Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN EVIDENCE BASED PRACTICE

CHF

I. PENDAHULUAN
Gagal jantung kongestif adalah keabnormalitas dari fungsi
struktural jantung atau sebagai kegagalan jantung dalam mendistribusikan
oksigen sesuai dengan yang dibutuhkan pada metabolisme jaringan,
meskipun tekanan pengisian normal atau adanya peningkatan tekanan
pengisian (Mc Murray et al., 2012).
Gagal jantung adalah masalah kesehatan yang terus berkembang di
dunia dengan jumlah penderita lebih dari 20 juta jiwa. Prevalensi gagal
jantung sangat meningkat secara eksplonensial dengan sejalannya
pertambahan usia dengan 61% pada usia di atas 65 tahun. Menurut WHO
(2016) menyebutkan bahwa 17,5 juta orang meninggal akibat penyakit
kardiovaskular pada tahun 2008, yang mewakili dari 31% kematian di
dunia. Di Amerika Serikat penyakit gagal jantung hampir terjadi 550.000
kasus pertahun. Sedangkan di negara-negara berkembang di dapatkan
kasus sejumlah 400.000 sampai 700.000 per tahun.
Dari seluruh angka tersebut, benua Asia menduduki tempat
tertinggi akibat kematian penyakit jantung dengan jumlah penderita 276,9
ribu jiwa. Indonesia menduduki tingat kedua di Asia Tenggara dengan
jumlah 371 ribu jiwa (WHO, 2014). Sedangkan berdasarkan Riskesdas
pada tahun 2013, di Indonesia diperkirakan sekitar 229.696 orang.
Prevalensi CHF berdasarkan tertinggi di Yogyakarta (0,25%), disusul
Jawa Timur (0,19 %), dan Jawa Tengah (0,18%). Prevalensi congestive
heart failure (gagal jantung) berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di
Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara
Sulawesi Selatan dan Papua sebesar (0,5%).
Gejala gagal jantung kongestif (CHF) seperti distress pernapasan
dengan dispneu maupun takikardi, ortopnea, batuk, perut penuh, nokturia,
ansietas, fatigue, gallop s3, crackles didaerah basal paru, kadang kadang
mengi, hati membesar lunak, kardiomegali, efusi pleura kanan kiri, dan
edema (A. Alto wiliam, 2012). Penyakit CHF jika tidak segera ditangani
maka akan menurunkan cara kerja jantung, menyebabkan gangguan
pernafasan dan menimbulkan kematian (Sofia Rhosma Dewi, 2014).
Tindakan perawat Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions
and NOC Outcomes menjelaskan terapi keperawatan positioning dengan
posisi tidur semi-fowler untuk mengatasi sesak pada pasien gagal jantung.
Tujuan dari tindakan memberikan posisi tidur adalah untuk menurunkan
konsumsi oksigen dan meningkatkan ekspansi paru yang maksimal, serta
untuk mengatasi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan
perubahan membran kapiler alveolus (Doenges, 2000).
Posisi adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk
memberikan posisi tubuh dalam meningkatkan kesejahteraan atau
kenyamanan fisik dan psikologis. Aktivitas intervensi keperawatan yang
dilakukan untuk pasien gagal jantung diantaranya menempatkan tempat
tidur yang terapeutik, mendorong pasien meliputi perubahan posisi,
memonitor status oksigen sebelum dan setelah perubahan posisi,
tempatkan posisi dalam posisi terapeutik, posisikan pasien dalam kondisi
body aligemnent, posisikan untuk mengurangi dyspnea seperti posisi semi-
fowler, tinggikan 450 atau lebih diatas jantung untuk memperbaiki aliran
balik.
Mengatur pasien dalam posisi tidur semi fowler akan membantu
menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatkan ekspansi paru-paru
maksimal serta mengatasi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan
dengan perubahan membran alveolus. Dengan posisi semi fowler, sesak
nafas berkurang dan sekaligus akan meningkatkan durasi tidur klien
(dikutip dalam Melanie, 2014)
II. ANALISIS JURNAL
Judul :

- Efektifitas Posisi Semifowler Terhadap Penurunan Respiratori Rate


Pasien Gagal Jantung Kronik (CHF) di Ruang Lily RSUD Sunan
Kalijaga Demak

- Penerapan Posisi Semi Fowler Terhadap Ketidakefektifan Pola Nafas


Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF)

- Pengaturan Posisi Semi Fowler 450tt Terhadap Perubahan Nilai


Saturasi Oksigen pada Pasien Cronic Heart Failure di RSUD Taman
Husada Bontang

Analisis Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


Jurnal
Population Sampel dalam Subjek dalam studi Sampel dalam
penelitian ini sebanyak kasus ini adalah dua penelitian ini
22 responden orang pasien yang semua pasien CHF
terkena CHF dengan sebanyak 20 orang
ketidakefektifan pola
nafas
Intervensi Intervensi yang Intervensi yang Intevensi dalam
dianjurkan dalam dianjurkan adalah penelitian ini yaitu
penelitian ini adalah penerapan posisi posisi semi fowler
posisi semifowler semi fowler (posisi 450
duduk 45°)
Comparison Dalam penelitian ini Dalam penelitian ini Dalam penelitian ini
tidak ada pembanding tidak ada ada pembanding
pembanding yaitu posisi 30°
Outcome Hasil penelitian Hasil penelitian Terdapat perbedaan
menunjukan adanya menunjukkan bahwa bermakna antara
perbedaan signifikan penerapan posisi pemberian posisi
antara sebelum dan semi fowler (posisi 30° dengan
sesudah intervensi, duduk 45°) selama posisi semi fowler
dengan tingkat 3x24 jam sesuai 45° pada pasien
kepercayaan 95% dengan SOP congestive heart
dengan nilai mean membantu failure (CHF) di
rank posisi semifowler mengurangi sesak RSUD
32,27 dengan tanpa nafas dan membantu Taman Husada
perlakuan posisi mengoptimalkan RR Bontang (p value =
semifowler nilai mean pada klien sehingga 0,001).
rank 12,37 berarti masalah
posisi semifowler ketidakefektifan pola
efektif menurunkan nafas dapat teratasi.
respiratori rate pada Intervensi pengaturan
pasien CHF sudut posisi tidur
Posisi semifowler secara bermakna
efektif menurunan dapat menghasilkan
respiratori rate pada respirasi yang baik,
pasien congestive sehingga bisa
heart failure (CHF) di dipertimbangkan
ruang lily RSUD sebagai salah satu
Sunan Kalijaga intervensi untuk
Demak mengoptimalkan
ketidakefektifan pola
nafas.
Time Tahun 2020 Tahun 2020 Tahun 2015

III. PEMBAHASAN
Congestive Heart Failure atau lebih sering dikenal dengan
penyakit gagal jantung adalah penyakit sindrom klinis yang ditandai
dengan sesak nafas saat istirahat atau saat aktivitas yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Pada Pasien CHF akan mengalami
gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan akumulasi cairan
dalam alveoli paru skunder terhadap status hemodinamik tidak stabil
karena beban jantung yang meningkat, hal ini harus di lakukan pengaturan
posisi tidur yang tepat. Klien CHF dengan ketidakefektifan pola nafas
perlu diberikan posisi semi fowler. Posisi semi fowler (posisi duduk 45 0)
selama 3x24 jam sesuai dengan SOP yang ada, tujuan diberikan posisi
semi fowler adalah membantu mengurangi sesak nafas dan membantu
mengoptimalkan RR pada klien.
Posisi semifowler akan menurunkan beban jantung pada pasien
CHF hal ini menurut Brunner &Suddarth (2010) adalah dengan posisi
semi fowler akan mengurangi aliran balik vena ke jantung (preload) dan
kongesi paru, dan penekanan diagfragma ke hepar menjadi minimal,
sehingga oksigenasi lebih adekuat dan pernafasan menjadi normal.
Sedangkan Supadi, Nurachmah, & Mamnuah (2008), menyatakan bahwa
posisi semi fowler membuat oksigen didalam paru–paru semakin
meningkat sehingga memperingan kesukaran napas. Posisi ini akan
mengurangi kerusakan membran aveolus akibat tertimbunnya cairan. Hal
tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga O2 delivery menjadi
optimal. Sesak nafas akan berkurang, dan akhirnya proses perbaikan
kondisi klien lebih cepat.
Hasil penelitian yang di lakukan Shahab (2017) dengan judul
“Pengaruh Posisi Tidur Semi Fowler 45˚ Terhadap Kualitas Tidur Pasien
Gagal Jantung Di Ruang ICCU RSUD dr. Soedarso Pontianak“,
didapatkan hasil bahwa ada pengaruh pemberian posisi semi fowler 45˚
terhadap kualitas tidur pada kelompok intervensi (p=0,000) dan tidak ada
pengaruh apapun pada kelompok kontrol (p=0,184). Pemberian posisi
tidur semifowler 45˚ menggunakan gaya gravitasi untuk membantu
pernafasan, sehingga oksigen yang masuk kedalam paru-paru akan lebih
optimal sehingga pasien dapat bernafas lebih lega dan akan mengurangi
ketidaknyamanan yang dirasakan ketika ingin tidur.

IV. SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penerapan posisi semi fowler (posisi duduk 45 0) selama 3x24 jam
sesuai dengan SOP membantu mengurangi sesak nafas dan membantu
mengoptimalkan RR pada klien sehingga masalah ketidakefektifan
pola nafas dapat teratasi.
2. Saran
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat agar dapat
memposisikan pasien Congestive Heart Failure (CHF) dengan posisi
semi fowler (45o) agar saturasi oksigen meningkat dan mengurangi
sesak nafas.
V. DAFTAR PUSTAKA

- Nur Kasan, Sutrisno (2020). Efektifitas Posisi Semifowler Terhadap


Penurunan Respiratori Rate Pasien Gagal Jantung Kronik (CHF) di
Ruang Lily RSUD Sunan Kalijaga Demak. Journal of TSCNers Vol.5
No.1 Tahun 2020 ESSN: 2503-2453

- Ahmad Muzaki, Yuli Ani (2020). Penerapan Posisi Semi Fowler


Terhadap Ketidakefektifan Pola Nafas Pada Pasien Congestive Heart
Failure (CHF). Nursing Science Journal (NSJ) p-ISSN: 2722-4988
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 e-ISSN : 2722-5054

- Iis Wahyuni, Siti Khoiroh Muflihatin, Andri Praja Satria (2015).


Pengaturan Posisi Semi Fowler 450tt Terhadap Perubahan Nilai
Saturasi Oksigen pada Pasien Cronic Heart Failure di RSUD Taman
Husada Bontang. Jurnal Publikasi STIKES Muhammadiyah Samarinda

VI. LAMPIRAN
3 Jurnal.

Anda mungkin juga menyukai