Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH SDGs POIN 

KE-12: PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI


DAN KONSUMSI YANG BERTANGGUNG JAWAB

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan

Disusun oleh:
Kelompok 4 Kelas 034

Abdul Malik Syaban 120410200078


Jovanna Tan Mai Pao 190110200071
Kultsum Khairatun Hisan 130110200104
Nadia Elizabeth Annina 260110203004
Resta Okky Sujono 240310200043

Universitas Padjadjaran
Kampus Jatinangor
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami hikmat
dan berkat sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kami yang berjudul “Pemanfaatan
Limbah Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menjabarkan konsep SDGs ke-12
yang memiliki fokus mengenai penggunaan sumber daya alam yang bertanggung
jawab dan mengkaitkannya dengan konsep dari Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan serta Anti Korupsi. 
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wanodyo Sulistyani,
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
beserta dosen-dosen pengampu lainnya, yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih. 

Jakarta, 24 November 2020

 Tim  Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................4

2.1 Penjelasan produksi dan konsumsi .............................................................................4

2.2 Penjelasan perilaku koruptif .......................................................................................4

2.3 Penjelasan perilaku produksi dan konsumsi yang tidak bertanggung jawab ..............5

2.4 Target SDGs dengan fokus menjamin pola produksi dan konsumsi

berkelanjutan ....................................................................................................................6

2.5 Pendekatan kasus dari sisi Pancasila ..........................................................................8

2.6 Pendekatan kasus dari sisi kewarganegaraan .............................................................8

2.7 Pendekatan kasus dari sisi antikorupsi .......................................................................9

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................10

3.1 Wilayah geografis negara .........................................................................................10

3.2 Kependudukan negara Indonesia ..............................................................................11

3.3 Limbah produksi dan konsumsi ................................................................................14

3.4 Kondisi produksi dan konsumsi di Indonesia ...........................................................16

3.5 Perilaku koruptif yang menghambat produksi dan konsumsi bertanggung

jawab ..............................................................................................................................17

ii
3.6 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan nilai

Pancasila.........................................................................................................................18

3.7 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan

kewarganegaraan ............................................................................................................21

3.8 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan anti

korupsi.............................................................................................................................21

BAB IV KESIMPULAN ..............................................................................................23

4.1 Kesimpulan ...............................................................................................................23

4.2 Saran .........................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................26


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia limbah adalah sisa proses
hasil produksi. Umumya yang disebut limbah mengacu pada sampah yang
dihasilkan dalam rumah tangga, indsutri, pertambangan dan kegiatan lain serta
proses produksi. Limbah juga mencemari lingkungan dan tidak memiliki nilai
ekonomis karena limbah tersebut telah dibuang. Pada zaman sekarang ini
limbah hasil industri dan limbah hasil rumah tangga menjadi persoalan yang
serius. Tetapi sebenarnya limbah itu tidak hanya dihasilkan oleh proses
produksi, tapi limbah juga dapat dihasilkan dari proses konsumsi. Ada dua
jenis limbah berdasarkan sifatnya. Pertama ada limbah biasa, limbah ini tidak
menyebabkan kerusakan yang berskala besar ataupun serius bagi kehidupan
masa depan, contohnya adalah limbah sayuran dan jerami padi. Ke dua ada
limbah B3, limbah ini berbahaya dan beracun sehingga bisa mengakibatkan
kerusakan serius dari skala pendek atau panjang, contoh dari limbah B3 adalah
baterai bekas, jiga tidak dikelola dengan baik tentunya ini akan merusak
lingkungan masa kini dan masa depan. Sebenarnya semua limbah itu
berbahaya jika tidak kita kelola dengan baik, maka dari itu peran kita sangat
penting disini.

Tak dapat dipungkiri bahwa salah satu pihak yang memiliki


peranan cukup penting pada proses perkembangan dan perubahan dunia
adalah dengan adanya pabrik untuk memproduksi suatu produk atau bahan
tertentu. Pada saat proses produksi ini tidak semua bahan yang diolah di
pabrik akan menghasilkan suatu produk tanpa adanya sisa produksi. Bagi
orang awam sisa produk ini dikenal sebagai rongsokan atau sampah, tetapi
bagi akademisi sisa produk ini terkadang lebih dikenal sebagai limbah pabrik.
Limbah pabrik yang dihasilkan ini juga semakin hari semakin menumpuk,
karena kebingungan untuk diolah menjadi apa, limbah ini di buang ke
sekitaran pabrik yang dimana daerah sekitaran pabrik ini merupakan daerah
pemukiman warga. Tentu saja ini akan merugikan warga sekitar pabrik jika

1
limbah ini tidak dikelola dengan baik. Bukan hanya pada proses produksi saja
limbah dapat terbentuk, tapi ada juga yang terbentuk dari proses konsumsi.
Sekitar sepertiga dari makanan yang diproduksi untuk dikonsumsi hilang atau
terbuang secara sia-sia. Ini diakibatkan dari makanan yang tidak kita habiskan
sampai tuntas, tentu saja jika limbah ini dibuang kemana saja akan
menimbulkan ketidak nyamanan, seperti bau busuk dan akan menjadi sarang
penyakit. Karena hal atau kejadian itu menunut pemerintah maupun
masyarakat mencari solusi bagaimana cara mengurangi dan meminimalisir
dampak negative yang akan terus dihasilkan dari proses produksi dan proses
konsumsi. Beberapa limbah yang dihasilkan tidak selamanya tidak
bermanfaat, namun memang perlu dilakukan beberapa tahapan fase
penyelekesian yang harus dilalui agar dapat dihasilkan limbah yang bisa
didaur ulang atau dimanfaatkan Kembali. Pengelolaan limbah ini diatur oleh
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999  Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di bagian sebelumnya serta


pembahasan yang akan dibahas pada bab selanjutnya, maka permasalahan dapat
diidentifikasi sebagai berikut:

1.2.1   Penjelasan perilaku koruptif produksi dan konsumsi yang tidak


bertanggung 
jawab.
1.2.2   Pendekatan kasus perilaku koruptif produksi dan konsumsi yang tidak 
bertanggung jawab dari perspektif Pancasila, Pendidikan Kewarganegraan
dan 
Antikorupsi.
1.2.3   Target SDGs dengan fokus menjamin pola produksi dan konsumsi 
berkelanjutan.
1.2.4   Wilayah geografis Indonesia.

3
1.2.5   Data kependudukan di negaa Indonesia.
1.2.6   Limbah produksi dan konsumsi di Indonesia.
1.2.7   Limbah produksi dan konsumsi .
1.2.8   Kondisi produksi dan konsumsi di Indonesia.
1.2.9   Perilaku koruptif yang menghambat produksi dan konsumsi
bertanggung jawab.
1.2.10 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab
dengan nilai 
Pancasila.
1.2.11 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab
dengan 
kewarganegaraan.
1.2.12 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab
dengan  
antikorupsi.

1.3 Tujuan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir berupa Project


Based Learning mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan tahun 2020. 
Selain itu, dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat
menambah informasi kepada masyarakat agar dapat lebih mengetahui tentang
perilaku koruptif terhadap penggunaan bahan baku produksi dan konsumsi
yang tidak bertanggung jawab beserta dengan dampak yang ditimbulkan. Hal
ini menjadi salah satu  target SDGs atau Pembangunan Berkelanjutan, yaitu
pada target ke-12. 
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan juga kami sebagi
penulis dapat memberikan saran terhadap solusi untuk mengurangi perilaku
tidak bertanggung jawab terhdaoat penggunaan bahan baku produksi dan
konsumsi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penjelasan produksi dan konsumsi

Produksi adalah proses yang mentrasnformasikan sumber daya


langka menjadi barang dan jasa yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan
konsumen dan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Faktor yang
mempengaruhi produksi adalah sumber daya alam, sumber daya manusia dan
sumber daya modal. . Faktor-fakror yang mempengaruhi konsumsi, besar
kecilnya konsumsi yang dilakukan seseorang dipengaruhi oleh pendapatan,
perkiraan harga dimasa mendatang, harga barang yang bersangkutan, Iklan,
ketersediaan barang dan jasa, selera, jumlah keluarga dan lingkungan sosial
budaya.
2.2 Penjelasan Perilaku Koruptif
Perilaku koruptif adalah perilaku yang mendukung seseorang
untuk melakukan tindakan korupsi. Secara garis besar, korupsi sendiri
merupakan seluruh tindakan yang tidak jujur dengan memanfaatkan jabatan
maupun kekuasaan yang dimiliki demi memperoleh keuntungan baik untuk
individu maupun kelompok tertentu. 
Masyarakat senantiasa disuguhi pemberitaan mengenai kasus
korupsi layaknya makanan sehari-hari. Kasus-kasus tersebut membuktikan
bahwa korupsi merupakan tindakan yang sangat menyengsarakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan di manapun, terutama tanah air kita tercinta,
Indonesia. Pada masa sekarang, perilaku koruptif semakin meningkat di
tengah semangat reformasi dan transparansi, sehingga menjadi suatu ironi
yang menyesakkan dada. Memberantas korupsi pun menjadi hal yang sulit
untuk dilakukan, sebab para penikmat hasil korupsi maupun beberapa oknum
pendukung pasti akan terus berjuang untuk mempertahankan eksistensinya.
Bagi mereka, tidak ada kata takut ataupun jera, karena keuntungan yang
mereka dapatkan setimpal. 

Keberadaan lembaga pemberantasas1n korupsi seperti Komisi


Pemberantasan Korupsi (KPK) tak berhenti dilemahkan,  dikriminalisasi,

4
dikurangi kewenangannya, hingga  diwacanakan pembubarannya. Padahal,
seperti yang kita tahu pula, KPK merupakan pilar yang dibangun dan dijaga
kekokohannya untuk memberantas KKN yang tumbuh pesat di Indonesia.
Banyak faktor yang mengakibatkan korupsi kerap terjadi di
Indonesia. Yang pertama adalah adanya kekuasaan yang disalahgunakan.
Tidak jarang kita temui, banyak koruptor yang merupakan pejabat atau orang-
orang yang memiliki kekuasaan dan pengaruh yang cukup besar bagi sekitar.
Kekuasaan itulah yang membuat para koruptor dapat bertindak semena-mena
tanpa harus takut akan dijerat oleh hukum. Yang kedua adalah lemahnya
sistem yang ada di negara kita. Yang dimaksud dengan sistem dalam
pengertian ini memiliki cakupan yang cukup luas, mulai dari sistem tata
pemerintahan dan birokrasi, politik, hukum, dan juga sosial yang berpengaruh
besar dalam masyarakat. Sistem-sistem yang ringkih tersebut secara tidak
langsung mewujudkan suatu  perilaku koruptif yang akhirnya terjadi secara
terus-menerus.

2.3 Penjelasan Perilaku Produksi dan Konsumsi yang Tidak


Bertanggung Jawab
Perilaku produksi dan konsumsi yang tidak bertanggung jawab
adalah suatu pola produksi konsumsi yang melalui pemanfaatan sumber daya
secara tidak efisien. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan penerapan
Sustainable Consumption and Production (SCP) atau biasa dikenal dengan
pola konsumsi produksi bertanggung jawab. Perilaku produksi dan konsumsi
yang tidak bertanggung jawab akan merusak sistematis dan pola terpadu
perwujudan perubahan akibat dari efek samping yang ditimbulkan dari
perilaku tersebut yaitu ketidakramahan lingkungan  dan ketidakberlanjutan.
Dengan adanya perilaku produksi dan konsumsi yang tidak
bertanggung jawab sangat berpengaruh terhadap kondisi ketersediaan sumber
daya alam (SDA) yang semakin lama justru semakin terbatas. Perilaku yang tidak
mampu didasari dengan wawasan lingkungan ini akan memperbesar adanya
risiko dan dampak bagi konsumen terlebih lagi kepada masyarakat. Perilaku
produksi dan konsumsi yang tidak bertanggung jawab ini juga berkaitan erat

6
dengan adaptasi perubahan iklim serta upaya mitigasi yang juga merupakan
dampak dari perilaku tersebut.
Perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab tentu saja
disebabkan oleh banyak sekali faktor-faktor yang ada. Faktor tersebut dimulai
dari tidak kuatnya mekanisme mengenai sistem informasi lingkungan hidup
dengan pemantauannya, tingkat kapasitas pengelolaan dan peraturan
lingkungan hidup, tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
lingkungan yang masih sangat rendah, kurangnya edukasi dan pemahaman
akan pentingnya bentuk tanggung jawab dan keberlanjutan dari kegiatan
produksi dan konsumsi yang dilakukan terus menerus serta dampaknya yang
sangat berpengaruh bagi efisiensi sumber daya dan kelangsungan hidup di
tahun-tahun dan generasi yang akan datang.
Dampak yang ditimbulkan tentunya tidak sebatas mempengaruhi
kehidupan kelompok masyarakat saja melainkan perilaku produksi dan
konsumsi konsumtif ini juga akan memberikan dampak yang signifikan
kepada negara. Hal ini dapat terjadi karena perilaku ini juga dapat
berpengaruh kepada tata kota berkelanjutan, pembangunan negara yang
semakin memburuk, kerugian produksi dan permintaan rantai penawaran di
ruang lingkup global, kondisi ekonomi yang terhambat akibat kurang
leluasanya ruang lingkup dari target-target perekonomian yang tidak dapat
tercapai dan tidak sesuai dengan harapan.

2.4 Target SDGs dengan fokus menjamin pola produksi dan konsumsi
berkelanjutan
Seperti yang kita ketahui, salah satu perilaku koruptif yang kerap
terjadi di negara ini adalah produksi dan konsumsi yang berlebihan. Tindakan
yang tidak bertanggung jawab tersebut cukup merugikan banyak pihak. SDGs
12 fokus dalam menangani dan membahas isu mengenai produksi dan

6
konsumsi yang bertanggung jawab. Dengan adanya poin SDGs ini,
diharapkan target-target yang telah dibuat dapat tercapai tepat waktu dengan
baik dan sesuai harapan. 
Adapun target dari SDGs 12 ini adalah:
2.4.1 Mengimplementasikan Kerangka Kerja 10 tahun dari
program konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, dimana seluruh negara
melakukan aksi, dengan dipelopori negara-negara maju, dengan melihat
pembangunan dan kemampuan dari negara-negara berkembang. 
2.4.2 Pada tahun 2030, diharapkan dapat mencapai manajemen
berkelanjutan dan penggunaan yang lebih  efisien dari sumber daya alam. 
2.4.3 Pada tahun 2030, mengurangi separuh jumlah dari sampah
pangan global perkapita pada tingkat retail dan konsumen dan mengurangi
kerugian makanan sepanjang produksi dan rantai penawaran, termasuk
kerugian pasca panen. 
2.4.4 Pada tahun 2020, meraih manajemen ramah lingkungan dari
bahan kimia dan limbah lainnya sepanjang siklus hidupnya, sesuai dengan
kerangka kerja internasional yang telah disepakati, dan secara signifikan
mengurangi pelepasan bahan-bahan tersebut ke udara, air dan tanah dalam
rangka meminimalisir dampak buruk bahan tersebut terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan. 
2.4.5 Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi produksi
limbah melalui tindakan pencegahan, pengurangan, daur ulang dan
penggunaan kembali. Mendorong perusahaan, terutama perusahaan skala
besar dan transnasional untuk mengadopsi praktek-praktek yang
berkelanjutan dan untuk memasukkan informasi yang berkelanjutan di dalam
siklus laporan mereka. 
2.4.6 Mendukung praktek-praktek pengadaan barang publik yang
berkelanjutan, sesuai dengan kebijakan dan prioritas nasional. Pada tahun
2030, memastikan bahwa setiap orang dimanapun mendapatkan informasi
yang relevan dan kesadaran untuk pembangunan dan gaya hidup yang
berkelanjutan secara harmonis dengan alam. 

7
2.4.7 Mendukung negara-negara berkembang untuk menguatkan kapasitas
ilmiah dan teknologi agar dapat bergerak menuju pola-pola konsumsi dan
produksi yang berkelanjutan. 
2.4.8 Mengembangkan dan mengimplementasikan alat untuk memonitor
dampak pembangunan berkelanjutan untuk pariwisata yang berkelanjutan
yang dapat menciptakan lapangan kerja dan mendukung budaya dan produk
lokal.
2.4.9 Merasionalisasikan subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien yang
justru mendorong konsumsi berlebih dengan cara menghilangkan
penyimpangan pasar, sesuai dengan situasi nasional, termasuk dengan
menstruktur ulang pajak dan secara bertahap mengurangi subsidi yang
berbahaya, dimana adanya, untuk merefleksikan dampaknya terhadap
lingkungan, dengan melihat pada kebutuhan spesifik dan kondisi dari negara-
negara berkembang dan meminimalisir dampak buruk terhadap pembangunan
negara-negara tersebut dengan cara yang melindungi kaum miskin dan
masyarakat terkena dampak.

2.5 Pendekatan kasus dari sisi Pancasila


Dari data yang diperoleh, jika dikaitkan dengan penyelenggaraan
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara belum
semua sila dalam Pancasila sudah terpenuhi dan diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan baik. Terutama sila ke-2, jika dikaitkan dengan
kasus konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, sejumlah orang atau lapisan
masyarakat perilakunya masih bertentangan dengan sila ke-2 mengenai
kemunasiaan. Karena sebagai manusia kita harus menjadi manusia yang
bertanggung jawab atas apa yang telah kita perbuat, agar perbuatan yang kita
lakukan hari ini berdampak positif untuk generasi yang akan dating.

2.6 Pendekatan kasus dari sisi kewarganegaraan


Pada hakikatnya, mempelajari kewarganegaraan adalah untuk
membangun rasa cinta tanah air dan kebangsaan, serta membentuk pribadi
yang berkepribadian Indonesia. Salah satu bentuk cinta tanah air yaitu dengan

9
menjaga lingkungan dari kerusakan. Kerusakan lingkungan dapat disebabkan
karena pencemaran atau penggunaan sumber daya alam yang tidak mengikuti
aturan sehingga banyak sisa dari penggunaan yang terbuang. Tentu, hal ini
memiliki sifat yang tidak ramah lingkungan. 
Penggunaan bahan baku produksi dan konsumsi yang bertanggung
jawab dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang menimbulkan
penurunan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. Selain itu, penggunaan
bahan baku produksi dan konsumsi yang tidak bertanggung jawab juga dapat
menurunkan populasi sumber daya alam. Indonesia dikenal sebagai negara
kaya akan sumber daya alamnya. Namun, akibat eksploitasi bahan baku yang
tidak bertanggung jawab, sumber daya alam di Indonesia semakin lama
semakin menurun. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan bahan baku
produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan memanfaatkan
sumber daya dengan efisien dan mengurangi limbah dari hasil produksi atau
konsumsi pangan.

2.7 Pendekatan kasus dari sisi antikorupsi


Penggunaan bahan baku produksi dan konsumsi yang tidak
bertanggung jawab menyalahi beberapa nilai yang ada pada nilai-nilai
antikorupsi, yaitu tanggung jawab dan kepedulian. Sebagai masyarakat
Indonesia, sudah seharusnya kita memiliki sikap tanggung jawab terhadap
tanah air Indonesia. Salah satu bentuk tanggung jawabnya adalah atas sumber
daya yang dimiliki negara ini. Ketersediaan sumber daya alam, seperti air,
energi,dan lain-lainya bukan hanya tanggung jawab pemerintah terhadap
masyarakat, melainkan juga tanggung jawab masyarakat kepada
negara. Selain menyalahi nilai tanggung jawab, penggunaan bahan baku
berlebih juga menyalahi nilai kepedulian. Penggunaan bahan baku yang tidak
bertanggung jawab sama saja mengeksploitasi sumber daya alam di
Indonesia. Pengeksploitasian sumber daya alam dapat merusak lingkungan,
misalnya rusaknya ekosistem asal sumber daya dan timbulnya bencana alam
akibat terkikisnya sumber daya alam secara berlebih.

9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Wilayah geografis negara geografis
Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari keadaaj
sebenarnya di bumi atau letak suatu daerah di bumi dibandingkan dengan
daerah lain. Letak geografis juga bergantung pada aspek astronomis, geologi,
geografi, dan sosial budaya. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Badan Pusat
Statisrik (BPS), letak geografis Indonesia jika dilihat dari aspek astronomis
terletak antara 6 LU – 11 LS dan 95 BT – 141 BT. Indonesia memiliki luas
wilayah sebesar 1.916.862,20 km2, dengan luas wilayah yang begitu besar
Indonesia memiliiki 13.466 pulau dan 83.931 wilayah pedesaan. Papua
merupakan pulau terbesar di Indonesia dengan luas 319.036,05 km 2 atau
sekitar 16,64% dari wilayah Indonesia. Lalu jika dilihat dari aspek geografis
Indonesia terletak antara Samudra pasifik dan Samudra hindia, serta terletak
diantara benua Asia dan benua Australia. Indonesia juga merupakan
pertemuan dua rangkaian pegunungan sirkum pasifik dan sirkum mediterania.
Karena kondisi geografisnya, Indonesia memliki iklim tropis yang
mempunyai dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau, dan
panas di Indonesia merata sepanjang tahun. Karena kondisi geografinsya
inilah pada bidang sosial politik, Indonesia dapat dengan mudah berhubungan
dengan bangsa lain dan dapat ikut serta dalam percaturan politik dunia.
Berbicara mengenai letak geografis tentunya kita tidak bisa lepas
dengan batas-batas negara yang berdekatan denga Indonesia. Batas wilayah
Indonesia dengan beberapa negara tetangga, seperti :
 Di darat Indonesia berbatasan dengan : Malaysia, Papua Nugini,
dan Timor Leste
 Di laut Indonesia berbatasan dengan : Malaysia, Papua Nugini,
Singapura, Timor Leste, Filipina

3.1.1 Wilayah dan batas administrasi di indonesia


Menurut pasal 25 Undang-undang UUD 1945, Negara Republik Indonesia
memiliki ha katas wilayah dan perbatasan yang ditentukan oleh undang-

10
undang. Keenam pembagian pemerintahan di Indonesia dilakukan secara
berurutan menurut luas wilayah : provinsi, kabupaten, kota, kecamatan,
kelurahan, dan desa. Setiap wilayah administrasi memiliki data dan informasi
statistik tentang jumlah tiap daerah yang disusun oleh Badan Pusat Statistik
Indonesia. Indonesia memliki sebanyak 34 provinsi, pada setiap provinsi
dibagi lagi menjadi kota dan kabupaten. Tercatat pada tahun 2018 ada
sebanyak 416 kabupaten dan 98 kota yang tersebar di seluruh Indonesia. Lalu
pada wilayah kota/kabupaten dibagi lagi menjadi kecamatan dan keluarahan,
jumlah kecamatan di Indonesia ada 7.240 dan jumlah kelurahan ada 83.706.

3.2 Kependudukan negara Indonesia


Sumber utama dari data kependudukan adalah sensus yang dilakukan setiap
sepuluh tahun sekali. Dalam sensus, semua penduduk (termasuk warga negara
asing) yang tinggal di wwilayah Indonesia dicacah, kecuali anggota
perwakilan diplomatik neegara sahabat dan keluarganya. Cara pengumpulan
data dalam pencacahan dilakukan dengan cara mewawancarai narasumber
dengan petugas sensus dan melalui sensus elektronik. Pencatatan penduduk
menggunakan konsep tempat tinggal biasa, yaitu konsep penduduk biasa.
Pada malam “Hari Sensus”, penduduk yang masih tinggal masih ter daftar
di tempat tinggal biasanya, sedangkan penduduk yang tidak berpenghuni
tetap terdaftar di tempat merke terdaftar. Termasuk penduduk yang bukan
penduduk tetap yang merupakan gelandangan, awak kapal berbendera
Indonesia, penghuni perahu/rumah apung, masyarakat asing/terisolir, dan
pengungsi. Bagi mereka yang memiliki tempat tinggal permanen dan telah
bepergian ke luar daerah selama lebih dari enam bulan, tidak terdaftar di
tempat tinggalnya, melainkan di tempat tujuan. Berdasarkan data yang
dimiliki oleh Badan Pusat Statistik, pada tahun 2019 jumlah penduduk
Indonesia adalah 268.074.600 orang, ini berarti jumlah penduduk Indonesia
3,49% dari total seluruh penduduk di dunia. Berikut data lengkap mengenai
jumlah penduduk Indonesia dan jumlah penduduk dari seetiap provinsi di
Indonesia.
Provinsi Penduduk Laju pertumbuhan

12
penduduk per
tahun (%)
2010 2019 2000- 2010-
2010 2019
Aceh 4.523.100 5.371.500 2,36 1,93
Sumatera 13.028.700 14.562.500 1,10 1,24
Utara
Sumatera 4.865.300 5.441.200 1,34 1,25
Barat
Riau 5.574.900 6.971.700 3,58 2,52
Jambi 3.107.600 3.624.600 2,56 1,72
Sumatera 7.481.600 8.470.700 1,85 1,39
Selatan
Bengkulu 1.722.100 1.991.800 1,67 1,63
Lampung 7.634.000 8.447.700 1,24 1,13
Kepulauan 1.230.200 1.488.800 3,14 2,14
Bangka
Belitung
Kepulauan 1.692.800 2.189.700 4,95 2,90
Riau
DKI Jakarta 9.640.400 10.557.800 1,41 1,02
Jawa Barat 43.227.100 49.316.700 1,90 1,48
Jawa Tengah 32.443.900 34.718.200 0,37 0,76
DI 3.467..500 3.842.900 1,04 1,15
Yogyakarta
Jawa Timur 37.565..800 39.698.600 0,76 0,62
Banten 10.688.600 12.927.300 2,78 2,14

12
Bali 3.907.400 4.336.900 2,15 1,17
Nusa 4.516.100 5.070.400 1,17 1,29
Tenggara
Barat
Nusa 4.706.200 5.456.200 2,07 1,66
Tenggara
Timur
Kalimantan 4.411.400 5.069.100 0,91 1,56
Barat
Kalimantan 2.220.800 2.714.900 1,79 2,26
Tengah
Kalimantan 3.642.600 4.244.100 1,99 1,71
Selatan
Kalimantan 3.047.500 3.721.400 3,81 2,24
Timur
Kalimantan 528.600 742.200 - 3,84
Utara
Sulawesi 2.277.700 2.507.000 1,28 1,07
Utara
Sulawesi 2.646.000 3.054.000 1,95 1,61
Tengah
Sulawesi 8.060.400 8.851.200 1,17 1,05
Selatan
Sulawesi 2.243.600 2.704.700 2,08 2,10
Tenggara
Gorontalo 1.044.800 1.202.600 2,26 1,58
Sulawesi 1.164.600 1.380.300 2,68 1,91
Barat
Maluku 1.541.900 1.802.900 2,80 1,75
Maluku Utara 1.043.300 1.255.800 2,47 2,08
Papua Barat 765.300 959.600 3,71 2,55
Papua 2.857.000 3.379.300 5,39 1,88
Indonesia 238.518.800 268.074.600 1,49 1,31

3.3 Limbah produksi dan konsumsi 


Seperti yang tertulis pada UU No. 32 Tahun 2009, Limbah baik
dari produksi dan konsumsi akan dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah non B3. Pada tahun 2016 jumlah

13
limbah dan sampah berada pada angka 65.200.000 ton per tahun dengan
penduduk sebanyak 261.115.456 orang dan dengan proyeksi angka jumlah
penduduk Indonesia yang terus menunjukkan pertambahan dan tentunya akan
meningkatkan jumlah timbulan limbah/sampah yang ada di tahun-tahun
mendatang. 
Tahun 2025 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan
mencapai 284.829.000 orang dan bertambah sebesar 23.713.544 dari tahun 2016.
Jika diperkirakan sampah yang dihasilkan per tahun di dalam jumlah yang sama
maka kenaikan jumlah  sampah yang bertambah adalah sebesar 5.928.386 ton. 
Ibu kota provinsi Indonesia pada tahun 2016-2017 memiliki jumlah produksi
sampah per hari yang cukup tinggi yang terutama terjadi di Pulau Jawa, yaitu
Surabaya menghasilkan sampah 9.896,78 m3 per hari dan Jakarta sebanyak
7.164,53 m3 perhari,  sedangkan untuk di luar Pulau Jawa, seperti Makasar
menghasilkan sampah 6.485,65 m3 per hari dilanjutkan dengan Denpasar
3.657,20 m per hari, Manado 2.064,00 m per hari, dan Medan  1.892,00 m per
3 3 3

hari.
Pertumbuhan ekonomi juga ikut menyebabkan meningkatnya
jumlah industri sehingga ikut mengakibatkan perpindahan penduduk yang turut
berdampak pada peningkatan jumlah limbah B3 baik dari hasil industri maupun
limbah cair hasil domestik. Dari limbah hasil industri, jumlah limbah B3 yang
dikelola pada tahun 2017 mencapai 60,31 juta ton dan terjadi penurunan dari
tahun sebelumnya. Perusahaan yang  bergerak dalam sektor pertambangan, energi
dan mineral mengelola limbah paling banyak namun hanya sedikit melakukan
pemanfaatan terhadap limbah B3. Sedangkan untuk sektor manufaktur
memanfaatkan hampir setengah dari total limbah yang dimanfaatkan oleh semua
sektor. 
Limbah bersumber dari berbagai macam aktivitas manusia, berikut adalah data-
data sumber limbah yang ada Indonesia mulai dari Industri Pertambangan, Energi
dan Mineral (PEM) kegiatan penambangan menyumbang sumber limbah cair
cukup besar. PDB yang dihasilkan sektor pertambangan dan penggalian yang
sebesar 167,7 triliun di tahun 2000 kemudian meningkat menjadi 1.028,8 triliun
pada 2017 Berkembangnya industri PEM, meningkatkan permasalahan limbah

21
terutama akibat dari proses pemilahan yang dilakukan menggunakan air atau
bahkan dilakukan di sungai dan laut tanpa adanya pemrosesan yang baik dan
benar terlebih dahulu baik untuk penambangan emas, pencucian batubara,
pemurnian tambang menggunakan sianida dan zat-zat yang mengandung unsur
karsinogenik lainnya.
Untuk limbah yang dihasilkan dari Industri Prasarana dan Jasa banyak
mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat sekitar. Namun terbatasnya jasa
pengolahan limbah medis saat ini yang hanya terdapat enam jasa pengolahan
limbah medis dengan total kapasitas pengolahan sebesar 134,4 ton/hari sedangkan
total estimasi timbulan limbah medis mencapai 366 ton/hari sangat tidak
memenuhi.
Sektor agroindustri menghasilkan buangan limbah dari hasil proses
pertanian, baik saat proses pra panen, panen dan pasca panen. Sebagai produsen
minyak sawit (CPO) terbesar di dunia, Indonesia memiliki lahan sawit terluas di
dunia yang pada tahun 2016 mencapai seluas 6,46 juta hektar. Untuk produksi
CPO dan CPO lain pada tahun 2016 mencapai 22,76 juta ton. Dari setiap ton
tandan buah segar yang diolah, menghasilkan 140-200 kg CPO yang juga
mengandung limbah cair atau Palm Oil Mill Effluent (POME) sebanyak 600-700
kg, mengandung bahan organik sangat tinggi dengan bahan pencemaran yang
semakin tinggi pula dan apabila dibiarkan akan menjadi amonia yang akan
menimbulkan bau busuk dan mengancam kehidupan biota air.
Bergesernya konsumsi penduduk memicu perkembangan industri manufaktur
akibat pergeseran menjadi konsumsi non-makanan dan macam industri baru. 
Limbah manufaktur yang dibuang ke saluran perairan seperti selokan, kali atau
sungai dan berakhir di laut merusak ekosistem air rusak dan mematikan  makhluk
hidup yang ada di dalamnya. Yang terakhir untuk limbah domestik/rumah tangga
yang berasal dari kegiatan permukiman, perkantoran,

21
tempat makan, usaha, dll. Dalam BPS  tahun 2017, rumah tangga yang
menggunakan sanitasi layak hanya 67,89 persen.

3.4 Kondisi produksi dan konsumsi di Indonesia


Indonesia tidak hanya negara dalam perdagangan global tetapi juga
konsumen kelas, dengan populasi penduduk mencapai 250 juta jiwa. Indonesia
mengonsumsi sendiri lebih dari separuh produk perkayuan, kertas, dan kelapa
sawit yang dihasilkannya, saatnya konsumsi itu juga mengarah kepada konsumsi
yang bertanggung jawab.
Konsumsi yang bertanggung jawab artinya memperhatikan asal usulnya
dan menjauhi produk yang terkait praktik-praktik ilegal, perdagangan manusia,
perusakan lingkungan dan penghancuran tempat hunian masyarakat setempat
Dengan 4,4 miliar orang (2015) tinggal di kawasan ini, Asia merupakan tempat
tinggal bagi 60% warga dunia. Pada 2018, populasi Asia diperkirakan lebih dari
50%-nya adalah masyarakat urban, yang berarti mereka akan menjadi konsumen.
Tahun 2050, diperkirakan 2 dari 3 orang Asia tinggal di perkotaan. Semakin
banyak orang tinggal di kota besar yang disebut 'megacities', yaitu kota
berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa. Di seluruh dunia ada 37 megacities, dua yang
terbesar berada di Asia, yaitu Tokyo (39 juta jiwa) dan Jabodetabek (31,5 juta
jiwa). Besarnya jumlah penduduk di perkotaan membawa konsekuensi pola
konsumsi, terutama dengan meningkatnya populasi kelas menengah yang akan
berpengaruh pada pola konsumsi rumah tangga, transportasi, dan pangan.
Dalam mencapai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang
berkelanjutan meminta kita untuk terus memperhatikan dampak lingkungan
dengan mengubah cara menghasilkan dan mengkonsumsi barang dan sumber
daya. Sektor pertanian menjadi yang terbesar dalam penggunaan sumber daya air
di seluruh dunia, dan irigasi sekarang mengaku hampir 70% dari seluruh air bersih
untuk kegunaan manusia.
Pengelolaan yang efisien dari jumlah sumber daya alami, dan cara kita
menentukan zat beracun yang terkandung dalam sampah dan polusi, adalah target
yang penting dalam tujuan kedua belas dari United Nations Development
Programme (UNDP). Meyakinkan industri, lingkungan bisnis dan konsumen

16
dalam mendaur ulang dan mengurangi sampah sama pentingnya, sebagaimana
kita mendukung negara berkembang untuk bergerak ke arah pola konsumsi yang
lebih berkelanjutan di tahun 2030.
Fakta yang terungkap antara lain adalah sebagai berikut:
3.4.1    Total makanan yang dibuang setiap tahunnya mencapai 1,3 miliar
ton, sementara hampir 2 miliar orang kelaparan atau kekurangan nutrisi.
3.4.2   Ada 22% sektor makanan mengaku sekitar 22 persen dari total emisi
gas rumah kaca, lebih besar dari perubahan hutan menjadi lahan pertanian.
3.4.3 Secara global, sebanyak 2 milyar orang kelebihan berat badan atau gemuk.
3.4.4 Hanya sekitar 3 persen dari jumlah air di seluruh dunia yang merupakan
air bersih (bisa diminum), dan manusia menggunakannya lebih cepat dari pada
alam mengembalikannya.
3.4.5 Jika manusia dimana-mana pindah menggunakan lampu yang lebih
hemat energi, dunia akan menghemat 120 miliar dolar Amerika setiap tahunnya.
3.4.6 Sekitar 20%, pertama sampai kelima dari sumber konsumsi energi pada
tahun 2013 adalah dari sumberdaya yang diperbaharui.

Fakta yang mengejutkan untuk kelestarian bumi kita bukan? Oleh karena
itu penting halnya mengubah cara pandang kita terhadap pola konsumsi dan
pengelolaan terhadap energi yang kita pakai, apakah itu berkaitan dengan
penggunaan listrik, air, dan kemasan makanan itu sendiri. Produksi yang
bertanggung jawab, didukung dengan pola konsumsi yang berkelanjutan, bisa
menjadi solusi untuk berbagai permasalahan lingkungan dan sumber daya alam
yang kita hadapi belakangan ini. Produksi dan konsumsi yang berkelanjutan bisa
menyeimbangkan capaian-capaian sosial, ekonomi dan lingkungan seperti yang
dicita-citakan dalam SDG.

3.5 Perilaku koruptif yang menghambat produksi dan konsumsi


bertanggung jawab
Penggunaan bahan baku produksi dan konsumsi yang tidak
bertanggung jawab diakibatkan karena masyarakat yang melakukan perilaku
koruptif. Berikut beberapa

18
contoh perilaku koruptif dalam produksi dan konsumsi yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan:
3.5.1 Perluasan lahan pabrik dengan menghabisratakan lahan tanpa  
memperhatikan potensi sumber daya alam di lingkungan sekitar.
Pembangunan industri tidak hanya menempati lahan kosong di perkotaan tetapi
juga lahan-lahan yang masih berpotensi sebagai penghasil pangan, misalnya
persawahan di Kabupaten Bekasi. Menurut dinas Kabupaten Bekasi, sekitar 1500
hektar setiap tahunnya lahan pertanian di kabupaten Bekasi berkurang.
3.5.2 Penggunaan air bersih yang berlebih yang dapat mengakibatkan
kekeringan ketika kemarau tiba. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Bogor, salah satu penyebab kekeringan adalah akibat borosnya
penggunaan air oleh masyarakat sehingga ketika musim kemarau datang, sumur
cenderung lebih kering.
3.5.3 Penggunaan sumber daya hutan secara liar tanpa memperhitungkan
usia hutan atau pohon yang berangsur-angsur dapat mengakibatkan kematian
hutan.
Berdasarkan data dari Global Frest Resources Assessment (FRA), Indonesia
sudah mencapai peringkat dunia tertinggi yang kehilangan wilayah hutannya
setelah Brasil. Tentu hal ini perlu mendapat perhatian lebih kepada masyarakat
untuk menerapkan aturan tebang pilih demi mempertahankan ekosistem hutan,
terutama pada pohon-poho yang masih berusia muda.

3.6 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan
nilai pancasila
Perilaku produsen dan konsumsi merupakan bagian dari perilaku
ekonomi yang dilakukan oleh  perusahaan sebagai produsen dan rumah tangga
konsumen. Dalam berperilaku, hadirnya nilai-nilai pancasila di dalamnya menjadi
salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan karena akan membentuk
manusia  yang memiliki karakter dan moral sesuai dengan budaya bangsa
Indonesia.

18
Pancasila sebagai pedoman negara mampu menjadikan manusia berperilaku
produksi dan konsumsi yang sesuai dengan muatan yang terdapat didalamnya
seperti berperilaku sesuai dengan keadaan sebenarnya, saling membantu sesama,
saling menghormati satu sama lain, cinta produk
Indonesia, tidak konsumtif, bertanggung jawab, tidak bergaya hidup mewah, dan
tidak membuat sesuatu yang tidak bermanfaat.
Perubahan pola-pola produksi dan konsumsi dalam kehidupan
masyarakat merupakan fenomena yang dapat dilihat dari dua sisi, selaras atau
tidak dengan hakikat pembangunan berkelanjutan. Perubahan pola-pola produksi
dan konsumsi dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya dipandang sebagai
'economic activities', tetapi juga non-ekonomi. Dalam pandangan sosial politik,
perubahan pola-pola produksi dan konsumsi melingkupi berbagai aspek
kehidupan manusia, termasuk di dalam-nya sistem kelembagaan dan penggunaan
kekuasaan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan untuk
kesejahteraan rakyat merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
diselaraskan dengan konsepsi pembangunan politik dan sosial. Lingkup
pembangunan kesejahteraan rakyat ada dalam kombinasi pertumbuhan dan
perubahan dalam proses sosial, politik dan ekonomi. Dalam praktek
pembangunan, pembangunan ekonomi yang telah lama mendominasi model-
model pembangunan, ternyata perlu diimbangi dengan paradigma pembangunan
sosial politik yang saling terintegrasi dan komplementer. Dengan kata lain,
pembangunan yang ditujukan untuk menyejahterakan rakyat, perlu memandang
bahwa sistem nilai, perubahan perilaku, peraturan, norma-norma dan perundang-
undangan harus didasarkan serta terkait dengan perubahan pola-pola produksi dan
konsumsi. Artinya, dalam perubahan pola-pola produksi dan konsumsi yang
terjadi dan berlangsung dalam kehidupan masyarakat, perlu ada upaya serta
penataan yang searah dengan pemahaman pembangunan yang berkeadilan sosial.
Perilaku produksi dan konsumsi terbentuk dengan nilai-nilai karakter dan moral
dari bangsanya sendiri yaitu pancasila. Pancasila sebagai dasar falsafah harus
menjadi tuntutan yang dapat diaplikasikan dalam perilaku produksi dankonsumsi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam segi kultural, sistem ekonomi,
ideologi Pancasila merupakan ideologi sebagai suprastruktur dan kekuatan meta

19
ekonomi yang menjadi dasar berperilaku dan pola pikir dalam masyarakat. Dari
uraian diatas,  dapat disimpulkan mengenai nilai-nilai pancasila yang
diinternalkan pada perilaku produksi dan konsumsi dapat dilihat sebagai berikut
ini:

    3.6.1 Ketuhanan Yang Maha Esa

3.6.1.1 Jujur atau berperilaku sesuai dengan keadaan sebenarnya

3.6.1.2 Moral agama

3.6.1.3 Saling menghormati satu sama lain

3.6.1.4 Tidak mementingkan dunia saja tapi juga kehidupan akhirat

3.6.2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3.6.2.1 Tidak semena-mena terhadap orang lain

3.6.2.2 Sopan santun

3.6.2.3 Peduli dengan orang lain

3.6.3 Persatuan Indonesia

3.6.3.1 Cinta produk Indonesia

3.6.3.2 Berjiwa nasionalisme

3.6.3.3 Kekeluargaan

3.6.3.4 Mengesampingkan kepentingan pribadi

3.6.4 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan

3.6.4.1 Tidak memaksakan kehendak

3.6.4.2 Bertanggung jawab

3.6.4.3 Tidak egois

3.6.5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3.6.5.1 Mementingkan kesejahteraan masyarakat

3.6.5.2 Tidak bergaya hidup mewah

21
3.6.5.3 Hemat/tidak boros

3.6.5.4 Adil

3.7 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan
kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan kita sebagai mahasiswa
agar dapat menumbuhkan sikap dan perilaku nasionalis serta cinta tanah air.
Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan salah satu upaya
untuk membentuk kepribadian bangsa Indonesia dalam diri masing-masing
individu.  Salah satu contoh yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia
adalah selalu menjaga lingkungan dari kerusakan baik dari segi apapun. Bentuk
dari kerusakan lingkungan beragam, salah satunya adalah pencemaran lingkungan
dan juga penggunaan sumber daya alam yang tidak bertanggung jawab sehingga
menimbulkan kerugian.
Dengan mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan, mahasiswa
diharapkan dapat mengimplementasikan ilmu-ilmunya dengan cara menerapkan
perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab. Cara agar produksi dan
konsumsi yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian adalah dengan mendorong
industri, bisnis, maupun konsumen untuk melakukan 3R, yaitu reuse, reduce, dan
recycle, serta mengurangi limbah hasil produksi maupun konsumsi. 

3.8 Kaitan perilaku produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan
anti korupsi
Pendidikan anti korupsi mengajarkan kita para mahasiswa untuk
bisa menjadi agen perubahan dan penggerak di masyarakat untuk tidak melakukan
korupsi dan membantu upaya pemberantasan perilaku korupsi yang ada di
masyarakat. Pelajaran ini juga memotivasi dan mendarah dagingkan perilaku anti
korupsi terutama dalam  kehidupan sehari-hari. Bentuk perwujudan dari sikap
antikorupsi ini dapat diimplementasikan dalam perilaku kita yang melakukan
produksi dan konsumsi dengan bertanggung jawab. Ketika kita bertanggung
jawab dengan apa yang buat dan kita pakai sehari-hari maka sudah merupakan
wujud  nyata kita dalam menerapkan budaya anti korupsi karena menggunakan
hak

21
kita dengan cara yang benar tanpa merugikan dan mengambil hak orang lain.
Dengan mempelajari pendidikan anti korupsi mahasiswa diharapkan dapat
menerapkan ilmu dan pemahamannya mengenai perilaku anti korupsi dengan
melakukan produksi dan konsumsi dengan bertanggung jawab. Kiranya dengan
adanya pemahaman mengenai perilaku anti korupsi kita bisa lebih memahami dan
memilah apa saja yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh, apa saja yang
menjadi hak dan kewajiban kita dn apa saja yang bukan, sehingga kegiatan yang
akan kita lakukan juga nantinya tidak akan menimbulkan kerugian orang lain. 

22
Bab IV 
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Menurut BPS, Indonesia terletak pada 6 derajat 04’30 Lintang Utara dan
11 derajat 00’36 Lintang Selatan, dan terletak di antara Benua Asia dan Benua
Australia serta Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Luas wilayah Indonesia
adalah 1.916.862,20 km2. Indonesia memiliki 34 provinsi, lalu ada 98 kota, 416
kabupaten, 7.240 kecamatan dan 83.706 kelurahan. Menurut Pasal 25 Undang-
Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai 6 wilayah
administrasi, yaitu provinsi, kota, kabupaten, kecamatan, kelurahan, dan desa.
Data kependudukan Indonesia berasal dari sensus penduduk yang
dilakukan setiap sepuluh tahun sekali. Metode yang dilakukan untuk
mengumpulkan data penduduk adalah dengan cara mewawancarai narasumber
dengan petugas sensus dan melauli sensus elektronik. Pada tahun 2019 jumlah
penduduk Indonesia sebanyak 268.074.600 ini berarti jumlah penduduk Indonesia
3,49% dari total seluruh penduduk di dunia.
Dengan populasi yang sebanyak itu membuat Indonesia memproduksi
limbah dan sampah sebesar 65.200.000 ton per tahun (2016). Angka ini menurut
BPS akan terus naik mengingat laju pertumbuhan warga Indonesia terus
meningkat setiap tahunnya. Banyak populasi juga berpengaruh terhadap
banyaknya lapangan pekerjaan khususnya pabrik indsutri berdiri. Di Indonesia
hanya segelintir pabrik industri yang menerapkan proses dan memakai alat yang
ramah lingkungan, belum lagi banyak pabrik yang yang melakukan tindakan yang
tidak bertanggung jawab terhadap limbah yang mereka hasilkan.

4.2 Saran
Mengingat kondisi planet bumi kita ini yang semakin hari semakin rusak
akibat ulah manusia, maka dari itu kelompok kami memiliki saran agar kondisi
bumi bisa lebih baik lagi. Saran ini khususnya menitik beratkan pada SDGs 12.
Pertama, memperbaiki proses produksi dan distribusi dalam hal pangan
dan juga jangan berperilaku konsumtif jika membeli makanan. Karena setiap
tahun, hampir 1/3 dari semua makanan yang diproduksi di seluruh dunia atau
sekitar 1,3 miliar ton makanan berakhir membusuk di tempat sampah, rusak pada

23
proses distribusi, dan praktik pemanenan yang buruk. Oleh karena itu, para
produsen makanan harus lebih memperhatikan alat-alat yang mereka gunakan
untuk mengolah makanan agar bahan makanan tidak terbuang sia-sia. Lalu untuk
para distributor harus lebih berhati-hati dalam mengedarkan makanan kepada para
konsumen agar kualitas makanan dapat terjaga dengan baik. Dan untuk para
konsumen harus memperhatikan gaya hidup nya, konsumsi lah makanan
secukupnya atau sampai perut kita merasa kenyang, jangan sampai makanan kita
tersisa hingga berakhir membusuk di tempat sampah. Sangat disayangkan
memang makanan sebanyak 1,3 milia ton terbuang sia-sia setiap tahunnya,
padahal masih banyak saudara kita yang kekurangan atau sulit mencari makan.
Kedua, menggunakan alat-alat yang ramah lingkungan dan hemat energi,
baik itu untuk produsen ataupun konsumen. Seperti yang kita tahu bahwa indsutri
yang ada di seluruh dunia ini belum semuanya memakai alat yang ramah
lingkungan dan hemat energi. Diharapkan dengan para industri memakai alat yang
ramah lingkungan dan hemat energi dapat mengurangi polusi yang diakibatkan
oleh industri dan dapat menghemat konsumsi energi. Para konsumen juga harus
mulai menggunakan alat-a;at yang ramah lingkungan dan hemat energi. Seperti
memakai bola lampu yang hemat energi, selain dapat menghemat biaya tagihan
listrik, menggunakan bola lampu hemat energi juga akan menghemat konsumsi
energi dunia senilai US $ 120 miliar per tahun.
Ketiga, memilah sampah yang akan kitab uang, karena hampir sebagian
besar sampah yang kita buang akan berakhir di laut. Sebelum sampah-sampah itu
mencapai laut, sampah itu akan melewati sungai terlebih dahulu, tentunya ini akan
mencemari air bersih yang akan kita konsumsi. Selain mencemari air sungai,
sampah ini juga akan merusak ekosistem yang ada di laut. Pengolahan sampah
dari setiap negara juga perlu diperhatikan lagi, agar sampah sampah itu dapat
diolah dengan semestinya dan bukan malah di buang ke lautan.
Mungkin itu hanya sebagian saran yang kelompok kami bisa bagikan,
masih banyak upaya lain yang bis akita lakukan untuk menciptakan lingkungan
yang lebih baik. Bisa dimulai dari hal-hal kecil yang setiap hari kita bisa lakukan,
jangan anggap remeh hal-hal kecil itu, karena jika semakin sering dan semakin
banyak orang melakukan hal-hal itu tentunya dampaknya juga akan semakin

25
besar. Manfaat dari kita melakukan hal-hal diatas tentunya tidak bisa dirasakan
dalam satu atau dua tahun, tentu akan lama. Tetapi jika kita memulai hal itu mulai
dari sekarang bukan tidak mungkin manfaat itu akan segera kita rasakan.

25
DAFTAR PUSTAKA
Assifa, F., 2016. Setiap Tahun, Hutan Indonesia Hilang 684.000 Hektar. [online]
KOMPAS.com. Available at:
https://regional.kompas.com/read/2016/08/30/15362721/setiap.tahun.huta
n. indonesia.hilang.684.000.hektar [Accessed 9 December 2020].
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018. Jakarta :
Badan Pusat Statistik. Hal : 3-23.
BPBD Kab. Bogor. 2020. 6 Penyebab Terjadinya Kekeringan Dan Dampaknya
Bagi Kehidupan. Diakses dari https://bpbd.bogorkab.go.id/6-penyebab-
terjadinya-kekeringan-dan-dampaknya-bagi-kehidupan-2/
Diah Syifaul A’yuni dan Rahma Sandhi Prahara. 2017. “Internalisasi Nilai-Nilai
Pancasila Dalam Perilaku Konsumsi”. Institut Pesantren KH. Abdul
Chalim Mojokerto, 2 (2): Hal. 141-152.
Karl E. Case dan Ray C. Fair. 2006. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Terjemahan Y.
Andri Zainur, S.E. Jakarta: Erlangga.
Lestari, S., 2017. Sawah Beralih Jadi Perumahan Atau Industri Mengancam
Ketahanan Pangan. BBC News Indonesia. Diakses dari
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41078646
Micom. 2017. WWF Luncurkan Program Baru untuk Pola Konsumsi dan
Produksi Berkelanjutan
https://mediaindonesia.com/humaniora/114774/wwf-luncurkan-program-
baru-untuk-pola-konsumsi-dan-produksi-berkelanjutan (9/12/2020)
Venansius Priade Christian. 2019. Pola Konsumsi dan Produksi yang
Bertanggung jawab. Kompasiana. 30 April. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/venansius
priadechristian/5cc83eae95760e0e4e06db85/pola-konsumsi-dan-produksi-
yang-bertanggungjawab
Bappenas. 2020. Tujuan SDGs 12. Diakses dari http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-
12/
DPR. (2002). Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Retrieved from Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum:
http://www.dpr.go.id/jdih/uu1945

Badan Pusat Statistika. 2020. “Statistik Indonesia 2020 Statistical Yearbook of


Indonesia 2020.” Statistical Yearbook of Indonesia 1101001(April): 192.
https://www.bps.go.id/publication/download.html?
nrbvfeve=ZTkwMTFiMzE1NWQ0NWQ3MDgyM2MxNDFm&xzmn=aHR
0cHM6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMjAvMDQv
MjkvZTkwMTFiMzE1NWQ0NWQ3MDgyM2MxNDFmL3N0YXRpc3Rpa
y1pbmRvbmVzaWEtMjAyMC5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0xMi0.

26
Kazakhstan, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Nur-Sultan. 2018. “Geografi.”
Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. https://kemlu.go.id/nur-
sultan/id/pages/geografi/41/etc-menu#:~:text=Letak geografis adalah
letak,geologis%2C fisiografis dan social budaya.

"374 - DPR." http://dpr.go.id/dokblog/dokumen/F_20150616_1906.pdf.

Nations, United. 2020. “Goal 12: Ensure Sustainable Consumption and


Production Patterns.” united nations.
https://www.un.org/sustainabledevelopment/sustainable-consumption-
production/.

25

Anda mungkin juga menyukai