Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MINI RISET

“TAK ADA HITAM DI ATAS PUTIH”


STRATEGI KOPING MAHASISWA UIN SUSKA PASCA MEMUTUSKAN
HUBUNGAN BERPACARAN

OLEH:
PUTRIANA 

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2012

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................  1
BAB I       :      PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG.............................................................. 2
B.     PERUMUSAN MASALAH..................................................... 2
C.      MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN............................... 3
D.     MANFAAT PENELITIAN...................................................... 3
BAB II    : LANDASAN TEORITIS
A.     STRATEGI KOPING.............................................................. 4
B.     HUBUNGAN ANTARPRIBADI........................................      6
C.      GANGGUAN DALAM HUBUNGAN ANTARPRIBADI........ 7
BAB III    :      METODE PENELITIAN
A.     DESAIN PENELITIAN.......................................................... 8
B.     SUBJEK PENELITIAN........................................................... 8
C.      METODE PENGUMPULAN DATA....................................... 8
D.     METODE ANALISIS DATA .................................................. 8
BAB IV    :      PELAKSANAAN PENELITIAN, HASI PENELITIAN,
                 DAN PEMBAHASAN
A.     PELAKSANAAN PENELITIAN............................................. 9
B.     HASIL PENELITIAN........................................................ .... 9
C.      PEMBAHASAN................................................................. .... 12
BAB V      :      PENUTUP
A.     KESIMPULAN.................................................................. .... 14
B.     SARAN-SARAN................................................................. .... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 14
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
 Pacaran sangat akrab dengan kehidupan remaja. Pacaran menurut remaja adalah suatu
ikatan perasaan cinta dan kasih antara dua individu yakni laki-laki dan perempuan untuk
menjalin suatu hubungan yang lebih dekat, pada esensinya untuk saling mengenal lebih jauh,
untuk membina hubungan saling pengertian dan perhatian atau untuk mencari pasangan hidup
yang dianggap cocok. Hubungan sebagai sesuatu yang terjadi bila dua orang saling
mempengaruhi satu sama lain, bila yang satu bergantung pada yang lain (Kelly, 1983 dalam
Freedman dkk 1985).
Remaja yang memasuki perguruan tinggi atau perkuliahan mendapatkan banyak materi
kognitif dan pengalaman yang lebih mendewasakan pola berfikir. Mereka dapat merencanakan
masa depan yang lebih realistis. Masa remaja yang transisi mulai terlewatkan. Kondisi emosional
dan kognitif yang matang membuat remaja dapat menganalisa hakikat dan mengevaluasi apa
yang dilakukannya.
Evaluasi tidak terkecuali pada hubungan keterikatan emosional dengan lawan jenis atau
‘pacar’, dimana pacar merupakan pribadi yang memberi kasih sayang, perhatian, dan selalu
menemani dalam kondisi diperlukan. Banyak peran pacar yang dirasakan sehingga menimbulkan
rasa keterikatan sesama pihak.
Hubungan berpacaran mendapatkan stigma negatif dalam lingkungan pendidikan
maupun masyarakat karena hubungan ini banyak menimbulkan dekadensi moral bagi remaja.
Seks pra-nikah banyak terjadi pada hubungan ini. Oleh karena itu, meskipun telah memiliki
keterikatan emosional, remaja yang telah menyadari dan memahami dampak negatif tersebut
akan memutuskan hubungan berpacaran dengan suatu tekad yang kuat.
B.     PERUMUSAN MASALAH
Penelitian ini menggunakan pertanyaan penelitian:
1.      Apa sebabnya memutuskan pacar?
2.      Bagaimana kondisi psikologis setelah memutuskan pacar?
3.      Bagaimana bentuk strategi koping untuk mengatasi masalah psikologis setelah memutuskan
pacar?

C.    MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Psikologi
Kualitatif, serta melatih penulis untuk mengadakan riset mini. Riset mini diharapkan dapat
memberi gambaran mengenai penelitian kualitatif.
D.    MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai penelitian
kualitatif itu sendiri. Selain itu untuk mengetahui bentuk-bentuk strategi koping bagi mahasiswi
khususnya setelah mengambil keputusan untuk memutuskan pacar. Keputusan yang dilandasi
oleh motif tertentu bagi memperlancar kuliah dan mencapai impian.

BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.    Strategi Koping
1.      Pengertian Strategi Koping
Strategi koping adalah upaya, baik secara mental maupun perilaku, untuk menguasai,
mentoleransi, mengurangi atau meminimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh
tekanan. Dengan kata lain, strategi koping merupakan suatu proses dimana individu berusaha
untuk menangani dan menguasai situasi stress yang menekan akibat dari masalah yang sedang
dihadapi dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku untuk memperoleh rasa
aman dalam dirinya (Mu’tadin, 2002).
Penilaian strategi koping dapat berubah sesuai kondisi dan tingkat masalah yang
dihadapi. Menurut lazarus, strategi koping didefinisikan sebagai upaya mengatasi sters, yang
memerlukan proses kognitif dan afektif untuk menyesuaikan diri terhadap sters dan bukan
memberantas stress (Davidson, Neale, &Kring, 2006: 275).
Menurut Feldman dalam bukunya Understanding Psychology, koping adalah usaha yang
dilakukan untuk mengendalikan, mengurangi atau belajar untuk mentoleransi ancaman yang
dapat menimbulkan sters (Feldman, 1999: 513). Baron dan Byrne (Baron, 2005: 237)
mengatakan coping adalah respon-respon terhadap stress dalam cara yang akan mengurangi
ancaman dan efeknya, termasuk apa yang dilakukan, dirasakan, atau dipikirkan seseorang dalam
rangka menguasai, menghadapi, ataupun mengurangi efek-efek negative dari situasi-situasi
penuh tekanan. Kamus Istilah Konseling dan Terapi mendefenisikan koping sebagai berbagai
ragam respon spontan yang meredakan rasa tegang individu selama waktu-waktu stress
(Mappiare, 2006: 66).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa strategi koping adalah usaha-usaha mental dan perilaku
yang dilakukan oleh individu untuk mengendalikan, mengatasi, mengurangi atau mentoleransi
berbagai keadaan dan situasi yang dapat menimbulkan tekanan terhadap individu.

2.      Jenis-Jenis Strategi Koping


Menurut Lazarus (1991), dalam menghadapi stress terdapat dua jenis strategi koping
yang biasanya digunakan oleh individu yaitu problem-focused coping dan emotion-focused
coping (dalam Arianti, 2002: 19) :
a.       Problem-focused coping
Problem-focused coping adalah usaha individu untuk mengurangi atau menghilangkan stress
dengan cara  menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya stress secara langsung
(Lazarus and Folkman, 1980 dalam Diponegoro, 2001: 52). Problem-focused coping mencakup
bertindak secara langsung untuk menatasi atau mencari informasi yang relevan dengan solusi.
Dalam strategi koping Problem-focused coping  individu secara aktif mencari penyelesaian dari
masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menibulkan stress (Mu’tadin, 2002).
Menurut Parker dan Endler (1996) ada lima dimensi dalam Problem-focused coping (dalam
Arianti, 2002: 20-22), yaitu:
1        Perilaku aktif mengatasi stress (active coping) adalah proses pengambilan langkah aktif untuk
mencoba memindahkan atau menghilangkan sumber stress untuk mengurangi akibatnya.
2        Perencanaan (planning) melibatkan pemikiran ke masa depan dengan strategi tindakan tentang
langkah yang akan diambil untuk mengatasi masalah.
3        Penekanan kegiatan lain (suppression of competing activities) adalah pembatasan ruang gerak
atau aktivitas diri yang tidak berhubungan dengan masalah agar dapat berkonsentrasi penuh pada
masalah yang sedang dialami.
4        Pengendalian perilaku mengatasi stress (restrain coping) adalah latihan mengendalikan dengan
menunggu kesempatan yang tepat untuk bertindak, menahan respon individu atau tidak bertindak
terlalu cepat.
5        Mencari dukungan social berupa bantuan (seeking support for instrumentall reasons) dengan
alasan mendapatkan cara mengatasi masalah.
b.      Emotion-focused coping
Emotion-focused coping  adalah usaha individu untuk mengurangi atau menghilangkan stress
yang dirasakannya tidak dengan menghadapi secara langsung tetapi lebih pada usaha untuk
mmpertahanan keseimbangan afeksinya (Lazarus and Folkman, 1980 dalam Diponegoro, 2001:
52). Emotion-focused coping  merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi
emosional negative terhadap stress. Dalam Emotion-focused coping, individu melibatkan usaha-
usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampakk yang akan
ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan (Mu’tadin, 2002).
Menurut Parker dan Endler (1996) ada lima dimensi dalam Emotion-focused coping (dalam
Arianti, 2002: 23-24), yaitu:
1.      Mencari dukungan social untuk alasan emosional (seeking support for emotional
reasons) adalah mendapat dukungan moral, simpati dan pemahaman.
2.      Interpretasi kembali secara positif dan pendewasaan diri (positive interpersonal and
growth) bertujuan untuk lebih mengendalikan emosi-emosi yang tidak menyenangkan daripada
menghadapi sumber stress secara langsung.
3.      Penolakan (denial)diartikan sebagai ketidakmauan untuk mempercayai ada sumber stress atau
mencoba untuk bertindak seolah-olah sumber stress tidak nyata.
4.      Penerimaan (acceptance)  adalah sesuatu yang harus diterima namun belum tentu pada keadaan
dimana sumber stress tersebut mudah diubah.
5.      Berpaling pada agama (turning to religion) yaitu agama merupakan sumber dukungan emosi.
Menurut Lazarus and Folkman (1984, dalam Mu’tadin, 2002), individu menggunakan
kedua strategi koping ini untuk mengatasi berbagai masalah yang  menekan dalam berbagai
ruang lingkup kehidupan sehari-hari. Proporsi penggunaan kedua strategi ini relative bervariasi
tergantung pada bagaimana penilaian individu terhadap situasi yang sedang dihadapinya.
Pada umumnya jika individu merasa yakin dengan sumber daya yang dimilikinya dan
menilai situasi yang dihadapinya dapat dikendalikan dan diatasinya, maka ia akan cenderung
menggunakan problem-focused coping, tetapi jika individu merasa tidak dapat mengubah situasi
yang menekan dan hanya dapat menerima situasi tersebut karena sumber daya yang dimilikinya
tidak cukup untuk menghadapi situasi tersebut maka ia cenderung akan menggunakan
bentuk emotion-focused coping.  Selain itu, Lazarus dan Folkman (1984) juga menambahkan
bahwa individu paa umumnya menggunakan  problem-focused copingjika menghadapi masalah
yang berkaitan dengan pekerjaan dan menggunakan emotion-focused coping jika menghadapi
masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Arianti, 2002: 25).

3.      Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Koping


Factor yang mempengaruhi strategi koping yag dipilih oleh individu (Mu’tadin, 2002),
antara lain adalah:
a.       Kesehatan fisik. Kesehatan merupakan hal yang penting karena selama dalam usaha mengatasi
stress individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.
b.      Keyakinan atau pandangan (locus of control). Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang
sangat penting. Misalnya keyakinan akan nasib (locus of control external) yang mengarahkan
individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan
strategi koping dengan tipe problem-focused coping.
c.       Keterampilan memecahkan masalah (problem solving). Keterampilan ini meliputi kemampuan
untuk mencari informasi, enganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk
menghasilkan alternative tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut dengan hasil
yang ingin dicapai, dan akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang
tepat.
d.      Keterampilan sosial. Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan
bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai social yang berlaku di
masyarakat.
e.       Dukungan sosial. Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan
emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang  tua, anggota keluarga lain, saudara,
teman dan lingkungan masyarakat sekitar.
f.       Materi. Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang
biasanya dapat dibeli.
B.     Hubungan Antarpribadi Remaja
Bila dua manusia menjalin suatu hubungan (relationship), kehidupan mereka akan
saling terjalin satu dengan yang lain. Apa yang dilakukan oleh yang satu akan mempengaruhi
yang lainnya. Orang lain dapat membuat kita sedih atau gembira, menceritakan kabar burung
yang terbaru atau mengkritik pendapat kita, membantu kita melakukan sesuatu, memberikan
nasihat atau saran kepada kita, memberi kita hadiah atau malah membuat kita kehabisan uang.
Pada contoh-contoh di atas, tergambar adanya beberapa faktor yang berperan dalam suatu
hubungan, yaitu keyakinan, perasaan, dan perilaku. Berdasarkan hal itu kita dapat
mendefenisikan hubungan sebagai sesuatu yang terjadi bila dua orang saling mempengaruhi satu
sama lain, bila yang satu bergantung pada yang lain (Kelly, 1983 dalam Freedman dkk 1985).
Remaja yang berlainan jenis kelamin, hubungan teman dekat dapat (walaupun tidak
selalu) berkembang menjadi hubungan romantis. Pasangan dalam hubungan romantis adalah
orang yang dirasakan paling dekat (Bersceid dkk, 1989). Jika hubungan sudah beitu dekatnya,
orang dapat saling memasukkan ke dalam dirinya masing-masing (Inclusion of other in the
self/IOS)(Aron, Aron & Smollan, 1982). Dalam keadaan ini kedua orang rasanya tak dapat
dipisahkan lagi dan lahirlah puisi-puisi atau tembang-tembang yang indah mengenai hubungan
mereka. (“kalau aku jadi kumbang, abang jadi kumbangnya”). Pada umumnya hubungan
romantis ini disebut hubungan cinta oleh remaja.
Ciri hubungan romantis adalah cinta yang membara (passionate love). Cinta seperti ini
ditandai oleh kecenderungan untuk terus menerus tidak dapat melupakan pasangannya, baik
dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan. Pacar itu (sasaran cinta) juga dinilai selalu positif,
selalu sempurna. Kekurangan sedikit-sedikit (seperti gigi gingsul, mata sipit sebelah atau malas
mandi, atau agak cerewet) justru dipandang sebagai penambah kesempurnaan sang pacar.
Padahal, kalau sudah tidak cinta lagi akan menjadi sumber kritik. Cinta yang membara juga
ditandai dengan hasrat seksual, mudah terangsang secara fisik, selalu ingin bersama, tidak mau
memikirkan kalau harus berpisah dan selalu ingin berbalas cinta (Hatfield, 1988).   
C.    GANGGUAN PADA HUBUNGAN ANTARPRIBADI REMAJA
Hubungan cinta romantis sering tidak bertahan lama karena adanya gangguan.
Gangguan dapat berupa rasa tidak puas pada salah seorang atau kedua pihak dari pasangan
hubungan romantis. Gangguan dalam membina hubungan sosial berupa:
1.      Kerugian
Kerugian merupakan konsekuensi negatif dari suatu hubungan. Hubungan bisa
mendatangkan kerugian, misalnya karena memakan waktu dan tenaga terlampau banyak, karena
banyak menimbulkan pertentangan, karena orang lain tidak menyetujui hubungan itu, dan
sebagainya. Hubungan juga dianggap merugikan bila menutup peluang untuk mengikuti kegiatan
yang bermanfaat misalnya akhir pekan dihabiskan untuk jalan bareng bersama pacar, yang
berarti pada saat yang sama individu bersangkutan tidak mungkin belajar atau mengunjungi
sanak saudara (freedman dkk, 1985).
2.      Mengevaluasi hasil
Orang menggunakan beberapa tolok ukur untuk menilai hasil suatu hubungan. Tolok
ukur yang paling sederhana adalah dengan melihat apakah hubungan itu menguntungkan atau
merugikan. Biasanya individu cenderung mencari hasil akhirnya saja, apakah resultan dari
hubungan itu menguntungkan (ganjaran melebihi kerugian) atau merugikan (kerugian melebihi
ganjaran).
3.      Konflik
Konflik yang terjadi pada hubungan remaja / mahasiswa adalah konflik di sekitar norma
dan peran. Misalnya, salah satu pihak tidak mengerti akan cita-cita dan kehendak pasangannya.

BAB III
METODE PENELITIAN
A.    DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan strategi koping remaja putri / mahasiswi
yang memutuskan hubungan dengan lawan jenis dengan alasan tidak ingin berpacaran lagi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang merupakan desain penelitian yang bersifat
alamiah, dalam arti peneliti tidak berusaha memanipulasi seting penelitian, melainkan melakukan
studi terhadap suatu fenomena.
Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif adalah berdasarkan pendapat Alsa
(2003) yaitu penelitian kualitatif umumnya dipakai apabila peneliti tertarik untuk mengeksplorasi
dan memahami satu fenomena sentral, seperti proses atau peristiwa.
Data yang muncul dalam penelitian kualitatif ini berbentuk kata-kata, dan bukan
rangkaian angka. Cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah dengan
melakukan wawancara langsung dan tak langsung.
B.     SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah 2 orang remaja / mahasiswi UIN SUSKA yang tidak lagi
memiliki hubungan dengan lawan jenis / berpacaran.
C.    METODE PENGUMPULAN DATA
1.      Wawancara langsung
2.      Wancara tak langsung
D.    METODE ANALISA DATA
Tehnik analisis data kualitatif dilakukan sesuai dengan pendekatan studi kasus, sehingga
analisis data yang digunakan dengan cara menelaah jawaban-jawaban yang dikumpulkan yang
dapat didapat dari subjek penelitian. Jawaban-jawaban tersebut diorganisir dengan cara
mengidentifikasikan dan mengkategorisasikan sesuai dengan tujuan-tujuan penelitian. Hal ini
sesuai dengan langkah pokok penelitian studi kasus yang diungkapkan oleh Sudjarwo (2001).
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
A.    PERSIAPAN PENELITIAN
Langkah awal dari penelitian ini adalah mengumpulkan dan mempelajari sejumlah
literature baik dari buku, jurnal maupun artikel yang berkaitan dengan topik strategi koping
remaja yang memutuskan hubungan berpacaran. Sebelum peneliti melakukan penelitian maka
terlebih dahulu mempersiapkan instrumen yang digunakan yaitu, alat perekam, pedoman
wawancara, dan instrumen lainnya untk menunjang kelancaran jalannya penelitian. Kemudian
peneliti mencari subjek yang memenuhi kriteria.
B.     PELAKSANAAN PENELITIAN
Peneliti menjalin komunikasi yang baik guna memperlancar proses penelitian.
Kemudian peneliti memilih tempat yang sesuai untuk  melakasanakan wawancara agar partisipan
tidak bias dan bebas bercerita. Penelitian berlangsung mulai dari tanggal 3 januari sampai 15
januari 2012.
Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat janji untuk mengadakan wawancara
dengan subjek dan mengambil data pribadi yang diperlukan.
C.    HASIL PENELITIAN
Hasil pengumpulan data yang menggunakan metode wawancara, peneliti melakukan
pemilahan kategorisasi dari setiap responden. Masalah-masalah psikologis remaja/ mahasiswa
yang memutuskan hubungan berpacaran berkaitan dengan rasa bersalah dan kesepian.
Selanjutnya diperoleh data sebagai berikut:
3.      Masalah-masalah psikologis pasca memutuskan pacar
Responden: MD
  Aktivitas apa yang menyenangkan saudari ?
Mengamati dan berinteraksi dengan hal-hal yang bersifat ilmiah
  Apa yang ingin saudari capai dalam hidup ?
Kesuksesan. (menjadi wanita mandiri dalam aspek ekonomi dan memperoleh pasangan hidup
yang baik, menjalin hubungan baik dengan lingkungan sosial)
  Bagaimana pendapat saudari apabila ada pertanyaan mengapa tidak berpacaran ?
Karena berpacaran lebih banyak membawa dampak negatif dalam kehidupan saya dan pacaran
bukan jaminan memperoleh pasangan hidup yang tepat.
  Menurut saudari, berhakkah anda memutuskan pacar tanpa ada perselisihan? Patutkah hal itu
terjadi?
Tidak, saya berhak memutuskan pacar, perselisihan pasti ada meskipun sedikit.
  Bagaimana pandangan saudari tentang pacaran ?
Pacaran merupakan hal yang pada umumnya dipandang sebagai masa pengenalan / pencarian
pasangan hidup tapi sekaligus menjadi hal yang lebih banyak dampak negatifnya dan dilarang
agama.
  Apa saja masalah yang dihadapi pasca memutuskan pacar ?
Kesepian, munculnya rasa bersalah yang tidak hanya berasal dari diri sendiri namun juga teman-
teman mantan saya yang tidak mendukung keputusan saya dengan cara memberikan komentar-
komentar yang dapat memojokkan saya.
  Apakah saudari tetap dihargai pacar setelah memutuskannya ?
Tetap dihargai namun butuh waktu.
  Siapakah yang memotivasi atau hal apa yang mendasari tindakan saudari memutuskan pacar ?
Keluarga, pengetahuan agama dan keputusan / pertimbangan yang matang dan objektif.
  Apakah saudari memiliki hambatan setelah memutuskan pacar ?
Iya
  Menurut saudari, apakah hubungan berpacaran harus dilanggengkan layaknya pernikahan?
Tidak. Karena berpacaran hanya merupakan tahap pengenalan terhadap pribadi masing-masing
meskipun hanya 50% atau kurang 50%. Tidak ada ikatan yang sah baik dari segi hukum atau
agama yang ada hanya ikatan hati!!
  Apa yang saudari rasakan setelah memutuskan pacar ?
Kesepian dan hidup lebih tidak terikat
4.      Strategi koping yang digunakan untuk mengatasi rasa bersalah dan kesepian
  Menurut saudari, kualitas diri atau potensi apa yang harus dikembangkan seorang perempuan
lajang ?
Sesuai dengan potensi masing-masing. Tapi tidak lebih banyak bergantung pada laki-laki
khususnya (harus mandiri).
  Bagaimana saudari menanggapi keputusan sendiri ?
Harus siap dengan semua resiko dari keputusan saya
  Bagaimana saudari menghadapi hambatan dalam keseharian berkaitan dengan ketidakhadiran
pacar ?
Menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif. Ex: belajar, organisasi,dll.
  Apa yang akan saudari lakukan menghadapi stigma pacar yang mungki berprasangka negatif ?
Memberikan beberapa alasan yang objektif berkaitan dengan keputusan saya dan seiring
berjalannya waktu dia akan memahami / menghargai keputusan saya.
  Bagaimana menghadapi rasa kesepian setelah tidak berpacaran lagi?
Sama seperti jawaban point ke 3
  Bagaimana saudari menghadapi sikap mantan pacar ?
Berusaha memahami sikapnya yang tidak bertentangan dengan keputusan saya. Tapi jika
bertentangan saya akan mengabaikan.
  Bagaimana anda membangun komunitas (kelompok sosial)/dukungan sosial dalam kondisi pasca
memutuskan pacar?
Lebih banyak bersosialisasi dengan semua kelompok tidak terkecuali komunitas mantan
  Bagaimana saudari mempersiapkan diri untuk masa depan?
Merencanakan target dan langkah-langkahnya dan hidup harus optimis, harus yakin bahwa
keputusan adalah langkah untuk mencapai tujuan.
  Bagaimana saudari menghilangkan rasa kesepian ?
Fokus dengan target. Banyak menyibukkan diri dan menghindarkan diri dari semua hal yang
berhubungan dengan masa lalu
Responden: PE
1.      Masalah-masalah psikologis pasca memutuskan pacar
  Aktivitas apa yang menyenangkan saudari ?
Kuliah, berorganisasi, jalan-jalan, nobrol.
  Apa yang ingin saudari capai dalam hidup ?
Kebahagiaan di dunia dan akhirat
  Bagaimana pendapat saudari apabila ada pertanyaan mengapa tidak berpacaran ?
Ya dijelaskan bahwa agama Islam tidak ada menganjurkan berpacaran melainkan menjauhi zina.
  Menurut saudari, berhakkah anda memutuskan pacar tanpa ada perselisihan? Patutkah hal itu
terjadi?
Ya, patut karena punya alasan tersendirilah
  Bagaimana pandangan saudari tentang pacaran ?
Tak baik.
  Apa saja masalah yang dihadapi pasca memutuskan pacar ?
Biasa saja, hidup lebih nyantai dan bebas
  Apakah saudari tetap dihargai pacar setelah memutuskannya ?
Iya, pastinya karena kita harus pandai menyikapinya.
  Apakah saudari memiliki hambatan setelah memutuskan pacar ?
Tidak
  Menurut saudari, apakah hubungan berpacaran harus dilanggengkan layaknya pernikahan?
Tidak, hanya perlu komitmen dan saling menjaga dan menjalankan batasan-batasan dengan hati
pacar
2.      Strategi koping yang digunakan untuk mengatasi rasa bersalah dan kesepian
  Menurut saudari, kualitas diri atau potensi apa yang harus dikembangkan seorang perempuan
lajang ?
Kemampuan dalam persiapan memasuki mahligai rumah tangga
  Bagaimana saudari menanggapi keputusan sendiri ?
Yakin. Karena sudah punya prinsip
  Bagaimana saudari menghadapi hambatan dalam keseharian berkaitan dengan ketidakhadiran
pacar ?
Hanya tidak ada yang care sepenuhnya seperti pacar.
  Apa yang akan saudari lakukan menghadapi stigma pacar yang mungki berprasangka negatif ?
Kembalikan saja, terserah kepada pacar itu mau menanggapi apa.
  Bagaimana menghadapi rasa kesepian setelah tidak berpacaran lagi?
Melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk mengisi waktu, ikut organisasi, jalan bersama teman-
teman.
  Bagaimana saudari menghadapi sikap mantan pacar ?
Bersikap seperti biasa saja karena semua telah berakhir.
  Bagaimana anda membangun komunitas (kelompok sosial)/dukungan sosial dalam kondisi pasca
memutuskan pacar?
Saya memilih lingkungan yang baik dan kondusif untuk mendukung prinsip saya.
  Bagaimana saudari mempersiapkan diri untuk masa depan?
Melakukan yang terbaik di masa sekarang ini. Berbuat baik, menjauhi hal-hal buruk, main yoga,
untuk tubuh yang baik, belajar masak, dll.
  Bagaimana saudari menghilangkan rasa kesepian ?
Berjalan-jalan dengan teman-teman, cerita-cerita, dll.

Hasil penelitian dari strategi koping diperoleh data bahwa terdapat beberapa strategi
koping yang dimiliki oleh remaja / mahasiswi yang memutuskan hubungan berpacaran. Yaitu
strategi menghadapi masalah yang berorientasi pada masalah dan emosi.
D.    PEMBAHASAN
Hubungan antarpribadi remaja khususnya yang berlawanan jenis melibatkan emosi
keterikatan seperti suami istri. Hubungan ini memiliki passionate love (cinta romantis) pada awal
hubungan namun akan cepat berakhir jika satu pihak atau keduanya mengalami konflik. Konflik
terjadi karena adanya kejenuhan dari hubungan yang monoton, ketidakjelasan arah hubungan,
dan adanya motivasi untuk mencapai cita-cita. Hubungan passionate love (hubungan tanpa
status) ini diyakini menghambat pencapaian cita-cita.
Evaluasi mengenai kerugian waktu dan materi memperkuat keputusan untuk mengakhiri
hubungan passionate love ini. Walaupun keterikatan emosional berat untuk dilepaskan, adanya
prinsip dapat mengatasi rasa bersalah tersebut. Prinsip yang dimaksud adalah tidak lagi
menganggap pacaran itu sebuah kebutuhan emosi akan tetapi pacaran merupakan hal yang tak
baik. Pacaran memiliki dampak negatif lebih daripada dampak positif.
Remaja yang telah memasuki dunia perkuliahan lebih mengedepankan pemikiran logis
ketimbang emosional semata. Remaja yang kuliah atau mahasiswa lebih banyak berinteraksi
dengan berbagai individu dan latabelakang budaya. Interaksi ini memberikan pengalaman yang
membuka wawasan atau referensi untuk berani melakukan atau membuat keputusan. Keputusan
untuk memutuskan pacar dimaksudkan untuk membebaskan diri dari ‘kekangan’ pacar yang
dinilai tak lagi penting.
Memutuskan pacar menimbulkan masalah emosional yang membutuhkan waktu dan
proses untuk menstabilkan kembali. Diantara masalah emosional adalah rasa bersalah, kesepian,
rasa kehilangan, ketiadaan perhatian dan adanya sikap pacar yang negatif. Sikap pacar ditanggapi
dengan menjelaskan kronologi pengambilan keputusan atau diam jika sikap pacar itu dinilai tak
wajar.
Masalah-masalah emosional seperti rasa kesepian, rasa bersalah, dan ketiadaan
perhatian diatasi dalam bentuk menyibukkan diri di organisasi, fokus pada kuliah, meningkatkan
religiusitas, berkumpul dengan teman-teman, dan memilih lingkungan kondusif.
Proses menstabilkan membutuhkan usaha dan waktu yang lama. Kenangan tentang
pacaran dapat mengusik konsentrasi dalam belajar. Rasa kesepian dan ketiadaan perhatian
membuat subjek merindukan mantan pacarnya. Strategi koping yang digunakan adalah dengan
memikirkan kembali keputusan yang telah dibuat, mengevaluasi hasil berpacaran banyak
merugikan waktu dan materi, serta menyadari bahwa pacaran itu dilarang oleh agama dan tak
ada izin dari orang tua.
BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Memutuskan hubungan berpacaran dilandasi dengan pemikiran logis bahwa berpacaran
akan menghambat pencapaian cita-cita dan memiliki dampak negatif lebih daripada dampak
positif. Masalah-masalah psikologis yang timbul setelah remaja memutuskan pacar adalah rasa
bersalah, rasa kesepian, muncul kenangan tentang pacar, rasa rindu, ketiadaan perhatian dan
adanya sikap pacar yang negatif. Hal tersebut dapat diatasi dengan strategi koping dalam bentuk
menyibukkan diri di organisasi, fokus kuliah, memilih lingkungan baru dan meningkatkan
religiusitas.

B.     SARAN-SARAN
Penelitian ini kekurangan subjek yang memenuhi kriteria. Peneliti disarankan untuk
mencari responden di luar wilayah penelitian ini di ambil agar lebih memperkaya informasi dan
pemahaman dari banyaknya pengalaman orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Freedman Dkk. 2006. Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Wade, Carol & Wave, Carol. 2007. Psikologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Nesfvi, Indria. 2008. Hubungan Antara Locus Of Control Dengan Strategi Koping Wanita
Menopause Di Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai