Anda di halaman 1dari 10

Farmaka

Volume 14 Nomor 1 33

Uji Aktivitas Antifungi Emulsi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh


terhadap Jamur Kayu
Tazyinul Q. Alfauziah*, Arif Budiman

Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat


*tazyinul12001@mail.unpad.ac.id

Abstrak
Indonesia merupakan eksportir kayu lapis terbesar di dunia. Namun, kondisinya yang tropis justru
meningkatkan potensi jamur untuk tumbuh dan kayu pun mudah mengalami pelapukan. Hal ini
dicegah dengan penggunaan antimikroba sintesis, yang kemudian timbul masalah karena bersifat
toksik. Berdasarkan penelitian, cengkeh memiliki aktivitas antifungi spektrum luas, dan ekstraknya
terbukti memberikan aktivitas terhadap cendawan kayu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
membuat emulsi minyak atsiri cengkeh dan menguji aktivitas antifungi emulsi minyak atsiri cengkeh
terhadap jamur kayu. Penelitian dimulai dengan melakukan determinasi tanaman cengkeh, skrining
fitokimia, destilasi minyak atsiri cengkeh, isolasi jamur kayu, uji konsentrasi hambat minimum
minyak atsiri cengkeh, formulasi sediaan emulsi minyak atsiri cengkeh dengan variasi emulgator, uji
aktivitas sediaan, dan evaluasi fisik sediaan meliputi pengamatan organoleptis, pH, viskositas, uji tipe
emulsi, dan uji homogenitas. Hasil menunjukkan bahwa minyak atsiri cengkeh dengan konsentrasi 1%
memberikan aktivitas antijamur dengan zona hambat sebesar 1,12 cm. Formula A, dengan emulgator
CMC 0,5%, merupakan formula paling baik dan memberikan aktivitas terhadap jamur kayu dengan
diameter zona hambat sebesar 3 cm. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sediaan emulsi minyak
atsiri memiliki aktivitas terhadap jamur kayu.

Kata kunci: Minyak atsiri, cengkeh, PGA, CMC, jamur kayu

Antifungal Activity Assay of Clove Oil Emulsion


against Wooden Fungus
Abstract
Indonesia was the largest exporter of plywood in the world. However, the climate could increase
growth potential of the fungus and susceptibility of weathering. They prevented this by the synthetic
antimicrobial, but it was toxic. Some research shown that clove has a broad spectrum antifungal
activity, and its extract has activity against wood fungus. Therefore, this study aims to make clove
essential oil emulsions and antifungal activity test of clove oil emulsion wooden fungus. The methods
began with clove determination, phytochemical screening, distilled clove oil, wooden fungus isolation,
minimum inhibitory concentration test of clove oil, formulation of clove oil emulsion, antifungal
activity test of emulsion, and physical evaluation of emulsion includes organoleptic, pH, viscosity,
emulsion type and homogeneity test. Result showed that 1% clove oil inhibition zone was 1.12 cm.
Formula A, with 0.5% CMC as emulsifier, was the best formula and had activity against wooden
fungus with inhibition zone was 3 cm. So, clove oil emulsion has activity against wooden fungus.

Key words: Essential oil, clove, PGA, CMC, wooden fungus

Pendahuluan terbesar di dunia. Sektor ini pun

Indonesia merupakan negara dengan menyumbang pendapatan yang besar bagi

cadangan hutan alami terbesar di Asia dan negara setelah sektor tekstil[1].

kedua terbesar di dunia. Pada tahun 2004, Kondisi tropis di Indonesia merupakan

Indonesia menjadi eksportir kayu lapis surga bagi jamur atau cendawan sehingga
Farmaka
Volume 14 Nomor 1 34

kayu akan sangat mudah terserang jamur Aspergillus, bahkan jamur patogen

dan mengalami pelapukan. Oleh karena tanaman.[4,5,6]

itu, kayu harus dilindungi dengan bahan Dengan demikian, penelitian ini

antimikrobial. Bahan yang sering bertujuan untuk membuat sediaan emulsi

digunakan, di antaranya pentaklorofenol, dari minyak atsiri cengkeh dan menguji

chrome arsenat, asam-asam ter.[2] Namun, aktivitas sediaan terhadap jamur kayu.

bahan tersebut diketahui bersifat toksik Bentuk sediaan yang dipilih adalah emulsi

sehingga untuk mengurangi tipe minyak dalam air (m/a), karena zat aktif

penggunaannya adalah dengan yang digunakan berupa minyak dan pelarut

menggunakan bahan alami yang berfungsi yang digunakan adalah air. Selain itu,

sebagai antifungi. emulsi memiliki penyebaran yang baik dan

Minyak atsiri berbagai tumbuhan mudah dibilas dengan air. Hasil penelitian

diketahui memiliki aktivitas antibakteri ini diharapkan dapat menghasilkan sediaan

dan antifungi.[3] Salah satu tumbuhan emulsi minyak atsiri cengkeh yang baik,

dengan kandungan minyak atsiri tinggi stabil, efektif, dan aman.

adalah cengkeh (Syzygium aromaticum). Metode

Cengkeh merupakan tanaman yang Alat

banyak ditanam di Indonesia, Sri Lanka, Alat yang digunakan pada penelitian ini

Madagaskar, Tanzania, dan Brazil. adalah mortir, stamper, timbangan elektrik,

Menurut Chaieb et al., minyak cengkeh pH meter digital (Mettler Toledo),

dari S. aromaticum dan eugenol memiliki viskometer Brookfield, turbidimeter, ose,

aktivitas antiseptik, analgesik, dan alat pendingin (LG), otoklaf, cawan uap dan

anastetik. Selain itu, penelitian lain alat-alat lainnya yang umum digunakan di

menunjukkan bahwa minyak atsiri cengkeh laboratorium.

memiliki aktivitas antifungi terhadap jamur Bahan

patogen manusia, seperti Candida dan Bahan yang digunakan pada peneltian
Farmaka
Volume 14 Nomor 1 35

ini adalah Bunga Cengkeh, Pulvis Gummi Hasil kondensasi yang terdiri dari

Arabicum (PGA), Carboxymethylselulosa campuran air dan minyak ditampung pada

(CMC), Propilenglikol, Asam benzoat, suatu tabung, selanjutnya dilakukan proses

akuades, jamur kayu, Media SDA pemisahan minyak dan air dengan

(Sabouraud Dextrose Agar), NaCl membuka kran tabung.

fisiologis dan klorpirifos Uji KHM Minyak Atsiri. Pengujian ini

Prosedur dilakukan terhadap jamur kayu


Determinasi Tanaman. Cengkeh yang
menggunakan uji difusi agar, dengan
diperoleh dari kota Ciamis Tasikmalaya,
variasi konsentrasi minyak atsiri. Jamur uji
dideterminasi di Herbarium Universitas
diambil sebanyak 1 mL, kemudian
Padjadjaran.
dicampurkan dengan media SDA dalam
Skrining Fitokimia. Skrining fitokimia
cawan petri, homogenkan. Setelah media
dilakukan untuk mengetahui golongan
mengeras, dibuat lubang sumur dengan
senyawa yang terkandung dalam bunga
menggunakan perforator. Kemudian
cengkeh. Golongan senyawa yang
lubang sumur diisi dengan minyak atsiri
diperiksa antara lain alkaloid, flavonoid,
hasil pengenceran. Inkubasi pada suhu
kuinon, polifenol, saponin, tanin,
ruangan selama 72 – 168 jam. Kemudian
triterpenoid, steroid, monoterpenoid dan
diukur lebar zona hambatan yang terbentuk
sesquiterpenoid.
dan yang diambil konsentrasi yang kecil
Destilasi Minyak Atsiri. Minyak atsiri
tetapi memiliki daya hambat. Makin lebar
diperoleh dengan cara destilasi uap.
daerah hambatan maka makin efektif
Pertama, bunga cengkeh diletakan di atas
ekstrak yang diuji.
permukaan air dengan jarak tertentu di
Formulasi. Formula emulsi
atas saringan. Selanjutnya uap dan air
dibuat dengan cara memvariasikan jenis
dalam wadah mengalir melalui bunga
emulgator (PGA dan CMC) dan
cengkeh yang akan disuling dan
konsentrasi pembentuk emulsi, dapat
membawa minyak atsiri ke kondensor.
Farmaka
Volume 14 Nomor 1 36

dilihat pada Tabel 1. Sediaan emulsi atsiri bunga cengkeh, homogenkan.

dibuat dengan mengembangkan Terakhir tambahkan air sampai 100 mL.

emulgator dalam air kemudian di gerus Pemeriksaan organoleptik, pH, dan

kuat dan cepat sampai terbentuk corpus viskositas. Pemeriksaan dilakukan pada

emuls. Kemudian masukkan asam waktu tertentu selama 28 hari.

benzoat yang sudah dilarutkan dalam Pemeriksaan organoleptik meliputi warna,

propilenglikol sedikit demi sedikit, rasa, dan bau.

homogenkan. Lalu tambahkan minyak

Tabel 1 Formula Sediaan emulsi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh


Jumlah zat (gram)
Nama Zat
A B C D
Minyak Atsiri Bunga
1 1 1 1
Cengkeh
PGA - - 10 15
CMC 0,5 1 - -
Propilenglikol 15 15 15 15
Asam Benzoat 0,2 0,2 0,2 0,2
Aqua destilata add 100 add 100 add 100 add 100

Uji Aktivitas Sediaan. Pengujian ini Hasil

dilakukan menggunakan uji difusi terhadap Hasil determinasi dari Herbarium

jamur kayu. Jamur uji diambil sebanyak 1 Universitas Padjadjaran menunjukan bahwa

mL kemudian dicampurkan dengan media tanaman yang sedang diteliti merupakan

SDA dalam cawan petri, homogenkan. tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum (L)

Setelah media mengeras, dibuat lubang Merr. & L.M. Perry). Sedangkan hasil

sumur dengan menggunakan perforator. skrining fitokimia serbuk cengkeh dapat

Kemudian lubang sumur diisi dengan dilihat pada Tabel 2.

minyak atsiri hasil pengenceran. Inkubasi Berdasarkan uji KHM minyak atsiri

pada suhu ruangan selama 72 – 168 jam. cengkeh, pada konsentrasi 1% dihasilkan zona

Ukur zona hambatnya. bening sebesar 1,12 cm sehingga pada

formulasi minyak atsiri yang digunakan

sebanyak 1%.
Farmaka
Volume 14 Nomor 1 37

Tabel 2 Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Evaluasi fisik yang dilakukan pada emulsi
Cengkeh
Serbuk simplisia minyak atsiri cengkeh ini di antaranya
No Golongan Senyawa
bunga cengkeh
1 Alkaloid -
2 Flavonoid + pengamatan organoleptis (Tabel 3), pH (Tabel
3 Polifenolat +
4 Tanin - 4), dan viskositas (Tabel 5).
5 Saponin -
6 Kuinon + Uji aktivitas sediaan emulsi minyak atsiri
7 Steroid +
8 Monoterpen/sesquiterpen +
cengkeh (Tabel 6) terhadap jamur kayu
Hasil formulasi sediaan emulsi minyak
dengan menggunakan formula A memberikan
atsiri cengkeh dengan emulgator PGA
zona hambat sebesar 2,8 cm dan 3,0 cm,
(Formula C dan D) menghasilkan sediaan
sedangkan pembanding yang digunakan,
dengan konsistensi cair, berwarna coklat
Klorpirifos, memberikan zona hambat sebesar
dan bau khas cengkeh. Sedangkan sediaan
1,45 cm.
dengan emulgator CMC (Formula A dan B)

menghasilkan sediaan dengan konsistensi

cair, berwarna putih, dan bau khas cengkeh.

Tabel 3 Hasil pemeriksaan organoleptis Emulsi Minyak Atsiri Cengkeh


Lama Pengamatan (Hari ke-)
Formula Pemeriksaan
1 7 14 21 28
Konsistensi Cair Cair Cair Cair Cair
A Warna Putih Putih Putih Putih Putih
Bau Cengkeh Cengkeh Cengkeh Cengkeh Cengkeh
Konsistensi Cair Cair Cair Cair Cair
B Warna Putih Putih Putih Putih Putih
Bau Cengkeh Cengkeh Cengkeh Cengkeh Cengkeh
Konsistensi Cair Cair Cair Cair Cair
C Warna Coklat Coklat Coklat Tua Coklat Tua Coklat Tua
Bau Cengkeh Cengkeh Cengkeh Cengkeh Cengkeh
Konsistensi Cair Cair Cair Cair Cair
D Warna Coklat Coklat Coklat Tua Coklat Tua Coklat Tua
Bau Cengkeh Cengkeh Cengkeh Cengkeh Cengkeh

Tabel 4 Hasil pemeriksaan pH Emulsi Minyak Atsiri Cengkeh


Nilai pH pada hari ke-
Formula Rata-rata
1 7 14 21 28
A 4,95 4,98 4,96 4,95 4,98 4,96  0,02
B 5,30 5,32 5,42 5,28 5,30 5,32  0,06
C 5,25 5,21 5,28 5,13 5,12 5,20  0,07
D 5,24 5,29 5,31 5,25 5,27 5,27  0,03
Farmaka
Volume 14 Nomor 1 38

Tabel 5 Hasil pemeriksaan viskositas Emulsi Minyak Atsiri Cengkeh


Nilai Viskositas pada hari ke- (cP)
Formula Rata-rata
1 7 14 21 28
A 18,67 15,83 15,60 14,98 14,98 16,01  1,53
B 152,00 145,33 151,00 151,67 155,67 151,13  3,72
C 6,50 6,17 7,17 7,00 6,83 6,73  0,40
D 23,00 20,00 18,77 18,83 18,17 19,75  1,93

Tabel 6 Hasil uji aktivitas Emulsi Minyak Atsiri Cengkeh


Bahan Uji Diameter Zona Hambat
Inovator 1,5 cm
Formula 4 3,0 cm

Pembahasan Minyak atsiri cengkeh memiliki

Minyak atsiri cengkeh mengandung aktivitas antifungi dengan spektrum yang

luas[6]. Hal ini mendukung hasil uji aktivitas


72-90% senyawa eugenol, sisanya adalah
sediaan yang menunjukkan bahwa emulsi
asetil eugenol, -caryophyllene dan
minyak atsiri cengkeh mampu menghambat
vanillin, asam krategolat, asam gallotanat,
pertumbuhan jamur kayu.
metil salisilat, dan flavonoid lainnya.[7]
Di antara formulasi yang dirancang,
Eugenol termasuk ke dalam golongan
formula A, memberikan hasil evaluasi fisik
polifenolat yang memiliki aktivitas
yang baik dibandingkan dengan formula
bakteriostatik ataupun bakterisid
lainnya. Dilihat dari pengamatan
[8,9]
tergantung dari konsentrasinya.
organoleptis selama 28 hari, formula A dan
Eugenol menghambat biosintesis dari
B tidak mengalami perubahan warna, bau,
ergosterol – komponen penting dalam
dan konsistensi selama masa pengamatan.
membran sel jamur – sehingga membran
Sedangkan formula C dan D mengalami
sel jamur rusak dan fungsinya perubahan warna pada hari ke-14. Namun,
menurun.[10] Karena termasuk senyawa dilihat dari pengamatan pH dan viskositas,

lipofilik, eugenol mampu melakukan kesemua formula relatif stabil karena standar

penetrasi terhadap membran lipid bilayer deviasi tidak lebih dari 6. Hal ini dapat

yang tersusun dari rantai asam lemak dilihat pada Gambar 1 dan 2. Dengan

sehingga mengubah fluiditas dan demikian, dapat dikatakan bahwa pH dan

permeabilitas membran sel.[11] viskositas semua formula relatif stabil.


Farmaka
Volume 14 Nomor 1 39

Emulsi merupakan sistem dispersi yang dan CMC sebesar 0,25-1%. Hal ini sesuai

terdiri dari dua fase tidak tercampurkan, dengan pengamatan, dimana emulsi yang

biasanya fase minyak dan fase air. PGA dan terbentuk berada pada emulgator dengan

CMC termasuk ke dalam emulgator konsentrasi tersebut.

hidrofilik dan keduanya termasuk ke dalam

aliran newton sehingga viskositas berubah

dengan adanya pemanasan. Konsentrasi

PGA sebagai emulgator sebesar 10-15%

Gambar 1 Hasil pengamatan pH emulsi minyak atsiri cengkeh

Gambar 2 Hasil pengamatan viskositas emulsi minyak atsiri cengkeh


Farmaka
Volume 14 Nomor 1 40

Emulgator merupakan surfaktan, oksidasi.

senyawa yang memiliki gugus polar dan Simpulan

nonpolar, yang cenderung mengadsorpsi Berdasarkan hasil penelitian, minyak

permukaan di kedua fase sehingga gugus atsiri cengkeh dengan konsentrasi 1%

polar berada pada fase air dan gugus memberikan aktivitas antijamur dengan

nonpolar berada pada fase minyak. Saat zona hambat sebesar 1,12 cm. Emulsi

surfaktan mengadsorpsi permukaan, dengan emulgator CMC 0,5% merupakan

tegangan permukaan di antara dua fase formula paling baik dan memberikan

menurun. Penurunan ini bergantung pada aktivitas terhadap jamur kayu dengan zona

konsentrasi surfaktan berdasarkan hukum hambat sebesar 2,9 cm. Dengan demikian,

isoterm Gibbs.[12] dapat dikatakan bahwa sediaan emulsi

Mekanisme surfaktan dalam minyak atsiri memiliki aktivitas terhadap

stabilisasi suatu emulsi melalui dua cara, jamur kayu.

yaitu stabilisasi sterik dan elektrostatik. Daftar Pustaka

Stabilisasi sterik timbul dari barrier fisik 1. Williams, Felicity. Profil industri kayu

yang terhubung dan membentuk Indonesia. [diakses pada 19 April 2016].

koalesens. Sedangkan stabilisasi Tersedia dari:

elektrostatik terjadi karena adanya gaya http://www.wwf.or.id/ruang_pers/berita_

yang dihasilkan akibat muatan di fakta/?6040/Profil...Kayu

permukaan yang saling mendekat.[12] 2. Nicholas, D.D. Kemunduran

Asam benzoat 0,2% digunakan (Deteriorasi) Kayu dan Pencegahannya

sebagai pengawet sedangkan dengan Perlakuan Pengawetan.

propilenglikol 15% berfungsi sebagai Surabaya: Airlangga University Press;

kosolven dan pengawet. Pengawet 1988.

digunakan untuk mencegah kerusakan 3. Kalemba, D. & Kunicka, A.

emulsi karena mikroorganisme atau Antibacterial and antifungal properties of


Farmaka
Volume 14 Nomor 1 41

essential oils. Curr Med Chem. 2003; Dutta. Recent Trends in Indian

10: 813–829. Traditional Herbs Syzygium aromaticum

4. Chaieb, K., Hajlaoui, H., Zmantar, T., and its Health Benefits. Journal of

Kahla-Nakbi, A. B., Mahmoud, R., Pharmacognosy dan Phytochemistry.

Mahdouani, K. & Bakhrouf, A. The 2012; 1 (1): 13-22.

chemical composition and biological 8. Pelczar, ML. Chan ECS, and Krieg NR.

activity of clove essential oil, Eugenia Control of microorganisms, the control

caryophyllata (Syzigium aromaticum L. of microorganisms by physical agents.

Myrtaceae): a short review. Phytother In: Microbiology, New York: Mc Graw-

Res. 2007; 21: 501–506 Hill International; 1988. pp. 469-509.

5. Cosic, Jasenka, Karolina Vrandečić, 9. Dorman, HJD. and Deans SG.

Jelena Postić, Draženka Jurković, Antimicrobial agents from plants:

Marija Ravlić. In vitro antifungal antibacterial activity of plant volatile

activity of essential oils on growth of oils. Journal of Applied Microbiology.

phytopathogenic fungi. 20008; 8: 308-316.

POLJOPRIVREDA. 2010; 16 (2): 25- 10. DeOliveira Pereira, F., JM Mendes, and

28. E de Oliveira Lima. Investigation on

6. Pinto E, Vale-Silva L, Cavaleiro C, and mechanism of antifungal activity of

Salgueiro L. Antifungal activity of the eugenol against Trichophyton rubrum.

clove essential oil from Syzygium Medical Mycology. 2013; 51: 507-513.

aromaticum on Candida, Aspergillus 11. Braga PC, Sasso MD, Culici M, and

and dermatophyte species. Journal of Alfieri M. Eugenol and thymol, alone or

Medical Microbiology. 2009; 58: 1454– in combination, induce morphological

1462 alterations in the envelope of Candida

7. Bhowmik D., KP Sampath Kumar, A. albicans. Fitoterapia. 2007; 78:396-400.

Yadav, S. Srivastava, S. paswan, A. S. 12. Urrutia P.I. Predicting Water-In-Oil


Farmaka
Volume 14 Nomor 1 42

Emulsion Coalescence From Surface

Pressure Isotherms. Department of

Chemical and Petroleum Engineering,

University of Calgary M. Sc. [Thesis]

2006.

Anda mungkin juga menyukai