Tumor tulang merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan dari seluruh
tumor jinak tulang, terutama terjadi pada usia 20 – 40 thn. Tumor tulang merupakan lesi
tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh pertumbuhan tulang yang abnormal.
Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh pertumbuhan
tulang yang abnormal. Tumor tulang berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh
dengan lambat, tidak nyeri. Tumor tulang sering ditemukan ditulang tengkorak dan
tulang-tulang muka. Tumor tulang yang luas dapat menyerang clavicula, pelvis dan
jaringan tubula tulang (osteoma periosteal). Osteoma jaringan lunak dapat terjadi
dikepala, mata dan lidah atau dieksremitas. Insiden yang terjadi pada beberapa laporan
Tumor tulang lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria dengan perbandingan 3:1.
1,2,5
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang,tulang rawan dan lempeng
pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma dan non trauma. Tidak hanya keretakan atau
terpisahnya korteks, kejadian frakturlebih sering mengakibatkan kerusakan yang komplit
dan fragmen tulang terpisah.Tulang relatif rapuh, namun memiliki kekuatan dan
kelenturan untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh cedera, stres yang
berulang, kelemahan tulang yang abnormal atau disebut juga fraktur patologis. 1,3,4,6
Gambar 1. Osteoma
2) Osteoid osteoma
Osteoid osteoma adalah tumor jinak, jarang ditemukan (1,8%), terutama
pada umur 10 – 25 tahun. Tumor ini lebih sering pada laki laki daripada wanita
dengan perbandingan 2:1. Gejala yang paling menonjol adalah nyeri pada suatu
daerah tertentu dan menghilang dengan pemberian salisilat.
Lokasi osteoid osteoma pada femur (25%), tibia (25%), dan sisanya pada daerah
daerah lain, seperti pada tulang belakang.
Pemeriksaan radiologis Pada foto rontgen ditemukan adanya daerah yang bersifat
radiolusen yang disebut nidus didaerah diafisis di kelilingi oleh suatu daerah skerosis
yang padat, serta penebalan kortikal yang merupakan reaksi pebentukan tulang,
kadang kadang pemeriksaan tomogram diperlukan untuk membantu menegakkan
diagnosa.
Gambar 2. Osteoma Osteoid
5) Osteochondroma
Osteochondroma Merupakan tumor jinak tersering kedua (32,5%) dari seluruh
tumor jinak tulang dan terutama ditemukan pada remaja yang pertumbuhannya aktif
dan pada dewasa muda. Gejala nyeri terjadi bila terdapat penekanan pada bursa atau
jaringan lunak sekitarnya. Benjolan yang keras dapat ditemukan pada daerah sekitar
lesi.
Lokasi osteokondroma biasanya pada daerah metafisis tulang panjang khususnya
femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal. Osteokondroma juga dapat
ditemukan pada tulang scapula dan ilium. Tumor bersifat soliter dengan dasar lebar
atau kecil seperti tangkai dan bila multipel dikenal sebagai diafisis aklasia
(eksosotosis herediter multiple), yang bersifat herediter dan diturunkan secara
dominan gen mutan.
Pemeriksaan radiologis Ditemukan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas
sebagai eksostosis yang muncul dari metafisis tetapi yang terlihat lebih kecil
dibandingkan dengan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik oleh karena sebagian
besar tumor ini diliputi oleh tulang rawan. Tumor dapat bersifat tunggal atau
multiple tergantung jenisnya.
Patologi Ditemukan adanya tulang rawan hialin didaerah sekitar tumor dan
terdapat eksostosis yang berbentuk tiang didalamnya. Lesi yang besar dapat
berbentuk gambaran bunga kol dengan degenerasi dan kalsifikasi di tengahnya.
Gambar 5. Osteochondroma
6) Kondroblastoma jinak
Merupakan tumor jinak yang jarang ditemukan dan terjadi pada umur 10 –
25 tahun, sering ditermukan pada laki – laki daripada wanita. Pertumbuhan
tumor sangat lambat, gejala nyeri sendi merupakan gejala utamanya.
Lokasi Kondroblatoma jinak berasal dari daerah epifisis dan berkembang kearah
metafisis. Tumor terutama ditemukan pada epifisis tibia proksimal, femur distal dan
humerus proksimal.
Pemeriksaan radiologis Pada foto roentgen terlihat refraksi yang jelas pada
tulang kanselosa yang dapat melebar di luar daru daerah garis epifisis. Bentuknya
eksentrik dengan korteks yang tipis tetapi penetrasi keluar jarang terjadi. Batas batas
tumor terlihat reguler, tidak disertai dengan bintik bintik kasifikasi dengan adanya
gambaran deposisi kalsium.
Patologi: Gambaran patologis ditandai dengan gejala - gejala karasteristik dari
banyaknya sel yang tidak berdiferensiasi dengan sel yang bulat atau poligonal dari
sel sel yang menyerupai kondroblas dengan sel sel raksasa inti banyak dari sel
osteoklas yang diatur secara sendiri sendiri atau berkelompok. Hanya ditemukan
sedikit jaringan seluler dari matriks jaringan tulang rawan yang disertai kalsifikasi
fokal dan jaringan retikulin.
Gambar 6. Chondroblastoma
7) Kondromiksoid fibroma
Tumor ini biasanya didapatkan pada anak-anak dan dewasa muda.Pada tulang
panjang paling banyak di daerah metafisis dan lokasinya eksentrik,
Lokasi : paling sering pada tulang sekitar lutut.
Gambaran radiologik : tumor ini tampak sebagai daerah yang radiolusen di daerah
metafisis tulang panjang, letaknya eksentris, berbatas tegas, kadang-kadang dengan
pinggiran sklerotik. Korteks menipis karena ekspansi tumor.Tidak ada reaksi
periosteal.Kalsifikasi jarang. Kadang-kadang terdapat gambaran menyerupai busa
sabun (soap-buble appearance).
Gambar 7. Kondromiksoid Fibroma
8) Giant cell tumor
Tumor ini biasanya dijumpai pada usia dewasa, setelah terjadi fusi tulang.
Kebanyakan dijumpai pada usia 30-40 tahun. Pada tulang panjang,
Lokasi : Tumor ini lokasinya pada ujung tulang (subartikuler), paling sering sekitar
sendi lutut.
Gambaran radiologik : tampak daerah radiolusen pada ujung tulang panjang dengan
batas yang tidak tegas. Ada zona transisi antara tulang normal dan patologik, biasanya
kurang dari 1 cm. Lesi biasanya eksentrik, bersifat ekspansif sehingga korteks
menjadi tipis. Tidak ada reaksi periosteal. Tumor yang sudah besar dapat mengenai
seluruh lebar tulang dan sering terjadi fraktur patologik.
9) Osteosarkoma
Ostersarkoma merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan
prognosis yang buruk. Kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun. Jumlah
kejadian kasus osteosarkoma meningkat setelah umur 50 tahun yang disebabkan oleh
adanya degenerasi maligna,, terutama pada penyakit Paget.
Lokasi: Paling sering ditemukan sekitar lutut, yaitu lebih dari 50 %. Tulang-tulang
yang sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal, humerus proksimal, dan
pelvis. Pada tulang panjang, tumor biasanya mengenai metafisis. Garis epifiser
merupakan barrier dan tumor jarang menembusnya. Metastasis cepat terjadi secara
hematogen, biasanya ke dalam paru.
Gambaran radiologik: tampak tanda-tanda destruksi tulang yang berawal pada
medula dan terlihat sebagai daerah yang radio lusen dengan batas yang tidak tegas.
Pada stadium yang masih dini terlihat reaksi periosteal yang gambarannya dapat
lamelar atau seperti garis-garis tegak lurus pada tulang (sunray appearance). Dengan
membesarnya tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan dirusak oleh tumor
yang meluas ke luar tulang. Dari reaksi periosteal itu hanya sisanya yaitu pada tepi
yang masih dapat dilihat, berbentuk segi tiga dan dikenal sebagai segi tiga
Codman.Pada kebanyakan tumor ini terjadi penulangan (ossifikasi) dalam jaringan
tumor sehingga gambaran radiologiknya variabel bergantung pada banyak sedikitnya
penulangan yang terjadi. Pada stadium dini gambaran tumor ini sukar dibedakan
dengan osteomielitis.
Gambar 9. Osteosarkoma
2. Fraktur Communited yaitu terdapat lebih dari dua fragmen fraktur yang biasanya
terpecah belah.
a. Communited <50%
b. Communited >50%
c. Butterfly <50%
d. Butterfly>50%
3. Fraktur Segmental
a. Two level
b. Three or more level
c. Longitudinal split
d. Communited
Terdapat juga fraktur yang dimana tulang tidak benar-benar patah terbelah yang
mana sering disebut fraktur inkomplit. Jenis fraktur inkomplit adalah
1. Greenstick. Jenis fraktur ini sering ditemukan pada anak-anak, tulang melengkung
disebabkan oleh konsistensinya yang elastis. Periosteumnya tetap utuh. Fraktur ini
biasanya mudah diatasi dan sembuh dengan baik.
Gambar 13. greenstick fraktur pada radius distal seorang anak. Fraktur tidak komplit
dan tidak meluas ke korteks dorsal
2. Fraktur kompresi. Fraktur ini biasanya terjadi pada orang dewasa dan secara khas
mengenai korpus vertebra atau kalkaneus. Reduksi secara sempurna jarang terjadi dan
pasien mungkin akan mengalami deformitas.
Fraktur ini disebabkan oleh abduksi ibu jari yang dipaksakan dan tampak
sebagai fraktur oblik yang mengenai permukaan artikulasi proksimal pada tulang
metakarpal I. Fragmen kecil tulang metakarpal I tetap berartikulasi dengan trapezium,
sementara bagian tulang yang lain mengalami dislokasi ke arah dorsal dan radial
akibat tarikan muskulus abduktor policis longus. Kegagalan mendiagnosis dan
mengobati fraktur intraartikular pada metakarpal dapat menimbulkan rasa nyeri yang
lama,kekakuan, dan atritis pascatrauma akibat permukaan artikular yang tidak rata.
2) Fraktur Barton
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur oblik intraartikular
mengenai tepi dorsal radius bagian distal. Terkadang hal ini juga ada kaitannya
dengan dislokasi persendian pergelangan tangan. Bila fraktur mengenai permukaan
volar radius bagian distal, fraktur ini disebut sebagai kebalikan fraktur Barton. Kedua
bentuk fraktur ini paling baik dilihat pada proyeksi lateral oleh karena orientasi
koronal dari garis fraktur.
3) Fraktur plato tibia
Kebanyakan fraktur ini mengenai plato tibial lateral. Mekanisme cederanya
karena terpelintir. Kadang-kadang fraktur tidak terlihat jelas pada proyeksi AP dan
lateral yang standar. Oleh karena itu, kemungkinan dibutuhkan pandangan oblik, atau
tomografi unutk mengenali dan menilai derajat beratnya fraktur. Sekitar 10% fraktur
ini disebabkan oleh cedera ligamentum sendi lutut.
5) Fraktur kalkaneus
Fraktur ini merupakan fraktur tulang tarsus yang paling sering terjadi. Fraktur
terjadi akibat jatuh dari ketinggian dan biasanya bilateral. Kemungkinan disertai
dengan fraktur tulang belakang, terutama pada vertebra lumbal kedua.fraktur dapat
diklasifikasikan sebagai eksrta-artikular atau intraartikular bila fraktur mengenai sendi
susbtarsal atau kalkaneokuboid. Pada fraktur intra artikular, penting untuk menilai
derajat depresi pada permukaan posterior sendi subtalar. Mengukur sudut Bohler dari
foto lateral membantu untuk menilai depresi. Walaupun demikian, CT scan
dapatmemperlihatkan posisi fragmen tulang secara tepat dan luas depresi permukaan
posterior sendi subtalar.
Gambar 19. fraktur kominutif pada kalkaneus
FRAKTUR NON ARTI-KULAR
1) Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi
dikorpus distal, biasanya sekitar 2cm dari permukan artikular. Fragmen distal bergeser
ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas “garpu-makan
malam”. Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur pada proses stiloideus ulna.
Gambar 20. fraktur colles pada pergelangan tangan dalam foto AP dan lateral
2) Fraktur Smith
Fraktur ini biasanya akibat terjatuh pada punggung tangan atau pukulan keras
secara langsung pada punggung tangan. Fragmen distal bergeser ke arah ventral
dengan deviasi radius tangan yang memberikan gambaran deformitas “sekop kebun”.
Gambar 21. Foto lateral pergelangan tangan memperlihatkan fraktur smith (kebalikan
fraktur colles)
3) Fraktur Suprakondiler
Fraktur ini merupakan jenis fraktur siku yang paling sering terjadi pada anak-
anak berusia 3-10 tahun. Sebgian besar fraktur akibat terjatuh pada tangan terentang
dengan hiperekstensi siku. Fragmen distal bergeser ke posterior.
1) Tulang skafoid
Tulang ini adalah tulang karpal yang paling sering mengalami fraktur.
Kebanyakan terjadi dibagian pinggang tulang diikuti dipolus proksimal dan
tuberositas. Cedera yang berkaitan dengan tulang ini antara lain dislokasi perilunatum
dan fraktur radius. Komplikasi terjadinya penyatuan yang lambat (delayed union) atau
tidak terjadinya penyatuan (non union) meningkatkan resiko osteonekrosis, yang
sering mengenai fragmen proksimal.
Gambar 23. fraktur skafoid dengan pergeseran yang disertai dengan fraktur pada radius
distal
2) Kolum femoris
Fraktur pada daerah ini termasuk fraktur intrakapsular, yang terjadi subkapital,
trans-servikal atau basiservikal. Tidak terjadinya penyatuan tulang (non-union)
merupakan komplikasi yang sering terjadi pada cedera tersebut, yang dapat
menyebabkan osteonekrosis.
FRAKTUR/DISLOKASI
1) Galeazzi
Fraktur ini akibat terjatuh dengan terentang dan lengan bawah dalam keadaan
pronasi, atau terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan tangan bagian
dorsolateral. Fraktur ini merupakan fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi
sendi radioulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dang angulasi ke arah
dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial.
Gambar 25. fraktur Galleazi pada radius dengan dislokasi sendi radioulnar distal
2) Monteggia
Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan saat
jatuh atau pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal lengan
bawah. Fraktur ini terdiri dari fraktur ulna proksimal dengan angulasi anterior yang
disertai dengan dislokasi anterior kaput radius.
Gambar 25. Foto AP dan lateral pergelangan tangan menunjukkan fraktur transkafoid yang
bergeser dengan dislokasi periunatum
4) Fraktur Maisonneuve
Terjadi fraktur fibula proksimal yang disebabkan oleh robekan pada
membrana interoseus dan sindesmosis tibiofibularis distal. Kemungkinan juga disertai
dengan robek ligamentum deltoid atau fraktur maleolus medialis yang menyebabkan
pelebaran kompartemen sendi medial.
5) Fraktur Lisfranc
Fraktur ini biasanya terjadi sesudah jatuh dari ketinggian atau saat menuruni
tangga pesawat terbang. Ligamentum Lisfranc yang terletak antara tulang kuneiform I
dan basis tulang metatarsal II terputus atau mengalami avulsi pada tempat insersinya.
Terdapat 2 variasi cedera, yaitu dislokasi homolateral metatarsal I sampai V dan
perpindahan lateral divergen metatarsal II sampai V dengan pergeseran tulang
metatarsal I ke medial atau dorsal. Fraktur yang terkait antara lain fraktur yang terjadi
pada basis metatarsal II dan yang lebih jarang, pada tulang metatarsal III, Kuneiform I
atau tulang kuboid.
b. Fleksi-rotasi
Terjadinya dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi ini stabil walaupunterjadi
kerusakan pada ligamen posterior termasuk kapsul sendi apofiseal yang
bersangkutan. Tampak dislokasi anterior korpus vertebra. Vertebra yang
bersangkutan dan vertebrae proksimalnya dalam posisi oblik, sedangkan vertebrae
distalnya tetap dalam posisi lateral.
c. Hiperekstensi
Fraktur dislokasi hiperekstensi: dapat terjadi fraktur pedikel, prosesus
artikularis, lamina dm prosesus spinosus. Fraktur avulsi korpus vertebrae bagian
postero-inferior. Lesi tidak stabil karena terdapat kerusakan pada elemen
posterior tulang leher dan ligamen bersangkutan.
Hangman’s fracture: terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior CII
terhadap CIII
Penyatuan
Penyatuan tulang terjadi akibat proses perbaikan tulang yang kompleks dan
terlihat pada foto seperti pembentukan kalus.
Konsolidasi lanjut
Kalus lunak secara bertahap diubah menjadi tulang matur yang keras. Keadaan
ini adalah tahap konsolidasi lanjut dan dikatakan telah terjadi konsolidasi jika pada foto
terlihat kalus tulang menghubungi fraktur dan tidak tampak garis fraktur. Kemudian
terjadi pembentukan ulang (remodelling) tulang. Rongga sumsum akhirnya terbentuk dan
terbentuklah korteks.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat, De Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi 3). Jakarta:EGC.
2. Poulen F dan J. Waschke .2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Anatomi Umum dan
Muskuloskeletal.Penerjemah: Brahm U. Pendit. Jakarta:ECG
3. Appley, A.G & Solomon. 2010. Orthopedi dan Fraktur Sistem Appley. Jakarta:
WidyaMedika.
4. Nayagam, Selvadurai. 2010. Apley’s System of Orthopedic and Fracture; 9thed.
London: Hodder Arnold.
5. Bloem JL, Reidsma II.Bone and soft tissue tumors of hip and pelvis.European Journal
of Radiology.2012;81:3793–3801
6. Oryan A, Monazzah S, Sadegh AB. Bone Injury and Fracture Healing
Biology.Biomedical and Environmental Sciences.2015;28(1):57-71
7. Kellam JF, Audigé L.Fracture classification.AO philosophy and basic principles.2015.
Cited on https://www.researchgate.net/publication/281348677
8. Kim PH, Leopold SS. In brief: Gustilo-Anderson classification. [corrected] [published
correction appears in Clin Orthop Relat Res. 2012 Dec;470(12):3624].
9. Mintz DN, Hwang S. Bone tumor imaging, then and now: review article. HSS J.
2014;10(3):230–239.