Tugas Makalah Farter Khusus Tri
Tugas Makalah Farter Khusus Tri
DI SUSUN OLEH :
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
- Anatomi ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ penting di dalam tubuh kita, yang
berfungsi untuk menyaring (filtrasi) dan mengeluarkan zat-zat sisa
metabolisme (racun) dari darah menjadi urin ( Riyanto (2011).
- Definisi
GGK adalah Pada keadaan gagal ginjal kronis (Chronic Renal
Failure) terjadi penurunan fungsi ginjal secara progresif dan tidak
dapat pulih kembali( Riyanto (2011). .
- Epidemologi GGK (gagal ginjal kronik)
Gagal ginjal kronik menjadi masalah besar dunia karena sulit
disembuhkan. Menurut World Health Organization (WHO) angka
kejadian gagal ginjal di dunia secara global lebih dari 500 juta orang
dan yang harus hidup dengan menjalani hemodialisis sekitar 1,5 juta
orang. Berdasarkan data Indonesian Renal Registry (2015), tercatat
30.554 pasien aktif dan 21.050 pasien baru yang menjalani terapi
hemodialisis. Pengguna HD adalah pasien dengan diagnosis GGK
(89%). Urutan penyebab gagal ginjal pasien yang mendapatkan
hemodialisis berdasarkan data Indonesian Renal Registry tahun 2015,
karena hipertensi (44%), penyakit diabetik mellitus atau nefropati
diabetik (22%), kelainan bawaan atau Glomerulopati Primer (8%),
Pielonefritis kronik/PNC) (7%), gangguan penyumbatan saluran kemih
atau Nefropati Obstruksi (5%), karena Asam Urat (1%) , penyakit
Lupus (1%) dan penyebab lainnya (8%).
Gambar 1.1
Sumber : analisiskesehatansederhanan.blogspot.com
Gambar 1.2
Sumber : biologiz.zoom.com
- Terapi gagal ginjal kronik dibagi menjadi dua, yaitu terapi non farmakologi
dan terapi farmakologi.
A. Terapi non farmakologi
1) Pengaturan asupan protein: mulai dilakukan pada LFG ≤60 ml/mnt, sedangkan
di atas nilai tersebut pembatasan asupan protein tidak selalu dianjurkan. Protein
diberikan 0,6-0,8 kgBB/hari
2) Pengaturan asupan kalori: 30-35 kkal/kgBB/hari
3) Pengaturan asupan lemak: 30-40% dari kalori total dan mengandung jumlah
yang sama antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh
B. Terapi farmakologi
1) Kontrol tekanan darah
a. Penghambat Enzim Konverting Angiotensin (ACE inhibitor) dapat
memperlambat proses pemburukan fungsi ginjal, bila terdapat peningkatan
kreatinin >35% atau timbul hiperkalemia harus dihentikan Wilson Lorraine, Sylvia
2011 ).
b. Penghambat kalsium
c. Diuretik
7) Kontrol dislipidemia dengan target LDL 100 mg/dl dianjurkan golongan statin
8) Terapi ginjal pengganti
Nilai batas yang menunjukkan adanya gangguan GFR = 1,4 mg/L. Dengan cara
Latex Penia kadar Cystatin–C darah = 0,37 – 1,33 mg/dl. Rumus untuk
memperkirakan GFR berdasarkan kadar Cystatin – C serum adalah:
80,35
GFR = ----------------------------------- – 4,32
Kadar Cystatin – C (mg/dL)
(Wilson Lorraine, Sylvia 2011 ).
- DEFINISI
- GGA adalah Gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI)
dapat diartikan sebagai penurunan cepat dan tiba-tiba atau parah
pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh
peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia (peningkatan
konsentrasi BUN). Akan tetapi biasanya segera setelah cedera ginjal
terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang
menjadi patokan adanya kerusakan ginjal adalah penurunan produksi
urin. (verdiansyah,2016)
- Epidemologi GGA
2. manifestasi Klinis
Pemeriksaan jasmani dan penunjang adalah untuk membedakan pre-renal, renal
dan post-renal. Dalam menegakkan diagnosis gagal ginjal akut diperiksa:
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti untuk mencari penyebabnya
seperti misalnya operasi kardiovaskular, angiografi, riwayat infeksi (infeksi kulit,
infeksi tenggorokan, infeksi saluran kemih), riwayat bengkak, riwayat kencing
batu.
2. Membedakan gagal ginjal akut dengan kronis misalnya anemia dan ukuran
ginjal yang kecil menunjukkan gagal ginjal kronis.
3. Untuk mendiagnosis GGA diperlukan pemeriksaan berulang fungsi ginjal yaitu
kadar ureum, kreatinin atau laju filtrasi glomerulus. Pada pasien rawat selalu
diperiksa asupan dan keluaran cairan, berat badan untuk memperkirakan adanya
kehilangan atau kelebihan cairan tubuh. Pada GGA berat dengan berkurangnya
fungsi ginjal ekskresi air dan garam berkurang sehingga dapat menimbulkan
edema, bahkan sampai terjadi kelebihan air yang berat atau edema paru.
Ekskresi asam yang berkurang juga dapat menimbulkan asidosis metabolic
dengan kompensasi
(verdiansyah,2016)
- Pemeriksaan laboratorium
- Pengobatan
Pengobatan dari gangguan ginjal kronis memiliki tujuan untuk memperlambat
dan mencegah perkembangan dari gangguan ginjal kronis. Hal tersebut
memerlukan identifikasi awal faktor resiko pasien terkena gangguan ginjal,
sehingga pengobatan ditujukan untuk mencegah perkembangan dari gangguan
ginjal kronis. Pengobatan dilakukan dengan 2 macam terapi, yaitu terapi non-
farmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non-farmakologi meliputi pengelolaan
nutrisi tubuh seperti pengurangan asupan protein. National Kidney Foundation
telah merekomendasikan untuk pasien yang memiliki GFR kurang dari 25
ml/menit/1,73m2 yang tidak menjalani dialisis harus membatasi asupan protein
0,6 g/kg/hari. Sedangkan untuk pasien yang menerima dialisis menjaga asupan
protein dari 1,2 g/kg/hari sampai 1,3 g/kg/hari (Schonder, 2008). Sedangkan
untuk terapi farmakologi meliputi :
1) Mengontrol gula darah secara intensif dengan terapi insulin untuk penderita
DM tipe 1
- Perhitungan
- pengukuran klirens kreatinin memberikan informasi mengenai
perkiraan nilai GFR :
Keterangan:
-Perhitungan
GFR berdasarkan kreatinin serum, usia, ukuran tubuh, jenis kelamin, dan ras
tanpa membutuhkan kadar kreatinin urin menggunakan persamaan Cockcroft
and Gault :
Rumus Cockcroft – Gault =
GFR = ( 140 – usia ) X berat badan X 1,73
72 X Pcr X A
Pcr = kadar kreatinin darah (mg/dL)
A = luas permukaan tubuh (m2)
Untuk wanita rumus tersebut dikalikan dengan
0,85 yang merupakan koreksi 15% dari pria.
DAFTAR PUSTAKA
4. Lameire N, Biesen WV, Vanholder R. The rise of prevalence and the fall of
mortality of patients with acute renal failure: what the analysis of two databases
does and does not tell us. J Am Soc Nephrol. 2006;17:923-5.
8. Hoste E, Clermont G, Kersten A, et al.: RIFLE criteria for acute kidney injury
are associated with hospital mortality in critically ill patients: A cohort analysis.
Critical Care 2006; 10:R73.
9. Osterman M, Chang R: Acute Kidney Injury in the Intensive CareUnit
according to RIFLE. Critical Care Medicine 2007; 35:1837-1843.
10. Sinto, R. dan Nainngolan, G. Acute Kidney Injury : Pendekatan Klinis dan
Tata Laksana. 2010. Maj Kedokt Indon. Vol 60 (2).
11. Brady HR, Brenner BM. Acute renal failure. Dalam Kasper DL, Fauci AS,
Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editor. Harrison’s principle of
internal medicine. Ed 16. New York