Disusun oleh:
Kelompok 4 Kelas 034
Universitas Padjadjaran
Kampus Jatinangor
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami hikmat
dan berkat sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kami yang berjudul “Pemanfaatan
Limbah Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menjabarkan konsep SDGs ke-12
yang memiliki fokus mengenai penggunaan sumber daya alam yang bertanggung
jawab dan mengkaitkannya dengan konsep dari Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan serta Anti Korupsi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wanodyo Sulistyani,
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
beserta dosen-dosen pengampu lainnya, yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................3
2.3 Penjelasan perilaku produksi dan konsumsi yang tidak bertanggung jawab ..............5
2.4 Target SDGs dengan fokus menjamin pola produksi dan konsumsi
berkelanjutan ....................................................................................................................6
jawab ..............................................................................................................................17
ii
3.6 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan nilai
Pancasila.........................................................................................................................18
3.7 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan
kewarganegaraan ............................................................................................................21
3.8 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan anti
korupsi.............................................................................................................................21
PENDAHULUAN
1
limbah ini tidak dikelola dengan baik. Bukan hanya pada proses produksi saja
limbah dapat terbentuk, tapi ada juga yang terbentuk dari proses konsumsi.
Sekitar sepertiga dari makanan yang diproduksi untuk dikonsumsi hilang atau
terbuang secara sia-sia. Ini diakibatkan dari makanan yang tidak kita habiskan
sampai tuntas, tentu saja jika limbah ini dibuang kemana saja akan
menimbulkan ketidak nyamanan, seperti bau busuk dan akan menjadi sarang
penyakit. Karena hal atau kejadian itu menunut pemerintah maupun
masyarakat mencari solusi bagaimana cara mengurangi dan meminimalisir
dampak negative yang akan terus dihasilkan dari proses produksi dan proses
konsumsi. Beberapa limbah yang dihasilkan tidak selamanya tidak
bermanfaat, namun memang perlu dilakukan beberapa tahapan fase
penyelekesian yang harus dilalui agar dapat dihasilkan limbah yang bisa
didaur ulang atau dimanfaatkan Kembali. Pengelolaan limbah ini diatur oleh
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
3
1.2.5 Data kependudukan di negaa Indonesia.
1.2.6 Limbah produksi dan konsumsi di Indonesia.
1.2.7 Limbah produksi dan konsumsi .
1.2.8 Kondisi produksi dan konsumsi di Indonesia.
1.2.9 Perilaku koruptif yang menghambat produksi dan konsumsi
bertanggung jawab.
1.2.10 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab
dengan nilai
Pancasila.
1.2.11 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab
dengan
kewarganegaraan.
1.2.12 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab
dengan
antikorupsi.
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penjelasan produksi dan konsumsi
4
dikurangi kewenangannya, hingga diwacanakan pembubarannya. Padahal,
seperti yang kita tahu pula, KPK merupakan pilar yang dibangun dan dijaga
kekokohannya untuk memberantas KKN yang tumbuh pesat di Indonesia.
Banyak faktor yang mengakibatkan korupsi kerap terjadi di
Indonesia. Yang pertama adalah adanya kekuasaan yang disalahgunakan.
Tidak jarang kita temui, banyak koruptor yang merupakan pejabat atau orang-
orang yang memiliki kekuasaan dan pengaruh yang cukup besar bagi sekitar.
Kekuasaan itulah yang membuat para koruptor dapat bertindak semena-mena
tanpa harus takut akan dijerat oleh hukum. Yang kedua adalah lemahnya
sistem yang ada di negara kita. Yang dimaksud dengan sistem dalam
pengertian ini memiliki cakupan yang cukup luas, mulai dari sistem tata
pemerintahan dan birokrasi, politik, hukum, dan juga sosial yang berpengaruh
besar dalam masyarakat. Sistem-sistem yang ringkih tersebut secara tidak
langsung mewujudkan suatu perilaku koruptif yang akhirnya terjadi secara
terus-menerus.
6
dengan adaptasi perubahan iklim serta upaya mitigasi yang juga merupakan
dampak dari perilaku tersebut.
Perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab tentu saja
disebabkan oleh banyak sekali faktor-faktor yang ada. Faktor tersebut dimulai
dari tidak kuatnya mekanisme mengenai sistem informasi lingkungan hidup
dengan pemantauannya, tingkat kapasitas pengelolaan dan peraturan
lingkungan hidup, tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
lingkungan yang masih sangat rendah, kurangnya edukasi dan pemahaman
akan pentingnya bentuk tanggung jawab dan keberlanjutan dari kegiatan
produksi dan konsumsi yang dilakukan terus menerus serta dampaknya yang
sangat berpengaruh bagi efisiensi sumber daya dan kelangsungan hidup di
tahun-tahun dan generasi yang akan datang.
Dampak yang ditimbulkan tentunya tidak sebatas mempengaruhi
kehidupan kelompok masyarakat saja melainkan perilaku produksi dan
konsumsi konsumtif ini juga akan memberikan dampak yang signifikan
kepada negara. Hal ini dapat terjadi karena perilaku ini juga dapat
berpengaruh kepada tata kota berkelanjutan, pembangunan negara yang
semakin memburuk, kerugian produksi dan permintaan rantai penawaran di
ruang lingkup global, kondisi ekonomi yang terhambat akibat kurang
leluasanya ruang lingkup dari target-target perekonomian yang tidak dapat
tercapai dan tidak sesuai dengan harapan.
2.4 Target SDGs dengan fokus menjamin pola produksi dan konsumsi
berkelanjutan
Seperti yang kita ketahui, salah satu perilaku koruptif yang kerap
terjadi di negara ini adalah produksi dan konsumsi yang berlebihan. Tindakan
yang tidak bertanggung jawab tersebut cukup merugikan banyak pihak. SDGs
12 fokus dalam menangani dan membahas isu mengenai produksi dan
6
konsumsi yang bertanggung jawab. Dengan adanya poin SDGs ini,
diharapkan target-target yang telah dibuat dapat tercapai tepat waktu dengan
baik dan sesuai harapan.
Adapun target dari SDGs 12 ini adalah:
2.4.1 Mengimplementasikan Kerangka Kerja 10 tahun dari
program konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, dimana seluruh negara
melakukan aksi, dengan dipelopori negara-negara maju, dengan melihat
pembangunan dan kemampuan dari negara-negara berkembang.
2.4.2 Pada tahun 2030, diharapkan dapat mencapai manajemen
berkelanjutan dan penggunaan yang lebih efisien dari sumber daya alam.
2.4.3 Pada tahun 2030, mengurangi separuh jumlah dari sampah
pangan global perkapita pada tingkat retail dan konsumen dan mengurangi
kerugian makanan sepanjang produksi dan rantai penawaran, termasuk
kerugian pasca panen.
2.4.4 Pada tahun 2020, meraih manajemen ramah lingkungan dari
bahan kimia dan limbah lainnya sepanjang siklus hidupnya, sesuai dengan
kerangka kerja internasional yang telah disepakati, dan secara signifikan
mengurangi pelepasan bahan-bahan tersebut ke udara, air dan tanah dalam
rangka meminimalisir dampak buruk bahan tersebut terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan.
2.4.5 Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi produksi
limbah melalui tindakan pencegahan, pengurangan, daur ulang dan
penggunaan kembali. Mendorong perusahaan, terutama perusahaan skala
besar dan transnasional untuk mengadopsi praktek-praktek yang
berkelanjutan dan untuk memasukkan informasi yang berkelanjutan di dalam
siklus laporan mereka.
2.4.6 Mendukung praktek-praktek pengadaan barang publik yang
berkelanjutan, sesuai dengan kebijakan dan prioritas nasional. Pada tahun
2030, memastikan bahwa setiap orang dimanapun mendapatkan informasi
yang relevan dan kesadaran untuk pembangunan dan gaya hidup yang
berkelanjutan secara harmonis dengan alam.
7
2.4.7 Mendukung negara-negara berkembang untuk menguatkan kapasitas
ilmiah dan teknologi agar dapat bergerak menuju pola-pola konsumsi dan
produksi yang berkelanjutan.
2.4.8 Mengembangkan dan mengimplementasikan alat untuk memonitor
dampak pembangunan berkelanjutan untuk pariwisata yang berkelanjutan
yang dapat menciptakan lapangan kerja dan mendukung budaya dan produk
lokal.
2.4.9 Merasionalisasikan subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien yang
justru mendorong konsumsi berlebih dengan cara menghilangkan
penyimpangan pasar, sesuai dengan situasi nasional, termasuk dengan
menstruktur ulang pajak dan secara bertahap mengurangi subsidi yang
berbahaya, dimana adanya, untuk merefleksikan dampaknya terhadap
lingkungan, dengan melihat pada kebutuhan spesifik dan kondisi dari negara-
negara berkembang dan meminimalisir dampak buruk terhadap pembangunan
negara-negara tersebut dengan cara yang melindungi kaum miskin dan
masyarakat terkena dampak.
9
menjaga lingkungan dari kerusakan. Kerusakan lingkungan dapat disebabkan
karena pencemaran atau penggunaan sumber daya alam yang tidak mengikuti
aturan sehingga banyak sisa dari penggunaan yang terbuang. Tentu, hal ini
memiliki sifat yang tidak ramah lingkungan.
Penggunaan bahan baku produksi dan konsumsi yang bertanggung
jawab dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang menimbulkan
penurunan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. Selain itu, penggunaan
bahan baku produksi dan konsumsi yang tidak bertanggung jawab juga dapat
menurunkan populasi sumber daya alam. Indonesia dikenal sebagai negara
kaya akan sumber daya alamnya. Namun, akibat eksploitasi bahan baku yang
tidak bertanggung jawab, sumber daya alam di Indonesia semakin lama
semakin menurun. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan bahan baku
produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan memanfaatkan
sumber daya dengan efisien dan mengurangi limbah dari hasil produksi atau
konsumsi pangan.
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Wilayah geografis negara geografis
Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari keadaaj
sebenarnya di bumi atau letak suatu daerah di bumi dibandingkan dengan
daerah lain. Letak geografis juga bergantung pada aspek astronomis, geologi,
geografi, dan sosial budaya. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Badan Pusat
Statisrik (BPS), letak geografis Indonesia jika dilihat dari aspek astronomis
terletak antara 6 LU – 11 LS dan 95 BT – 141 BT. Indonesia memiliki luas
wilayah sebesar 1.916.862,20 km2, dengan luas wilayah yang begitu besar
Indonesia memiliiki 13.466 pulau dan 83.931 wilayah pedesaan. Papua
merupakan pulau terbesar di Indonesia dengan luas 319.036,05 km 2 atau
sekitar 16,64% dari wilayah Indonesia. Lalu jika dilihat dari aspek geografis
Indonesia terletak antara Samudra pasifik dan Samudra hindia, serta terletak
diantara benua Asia dan benua Australia. Indonesia juga merupakan
pertemuan dua rangkaian pegunungan sirkum pasifik dan sirkum mediterania.
Karena kondisi geografisnya, Indonesia memliki iklim tropis yang
mempunyai dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau, dan
panas di Indonesia merata sepanjang tahun. Karena kondisi geografinsya
inilah pada bidang sosial politik, Indonesia dapat dengan mudah berhubungan
dengan bangsa lain dan dapat ikut serta dalam percaturan politik dunia.
Berbicara mengenai letak geografis tentunya kita tidak bisa lepas
dengan batas-batas negara yang berdekatan denga Indonesia. Batas wilayah
Indonesia dengan beberapa negara tetangga, seperti :
Di darat Indonesia berbatasan dengan : Malaysia, Papua Nugini,
dan Timor Leste
Di laut Indonesia berbatasan dengan : Malaysia, Papua Nugini,
Singapura, Timor Leste, Filipina
10
undang. Keenam pembagian pemerintahan di Indonesia dilakukan secara
berurutan menurut luas wilayah : provinsi, kabupaten, kota, kecamatan,
kelurahan, dan desa. Setiap wilayah administrasi memiliki data dan informasi
statistik tentang jumlah tiap daerah yang disusun oleh Badan Pusat Statistik
Indonesia. Indonesia memliki sebanyak 34 provinsi, pada setiap provinsi
dibagi lagi menjadi kota dan kabupaten. Tercatat pada tahun 2018 ada
sebanyak 416 kabupaten dan 98 kota yang tersebar di seluruh Indonesia. Lalu
pada wilayah kota/kabupaten dibagi lagi menjadi kecamatan dan keluarahan,
jumlah kecamatan di Indonesia ada 7.240 dan jumlah kelurahan ada 83.706.
12
penduduk per
tahun (%)
2010 2019 2000- 2010-
2010 2019
Aceh 4.523.100 5.371.500 2,36 1,93
Sumatera 13.028.700 14.562.500 1,10 1,24
Utara
Sumatera 4.865.300 5.441.200 1,34 1,25
Barat
Riau 5.574.900 6.971.700 3,58 2,52
Jambi 3.107.600 3.624.600 2,56 1,72
Sumatera 7.481.600 8.470.700 1,85 1,39
Selatan
Bengkulu 1.722.100 1.991.800 1,67 1,63
Lampung 7.634.000 8.447.700 1,24 1,13
Kepulauan 1.230.200 1.488.800 3,14 2,14
Bangka
Belitung
Kepulauan 1.692.800 2.189.700 4,95 2,90
Riau
DKI Jakarta 9.640.400 10.557.800 1,41 1,02
Jawa Barat 43.227.100 49.316.700 1,90 1,48
Jawa Tengah 32.443.900 34.718.200 0,37 0,76
DI 3.467..500 3.842.900 1,04 1,15
Yogyakarta
Jawa Timur 37.565..800 39.698.600 0,76 0,62
Banten 10.688.600 12.927.300 2,78 2,14
12
Bali 3.907.400 4.336.900 2,15 1,17
Nusa 4.516.100 5.070.400 1,17 1,29
Tenggara
Barat
Nusa 4.706.200 5.456.200 2,07 1,66
Tenggara
Timur
Kalimantan 4.411.400 5.069.100 0,91 1,56
Barat
Kalimantan 2.220.800 2.714.900 1,79 2,26
Tengah
Kalimantan 3.642.600 4.244.100 1,99 1,71
Selatan
Kalimantan 3.047.500 3.721.400 3,81 2,24
Timur
Kalimantan 528.600 742.200 - 3,84
Utara
Sulawesi 2.277.700 2.507.000 1,28 1,07
Utara
Sulawesi 2.646.000 3.054.000 1,95 1,61
Tengah
Sulawesi 8.060.400 8.851.200 1,17 1,05
Selatan
Sulawesi 2.243.600 2.704.700 2,08 2,10
Tenggara
Gorontalo 1.044.800 1.202.600 2,26 1,58
Sulawesi 1.164.600 1.380.300 2,68 1,91
Barat
Maluku 1.541.900 1.802.900 2,80 1,75
Maluku Utara 1.043.300 1.255.800 2,47 2,08
Papua Barat 765.300 959.600 3,71 2,55
Papua 2.857.000 3.379.300 5,39 1,88
Indonesia 238.518.800 268.074.600 1,49 1,31
13
limbah dan sampah berada pada angka 65.200.000 ton per tahun dengan
penduduk sebanyak 261.115.456 orang dan dengan proyeksi angka jumlah
penduduk Indonesia yang terus menunjukkan pertambahan dan tentunya akan
meningkatkan jumlah timbulan limbah/sampah yang ada di tahun-tahun
mendatang.
Tahun 2025 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan
mencapai 284.829.000 orang dan bertambah sebesar 23.713.544 dari tahun 2016.
Jika diperkirakan sampah yang dihasilkan per tahun di dalam jumlah yang sama
maka kenaikan jumlah sampah yang bertambah adalah sebesar 5.928.386 ton.
Ibu kota provinsi Indonesia pada tahun 2016-2017 memiliki jumlah produksi
sampah per hari yang cukup tinggi yang terutama terjadi di Pulau Jawa, yaitu
Surabaya menghasilkan sampah 9.896,78 m3 per hari dan Jakarta sebanyak
7.164,53 m3 perhari, sedangkan untuk di luar Pulau Jawa, seperti Makasar
menghasilkan sampah 6.485,65 m3 per hari dilanjutkan dengan Denpasar
3.657,20 m per hari, Manado 2.064,00 m per hari, dan Medan 1.892,00 m per
3 3 3
hari.
Pertumbuhan ekonomi juga ikut menyebabkan meningkatnya
jumlah industri sehingga ikut mengakibatkan perpindahan penduduk yang turut
berdampak pada peningkatan jumlah limbah B3 baik dari hasil industri maupun
limbah cair hasil domestik. Dari limbah hasil industri, jumlah limbah B3 yang
dikelola pada tahun 2017 mencapai 60,31 juta ton dan terjadi penurunan dari
tahun sebelumnya. Perusahaan yang bergerak dalam sektor pertambangan, energi
dan mineral mengelola limbah paling banyak namun hanya sedikit melakukan
pemanfaatan terhadap limbah B3. Sedangkan untuk sektor manufaktur
memanfaatkan hampir setengah dari total limbah yang dimanfaatkan oleh semua
sektor.
Limbah bersumber dari berbagai macam aktivitas manusia, berikut adalah data-
data sumber limbah yang ada Indonesia mulai dari Industri Pertambangan, Energi
dan Mineral (PEM) kegiatan penambangan menyumbang sumber limbah cair
cukup besar. PDB yang dihasilkan sektor pertambangan dan penggalian yang
sebesar 167,7 triliun di tahun 2000 kemudian meningkat menjadi 1.028,8 triliun
pada 2017 Berkembangnya industri PEM, meningkatkan permasalahan limbah
21
terutama akibat dari proses pemilahan yang dilakukan menggunakan air atau
bahkan dilakukan di sungai dan laut tanpa adanya pemrosesan yang baik dan
benar terlebih dahulu baik untuk penambangan emas, pencucian batubara,
pemurnian tambang menggunakan sianida dan zat-zat yang mengandung unsur
karsinogenik lainnya.
Untuk limbah yang dihasilkan dari Industri Prasarana dan Jasa banyak
mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat sekitar. Namun terbatasnya jasa
pengolahan limbah medis saat ini yang hanya terdapat enam jasa pengolahan
limbah medis dengan total kapasitas pengolahan sebesar 134,4 ton/hari sedangkan
total estimasi timbulan limbah medis mencapai 366 ton/hari sangat tidak
memenuhi.
Sektor agroindustri menghasilkan buangan limbah dari hasil proses
pertanian, baik saat proses pra panen, panen dan pasca panen. Sebagai produsen
minyak sawit (CPO) terbesar di dunia, Indonesia memiliki lahan sawit terluas di
dunia yang pada tahun 2016 mencapai seluas 6,46 juta hektar. Untuk produksi
CPO dan CPO lain pada tahun 2016 mencapai 22,76 juta ton. Dari setiap ton
tandan buah segar yang diolah, menghasilkan 140-200 kg CPO yang juga
mengandung limbah cair atau Palm Oil Mill Effluent (POME) sebanyak 600-700
kg, mengandung bahan organik sangat tinggi dengan bahan pencemaran yang
semakin tinggi pula dan apabila dibiarkan akan menjadi amonia yang akan
menimbulkan bau busuk dan mengancam kehidupan biota air.
Bergesernya konsumsi penduduk memicu perkembangan industri manufaktur
akibat pergeseran menjadi konsumsi non-makanan dan macam industri baru.
Limbah manufaktur yang dibuang ke saluran perairan seperti selokan, kali atau
sungai dan berakhir di laut merusak ekosistem air rusak dan mematikan makhluk
hidup yang ada di dalamnya. Yang terakhir untuk limbah domestik/rumah tangga
yang berasal dari kegiatan permukiman, perkantoran,
21
tempat makan, usaha, dll. Dalam BPS tahun 2017, rumah tangga yang
menggunakan sanitasi layak hanya 67,89 persen.
16
dalam mendaur ulang dan mengurangi sampah sama pentingnya, sebagaimana
kita mendukung negara berkembang untuk bergerak ke arah pola konsumsi yang
lebih berkelanjutan di tahun 2030.
Fakta yang terungkap antara lain adalah sebagai berikut:
3.4.1 Total makanan yang dibuang setiap tahunnya mencapai 1,3 miliar
ton, sementara hampir 2 miliar orang kelaparan atau kekurangan nutrisi.
3.4.2 Ada 22% sektor makanan mengaku sekitar 22 persen dari total emisi
gas rumah kaca, lebih besar dari perubahan hutan menjadi lahan pertanian.
3.4.3 Secara global, sebanyak 2 milyar orang kelebihan berat badan atau gemuk.
3.4.4 Hanya sekitar 3 persen dari jumlah air di seluruh dunia yang merupakan
air bersih (bisa diminum), dan manusia menggunakannya lebih cepat dari pada
alam mengembalikannya.
3.4.5 Jika manusia dimana-mana pindah menggunakan lampu yang lebih
hemat energi, dunia akan menghemat 120 miliar dolar Amerika setiap tahunnya.
3.4.6 Sekitar 20%, pertama sampai kelima dari sumber konsumsi energi pada
tahun 2013 adalah dari sumberdaya yang diperbaharui.
Fakta yang mengejutkan untuk kelestarian bumi kita bukan? Oleh karena
itu penting halnya mengubah cara pandang kita terhadap pola konsumsi dan
pengelolaan terhadap energi yang kita pakai, apakah itu berkaitan dengan
penggunaan listrik, air, dan kemasan makanan itu sendiri. Produksi yang
bertanggung jawab, didukung dengan pola konsumsi yang berkelanjutan, bisa
menjadi solusi untuk berbagai permasalahan lingkungan dan sumber daya alam
yang kita hadapi belakangan ini. Produksi dan konsumsi yang berkelanjutan bisa
menyeimbangkan capaian-capaian sosial, ekonomi dan lingkungan seperti yang
dicita-citakan dalam SDG.
18
contoh perilaku koruptif dalam produksi dan konsumsi yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan:
3.5.1 Perluasan lahan pabrik dengan menghabisratakan lahan tanpa
memperhatikan potensi sumber daya alam di lingkungan sekitar.
Pembangunan industri tidak hanya menempati lahan kosong di perkotaan tetapi
juga lahan-lahan yang masih berpotensi sebagai penghasil pangan, misalnya
persawahan di Kabupaten Bekasi. Menurut dinas Kabupaten Bekasi, sekitar 1500
hektar setiap tahunnya lahan pertanian di kabupaten Bekasi berkurang.
3.5.2 Penggunaan air bersih yang berlebih yang dapat mengakibatkan
kekeringan ketika kemarau tiba. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Bogor, salah satu penyebab kekeringan adalah akibat borosnya
penggunaan air oleh masyarakat sehingga ketika musim kemarau datang, sumur
cenderung lebih kering.
3.5.3 Penggunaan sumber daya hutan secara liar tanpa memperhitungkan
usia hutan atau pohon yang berangsur-angsur dapat mengakibatkan kematian
hutan.
Berdasarkan data dari Global Frest Resources Assessment (FRA), Indonesia
sudah mencapai peringkat dunia tertinggi yang kehilangan wilayah hutannya
setelah Brasil. Tentu hal ini perlu mendapat perhatian lebih kepada masyarakat
untuk menerapkan aturan tebang pilih demi mempertahankan ekosistem hutan,
terutama pada pohon-poho yang masih berusia muda.
3.6 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan
nilai pancasila
Perilaku produsen dan konsumsi merupakan bagian dari perilaku
ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan sebagai produsen dan rumah tangga
konsumen. Dalam berperilaku, hadirnya nilai-nilai pancasila di dalamnya menjadi
salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan karena akan membentuk
manusia yang memiliki karakter dan moral sesuai dengan budaya bangsa
Indonesia.
18
Pancasila sebagai pedoman negara mampu menjadikan manusia berperilaku
produksi dan konsumsi yang sesuai dengan muatan yang terdapat didalamnya
seperti berperilaku sesuai dengan keadaan sebenarnya, saling membantu sesama,
saling menghormati satu sama lain, cinta produk
Indonesia, tidak konsumtif, bertanggung jawab, tidak bergaya hidup mewah, dan
tidak membuat sesuatu yang tidak bermanfaat.
Perubahan pola-pola produksi dan konsumsi dalam kehidupan
masyarakat merupakan fenomena yang dapat dilihat dari dua sisi, selaras atau
tidak dengan hakikat pembangunan berkelanjutan. Perubahan pola-pola produksi
dan konsumsi dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya dipandang sebagai
'economic activities', tetapi juga non-ekonomi. Dalam pandangan sosial politik,
perubahan pola-pola produksi dan konsumsi melingkupi berbagai aspek
kehidupan manusia, termasuk di dalam-nya sistem kelembagaan dan penggunaan
kekuasaan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan untuk
kesejahteraan rakyat merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
diselaraskan dengan konsepsi pembangunan politik dan sosial. Lingkup
pembangunan kesejahteraan rakyat ada dalam kombinasi pertumbuhan dan
perubahan dalam proses sosial, politik dan ekonomi. Dalam praktek
pembangunan, pembangunan ekonomi yang telah lama mendominasi model-
model pembangunan, ternyata perlu diimbangi dengan paradigma pembangunan
sosial politik yang saling terintegrasi dan komplementer. Dengan kata lain,
pembangunan yang ditujukan untuk menyejahterakan rakyat, perlu memandang
bahwa sistem nilai, perubahan perilaku, peraturan, norma-norma dan perundang-
undangan harus didasarkan serta terkait dengan perubahan pola-pola produksi dan
konsumsi. Artinya, dalam perubahan pola-pola produksi dan konsumsi yang
terjadi dan berlangsung dalam kehidupan masyarakat, perlu ada upaya serta
penataan yang searah dengan pemahaman pembangunan yang berkeadilan sosial.
Perilaku produksi dan konsumsi terbentuk dengan nilai-nilai karakter dan moral
dari bangsanya sendiri yaitu pancasila. Pancasila sebagai dasar falsafah harus
menjadi tuntutan yang dapat diaplikasikan dalam perilaku produksi dankonsumsi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam segi kultural, sistem ekonomi,
ideologi Pancasila merupakan ideologi sebagai suprastruktur dan kekuatan meta
19
ekonomi yang menjadi dasar berperilaku dan pola pikir dalam masyarakat. Dari
uraian diatas, dapat disimpulkan mengenai nilai-nilai pancasila yang
diinternalkan pada perilaku produksi dan konsumsi dapat dilihat sebagai berikut
ini:
3.6.3.3 Kekeluargaan
21
3.6.5.3 Hemat/tidak boros
3.6.5.4 Adil
3.7 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan
kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan kita sebagai mahasiswa
agar dapat menumbuhkan sikap dan perilaku nasionalis serta cinta tanah air.
Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan salah satu upaya
untuk membentuk kepribadian bangsa Indonesia dalam diri masing-masing
individu. Salah satu contoh yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia
adalah selalu menjaga lingkungan dari kerusakan baik dari segi apapun. Bentuk
dari kerusakan lingkungan beragam, salah satunya adalah pencemaran lingkungan
dan juga penggunaan sumber daya alam yang tidak bertanggung jawab sehingga
menimbulkan kerugian.
Dengan mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan, mahasiswa
diharapkan dapat mengimplementasikan ilmu-ilmunya dengan cara menerapkan
perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab. Cara agar produksi dan
konsumsi yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian adalah dengan mendorong
industri, bisnis, maupun konsumen untuk melakukan 3R, yaitu reuse, reduce, dan
recycle, serta mengurangi limbah hasil produksi maupun konsumsi.
3.8 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan
anti korupsi
Pendidikan anti korupsi mengajarkan kita para mahasiswa untuk
bisa menjadi agen perubahan dan penggerak di masyarakat untuk tidak melakukan
korupsi dan membantu upaya pemberantasan perilaku korupsi yang ada di
masyarakat. Pelajaran ini juga memotivasi dan mendarah dagingkan perilaku anti
korupsi terutama dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk perwujudan dari sikap
antikorupsi ini dapat diimplementasikan dalam perilaku kita yang melakukan
produksi dan konsumsi dengan bertanggung jawab. Ketika kita bertanggung
jawab dengan apa yang buat dan kita pakai sehari-hari maka sudah merupakan
wujud nyata kita dalam menerapkan budaya anti korupsi karena menggunakan
hak
21
kita dengan cara yang benar tanpa merugikan dan mengambil hak orang lain.
Dengan mempelajari pendidikan anti korupsi mahasiswa diharapkan dapat
menerapkan ilmu dan pemahamannya mengenai perilaku anti korupsi dengan
melakukan produksi dan konsumsi dengan bertanggung jawab. Kiranya dengan
adanya pemahaman mengenai perilaku anti korupsi kita bisa lebih memahami dan
memilah apa saja yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh, apa saja yang
menjadi hak dan kewajiban kita dn apa saja yang bukan, sehingga kegiatan yang
akan kita lakukan juga nantinya tidak akan menimbulkan kerugian orang lain.
22
Bab IV
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Menurut BPS, Indonesia terletak pada 6 derajat 04’30 Lintang Utara dan
11 derajat 00’36 Lintang Selatan, dan terletak di antara Benua Asia dan Benua
Australia serta Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Luas wilayah Indonesia
adalah 1.916.862,20 km2. Indonesia memiliki 34 provinsi, lalu ada 98 kota, 416
kabupaten, 7.240 kecamatan dan 83.706 kelurahan. Menurut Pasal 25 Undang-
Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai 6 wilayah
administrasi, yaitu provinsi, kota, kabupaten, kecamatan, kelurahan, dan desa.
Data kependudukan Indonesia berasal dari sensus penduduk yang
dilakukan setiap sepuluh tahun sekali. Metode yang dilakukan untuk
mengumpulkan data penduduk adalah dengan cara mewawancarai narasumber
dengan petugas sensus dan melauli sensus elektronik. Pada tahun 2019 jumlah
penduduk Indonesia sebanyak 268.074.600 ini berarti jumlah penduduk Indonesia
3,49% dari total seluruh penduduk di dunia.
Dengan populasi yang sebanyak itu membuat Indonesia memproduksi
limbah dan sampah sebesar 65.200.000 ton per tahun (2016). Angka ini menurut
BPS akan terus naik mengingat laju pertumbuhan warga Indonesia terus
meningkat setiap tahunnya. Banyak populasi juga berpengaruh terhadap
banyaknya lapangan pekerjaan khususnya pabrik indsutri berdiri. Di Indonesia
hanya segelintir pabrik industri yang menerapkan proses dan memakai alat yang
ramah lingkungan, belum lagi banyak pabrik yang yang melakukan tindakan yang
tidak bertanggung jawab terhadap limbah yang mereka hasilkan.
4.2 Saran
Mengingat kondisi planet bumi kita ini yang semakin hari semakin rusak
akibat ulah manusia, maka dari itu kelompok kami memiliki saran agar kondisi
bumi bisa lebih baik lagi. Saran ini khususnya menitik beratkan pada SDGs 12.
Pertama, memperbaiki proses produksi dan distribusi dalam hal pangan
dan juga jangan berperilaku konsumtif jika membeli makanan. Karena setiap
tahun, hampir 1/3 dari semua makanan yang diproduksi di seluruh dunia atau
sekitar 1,3 miliar ton makanan berakhir membusuk di tempat sampah, rusak pada
23
proses distribusi, dan praktik pemanenan yang buruk. Oleh karena itu, para
produsen makanan harus lebih memperhatikan alat-alat yang mereka gunakan
untuk mengolah makanan agar bahan makanan tidak terbuang sia-sia. Lalu untuk
para distributor harus lebih berhati-hati dalam mengedarkan makanan kepada para
konsumen agar kualitas makanan dapat terjaga dengan baik. Dan untuk para
konsumen harus memperhatikan gaya hidup nya, konsumsi lah makanan
secukupnya atau sampai perut kita merasa kenyang, jangan sampai makanan kita
tersisa hingga berakhir membusuk di tempat sampah. Sangat disayangkan
memang makanan sebanyak 1,3 milia ton terbuang sia-sia setiap tahunnya,
padahal masih banyak saudara kita yang kekurangan atau sulit mencari makan.
Kedua, menggunakan alat-alat yang ramah lingkungan dan hemat energi,
baik itu untuk produsen ataupun konsumen. Seperti yang kita tahu bahwa indsutri
yang ada di seluruh dunia ini belum semuanya memakai alat yang ramah
lingkungan dan hemat energi. Diharapkan dengan para industri memakai alat yang
ramah lingkungan dan hemat energi dapat mengurangi polusi yang diakibatkan
oleh industri dan dapat menghemat konsumsi energi. Para konsumen juga harus
mulai menggunakan alat-a;at yang ramah lingkungan dan hemat energi. Seperti
memakai bola lampu yang hemat energi, selain dapat menghemat biaya tagihan
listrik, menggunakan bola lampu hemat energi juga akan menghemat konsumsi
energi dunia senilai US $ 120 miliar per tahun.
Ketiga, memilah sampah yang akan kitab uang, karena hampir sebagian
besar sampah yang kita buang akan berakhir di laut. Sebelum sampah-sampah itu
mencapai laut, sampah itu akan melewati sungai terlebih dahulu, tentunya ini akan
mencemari air bersih yang akan kita konsumsi. Selain mencemari air sungai,
sampah ini juga akan merusak ekosistem yang ada di laut. Pengolahan sampah
dari setiap negara juga perlu diperhatikan lagi, agar sampah sampah itu dapat
diolah dengan semestinya dan bukan malah di buang ke lautan.
Mungkin itu hanya sebagian saran yang kelompok kami bisa bagikan,
masih banyak upaya lain yang bis akita lakukan untuk menciptakan lingkungan
yang lebih baik. Bisa dimulai dari hal-hal kecil yang setiap hari kita bisa lakukan,
jangan anggap remeh hal-hal kecil itu, karena jika semakin sering dan semakin
banyak orang melakukan hal-hal itu tentunya dampaknya juga akan semakin
25
besar. Manfaat dari kita melakukan hal-hal diatas tentunya tidak bisa dirasakan
dalam satu atau dua tahun, tentu akan lama. Tetapi jika kita memulai hal itu mulai
dari sekarang bukan tidak mungkin manfaat itu akan segera kita rasakan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Assifa, F., 2016. Setiap Tahun, Hutan Indonesia Hilang 684.000 Hektar. [online]
KOMPAS.com. Available at:
https://regional.kompas.com/read/2016/08/30/15362721/setiap.tahun.huta
n. indonesia.hilang.684.000.hektar [Accessed 9 December 2020].
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018. Jakarta :
Badan Pusat Statistik. Hal : 3-23.
BPBD Kab. Bogor. 2020. 6 Penyebab Terjadinya Kekeringan Dan Dampaknya
Bagi Kehidupan. Diakses dari https://bpbd.bogorkab.go.id/6-penyebab-
terjadinya-kekeringan-dan-dampaknya-bagi-kehidupan-2/
Diah Syifaul A’yuni dan Rahma Sandhi Prahara. 2017. “Internalisasi Nilai-Nilai
Pancasila Dalam Perilaku Konsumsi”. Institut Pesantren KH. Abdul
Chalim Mojokerto, 2 (2): Hal. 141-152.
Karl E. Case dan Ray C. Fair. 2006. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Terjemahan Y.
Andri Zainur, S.E. Jakarta: Erlangga.
Lestari, S., 2017. Sawah Beralih Jadi Perumahan Atau Industri Mengancam
Ketahanan Pangan. BBC News Indonesia. Diakses dari
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41078646
Micom. 2017. WWF Luncurkan Program Baru untuk Pola Konsumsi dan
Produksi Berkelanjutan
https://mediaindonesia.com/humaniora/114774/wwf-luncurkan-program-
baru-untuk-pola-konsumsi-dan-produksi-berkelanjutan (9/12/2020)
Venansius Priade Christian. 2019. Pola Konsumsi dan Produksi yang
Bertanggung jawab. Kompasiana. 30 April. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/venansius
priadechristian/5cc83eae95760e0e4e06db85/pola-konsumsi-dan-produksi-
yang-bertanggungjawab
Bappenas. 2020. Tujuan SDGs 12. Diakses dari http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-
12/
DPR. (2002). Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Retrieved from Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum:
http://www.dpr.go.id/jdih/uu1945
26
Kazakhstan, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Nur-Sultan. 2018. “Geografi.”
Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. https://kemlu.go.id/nur-
sultan/id/pages/geografi/41/etc-menu#:~:text=Letak geografis adalah
letak,geologis%2C fisiografis dan social budaya.
25