1 - Komunikasi Kesehatan
1 - Komunikasi Kesehatan
KOMUNIKASI KESEHATAN
KOMUNIKASI
Indriana Hikmatul
Trienty Batari Gunadi G. P.
Tentir
KOMUNIKASI ADALAH:
1. Pernyataan diri yang efektif;
2. Pertukaran pesan yang tertulis, dalam percakapan, bahkan melalui
imajinasi;
3. Pertukaran informasi melalui kata-kata melalui percakapan atau
metode lain;
4. Pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain;
5. Pertukaran makna antar pribadi dengan sistem simbol;
6. Proses pengalihan informasi melalui saluran tertentu terhadap orang
lain.
(walhstrom,1992;Liliweri 2003)
G. FUNGSI KOMUNIKASI:
1. Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat
diketahui penerima.
2. Sumber menyebarluaskan informasi dalam rangka mendidik
penerima
3. Sumber memberikan instruksi untuk dilaksanakan penerima
4. Sumber menyebarluaskan informasi agar menghimbur sambil
mempengaruhi penerima
5. Sumber mempengaruhi konsumen dengan informasi yang persuasif
untuk mengubah perilaku penerima.
H. KONTEKS KOMUNIKASI:
1. INTERPERSONAL
Komunikasi yang dilakukan oleh 2 atau 3 orang dengan jarak fisik di
antara mereka yang sangat dekat dengan sifat umpan balik yang
berlangsung cepat, serta memiliki tujuan/ maksud komunikasi tidak
berstruktur
2. KELOMPOK
Komunikasi dalam konteks kelompok adalah komunikasi yang terjai
diantara sejumlah orang
3. ORGANISASI
Berlangsung dalam organisasi (vertikal, horizontal, diagonal)
4. PUBLIK
Aktivitas komunikasi yang melibatkan publik
5. MASSA
Komunikasi manusia dengan menggunakan media massa seperti media
cetak (buku, folder, pamflet, leaflet, dan lain-lain)
I. BENTUK KOMUNIKASI:
Komunikasi terdiri dari berbagai macam bentuk. Tabel di bawah ini
menunjukkan pembagian bentuk-bentuk komunikasi oleh Ronald B. Adler
dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication :
second edition.
VOKAL NONVOKAL
KOMUNIKASI Bahasa Lisan Bahasa Tertulis
VERBAL (spoken words) (written words)
Nada suara (tone Isyarat (gesture)
of voice) Gerakan (movement)
KOMUNIKASI Desah (sighs) Penampilan
NONVERBAL Jeritan (screams) (appearance)
Kualitas vokal Ekspresi wajah (facial
(vocal quality) expression)
1. KOMUNIKASI AGRESIF
Komunikasi agresif adalah komunikasi yang menonjolkan dominansi.
Pelaku komunikasi ini berusaha memaksakan kehendaknya terhadap
orang lain dan merendahkan lawan bicara. Bentuk komunikasi ini
cenderung menimbulkan permusuhan. Pelaku komunikais agresif dapat
terlihat dari sikap tubuh yang condong ke depan, kepala mendongak,
mata melotot, nada bicara tegas, dan tubuh tegang.
2. KOMUNIKASI PASIF
Komunikasi pasif atau submisif adalah bentuk komunikasi yang
berkebalikan dari komunikasi agresif. Pelaku komunikasi pasif
cenderung pasrah dalam menerima pendapat dan tidak dapat
mempertahankan pendapatnya sendiri. Bahasa tubuh yang ditunjukkan
pelaku komunikasi pasif adalah cenderung diam, nada suara ragu-ragu
dan pelan, tubuh membungkuk, serta menjauhi dan menghindari
kontak mata dengan lawan bicara.
3. KOMUNIKASI ASERTIF
Komunikasi asertif adalah bentuk komunikasi yang paling baik. Dalam
bentuk komunikasi ini, pelakunya berkomunikasi secara aktif dan
mampu mengeluarkan pendapatnya, namun juga mampu menerima
dan menghargai pendapat orang lain. Pelaku komunikasi asertif
bersikap terbuka. Bentuk komunikasi ini cenderung terhindar dari
konflik.
2. KONTROL
Kontrol berperan dalam pusat kendali manusia dalam menentukan
apakah dirinya akan berperan menjadi individu yang mengendalikan
atau dikendalikan. Kontrol dibagi menjadi 2 garis besar yaitu:
A. PERSONAL CONTROL
Personal control adalah sebuah persepsi masing masing individu yang
meyakinkan dirinya mampu mempengaruhi diri sendiri.
B. RATIONAL CONTROL
Rational control adalah persepsi seseorang dalam berkomunikasi
dengan orang lain dan mempengaruhi orang lain dan lingkungan
dengan opini mereka.
3. TRUST/KEPERCAYAAN
Trust atau kepercayaan adalah perilaku seseorang dalam menerima
orang lain tanpa menilai atau menguji orang tersebut. Trust dapat
didapatkan dari first impression yang baik terhadap orang lain. Dari
kepecayaan ini akan terbangun rasa mengandalkan, mendukung dan
meyakini pasien atau klien kita agar percaya kepada kita. Trust ini dapat
dibedakan menjadi dua level, yaitu general trust (di mana seseorang
dapat mempercayai orang lain dalam keadaan umum) dan specific trust
(seseorang yang mempercaya orang lain dalam hubungan yang spesial).
4. SELF DISCLOSURE/KETERBUKAAN
Adalah perilaku dalam berkomunikasi seseorang yang dapat
mengutarakan pemikiran informasi pribadi bahkan perasaan terhadap
orang lain. Terdapat 5 aspek yang dapat menunjang self disclosure:
1. The intention, yaitu seseorang yang memperlihatkan keinginan
dan usahanya kepada orang lain.
2. The amount, yaitu jumlah informasi yang dapat disampaikan oleh
seseorang kepada orang lain.
3. The valence, yaitu positif dan negatifnya informasi yang diberikan
oleh seseorang. Apabila isi informasi tersebut bersifat positif,
maka valence akan disimbolkan (+) dan apabila isi informasi
tersebut bersifat negative, maka valence akan disimbolkan (-).
4. The honesty, yaitu kejujuran dan ketepatan informasi yang
disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
5. The depth, yaitu seberapa dalam informasi yang disampaikan oleh
orang tersebut. Informasi yang bersifat personal nature bersifat
lebih dalam dibandingkan less personal information.
5. KONFIRMASI
Konfirmasi adalah penggabungan dari keempat variabel komunikasi
diatas. Dalam konfirmasi terjalin keterkaitan antara variabel empati,
control, kepercayaan dan keterbukaan. Peranan konfirmasi dalam
komunikasi kesehatan adalah untuk memfokuskan cara cara
komunikasi yang baik dan efektif.
informasi dan penerima informasi harus dalam kondisi mental yang siap
untuk menerima dan memberi bahan komunikasi. Contohnya si
komunikan sedang dalam keadaan depresi sehingga apa yang si
komunikator sampaikan tidak ditangkap olehnya.
2. HAMBATAN TEKNIS
Hambatan teknis merupakan hambatan yang disebabkan oleh
lingkungan yang memberi dampak pencegahan terhadap kelancaran
proses komunikasi.
3. HAMBATAN PSIKOLOGIS
Pada saat komunikan sedang sedih, marah, bingung, kesal,komunikasi
lebih sulit berhasil. Oleh karena itu, untuk mencegah hambatan
tersebut, komunikator diharap mengkaji diri komunikan sebelum
melakukan komunikasi
4. HAMBATAN SOSIOLOGIS
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai golongan dan lapisan
dengan perbedaan yang banyak. Perbedaan tersebut dapat berupa
yang menimbulkan perbedaan dalam statu sosial, agama, ideologi,
tingkat pendidikan, dan sebagainya, yang kesemuanya dapat menjadi
hambatan sosioliogis.
5. HAMBATAN ANTROPOLOGIS
Komunikasi akan terhambat jika komunikator tidak mengetahui siapa
lawan bicaranya, komunikan. siapa yang dimaksud bukanlah sekedar
nama, tetapi mencakup kebiasaan dan asal-usul komunikan. Hambatan
yang ditimbulkan jika tidak mengetahuinya disebut hambatan
antropologis. Hambatan ini dapat dicegah jika komunikator mengetahui
budaya, suku, norma, gaya hidup, dan kebiasaan dari komunikan
6. HAMBATAN BAHASA
Alat utama yang digunakan untuk menyalurkan kepercayaan, nilai, dan
norma adalah bahasa. Dalam komunikasi, bahasa yang digunakan
merupakan bahasa yang dimengerti oleh komunikator dan komunikan.
7. HAMBATAN PERSEPSI
Masalah berkomunikasi dengan orang lain adalah bahwa kita semua
melihat dunia adakalanya berbeda pikiran, asumsi dan persepsi kita
akan membentuk realitas kita sendiri. Hambatan perspektif ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor di bawah ini :
a. Pendidikan
b. Tingkat pengetahuan kesehatan
Sesorang yang memiliki tingkat pengetahuan kesehatannya luas
akan lebih nyambung untuk diajak berkomunikasi dan berbicara
tentang kesehatan, sehingga akan sedikit kemungkinan untuk
terjadinya miss communication.
c. Bahasa
d. Budaya dan Etnik
e. Umur
Umur merupakan sesuatu yang dapat membatasi kita dalam
berkomunikasi khususnya di Indonesia yang sangat menjunjung
rasa hormat kepada orang yang lebih tua, sehingga terkadang ini
membatasi kita untuk berkomunikasi.
b. Selective perception
Selective perception merupakan tindakan sesorang yang
cenderung selalu memandang masalah atau informasi seperti
prakonsepsi yang dimilikinya. Seseorang cenderung menafsirkan
sesuatu sesuai dengan pengalaman pribadi yang mungkin pernah
dihadapinya. Artinya orang tersebut dalam menerima informasi
cenderung untuk memahami informasi yang diterminya dangat
dipengaruhi oleh konsepsi terdahulu yang sudah lebih dulu
tertanam di pikirannya.
c. Selective Retention
Selective retention maksunya adalah bahwa komunikan tidak
mengingat informasi yang telah diberikan kepadanya, padahal
sebenarnya ia telah mengerti dan memahami apa isi dari informasi
yang diberikan kepadanya. Pendengar cenderung mengingat apa
yang memang mereka inginkan untuk diingat, walaupun
sebenarnya ia memahami isi pesan yang diterimanya.
Selain itu hambatan yang disebabkan media juga bisa disebabkan oleh
berkembangnya teknologi yang tidak sejalan dengan berkembangnya
FKUI 2015 SOLID 15
KOMUNIKASI KESEHATAN
Menurut Barlund yang dikutip oleh Alo Liliweri (1991), beberapa ciri untuk
mengenali komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut:
1. Bersifat spontan
2. Tidak mempunyai struktur
3. Terjadi secara kebetulan
4. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan
5. Identitas keanggotaannya tidak jelas
6. Dapat terjadi hanya sambil lalu
7. Dapat terjadi hanya sambil lalu
Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap (Eduard Depari dan
Colin MacAndrews, 1995: 17-18)
Bila kita tidak dapat menangani masalah maupun penyakit yang dimiliki
oleh pasien ini, maka kita berwenang untuk merujuk pasien ini ke tenaga
kesehatan lainnya seperti dokter yang lebih profesional maupun handal
menanganinya.
“Obstacles don’t have to stop you. If you run into a wall, don’t turn around and
give up. Figure out how to climb it, go through it, or work around it.”
-Michael Jordan-