuan mv. Ekstrak daun ciplukan
diberikan secara kumulatif berdasar penelitian pendahuluan yang didapatkan hasil bahwa
efek relaksasi ekstrak daun ciplukan bertahan lama dan baru hilang responsnya setelah
dilakukan pencucian. Data yang diperoleh adalah besar kontraksi dari otot polos trakea
Mukolitik
SKRINING KOMPONEN KIMIA DAN UJI AKTIVITAS MUKOLITIK EKSTRAK RIMPANG BANGLE
(Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP MUKOSA USUS SAPI SECARA IN VITRO
Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Uji
Larutan stok ekstrak uji dibuat dari ekstrak uji yang ditimbang sesuai kadar yang di-
inginkan (1 % b/v dan 0,5 % b/v) dan dibasahi dengan tween 80 hingga konsentrasi tween
80 dalam larutan mencapai 1% dengan cara mela-rutkan tween sebanyak 1 g dengan 100
ml akua-dest, lalu diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam ekstrak uji dan dihomogenkan
hingga terbentuk dispersi ekstrak.
Larutan Stok Kontrol Positif dan Kontrol Negatif
Larutan stok kontrol positif yang diguna-kan asetilsistein 50 mg/ml dengan tween 80
hingga konsentrasi tween 80 dalam larutan mencapai 1 %, sedangkan kontrol negatif
adalah mukus sapi dalam larutan dapar fosfat pH 7.
Pembuatan Dapar Fosfat pH 7
Larutan dapar pH 7 dibuat dengan men-campurkan 125 ml kalium dihidrogen fosfat 0,2 M
dengan 72,75 ml natrium hidroksida 0,2 N dan di-encerkan dengan air bebas CO2 hingga
500 ml.
Penyiapan Mukus
Mukus didapatkan dari mukosa usus sapi yang dicuci dengan air mengalir sampai bersih,
kemudian dibelah dan dikerok. Mukus ditampung pada gelas kimia. Mukus yang didapatkan
berwarna putih kecoklatan sampai putih kekuningan.
Pengujian Aktivitas Mukolitik
Efek mukolitik diuji secara in vitro dengan mengukur perubahan viskositas mukus usus
sapi. Hasil pengukuran dibandingkan dengan hasil pa-da kontrol positif dan kontrol negatif.
Campuran mukus dibuat dalam larutan dapar fosfat pH 7 dengan perbandingan 70 : 30.
Pengukuran dilakukan dengan menghi-tung efek mukolitik menggunakan alat viscometer
Brookfield spindle no. 3 dengan kecepatan 50 rpm. Sebelumnya, sampel diinkubasi selama
30 menit pada suhu 37 C. Pada saat pengukuran, sampel uji ditempatkan pada plat panas
(hot plate) dan dijaga suhunya pada 370,5 C). Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali
untuk masing-masing sampel uji.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=29862&val=2174)
Invitro
(http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/search/search.php?kategori=Semua&lang=&q=cacing&r=10)
(http://www.byteboss.com/view.aspx?id=1618260&name=Bioassay+Course)
Contoh
-utk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur Sprague Dowley/SD bukan Wistar
atau jenis tikus lainnya, krn tikus jenis SD memiliki anak banyak shg pengamatan akan lbh
baik dg jumlah sample yg banyak.
-Utk uji painkiller digunakan mencit/mice jika utk menilai nyeri ringan yakni dengan
penyuntikan asam asetat glacial ke peritoneum mencit, tapi jika sasarannya nyeri tekanan
digunakan tikus bias Wistar atau SD, karena tikus akan dijepit ekornya atau telapak jarinya
dengan alat tertentu, sementara kalo nyeri berupa panas, digunakan boleh mencit atau tikus
krn hewan akan diletakkan di hot plate.
- Utk antidiabetika, seharusnya digunakan babi atau sapi yg pankreasnya banyak kemiripan
dg manusia, namun dengan tikus sudah cukup dengan adanya keterbatasan subyek uji
- Utk antiemetik/anti muntah digunakan burung merpati, krn bisa dirangsang utk muntah
berkali-kali sbg kuantifikasi, sementara hewan lain hanya muntah sekali.
-Utk obat antihipertensi, digunakan kucing atau anjing teranestesi, krn system
kardiovaskulernya paling mirip dg manusia
-Utk obat antiinflamasi digunakan baik tikus yang disuntik karagenan di bawah kulitnya shg
melepuh atau telinga mencit disuntik croton oil, bahkan kaki tikus sering dipotong utk
menimbang udem yg terbentuk
-utk antipiretik/penurun panas, digunakan kelinci utk diukur suhu duburnya setelah disuntik
pyrogen
- Utk asam urat digunakan ayam/burung yg dikasih makan jus hati ayam (ayam makan ayam)
krn metabolisme asam urat pada manusia mirip dg yg terjadi dg biokimiawi di keluarga
burung.
-Uji stamina digunakan tikus atau mencit, krn tubuhnya kuat dan tahan di dalam air, hewan
diuji dg berenang dan lari di treadmill.
(http://www.researchgate.net/post/Any_suggestions_for_easy_method_to_study_the_anti
bacterial_activity_of_some_medicinal_plant_extracts_in_vivo_using_experimental_animals)
Jenis penelitian in vitro ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dari variabel
eksperimental pada subset dari bagian pokok suatu organisme. Hal ini cenderung untuk
memfokuskan pada organ, jaringan, sel, komponen sel, protein, dan/atau biomolekul.
Sehingga di dalam penelitian in vitro yang lebih cocok dibandingkan in vivo untuk
menyimpulkan mekanisme biologis tindakan.
Dengan variabel yang juga lebih sedikit dan perseptual diperkuat menyebabkan reaksi
halus, hasil yang umumnya lebih jelas.
Namun, kondisi terkendali yang terjadi di dalam sistem in vitro berbeda secara signifikan
dari uji in vivo, dan dapat memberikan hasil yang menyesatkan. Oleh karena itu, dalam
studi in vitro biasanya diikuti oleh studi vivo.
Contohnya termasuk:
Protein lipat mungkin berbeda seperti dalam sel ada kepadatan tinggi protein lain dan
ada sistem untuk membantu lipat, sementara in vitro, kondisi kurang bergerombol dan
tidak membantu.