Gunung api memiliki bentuk yang berbeda-beda tergantung pada komposisi magma pembentuk
gunung api itu sendiri. Komposisi magma dapat berbeda antara satu gunung api dan lain, bergantung
pada tempat terjadinya pembentukan magma. Misalkan karakteristik magma pada zona konvergen akan
berbeda pada zona divergen. Selain itu jenis kerak pada batas lempeng juga akan menentukan tipe
magma pada gunung api. Terdapat beberapa bentuk gunung api berdasarkan USGS 1988.
1. Bentuk Kaldera
Gunung api dengan tipe kaldera berasal dari letusan yang sangat dahsyat, kemudian
terjadilah keruntuhan permukaan akibat kosongnya dapur magma pasca erupsi. Kaldera
merupakan kawah yang luas dengan dasar yang hampir datar berdiameter 1,5-10 km
(Sumintadiredja, 2005). Komposisi magma bentuk kaldera bisa bervariasi, namun umumnya
berupa magma intermidier hingga asam yang menghasilkan letusan eksplosif besar yang
mengakibatkan runtuhan.
2. Bentuk Perisai
Gunung api tipe perisai dapat terbentuk di pematang tengah samudera (mid oceanic ridge),
intraplate, bahkan busur vulkanik benua. Gunung api perisai memiliki kemiringan landai ±
15º yang terbentuk akibat perlapisan lava encer yang terus berulang sehingga membentuk
kubah landai. Gunung api terbesar merupakan gunung api tipe perisai yang terbentuk di mid
oceanic hot spot. Komposisi magma berkisar antara low viscosity alkali rich riolit dan trakit
hingga basaltik. Namun umumnya berupa magma basaltik dengan batuan dominan adalah
basalt.
stratovulkano adalah kerucut dengan kemiringan berkisar ± 35º. Karakteristik magma adalah
magma dengan viskositas yang tinggi dengan koposisi intermidiet hingga kaya silika
(andesitik- riolitik magma). Batuan yang dihasilkan berupa andesit atau riolit.
Gambar 3. Dome dari gunung St. Hellens yang terus tumbuh pada tahun 1986 ( Loocwood, 2010 )
Referensi :
Loockwood, John dan Hazlett Richard. 2010. Volcanoes Global Perspective. Oxford, UK.
Willey-Blackwell inc.
Sumintadiredja, Prihadi. 2005. Vulkanologi dan Geotermal. Bandung. Penerbit ITB