Anda di halaman 1dari 12

MIND MAPPING TENTANG KESETIMBANGAN KIMIA

MATA KULIAH :

KIMIA FISIKA

OLEH :

NI KOMANG TRIANA DEWI

NIM 1813071040

KELAS 5B

S1 PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2019
MIND MAPPING

PRESURE
RELATIONSHIP
CONSTANT BALANCE S WITH
SOLUBILITY EQUATION CHEMICAL
EQUATIONS
SETARA
DISTRIBUTION DYNAMIC
COEFFICIENT RELATIONSHIP CONSTANT
BALANCE
CONSTANT BALANCE, Kc,
BALANCE AND Kp
REVERSIBLE CHEMICAL
REACTION EQUILIBRIUM
REACTION
UNDERSTANDING PREDICT
QUOSIENT
BALANCE DIRECTION OF
CHANGE
KESELURUHAN
PRINSIP LE CHATELIER
EFFECT OF CHANGE IN
EFFECTS OF A
NUMBER OF SPECIES
PRESSURE OR
VOLUME CHANGE
TEMPERATURE EFFECT CATALYST
EFFECT
KONSEPSI

Kesetimbangan kimia terjadi pada reaksi kimia yang reversibel. Reaksi reversibel adalah reaksi yang di mana produk reaksi
dapat bereaksi balik membentuk reaktan. Kesetimbangan kimia tercapai ketika laju reaksi maju sama dengan laju reaksi balik dan
konsentrasi dari reaktan-reaktan dan produk-produk tidak berubah lagi. Dalam reaksi kimia, kesetimbangan kimia adalah keadaan
dimana kedua reaktan dan produk hadir dalam konsentrasi yang tidak memiliki kecenderungan lebih lanjut untuk berubah seiring
berjalannya waktu. Biasanya, keadaan ini terjadi ketika reaksi ke depan berlangsung pada laju yang sama dengan reaksi
balik. Laju pada reaksi maju dan mundur umumnya tidak nol, tapi sama. Dengan demikian, tidak ada perubahan bersih dalam
konsentrasi reaktan dan produk. Keadaan seperti ini dikenal sebagai kesetimbangan dinamis.

aA + bB ⇌ cC +dD

Adapun ciri-ciri keadaan setimbang adalah sebagai berikut:

1. Terjadinya dalam wadah yang tertutup, dengan suhu dan tekanan tetap
2. Laju reaksi ke reaktan sama dengan laju reaksi ke produk
3. Reaksinya berjalan secara terus-menerus (dinamis) dalam dua arah yang berlawanan
4. Terjadinya sangat mikroskopis di tingkat partikel zat
5. Konsentrasi produk dan reaktan tetap

Pengaruh Konsentrasi Zat Terhadap Kesetimbangan Kimia

Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser menuju arah (menjauhi) zat yang
ditambah konsentrasinya. Jika konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah zat dikurangi
konsentrasinya.
Contoh: Di persamaan reaksi berikut
N2(g) + 3H2(g) <==> 2NH3(g) H = -92 kJ.
1. Apabila konsentrasi N2 ditambah jadi reaksi kesetimbangan akan geser ke kanan, karena jika konsentrasi zat ditambah maka
reaksi kesetimbangan akan bergeser dari arah konsentrasi yang ditambah.
2. Apabila konsentrasi N2 dikurangi maka reaksi kesetimbangan akan geser ke kiri, karena jika konsentrasi zat dikurangi maka
reaksi kesetimbangan akan bergeser dari arah konsentrasi yang dikurangi.
Pengaruh Tekanan Dan Volume Terhadap Kesetimbangan Kimia

1. Apabila tekanan pada sistem ditambah atau volume dibuat kecil maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
molekul yang lebih kecil.
2. Apabila tekanan pada sistem diperkecil atau volume ditambah maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
molekul yang lebih kecil.
3. “tekanan dan volumen berbanding terbalik”

Contoh: Di persamaan reaksi berikut

N2(g)+ 3H2(g)   <==> 2NH3(g)  H = -92 kJ


Jumlah mol reaktan= 1 + 3 = 4
Jumlah mol produk = 2

1. Apabila tekanan di sistem ditambah maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kanan, karena jika tekanan ditambah
maka reaksi kesetimbangan akan bergeser pada arah jumlah molekul yang paling kecil yakni 2.
2. Apabila volume di sistem dikurangi jadi reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kanan, karena jika volume sistem
dikurangi maka reaksi kesetimbangan akan bergeser pada arah molekul yang lebih kecil yakni 2.
3. Apabila tekanan di sistem dikurangi maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kiri, karena jika tekanan ditambah.
Jadi reakasi kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih besar yakni 4.
4. Apabila tekanan di sistem ditambah jadi reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kiri, karena jila volume sistem
ditambah. Jadi reaksi kesetimbangan akan bergeser pada arah jumlah molekul yang lebih besar yakni 4.

Pengaruh Temperatur Terhadap Kesetimbangan Kimia

1. Apabila temperatur sistem ditinggikan maka reaksi kesetimbangan bergerak ke arah zat yang melepaskan kalor atau
endorerm.
2. Apabila temperatur sistem dikurangi maka reaksi kesetimbangan akan bergerak pada arah zat yang melepaskan
kalor atau eksoterm.
Contoh: Di persamaan reaksi

[A] + [B] <==> [C] H = -X


[C] yaitu reaksi eksoterm (melepaskan kalor dan [A] + [B] adalah reaksi endoterm (membutuhkan kalor)
Jika temperatur dinaikkan maka reaksi kesetimbangan akan bergerak ke kiri dikarenakan jika temperatur sistem dinaikkan maka reaksi
kesetimbangan akan bergeser pada arah rekasi yang memerlukan kalor atau endoterm.

3. Apabila temperatur diturunkan maka reaksi kesetimbangan akan bergerak ke kanan dikarenakan jika temperatur
sistem dinaikkan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser menuju arah reaksi yang memerlukan kalor atau
endoterm.
4. Apabila temperatur diturunkan maka reaksi kesetimbangan akan bergerak ke kanan dikarenakan jika temperatur
sistem dinaikkan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser pada arah yang melepaskan kalor eksoterm.

Konstanta kesetimbangan, K, dapat dinyatakan sebagai rasio dari perkalian konsentrasi reaktan-reaktan dibagi perkalian
konsentrasi produk-produk, di mana konsentrasi dari masing-masing substansi dipangkatkan koefisien stoikiometri dalam persamaan
reaksi setara.

Dalam perhitungan konstanta kesetimbangan reaksi homogen (semua substansi dalam reaksi berfasa sama), konsentrasi
substansi dalam sistem larutan dapat dinyatakan dalam konsentrasi molar, sehingga K dapat juga ditulis Kc. Untuk reaksi homogen
dalam fasa gas, konsentrasi substansi dalam wujud gas dapat dinyatakan sebagai tekanan parsial substansi, dan simbol konstanta
kesetimbangannya menjadi Kp. Sebagai contoh, hukum kesetimbangan kimia untuk reaksi berikut dapat ditulis dalam 2 bentuk:

N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)

 atau
 atau 

Hubungan antara Kp dan Kc adalah:

di mana, R = tetapan gas universal, T = temperatur, dan Δng = jumlah mol produk gas – jumlah mol reaktan gas.

Dalam perhitungan konstanta kesetimbangan reaksi heterogen (reaksi di mana terdapat lebih dari 1 fasa) yang melibatkan substansi
dalam wujud cairan murni atau padatan murni, konsentrasi substansi cair dan padat tersebut diabaikan dan tidak ikut diperhitungkan.
Contohnya:

CaCO3(s) ⇌ CaO(s) + CO2(g)

P4(s) + 6Cl2(g) ⇌ 4PCl3(l)

A. Kelarutan (Solubility)

Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut.
Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut) dinyatakan dalam satuan mol.L–1. Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M).
Hubungan kelarutan, volume dan jumlah mol dan massa (gram)adalah 

 
dimana
s = kelarutan (mol/L)
v = volume (L)
n = jumlah mol

 B. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan ion-ion
zat itu yang larut.

Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan kesetimbangan reaksi di atas hanya melibatkan ion-ionnya saja, dan
tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) (James E. Brady, 1990).

C. Hubungan Kelarutan (s) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan(Ksp)

kelarutan zat-zat yang sukar larut dapat ditentukan berdasarkan harga Ksp zat tersebut. Demikian pula harga Ksp dapat ditentukan jika
konsentrasi ion-ion zat terlarut diketahui.

Karena nilai kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan (Ksp) sama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka terdapat hubungan yang sangat
erat di antara keduanya. Untuk senyawa AmBn yang terlarut, maka ia akan mengalami ionisasi dalam sistem kesetimbangan:

AmBn (s) ↔ mAn+ (aq) + nBm– (aq)


Jika harga kelarutan dari senyawa AmBn sebesar s mol L–1, maka di dalam reaksi kesetimbangan tersebut konsentrasi ion-ion
An+ dan Bm– adalah:

AmBn (s)    ↔ mAn+ (aq)    +    nBm– (aq)

s mol L–1            m . s mol L–1        n . s mol L–1

sehingga harga hasil kali kelarutannya adalah:

Ksp AmBn = [An+]m [Bm–]n

= (ms)m . (ns)n

= mm.sm.nn.sn

= mm.nn.sm+n

sm+n =   

s        =  

Hubungan kelarutan dengan hasil kali kelarutan dapat pula dinyatakan dengan persamaan berikut:

Ksp = (n – 1)n–1 .  sn

dengan:

n = jumlah ion dari elektrolit


s = kelarutan elektrolit (mol.L–1)

Untuk elektrolit biner (n = 2): Ksp = s2    atau     s = √Ksp

Untuk elektrolit terner (n = 3): Ksp = 4s3 atau     s = 3√Ksp/4

Oleh karena s dan Ksp sama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka antara s dan Ksp ada hubungan yang sangat erat. Jadi,
nilai Ksp ada keterkaitannya dengan nilai s.

Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk larutan elektrolit AxBy dapat dinyatakan
sebagai berikut.

D. Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan

Dalam larutan jenuh Ag2CrO4 terdapat kesetimbangan antara Ag2CrO4 padat dengan ion Ag+ dan ion CrO42–.

Apa yang terjadi jika ke dalam larutan jenuh tersebut ditambahkan larutan AgNO3 atau larutan K2CrO4? Penambahan larutan
AgNO3 atau K2CrO4 akan memperbesar konsentrasi ion Ag+ atau ion CrO42– dalam larutan.
Sesuai asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion Ag+ atau ion CrO42– akan menggeser
kesetimbangan ke kiri. Akibatnya jumlah Ag2CrO4 yang larut menjadi berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion senama
memperkecil kelarutan (Keenan, 1992).

E. Hubungan Ksp dengan pH

Harga pH sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu basa yang sukar larut. Sebaliknya, harga Ksp suatu basa dapat digunakan
untuk menentukan pH larutan (James E. Brady, 1990).

F. Penggunaan Konsep Ksp dalam Pemisahan Zat

Harga Ksp suatu elektrolit dapat dipergunakan untuk memisahkan dua atau lebih larutan yang bercampur dengan cara pengendapan.
Proses pemisahan ini dengan menambahkan suatu larutan elektrolit lain yang dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan
yang akan dipisahkan. Karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang berbeda-beda, maka secara otomatis ada larutan yang
mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap kemudian, sehingga masing-masing larutan dapat dipisahkan dalam bentuk
endapannya.

Misalnya pada larutan jenuh MA berlaku persamaan:

Ksp = [M+] [A–]

Jika larutan itu belum jenuh (MA yang terlarut masih sedikit), sudah tentu harga [M+][A–] lebih kecil daripada harga Ksp. Sebaliknya
jika [M+][A–] lebih besar daripada Ksp, hal ini berarti larutan itu lewat jenuh, sehingga MA akan mengendap.

Jika [M+] [A–] < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan)

Jika [M+] [A–] = Ksp, maka larutan tepat jenuh (tidak terjadi endapan)

Jika [M+] [A–] > Ksp, maka larutan lewat jenuh (terjadi endapan)

Untuk mengetahui apakah reaksi telah mencapai kesetimbangan dan memprediksikan arah reaksi, ditentukan nilai dari
kuosien reaksi, Qc, dengan mensubstitusikan nilai konsentrasi masing-masing substansi (produk dan reaktan) pada keadaan setimbang
pada konstanta kesetimbangan kimia, Kc, dengan nilai konsentrasi awal masing-masing substansi pada keadaan reaksi tersebut. Qc =
Kc , reaksi telah mencapai kesetimbangan.

1. Jika Qc = Kc, reaktan ⇌ produk Qc < Kc , reaksi akan berlangsung dari arah kiri ke kanan (pembentukan produk) hingga
mencapai kesetimbangan kimia (Qc = Kc).
2. Jika Qc < Kc, reaktan → produk Qc > Kc , reaksi akan berlangsung dari arah kanan ke kiri (pembentukan reaktan) hingga
mencapai kesetimbangan kimia (Qc = Kc).
3. Jika Qc > Kc, reaktan ← produk

Asas Le Châtelier menyatakan bahwa bila pada sistem kimia yang berada dalam kesetimbangan diberi gangguan, maka
sistem akan menggeser posisi kesetimbangan ke arah reaksi yang dapat menghilangkan efek dari gangguan tersebut. Faktor-faktor
(gangguan) yang dapat mempengaruhi kesetimbangan kimia antara lain:

Anda mungkin juga menyukai