Resume Pernikahan - Gerbang Menuju Kebahagiaan Dunia Akhirat
Resume Pernikahan - Gerbang Menuju Kebahagiaan Dunia Akhirat
Dear, Momma...
Sesuatu yang wajib disyukuri bagi Momma bahwa Islam merupakan agama yang telah
menetapkan hukum-hukum bagi manusia secara utuh dan komprehensif. Islam me-
miliki ketentuan dalam urusan pernikahan yang berbeda dengan cara pandang yang jauh
dari dasar keimanan kepada Allah SWT. Setidaknya, ada beberapa hal dari Teh Yul yang
perlu dipahami dalam bekal menjalankan pernikahan, yaitu pernikahan merupakan
perjanjian yang kokoh, pernikahan merupakan bentuk ibadah, dan terdapat cara hidup
suami-istri yang khas dalam Islam.
ُ ُﺾ إ لَ ﺑَﻌْ ُﻀ ﻜ ُ ْﻢ أ َ ْﻓ َﺾ َو َﻗ ْﺪ َﺗ ﺄْ ﺧ
ﺬ وﻧَ ُﻪ َو ﻛَ ْﻴ َﻒ َ ْ َ َ ﻴﺜ ًﻘ ﺎ ﻣِ ﻨ ﻜ ُﻤ َﻮ أ
َ ٰ ﺎﻣ ً َﻏ ﻠ
ِ ٍ ْﺧ ﺬ ﻧ َﺒ ﻌ ِﻴﻈ ﱢ
“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul
(bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah
CONTACT mengambil dari kamu perjanjian yang kuat" (An-Nisa: 21)
Perjanjian kokoh yang ada dalam pernikahan tidak hanya terucap secara lisan ketika
prosesi akad yang mengharukan, namun juga berimplikasi pada kehidupan sehari-hari.
Hal itu tentang bagaimana kita menyandarkan diri pada Allah sebagai Tuhan Yang Maha
Pengasih dan mencukupi segala hal dalam kehidupan pernikahan. Mungkin banyak di luar
sana seorang laki-laki yang khawatir bagaimana dirinya akan mencukupi kebutuhan
sehari-hari, sepasang suami istri yang khawatir apabila mereka belum dikaruniai anak,
dan sebagainya. Inilah yang menjadi bagian dari ujian seorang muslim dalam bahtera
rumah tangga yang berkaitan dengan pengharapannya kepada Allah SWT. Selain itu,
menjalankan ikatan mitsaqan ghalidza juga berimplikasi pada pentingnya kita memahami
konsep-konsep dalam hukum pernikahan sehingga tidak mempermaikannya berdasarkan
nafsu. Misalnya bagaimana hukum talak, bagaimana kewajiban suami dan istri, sekaligus
hak suami dan istri.
Rasulullah SWT sebagai suri tauladan terbaik bagi seluruh umat manusia
mengajarkan pesan-pesan pernikahan kepada putri yang dicintainya, Fathimah Az-
Zahra ra. ketika menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra. Pertama, Rasulullah berpesan
bahwa pernikahan merupakan kuasa Allah SWT. Sehingga, berbagai kondisi dalam
pernikahan pun juga merupakan bagian dari kehendak-Nya yang harus diterima dan
dijalankan dengan penuh keridhaan. Kedua, pernikahan merupakan sarana untuk
memperoleh keturunan. Dalam Islam, anak merupakan salah satu bentuk keberkahan
yang diberikan oleh Allah dalam sebuah keluarga, salah satunya dengan rezeki yang telah
Allah tetapkan pada masing-masing anak. Selain itu, dalam salah satu Hadist Rasulullah
SAW telah bersabda bahwa beliau membanggakan kaum muslimin dengan banyaknya
anak dibandingkan dengan umat-umat lain. Rasulullah SAW juga bersabda bahwa anak
Cyang
O N sholih
TACT dan sholihah dapat menjadi penerus amal seseorang yang telah meninggal.
Ketiga, pernikahan dapat mempererat tali kekerabatan karena sejatinya pernikahan tidak
hanya menyatukan 2 insan namun juga menyatukan 2 keluarga dengan segala
dinamikanya yang kompleks. Indah sekali, bukan?
Dari pesan-pesan luhur Rasulullah SAW tersebut, bagi muslim dan muslimah yang
telah dikaruniai Allah pernikahan, patut banyak-banyak bersyukur karena memiliki
potensi amal yang begitu banyak. Begitu pula kelelahan yang dirasakan dalam
menjalankan pernikahan, dapat dilihat sebagai jalan untuk menggapai ridha-Nya dalam
kehidupan rumah tangga. Di sisi lain, budaya (Barat maupun Timur) yang tidak didasarkan
pada ajaran Islam memandang pernikahan sebagai sesuatu yang menyulitkan. Budaya-
budaya tersebut memandang pernikahan karena sekedar muatan emosi namun tidak
ingin menghasilkan keturunan karena dianggap merepotkan bagi orang tua. Selain itu,
distorsi mengenai konsep pernikahan juga menyebabkan krisis demografi di berbagai
negara, salah satunya di Jepang. Di Negeri Sakura tersebut, banyak orang tua yang
akhirnya menetap di panti jompo karena anak-anaknya tidak mau merawat orang tua
yang telah membesarkannya.
Terkait dengan visi dan misi pernikahan, Syeikh Taqiyuddin Al-Nabhani 3dasar
dalam membangun hal tersebut, yaitu mafahim (pemahaman), maqayis (standar), dan
qanaah (ketundukan). Apabila ketiga unsur ini terdapat banyak kemiripan pada pasangan
atau calon pasangan, insyaAllah pembentukan visi dan misi menjadi lebih mudah
dijalankan. Kemiripan ini tidak menuntut kesamaan, namun lebih kepada hal-hal yang
dapat disetujui oleh kedua pihak. Yang dimaksud dengan pemahaman meliputi cita-cita
Secara teknis, visi merupakan gambaran besar, tujuan utama, dan cita-cita
pernikahan yang bersifat jangka panjang serta disusun dengan kalimat yang umum. Misi
adalah penjabaran atau langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mewujudkan visi
tersebut, bersifat khusus, dan lebih detail. Apabila kedua hal ini telah tersusun, suami
dan istri perlu menyusun strategi untuk mencapai tujuan tersebut. The Yul
mencontohkan bagaimana membentuk visi, misi, dan strategi pernikahan:
Misi =
Menjadikan keluarga sebagai sarana tarbiyah terbaik
Menjadikan keluarga sebagai keluarga yang mandisi secara sikap dan finansial
Menjadikan keluarga yang sehat secara jasadiyah dan ruhiyah
Strategi =
Membiasakan untuk mencintai bahasa Arab sejak dini
Mempelajari tsaqafah Islam secara berkala
CONTACT
Menanamkan hidup seorang entrepreneur
Berolahraga rutin
Ketiga, Islam memiliki rumusan kehidupan suami dan istri yang khas dan hal ini
wajib diikuti oleh keluarga muslim. Rumusan kehidupan tersebut antara lain adalah
sebagai berikut:
Islam memiliki konsep yang berbeda dengan konsep keluarga menurut Barat
maupun Timur.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada akhirnya budaya yang tidak
disandarkan pada Allah akan melahirkan permasalahan-permasalahan kompleks dan
mengglobal. Sudah sepatutnya keluarga muslim mengikuti cara pandang Islam
terhadap pernikahan yang berdampak pada aplikasi sehari-hari.
Istri bukanlah mitra (syarikah) hidup suami, tetapi merupakan sahabat (shahibah).
Seorang istri memiliki kewajiban terhadap suaminya dan hal ini terdapat di beberapa
riwayat pada keluarga Rasulullah SAW. Misalnya, Nabi Muhammad SAW menetapkan
kepada Fathimah ra untuk mengerjakan pekerjaan di rumah sedangkan Ali bin Abi
Thalib pekerjaan-pekerjaan di luar rumah (Musnad Ibnu Abi Syaibah). Selain itu,
Rasulullah pernah meminta tolong kepada Ummul Mukminin Aisyah ra yang diriwa-
diriwayatkan oleh Abu Daud, Ahmad, dan Ibnu Hibban: “Wahai Aisyah, tolong ambilkan
minum, wahai Aisyah tolong ambilkan kami makanan, wahai Aisyah ambilkan kami pisau dan
asahlah dengan batu!”.
Meskipun demikian, bukan berarti pekerjaan-pekerjaan tersebut merupakan kewajiban
penuh dan tidak ada keterlibatan suami di dalamnya. Istri boleh dibantu oleh orang lain
sesuai dengan kesanggupannya. Selain itu, suami juga dapat membantu pekerjaan-
pekerjaan rumah tangga, sebagaimana Rasulullah SAW juga mengerjakan keperluan-
keperluan beliau di rumah. Pengertian sahabat di sini juga berarti bahwa istri akan
bersedia menemani suami dalam suka maupun duka. Dalam pernikahan, dikenal konsep
sakinah, mawaddah, dan rahmah. Sakinah berarti ketenangan, yang juga meliputi hal-hal
praktis seperti bagaimana istri memahami ketenangan di hati suami ketika melihat
kondisi rumah dalam keadaan bersih; mawaddah artinya penuh cinta, seperti halnya cinta
ibu kepada anak, cinta pasangan suami dan istri merupakan cinta yang tulus sehingga
kekurangan tidak menjadi penghalang cinta dan akan lebih banyak mengeksplorasi
kelebihan yang dimiliki pasangan; dan rahmah yang berarti penuh kasih sayang. Ketiga
hal tersebut bukanlah hal yang dapat diperoleh secara cuma-cuma namun harus
diusahakan dan dirawat setiap hari dengan kerja keras.
CON TACT
Persahabatan yang memberikan kedamaian dan ketenteraman.
Poin ini berkaitan dengan poin 2, yaitu tentang dinamika persahabatan suami dan istri
yang bernuansa positif. Dalam hal ini, istri juga boleh meminta kepada suami
mengenai hal-hal yang membuat istri merasa damai dan tenteram, terutama sesuai
kesanggupan suami. Ulama-ulama terdahulu juga telah mencontohkan bahwa beliau
berhias juga untuk istri, menggunakan pakaian terbaik, wewangian terbaik, untuk istri
tercinta.
Sesi Pertanyaan
Untuk yang belum menikah, pertanyaan apa yang sebaiknya diajukan ke
pihak calon suami untuk menyamakan satu visi misi? Bukan hanya secara
umum, tetapi secara teknis menuju visi tersebut.
Hal utama yang perlu diperhatikan adalah mengenai ikhtiar mengenai kesiapan menikah,
seperti yang telah dijelaskan. Misalnya terkait kesiapan dalam bidang finansial,
“Bagaimana suami memperoleh nafkah? Halal atau haram?” atau dalam hal kesiapan
orang tua/wali/keluarga, “Apakah keluarga suami sudah mengetahui identitas calon
istri?”. Keluarga calon suami penting untuk mengetahui hal ini karena laki-laki sudah
harus menyiapkan keluarganya terlebih dahulu untuk menerima calon istri. Selain itu,
pertanyaan yang diajukan juga dapat seputar karakteristik lingkungan keluarga karena
bisa saja lingkungan keluarga calon suami sangat berbeda dengan lingkungan calon istri
dan berpotensi menimbulkan konflik karena perbedaan tersebut merupakan hal yang
tidak dapat ditoleransi. Lingkungan merupakan salah satu faktor pembentuk pribadi
C individu,
O N T A sehingga
CT lingkungan sebenarnya juga membantu calon istri untuk mengetahui
karakteristik calon suami. Pertanyaan lain yang dapat ditanyakan misalnya mengenai
kesehatan fisik atau adanya penyakit bawaan karena pernikahan merupakan sarana
memperoleh keturunan dan hal ini juga berimplikasi pada cara mendidik anak. Selain itu,
kesepakatan dalam menjalankan peran-peran keluarga maupun pekerjaan di luar rumah
juga perlu dibicarakan. Hal-hal lain yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing juga
perlu disampaikan, tentunya dengan komunikasi yang sopan dan asertif.
@mommischology
mommischology.wordpress.com