Proposal penelitian
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
MEDAN
2021
Judul Penelitian : Hubungan Antara Kreativitas dan Gaya Belajar
Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa SMP
NIM : 4162111011
Jurusan : Matematika
Menyetujui :
Mengetahui :
i|Page
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
ii | P a g e
2.2.2 Hubungan Gaya Belajar Dengan Kemampuan
2.2.3 Komunikasi Matematika....................................................................... 19
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 20
2.4 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 35
Lampiran .......................................................................................................... 41
iii | P a g e
DAFTAR TABEL
iv | P a g e
DAFTAR LAMPIRAN
Siswa........................................................................................... 47
i|Page
BAB I PENDAHULUAN
1|Page
orang lain, dan menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide
secara tepat (NCTM, 2000). Menurut Kadir (Asnawati, 2017) bahwa proses
pembelajaran matematika yang memfasilitasi siswanya untuk menggunakan
kemampuan komunikasi matematis dalam mengkomunikasikan ide-ide
matematisnya dalam menyampaikan proses dan hasil pemecahan masalah dapat
mengembangkan kemampuan berfikir matematis tingkat tinggi seperti logis,
analitis, sistematis, kritis, kreatif dan produktif secara maksimal. Tetapi faktanya
masih banyak guru yang kurang memperhatikan permendiknas dan tujuan yang
ada dalam NCTM tersebut. Menurut Ruseffendi (Ansari, 2012) bagian terbesar
dari matematika yang dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh melalui
eksplorasi matematik, tetapi melalui pemberitahuan.
2|Page
Berdasarkan hasil observasi di lapangan dan wawancara dengan guru
matematika selama program Magang 3 di SMP Negeri 6 Medan, diperoleh hasil
bahwa kemampuan Komunikasi matematis siswa masih tergolong rendah, siswa
cenderung mengalami kesulitan dan melakukan kesalahan saat menyatakan
permasalahan pada soal ke dalam notasi dan simbol matematika . Dilihat dari hasil
Ulangan Harian Siswa pada materi Segitiga dan Segiempat di kelas VII,
ditemukan bahwa masih rendahnya tingkat kemampuan siswa dalam memahami
dan menyatakan situasi ke dalam bahasa matematika.Terdapat siswa yang gelisah
di kelas kemudian bertanya pada teman sebangkunya ketika guru memberi materi
pelajaran secara lisan. Siswa tersebut meminta temannya untuk menerangkan
kembali penjelasan guru.
Terdapat pula siswa yang meminta guru untuk menuliskan contoh soal dan
jawabannya di papan tulis dan juga terdapat siswa yang diam saja tapi ketika
ditanya guru, siswa tersebut tidak dapat menjawab. Dari lambannya siswa siswa
dalam memahami pelajaran yang disampaikan guru dengan lisan/ ceramah, hal ini
menandakan bahwa siswa-siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam
belajar di kelas. Cara yang mereka gunakan untuk menerima pelajaran merupakan
gaya belajar mereka masing-masing.
3|Page
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya
komunikasi matematika siswa, termasuk di dalamnya faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor-faktor tersebut sering kali menjadi penghambat dan pendukung
keberhasilan siswa. Kreativitas dan gaya belajar merupakan faktor intern yang
terdapat dalam diri siswa yang dapat mendukung dan dapat juga menghambat
kemampuan komunikasi matematika siswa. Kreativitas dan gaya belajar yang
dipilih sebagai variabel yang diteliti, hal ini dikarenakan objek kajian yang
dipelajari dalam matematika bersifat abstrak (fakta, konsep, operasi, prinsip),
terdapat pemecahan masalah, serta adanya pengertian yang masih lemah dan
belum bermakna dalam memahami konsep matematika. Sehingga siswa masih
kesulitan dalam mempelajari matematika.
4|Page
4. Terdapat faktor eksternal seperti Kreativitas dan Gaya belajar yang
mempengaruhi kemampuan komunikasi matematika siswa.
5|Page
3. Untuk mengetahui adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
gaya belajar dengan kemampuan komunikasi matematika siswa.
4. Untuk mengetahui adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
kreativitas dan gaya belajar dengan kemampuan komunikasi matematika
siswa.
1.6 Manfaat Penelitian
6|Page
2. Gaya belajar atau “learning style” siswa adalah cara siswa bereaksi dan
menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses
belajar.
3. Kemampuan Komunikasi matematika
Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa untuk
menyusun suatu argument dan mengungkapkan pendapat, serta
memberikan penjelasan secara tertulis berdasarkan data dan bukti yang
relevan yang meliputi representasi dan menulis.
7|Page
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Kreativitas
2.1.1.1 Pengertian kreativitas
8|Page
mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan
orisinal. Sebaliknya, kreativitas mencakup jenis pemikiran spesifik yang
disebut Guilford “pemikiran berbeda”.
5) Kreativitas seringkali dianggap sinonim dari kecerdasan tinggi. Keyakinan
ini diperkuat dengan kenyataan bahwa orang dengan IQ yang sangat tinggi
disebut jenius, istilah yang oleh orang awam disamakan dengan
kreativitas.
6) Kreativitas adalah sepercik kejeniusan yang diwariskan pada seseorang
dan
tidak ada kaitannya dengan belajar atau lingkungan.
7) Kreativitas pada umumnya dianggap sebagai sinonim dari imajinasi,
fantasi
dan merupakan bentuk permainan mental.
8) Semua orang pada umumnya terdiri dari dua kelompok besar, yaitu
penurut dan pencipta. Penurut melakukan apa yang diharapkan dari
mereka tanpa mengganggu atau menyulitkan orang lain. Sebaliknya,
pencipta menyertakan gagasan orisinal, titik pandang yang berbeda atau
cara baru menangani masalah dan menghadapinya. Pada intinya konsep
ini menyatakan bahwa anak merupakan orang yang kreatif atau tidak
kreatif, penurut atau pencipta.
2.1.1.2 Indikator kreativitas
9|Page
Munandar (2012: 71) menjelaskan sepuluh ciri-ciri anak yang kreatif.
Peneliti menggunakan ciri-ciri tersebut menjadi sebuah indikator dalam membuat
angket kreativitas siswa. Ciri-ciri tersebut, yaitu: (1) rasa ingin tahu yang
mendalam; (2) sering mengajukan pertanyaan yang baik; (3) memberikan banyak
gagasan atau usul terhadap suatu masalah; (4) bebas dalam menyatakan pendapat;
(5) mempunyai rasa keindahan yang dalam; (6) menonjol dalam salah satu bidang
seni; (7) mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang; (8)
mempunyai rasa humor yang luas; (9) mempunyai daya imajinasi; (10) orisinal
dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.
Menurut Nasution gaya belajar atau “learning style” siswa yaitu cara siswa
bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam
proses belajar. Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa
yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Mereka
berkesimpulan, bahwa :
1. Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar.
Juga guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi
efektivitas belajar.
10 | P a g e
Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki gaya belajar merupakan
suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur
serta mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika
menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek
pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri-otak kanan, aspek
lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara
abstrak dan konkret).
Sejak awal tahun 1997, telah banyak upaya yang dilakukan untuk
mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar, cara memasukkan
informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada 7 pendekatan umum dikenal
dengan kerangka referensi yang berbeda dan dikembangkan juga oleh ahli yang
berbeda dengan variansinya masing-masing. Adi Gunawan adalah seorang pakar
mind technology dan transformasi diri yang dalam bukunya “Born to be a Genius”
merangkum ketujuh cara belajar tersebut, yaitu:
11 | P a g e
4) Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang
berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Witkin dan Eison Canfield.
5) Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang
berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs, dan
Merill.
6) Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang
berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy.
7) Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif dari
berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, dan Herman
Ini benar-benar memberikan indikasi yang sangat penting dan tidak dapat
dihindari untuk orang-orang preferensi gaya belajar, serta perilaku mereka dan
bekerja gaya, dan kekuatan alami mereka. Jenis-jenis kecerdasan yang dimiliki
12 | P a g e
seseorang (Gardner menunjukkan sebagian besar dari kita kuat dalam tiga jenis)
tidak hanya menunjukkan kemampuan orang, tetapi juga cara atau metode di
mana mereka lebih suka belajar dan mengembangkan kekuatan mereka dan juga
untuk mengembangkan kelemahan-kelemahan mereka .
1. Gaya Belajar Visual : Gaya belajar ini, seseorang harus melihat dahulu
buktinya sebelum ia dapat percaya. Karakteristik dalam gaya belajar ini,
yaitu (1) kebutuhan melihat sesuatu secara visual untuk mengenathuinya
atau memahaminya; (2) memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna; (3)
memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik; (4) memiliki
kesulitan dalam berdialog secara langsung; (5) terlalu reaktif terhadap
suara; (6) sulit mengikuti anjuran secara lisan; (7) seringkali salah
menginterpretasikan kata atau ucapan.
2. Gaya Belajar Auditory Learner : Gaya belajar auditory learner merupakan
gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk memahami dan
mengingat suatu hal. Gaya belajar ini, pendengaran sebagai alat utama
menyerap suatu informasi. Karakteristik gaya belajar audio learner yaitu:
(1) informasi yang hanya bisa diserap melalui pendengaran; (2) memiliki
kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung;
(3) memiliki kesulitan menulis atupun membaca.
3. Gaya Belajar Tactual Learner : Gaya belajar, dimana seseorang harus
menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa
mengingatnya. Karakteristik dari gaya belajar tactual learner yaitu (1)
tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus
mengingatnya; (2) memegang bisa menyerap informasinya tanpa harus
13 | P a g e
membaca penjelasannya; (3) termasuk orang yang tidak bisa duduk terlalu
lama untuk dapat mendengarkan pelajaran; (4) bisa belajar lebih baik bila
disertai dengan kegiatan fisik; (5) mampu mengoordinasikan sebuah tim
dan kemampuan mengendalikan gerak tubuh.
2.1.2.3 Manfaat Pemahaman Terhadap Gaya Belajar
Pada kenyataannya tidak ada satu metode mengajar yang lebih baik
daripada metode mengajar yang lain. Jika berbagai metode mengajar telah
ditetapkan dan tidak menunjukkan hasil yang diharapkan, maka alternatif lain
yang dapat d ilakukan oleh guru secara individual dalam proses pembelajaran
yaitu atas dasar pemahaman terhadap gaya belajar siswa Bobbi DePotter dan
Hernacki menyebutkan bahwa mengetahui gaya belajar yang berbeda telah
membantu para siswa, dengan demikian akan memberi persepsi yang positif bagi
siswa tentang cara guru mengajar. Agar aktivitas belajar dapat tercapai sesuai
dengan tujuan yang diinginkan, maka gaya belajar siswa harus dipahami oleh
guru.
14 | P a g e
Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi sosial manusia
dengan lingkungannya. Secara etimologis, “komunikasi” berasal dari kata latin
“communicatio” yang diturunkan dari kata “communis” yang berarti membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar
kata “communis” adalah “communico” yang artinya berbagi, yang dalam hal ini
berbagi pemahaman bersama melalui pertukaran pesan (Vardiansyah, 2008).
Effendy (2004) berpendapat bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
15 | P a g e
konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi, 7)
menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.
Menurut Baroody (dalam Kadir, 2008), ada dua alasan penting mengapa
komunikasi menjadi salah satu fokus dalam pembelajaran matematika. Pertama,
matematika pada dasarnya adalah sebuah bahasa bagi matematika itu sendiri.
Matematika tidak hanya merupakan alat berpikir yang membantu kita untuk
menemukan pola, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan, tetapi juga
sebuah alat untuk mengomunikasikan pikiran kita tentang berbagai ide dengan
jelas, tepat dan ringkas. Bahkan, matematika dianggap sebagai bahasa universal
dengan simbol-simbol dan struktur yang unik. Semua orang di dunia dapat
menggunakannya untuk mengomunikasikan informasi matematika meskipun
bahasa asli mereka berbeda. Kedua, belajar dan mengajar matematika merupakan
aktivitas sosial yang melibatkan paling sedikit dua pihak, yaitu guru dan murid.
Dalam proses belajar dan mengajar, sangat penting mengemukakan pemikiran dan
gagasan itu kepada orang lain melalui bahasa. Pada dasarnya pertukaran
pengalaman dan ide ini merupakan proses mengajar dan belajar. Tentu saja,
berkomunikasi dengan teman sebaya sangat penting untuk pengembangan
16 | P a g e
keterampilan berkomunikasi sehingga dapat belajar berfikir seperti seorang
matematikawan dan berhasil menyelesaikan masalah yang benar-benar baru.
17 | P a g e
(tersusun secara logis) dan jelas
kepada temantemannya, guru dan
orang lain
Menganalisis dan mengevaluasi - Mampu menggambarkan situasi
berpikir matematis (mathematical masalah dan menyatakan solusi
thinking) dan strategi yang dipakai masalah dalam bentuk tulisan dan atau
orang lain gambar dengan baik dan benar. -
Mampu mengevaluasi hasil
pekerjaannya setelah mendapatkan
arahan dari guru.
Menggunakan bahasa matematika - Mampu menggunakan simbol-simbol
untuk mengekspresikan ide-ide matematika dengan tepat. - Mampu
matematika secara benar memahami istilah-istilah dalam bahasa
matematika.
1. Menulis (written text), yaitu menjelaskan ide atau solusi dari suatu
permasalahan atau gambar dengan menggunakan bahasa sendiri.
2. Menggambar (drawing), menjelaskan ide atau solusi dari permasalahan
matematika dalam bentuk gambar
18 | P a g e
3. Ekspresi matematika (matematical ekpression), yaitu menyatakan masalah
atau peristiwa sehari-hari dalam bahasa model matematika. Hodiyanto
(2016)
Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti yang relevan terhadap penelitian yang dilakukan.
Berikut uraian penelitian-penelitian yang sudah dilaksanakan oleh beberapa
peneliti sebelumnya:
19 | P a g e
matematis antara peserta didik kelas eksperimen dengan kelas kontrol
pada materi kubus dan balok , kemampuan komunikasi dan berpikir
kreatif matematis antara peserta didik kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol pada materi kubus dan balok.
3. Penelitian Guntur, Dkk(2020). Yang berjudul “Kemampuan Berpikir
Kreatif, Kritis, dan Komunikasi Matematika Siswa dalam Academic-
Contructive Controversy (AC)”. Penelitian tersebut menyimpulkan
beberapa hal yaitu: (1) Adanya perbedaan karakteristik kemampuan
berpikir kreatif siswa pada setiap kategori tinggi, rendah, dan sedang;
(2) Adanya perbedaan tahapan berpikir kritis yang dilalui siswa pada
setiap kategori tinggi, rendah, dan sedang; (3) Adanya perbedaan
karakteristik kemampuan komunikasi siswa pada setiap kategori
tinggi, rendah, dan sedang; (4) Perbedaan kemampuan siswa
ditentukan oleh kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi siswa.
Saat kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi berada pada kategori
tinggi maka siswa berada pada kategori kemampuan tinggi dan
seterusnya.
4. Penelitian Adiansha, dkk(2018). Yang berjudul “Pengaruh Model
Based Learning Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Ditinjau dari Kreativitas. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat
interaksi model pembelajaran terhadap kemampuan komunikasi
matematika siswa ditinjau dari kreativitas.
5. Penelitian Tien Fitrina, dkk(2016). Yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Matematis Siswa SMA
Melalui Model Pembelajaran Project Based Learning Berbasis Debat”.
hasil penelitian ini yaitu adanya peningkatan bersama antara
kemampaun berpikir kreatif dan komunikasi matematis siswa dengan
menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning Berbasis
Debat.
2.2.2 Hubungan Gaya Belajar Dengan Kemampuan Komunikasi
Matematika
20 | P a g e
1. Penelitian Dedek Saputri(2020). Yang berjudul “Pengaruh Gaya Belajar
Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Di Sekolah
Menengah Pertama Muhammadiyah 1 Kota Jambi” hasil penelitian
tersebut menunujukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara
gaya belajar visual,kinestetik,dan auditorial terhadap kemampuan
komunikasi matematika.
2. Penelitian Ika puspika Sari(2017). Yang berjudul “Kemampuan
Komunikasi Matematika Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Siswa
Kelas X Sma Negeri 6 Wajo Pada Materi Statistika” Berdasarkan hasil dan
pembahasan diperoleh bahwa hasil belajar siswa dengan gaya belajar
visual, auditorial dan kinestetik memiliki perbedaan. Hasil tes siswa
dengan gaya belajar auditorial lebih tinggi dibanding hasil tes siswa
dengan gaya belajar visual, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik.
Siswa dengan gaya belajar berbeda mampu dalam beberapa indikator
kemampuan komunikasi matematika, yaitu yaitu indikator
mengekspresikan ide-ide atau permasalahan matematika melalui tulisan,
indikator menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi dan simbol
matematika dalam meyajikan ide matematika, indikator
menginterpretasikan ide matematika dengan bahasa sendiri serta indikator
menarik kesimpulan dari pernyataan matematika.
3. Penelitian Wijayanti, Dkk(2019). Yang berjudul ”Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Ditinjau Dari Gaya Belajar” Hasil penelitian
menunjukkan : (1) siswa dengan gaya belajar visual dapat secara singkat
menghubungkan benda nyata dan gambar ke dalam ide matematika, serta
melakukan penarikan kesimpulan dari pernyataan matematika; (2) siswa
dengan gaya belajar auditorial dapat mengubah kalimat menjadi ide
matematika, menjelaskan ide-ide matematika (rumus), mengubah gambar
peristiwa sehari-hari ke dalam simbol matematika, menjelaskan proses
penyelesaian soal, serta dapat melakukan penarikan kesimpulan; (3) siswa
dengan gaya belajar kinestetik dapat mengubah kalimat menjadi ide
matematika, menjelaskan ide matematika dalam bentuk gambar dan
21 | P a g e
rumus, serta mengubah gambar peristiwa sehari-hari ke dalam simbol
matematika.
4. Penelitian Stevanie Wulandari, dkk (2014) yang berjudul : “Kemampuan
Komunukasi Matematis Siswa Ditinjau Dari Gaya Belajar Pada SMA
Negeri 10 Pontianak”. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis visual berada pada kategori rendah,
kemampuan komunikasi mtematis siwa auditorial berada pada kategori
rendah, kemampaun komunikasi matematis kinestetik berada pada
kategori rendah.
5. Penelitian Vikri Hamdani, dkk (2019) yang berjudul : Pengaruh Gaya
Belajar Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas XI
SMA Islam Alfalah Jambi. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan
pengolahan data melalui analisis regresi dan korelasi sederhana diperoleh
informasi bahwa gaya belajar berpengaruh terhadap hasil tes kemampuan
komunikasi matematis kelas XI di SMA Islam Al-Falah Jambi.
2.3 Kerangka berpikir
22 | P a g e
siswa. Kreativitas dan gaya belajar merupakan faktor intern yang terdapat dalam
diri siswa yang dapat mendukung kemampuan komunikasi siswa.
Kreativitas dan gaya belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah
kreativitas dan gaya belajar dalam kegiatan pembelajaran matematika. Apabila
siswa memiliki kreativitas yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran matematika,
maka dapat diramalkan siswa tersebut akan mempunyai rasa ingin tahu yang lebih
besar untuk memahami segala permasalahan yang ada dalam pelajaran
matematika. Siswa cenderung rajin mencari informasi dalam mempelajari
matematika secara luas dan mendalam. Siswa akan bertindak secara kreatif untuk
menghadapi tugas-tugas pelajaran matematika yang baik dan benar. Begitu juga
dengan gaya belajar, apabila guru menyesuaikan metode belajarnya dengan gaya
belajar siswa, kemungkinan siswa akan mendapatkan prestasi belajar matematika
yang optimal. Siswa akan dengan mudah menyerap, memahami dan mengolah
segala informasi dalam pembelajaran matematika dengan baik.
23 | P a g e
Kemampuan komunikasi matematika siswa.
4. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kreativitas dan Gaya
belajar dengan Kemampuan komunikasi matematika siswa.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Methodist 8 Medan Tahun Ajaran 2020/2021.
24 | P a g e
Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah kelas VIII dengan jumlah
siswa sebayak 32 orang yang menggunakan teknik random sampling. Setiap kelas
mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah X, dimana :
X 1 : Kreativitas
X 2 : Gaya Belajar
Adapun desain penelitian ini adalah regresi bergnada dengan skema seperti
gambar 3.1. berikut:
Gambar 3.1 Pola hubungan antara kreativitas dan gaya belajar terhadap
kemampuan komunikasi matematika siswa.
Keterangan:
X 1 : Kreativitas
X 2 : Gaya Belajar
25 | P a g e
3.6 Prosedur Penelitian
26 | P a g e
d. Melakukan uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, dan uji
heteroskedastistas
e. Melakukan uji hipotesis.
f. Membuat kesimpulan dari data yang telah dianalisis.
3.7.1 Tes
3.7.2 Angket
meliputi indikator Kreativitas dan Gaya belajar. Dalam penelitian ini skala
pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang telah disediakan
jawabannya, sehingga respon tinggal memilih salah satu jawaban yang tersedia.
Adapun alternatif jawaban yang digunakan sebagai berikut:
27 | P a g e
Adapun Layout angket kreativitas dan gaya belajar dapat dilihat pada tabel
berikut:
28 | P a g e
b. Rapi dan teratur 1, 6, 10
c. Mengerti 3, 4
dengan baik
mengenai
posisi, bentuk,
angka, dan 2, 9
warna
d. Sulit menerima
instruksi verbal
Gaya Belajar Auditori a. Belajar dengan 15, 18 , 20
cara mendengar
b. Lemah terhadap 11, 16
aktivitas visual
c.Memiliki 13,14
kepekaan terhadap
musik 12, 17, 19
d. Baik dalam
aktivitas lisan
Gaya Belajar Kinestetik a. Belajar melalui 22, 24, 27
aktivitas fisik
b. Selalu 21, 25, 30
berorientasi pada
fisik dan banyak
bergerak 28, 29
c. Peka terhadap
ekspresi dan bahasa
tubuh 26, 23
d.Menyukai
kegiatan coba coba
29 | P a g e
Angka-angka hasil pensokaran diolah menjadi nilai-nilai melalui
pengolahan statistik tertentu, sehingga dapat dinyatakan berupa angka atau huruf.
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan untuk mengkonversikan skor
menjadi nilai digunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Farida
(2017:171) memaparkan bahwa tujuan dari penilaian acuan patokan ini adalah
untuk mengukur secara pasti tujuan atau indikator yang ditetapkan sebagai kriteria
skor mentah
Nilai= ×100
skor maksimum ( yang ideal ) (3.1)
Berdasarkan hal tesebut, maka sebelum tes dan angket diberikan kepada
siswa, instrument penelitian yang telah disusun terlebih dahulu divalidkan. Untuk
menentukan validitas instrumen penelitian ini, peneliti meminta penilaian dari
validator untuk memvalidkan instrument penelitian yang ada. Penilai diminta
untuk menentukan setiap butir soal ke dalam kategori valid, valid dengan revisi,
atau tidak valid. Validasi dilakukan dengan memperhatikan keabsahan susunan
kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya dan tidak
menimbulkan tafsiran lain serta ketepatan instrumen penelitian dengan indikator-
indikator yang ditetapkan.
30 | P a g e
3.9.1 Uji Normalitas
Hipotesis:
Statistik uji
Jika nilai
Dhitung ≤Dtabel pada taraf signifikan 5% maka tidak ada alasan untuk
Dhitung >D tabel maka H 0 ditolak yaitu populasi tidak mengikuti sebaran normal
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan bantuan program SPSS For Windows.
31 | P a g e
Hipotesis yang diuji dirumuskan sebagai berikut :
RJK (TC )
Fhitung =
RJK (G) (3.3)
Keterangan:
Jika nilai
Fhitung ≥F tabel pada taraf signifikan pada taraf signifikan 5%
maka tidak ada alasan untuk menolak H 0 yaitu tidak terdapat hubungan linear
secara signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Sebaliknya jika nilai
Fhitung <F tabel maka H 0 diterima yaitu terdapat hubungan linear secara
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan program SPSS for windows.
32 | P a g e
dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor). Dengan statistik sebagai
berikut:
1
VIF= ; 1,2,… , k
1−R 2
j (3.4)
Keterangan
R2
j : Koefisien determinasi antara variabel bebas ke j dengan variabel bebas
lainnya
Jika nilai VIF lebih kecil dari 10 maka artinya tidak terjadi gejala
multikolinearitas. Sebaliknya jika nilai VIF lebih besar 10 maka artinya terjadi
gejala multikolinearitas terhadap data yang di uji.
n( ∑ xy )−(∑ x )( ∑ y )
r xy=
2 2 2 2
√ {n .. ∑ x −( ∑ x ) }{n ∑ y −( ∑ y )} (3.5)
Keterangan :
n : Jumlah Responden
33 | P a g e
y : Jumlah skor variabel y
r xy : Koefisen korelasi
Besarnya
r xy dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5 %
Apabila
r xy ≥r tabel maka hipotesis alternatif ( H a ) diterima dan hipotesis kerja
dan Y . Akan tetapi jika harga r xy >r tabel dapat disimpulkan bahwa tidak
34 | P a g e
H a : Ada hubungan yang signifikan antara kreativitas terhadap
komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP
r y . x 1−r y . x 2 r x 1 . x 2
r y . x 1 . x 2=
2
√(1−r y .x2
)(1−r
x 1. x 22
)
(3.6)
Keterangan :
r y . x 2−r y . x 2 r x 1 . x 2
r y . x 1 . x 2=
2
√(1−r y .x1
)(1−r
x 1 . x 22
)
(3.7)
r √ n−3
t=
√ 1−r2 (3.8)
35 | P a g e
3.10.3 Perhitungan Koefisen Korelasi Ganda
JK reg
R2 =
∑Y2 (3.10)
JK reg
R=
√∑ Y2 (3.11)
Keterangan :
2
R : koefisendeterminasi
R : Koefisenkorelasi ganda
Daerah kritis :
Fh >F( 1−α ) (k , n−(k +1 ))
36 | P a g e
Jika
t hitung >t tabel pada taraf signifikan 5% berarti tidak ada alasan untuk
37 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, B. I. (2012). Komunikasi Matematik dan Politik. Banda Aceh: Yayasan
Pena
38 | P a g e
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Diterjemahkan oleh:
Med. Meitasari Candrasa. 2002. Jakarta: Erlangga
Isna. (2013). Proses Berpikir Kreatif Siswa Kelas X dalam Memecahkan Masalah
Geometri Berdasarkan Tahapan Wallas Ditinjau dari Adversity
Quetient (AQ) Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi, 1
Pusung, dkk. (2015). Hubungan Kreativitas dan Gaya Belajar terhadap Hasil
belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bitung. JSME MIPA
UNIMA
39 | P a g e
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Winkel, W.S. (1999). Psikologi Pengajaran. Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grasind o
Persada.
40 | P a g e
L
A
M
P
I
R
A
N
41 | P a g e
Lampiran 1. Lembar Angket Kreativitas Dan Gaya Belajar Siswa
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Angket Kreativitas dan Gaya Belajar
Berilah tanda cek (√) atau silang (×) pada salah satu alternatif jawaban
yang paling sesuai dengan keadaan Anda untuk setiap pernyataan berikut ini!
Sl : Selalu Kd : Kadang-kadang TP : Tidak
Pernah
Sr : Sering Jr : Jarang
Keterangan:
Sl Sr Kd Jr TP
1 Saya mengerjakan permasalahan matematika
dengan cara berbeda dengan teman lainnya
maupun guru.
2 Saya mengerjakan soal sampai menemukan
jawabannya
3 Pendapat-pendapat saya dalam suatu diskusi
kelas sama dengan pendapat-pendapat teman
lainnya.
4 Saya mengikuti pelajaran matematika dengan
mengalir begitu saja.
5 Jika alat yang dibutuhkan tidak ada, saya
menggunakan alat yang bukan fungsinya.
(misalnya kartu pelajar digunakan sebagai
penggaris).
6 Dalam soal cerita, saya langsung ke bagian
yang ditanyakan tanpa memerinci yang
diketahui.
7 Ketika menemukan soal yang sulit, saya
cenderung mengerjakan yang mudah saja.
8 Saya mengerjakan soal yang materinya belum
42 | P a g e
diajarkan guru
9 Saya puas dengan satu cara penyelesaian
matematika saja
10 Menurut saya, jika penyelesaian tidak sesuai
dengan kunci jawaban maka penyelesaian itu
salah.
11 Saya menyelesaikan matematika dengan
langkah-langkah yang terperinci.
12 Saya menunggu hasil pekerjaan orang lain
untuk tugas matematika yang berat.
13 Saya tidak yakin akan hasil pekerjaan
matematika saya benar atau salah.
14 Saya tidak tertarik untuk menyelesaikan
permasalahan matematika dengan cepat.
15 Saya mengerjakan tugas sesuai tujuan saya
dari awal hingga akhir.
16 Ketika guru menjelaskan secara lisan materi
segiempat, saya dapat membayangkan apa-
apa yang disampaikan guru.
17 Saya memegang teguh pendapat saya yang
sesuai dengan sumber-sumber yang benar.
18 Saya tidak dapat menyimpan masalah dalam
mengerjakan soal matematika yang sulit pada
diri saya dalam waktu lama.
19 Jika ada bagian dari pelajaran matematika
yang kurang jelas, saya cuek saja.
20 Saya mengerjakan tugas matematika dengan
semangat tinggi.
21 Saya mengecek kembali hasil pekerjaan saya
karena tidak yakin kebenarannya.
22 Jika diberi kesempatan bertanya oleh guru,
saya pergunakan sebaik-baiknya.
23 Jika cara penyelesaian teman yang lain lebih
berhasil, saya menggunakan cara tersebut.
24 Saya mengerjakan soal tersulit meskipun ada
kemungkinan hasilnya salah.
25 Saya tidak berusaha mengerjakan soal-soal
43 | P a g e
latihan matematika yang ada di buku paket,
jika tidak diminta guru untuk
mengerjakannya.
26 Saya tidak suka belajar matematika secara
berkelompok.
27 Saya senang belajar memikirkan dan mencoba
cara-cara baru dalam menyelesaikan masalah
matematika yang saya anggap sederhana dan
mudah dipahami.
28 Saya sulit untuk memahami maksud dan
tujuan masalah atau soal matematika yang
diberikan guru.
29 Saya memiliki cara berpikir yang berbeda dari
guru dan teman-teman saya dalam
menyelesaikan soal matematika.
30 Saya selalu memberikan tanggapan yang
berbeda dari teman-teman lainnya saat
berdiskusi dikelas.
No Pernyataan Jawaban
Sl Sr Kd Jr TP
1 Saya memiliki tulisan yang rapi dan teratur
sehingga saya mudah membaca buku catatan
matematika saya.
2 Saya lancar berbicara dalam menyampaikan
pendapat.
3 Saya merasa kesulitan mengingat materi
pelajaran yang disampaikan dengan bentuk
grafik atau tabel.
4 Saya memperhatikan ilustrasi gambar atau
44 | P a g e
warna yang terdapat dalam buku teks
matematika.
5 Saya lamban memahami ketika teman atau
guru matematika melontarkan
lelucon/gurauan.
6 Saya tidak memiliki jadwal belajar
matematika atau mata pelajaran secara khusus
di rumah.
7 Saya lebih suka membaca buku teks
matematika sendiri daripada mendengar
penjelasan dari teman atau guru matematika.
8 Saya lebih mudah memahami materi
matematika ketika guru mengajar dengan
media pembelajaran berupa model gambar.
9 Saya tidak lupa dengan apa yang disampaikan
oleh guru karena saya mempunyai catatan
yang lengkap.
10 Saya belajar dengan keadaan buku-buku dan
alat tulis lainnya berserakan didekat saya.
11 Ketika membaca buku teks matematika untuk
waktu yang lama, mata saya mudah lelah
walau mata saya normal.
12 Ketika mengerjakan tugas secara
berkelompok, saya tidak menguasai
pembicaraan dalam kelompok saya.
13 Saya mengisi hari libur dengan mendengarkan
musik dibandingkan bermain dengan teman.
14 Saya menjadikan suatu lagu sebagai lagu
tema/soundstrack suatu kejadian dalam hidup
saya.
15 Saya tidak merasa terganggu ketika dalam
memperhatikan guru mengajar ada teman
yang berbicara.
16 Saya menggambar suatu bangun ruang dengan
ukuran skala yang benar
17 Belajar matematika menyenangkan sekali
45 | P a g e
bagi saya ketika ada kesempatan untuk
berdiskusi.
18 Saya mendengarkan penjelasan guru supaya
tidak perlu membaca buku di rumah.
19 Ketika menyampaikan pendapat atau
menjawab pertanyaan, saya tidak terbiasa
berbicara dengan cepat dan lancar.
20 Saya merasa kesulitan memahami materi
pelajaran yang disampaikan secara lisan oleh
guru matematika/orang lain
21 Ketika belajar matematika di kelas, mudah
bagi saya untuk duduk diam untuk waktu
yang lama.
22 Ketika membaca buku catatan matematika,
saya menggunakan jari saya untuk menunjuk
kata atau kalimat yang sedang saya baca.
23 Saya tidak berani mencoba-coba mengerjakan
soal yang cara penyelesaiannya belum pernah
saya kerjakan.
24 Saya mudah mengerti pelajaran matematika
dengan menulis ulang atau mengetik catatan
pelajaran saya di rumah.
25 Saya tidak menyukai pelajaran matematika
melalui permainan yang menyibukkan secara
fisik di kelas.
26 Ketika mendapat lembar soal atau tugas
matematika, saya langsung mengerjakannya
tanpa harus melihat instruksinya terlebih
dahulu.
27 Saya menghafal rumus-rumus matematika
dengan duduk diam di kursi.
28 Ketika menjelaskan suatu materi dalam
matematika yang ditanyakan teman, saya
terbiasa menyentuh teman tersebut untuk
memperoleh perhatiannya.
46 | P a g e
29 Saya tidak peka terhadap perubahan ekspresi
teman saya ketika berbicara.
30 Ketika menjelaskan sesuatu dalam kegiatan
diskusi atau belajar kelompok, tangan saya
tidak bisa diam, pasti ikut menerangkan juga.
47 | P a g e
Lampiran 1. Lembar Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Nama :
Kelas :
Sekolah :
No Indikator Butir Soal
1 Menghubungkan
grafik,gambar, tabel
kedalam ide matematika
48 | P a g e
Rp 7.000/𝑚2,
a. Menurut ilustrasi anda, gambarkan sketsa
situasi diatas!
b. Bagaimana cara menghitung rencana
biaya yang dikeluarkan pemerintah kota?
Tunjukan mengapa 22/7 sama dengan 3,14!
Sertakan alasanmu!
4 Panjang tali yang diperlukan untuk
melilitkan
sebuah tempat pensil yang berbentuk
lingkaran
dengan jari-jari 3 cm dengan tinggi 10 cm
sebanyak lima putaran adalah...
5 Menyatakan kehidupan Panjang tali yang diperlukan untuk
sehari-hari
melilitkan
dalam bahasa atau
simbol. sebuah tempat pensil yang berbentuk
lingkaran
dengan jari-jari 3 cm dengan tinggi 10 cm
sebanyak lima putaran adalah...
Luas sebuah kebun yang berbentuk
6 lingkaran
adalah 2.464 m² yang memiliki skala 1:100.
Bagaimana cara menghitung keliling pada
peta?
Sertakan alasanmu!
7 Menjelaskan dan
membuat
pertanyaan tentang
matematika
yang dipelajari
49 | P a g e
50 | P a g e