Anda di halaman 1dari 22

Journal Reading

Brief Report: Child Sexual Abuse Inquiries in


Hong Kong, 2000–2017

Monit Cheung, Carol A. Leung, Xin Chen, Patrick Leung & Elaine Suk-Ching
Liu (2019): Brief Report: Child Sexual Abuse Inquiries in Hong Kong, 2000–
2017, International Journal of Sexual Health, DOI:
10.1080/19317611.2019.1567639

Oleh:

Nurul Khairantih 1840312665


Roji Dhia Nurman 1840312666
Fachrurrazi Al Ansori 1840312669
Catur Rahmat Widi P 1840312743
Akbar Muzakki A 1840312767
Nadia Humairah 1310312064
Putri Ananda 1410311068
Amelia Yendra 1410312043
Fajar Octovan 1510311009
Adelin Prima Devita 1740312402

Preseptor :

dr. Citra Manela, Sp.F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


RSUP DR M.DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada


Allah SWT dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas journal reading
dengan judul “Brief Report: Child Sexual Abuse Inquiries in Hong Kong, 2000–
2017” yang merupakan salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Dalam usaha penyelesaian tugas journal reading ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak dr. Citra Manela, Sp.F selaku
pembimbing dalam penyusunan tugas ini.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran
dan kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas journal reading ini.
Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 29 Agustus 2019

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Laporan Singkat: Pelaporan mengenai Pelecehan
Seksual Anak di Hong Kong,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


2000–2017
Monit Cheung, Carol A. Leung, Xin Chen, Patrick Leung & Elaine Suk-
Ching Liu

Abstrak
Lembaga masyarakat di Hong Kong menemukan tidak adanya kurikulum formal
tentang pendidikan pencegahan pelecehan seksual anak dan lembaga tersebut
mulai membuat kolom surat kabar pada tahun 1999 untuk menyebarluaskan
pentingnya pendidikan tersebut. Studi ini menganalisis pelaporan yang dikirim ke
kolom surat kabar dari 2000 hingga 2017. Analisis konten menemukan bahwa,
dalam 515 pelaporan, 170 (33%) laporan insiden pelecehan seksual anak.
Berdasarkan informasi dalam 147 insiden, pelaku perempuan (n=28) menargetkan
korban rata-rata dengan umur 6,48 tahun, sedangkan korban pelecehan pelaku
pria (n=119) 3,08 tahun secara signifikan lebih muda. Dalam 82 penyelidikan
dengan informasi usia pelaku, 42 pelaku minor dilaporkan. Pendidikan seks sejak
dini sangat dianjurkan

Keywords :

Promosi kesehatan seksual; Pemuda; Media massa; Fenomena di bawah umur;


Pelecehan sesama jenis ;Pelaku wanita; penyalahgunaan daya

1. Pendahuluan
Di Hong Kong, pendidikan seks bukan bagian dari kurikulum dasar atau
menengah berdasarkan informasi End Child Sexual Abuse Foundation (ECSAF)
pada tahun 2018. Meskipun populasi Hong Kong hanya 6 juta orang, pelecehan
seksual anak (CSA) sering masuk dalam berita utama di SCMP tahun 2018.
Jumlah kasus CSA yang dilaporkan ke Departemen Kesejahteraan Sosial Hong
Kong (SWD) telah meningkat dari 184 kasus pada 2004 hingga 357 kasus pada
2013. Sejak tahun 2000, pemerintah Hong Kong dan lembaga non pemerintah
telah memulai dan membuat program pencegahan pelecehan seksual anak di
sekolah dan melalui internet. ECSAF, sebuah non-organisasi nirlaba, juga
membuka surat kabar kolom (Kolom Wu Miu ) untuk membantu masyarakat
secara anonim mengajukan pertanyaan tentang CSA. Melalui media, masalah

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


seksualitas dan topik CSA bisa lebih nyaman didiskusikan. Dengan upaya terus
menerus, statistik CSA menunjukkan penurunan angka ke 294 insiden di 2016
meskipun bisa disebabkan karena peningkatan kesadaran masyarakat, kemudian
terdapat peningkatan pelaporan lagi di 2017 dengan 315 kasus berdasarkan
informasi dari SWD tahun 2017. Artikel ini menganalisis isi surat yang dikirim ke
Kolom Wu Miu dari tahun 2000 hingga 2017. pertanyaan penelitian adalah, Apa
pertanyaan CSA telah ditanyakan melalui kolom surat kabar? Apa membuat orang
melaporkan CSA secara anonim?

2. Metode
Sumber data penelitian ini adalah Kolom Wu Miu yang diterbitkan dari
tahun 2000 hingga 2017. Penyelidikan dengan judul "Dear Dr. Cheung" dikirim
ke ECSAF secara langsung. Karena banyak surat kabar menyediakan ruang untuk
memuat kolom pada halaman layanan sosial mereka untuk menjangkau audiens
yang lebih besar, ECSAF memilih tiga koran lokal Cina berdasarkan kredibilitas
dan popularitas untuk memastikan penyelidikan itu akan dilihat tanpa gambar tabu
untuk menjangkau audiens yang lebih besar. Koran-koran ini telah banyak beredar
di Hong Kong — Ming Pao dengan pembaca harian 400.000 menurut Survei
Media Tiongkok tahun 2011. Ming Pao dan Apple Daily termasuk yang paling
banyak beredar di Hong Kong dan Sing Tao Daily berada di antara peringkat
teratas dalam kredibilitas.

3. Koding Data
Data kualitatif diolah menggunakan konten analisis. Pertama, sebuah buku
digunakan untuk mencatat fakta-fakta yang biasa ditemukan dalam konten
sebagian besar surat. Saat menganalisis pertanyaan CSA, pelaku disebut sebagai
AP (allaged perpetrator). Buku ini juga memuat fakta umum termasuk tahun
surat itu diterima, sumber data, jenis pertanyaan, pengiriman demografi (usia,
jenis kelamin, hubungan dengan anak yang terpengaruh, hubungan pengirim
dengan AP),
dan demografi anak yang terpengaruh (usia, gender). Kedua, jika surat itu berisi
tentang CSA, akan ditambahkan enam variabel lagi: jenis pelecehan seksual, usia,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


jenis kelamin, tempat pelecehan seksual, jumlah banyak pelanggaran, dan pelaku
hubungan dengan korban anak. Ketiga, untuk surat pendek (kurang dari 250
karakter Cina seperti yang disyaratkan oleh surat kabar), dibaca sepenuhnya
sebelum memasukkan data kode ke SPSS. Langkah terakhir adalah untuk
menemukan petunjuk data yang hilang tentang jenis kelamin atau usia, seperti
anak laki-laki/anak perempuan atau tingkat sekolah.

D. Hasil
Pertanyaan Publik mengenai Pelecehan seksual
Dalam 18 tahun, total 515 surat diterima dan dijawab dua minggu sekali
melalui surat kabar selama periode yang berbeda. Dari Januari 2000 hingga
September 2002, ECSAF mengirim surat jawaban mereka ke Ming Pao (50
pertanyaan) dan Apple Daily (enam pertanyaan) untuk halaman layanan sosial
mereka. Dari Oktober 2002 hingga Desember 2017, mereka melanjutkan
mengirim 452 surat jawaban untuk diterbitkan pada Sing Tao Daily. Selain itu,
tujuh surat itu ditempatkan di situs web agensi. Diantara surat tersebut, 143 surat
(27,8%) berasal dari tahun 2003-2005, dengan penurunan tren penerimaan surat di
akhir dekade. Namun, tren ini meningkat lagi pada tahun 2011 dan kemudian
stabil.
Analisis surat-surat ini difokuskan pada jenis pengungkapan, demografi
penanya dan anak-anak yang terkena dampak, jenis penyalahgunaan, dan jenis
masalah. Di antara kasus-kasus itu dengan informasi yang relevan, kebanyakan
penanya (478, 93,7%) mengenal korban termasuk diri mereka sendiri (66, 12,8%).
Lebih dari setengahnya adalah orang tua (299, 58,2%), tenaga profesional (guru,
pekerja sosial; 42, 8,2%), tetangga (5, 1%), dan teman korban (25, 4,9%). Banyak
yang mengatakan mereka mewakili masyarakat umum (30, 5,8%). Secara
keseluruhan, korban terlibat dalam pertanyaan-pertanyaan ini berkisar usia 2-17,5,
dengan rata-rata 8.97 ( SD = 4.32), median 9 dan mode 5. Usia yang dicatat untuk
setiap kasus adalah usia saat mengalami pelecehan seksual.
Di antara 515 pertanyaan ini, sepertiga (170, 33,0%) ditujukan langsung
kepada anak korban pelecehan seksual dan lebih dari setengahnya (267, 51,8%)
bertanya pertanyaan tentang seksualitas manusia dan masalah terkait. Di antara

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


170 surat dengan jenis kelamin spesifik, 101 (59,4%) bertanya tentang cara
mengatasi masalah pelecehan seksual 39 (22,9%) anak-anak mengalami pelecehan
seksual, dan 30 (17,6%) dengan dugaan pelecehan seksual anak. Surat kabar
menyediakan kolom memberikan informasi mengenai pencegahan pelecehan
seksual. Misalnya, balasan ke seorang ibu yang prihatin dengan putranya yang
berusia 13 tahun yang mengalami kecanduan pornografi. Berikut "dialog
langsung" ibu yang sedang berbicara dengan putranya:
1) Anda [anak] menganggap ini sebagai kesalahan dan Anda takut dimarahi.
Saya sangat khawatir sehingga saya mungkin terdengar serius tetapi saya di sini
untuk mendengarkan, bukan menyalahkan. 2) Pornografi bukanlah hal yang baik.
Kamu secara tidak sadar menjadi candu menonton seks yang tidak pantas. 3)
Anda dapat menggunakan situs web ECSAF untuk menemukan bahan untuk
memahami seks dan perkembangan seksual. (# 201703b, Saran disediakan untuk
ibu untuk berbicara dengan putranya)

Pertanyaan Spesifik untuk Pelecehan Seksual Anak


 Pelaku yang dikenal oleh korban
Di antara 170 kasus, 139 (81,8%) dari anak-anak yang dilecehkan mengenal
pelaku. Pelaku pelecehan diantarnya yaitu 66 anggota keluarga, 41 teman sekelas
atau teman anak, 21 tenaga profesional, tujuh tetangga, dan empat pembantu
rumah tangga. Sebagian besar penanya (159, 93,5%) menyebutkan bahwa mereka
mengenal korban, termasuk 78 orang tua, 29 melaporkan diri sendiri sebagai
korban, 13 saudara kandung, 13 teman sekelas / teman, 13 tenaga profesional, 10
kerabat lainnya, dan tiga tetangga. Empat penanya mengakui bahwa mereka
adalah pelaku.
Lebih dari setengah pelaku dikenal mencabuli anak itu di tempat yang akrab
bagi anak (rumah: 56, 32,9%; sekolah: 34, 20%). Banyak yang menyampaikan
keprihatinan mereka yang diilustrasikan dalam dua surat ini :

Minggu lalu putra saya yang berusia 5 tahun pergi ke rumah guru les laki-laki
nya yang berumur 40 tahun untuk belajar bahasa Inggris. Hari berikutnya, putra
saya memberi tahu saya bahwa guru itu menyentuh penisnya. Saya menyuruh

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


anak saya berhenti ikut les tersebut.. Teman saya menyarankan saya untuk
melapor ke polisi. Namun, pelaku memiliki nomor telepon dan alamat saya. Saya
khawatir laporan polisi akan menyebabkan lebih banyak ruginya daripada
kebaikan. (# 201703a, Pengirim: Ibu)
Saya memperingatkan pelayan kami bahwa dia harus menghapus foto [putra
telanjangku]. Dia membantahnya tetapi dia menolak untuk membiarkan kami
memeriksa teleponnya. Saya sudah mempertimbangkan untuk memecatnya tetapi
takut dia nanti mungkin akan mengedarkan foto ke orang lain. Apa saran Anda
untuk mencegah hal ini? (# I201709a, pembantu yang tinggal di rumah
mengambil foto telanjang anak penanya yang berumur 6 tahun)

Dua contoh dibawah menggambarkan seberapa besar remaja pria bingung


tentang perilaku seksual dirinya, dan bagaimana seorang anak perempuan
mengalami pelecehan seksual olehnya saudara. Keduanya tidak tahu harus berbuat
apa. Pertanyaan mereka adalah :
Ketika saya berjalan di jalanan, saya selalu menatap payudara para gadis.
Kadang-kadang ketika mereka sadar, saya merasa lebih bersemangat, tanpa
diduga. Saya benar-benar mesum tapi tidak tahu harus berbuat apa (# 201206a,
Laporan diri laki-laki remaja, usia tidak ditentukan)
Saudaraku memberi tahu saya bahwa dia hanya ingin melihatnya [tubuhku]
sekali dan tidak akan bertanya lagi. Karena itu saya setuju, tetapi setelah
kejadian itu, saudara lelaki saya melanjutkan [perilaku ini]. Ibu dan ayah
mencintai saudaraku. ... Jika Saya mengeluh, orang tua saya tidak akan percaya.
Apa yang harus saya lakukan? (# 201202b, perempuan 10 tahun korban yang
melaporkan sendiri)

 Pelaku yang dikenal oleh penanya


Statistik tambahan menunjukkan bahwa 62,4% ( n = 106) dari para penanya
menyebutkan hubungan mereka sendiri dengan pelaku. Hubungan ini termasuk
tenaga profesional, putra dan putri, saudara kandung, pembantu, orang tua, dan
kerabat lainnya.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


 Korban dan Pelaku yang Mewakili Kedua Gender
Sebagian besar penanya adalah perempuan (124, 72,9%) dan laki-laki (31,
18,2%), dengan 8,8% ( n = 15) tidak menyebutkan gender mereka. Anak
perempuan (129, 75,9%) dan anak laki-laki (36, 21,2%) disebut-sebut sebagai
korban CSA. Sedangkan untuk gender pelaku, dilaporkan 120 pelaku pria (70,6%)
; 29 pelaku wanita dilaporkan (17,1%); dan 21 pelaku tidak diketahui (12,4%).
Pada 131 kasus (77,1%) hanya disebutkan perkiraan usia anak dan pada 39 kasus
(22,9%) hanya menyebutkan bahwa "anak-anak" (tidak ditentukan usia) yang
menjadi korban.
Dalam hal jenis kelamin korban, menggunakan analisi chi-square
menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik dengan jenis kelamin
pelaku (v 2 = 23,91, p <0,001). Anak-anak perempuan secara proporsional lebih
mungkin untuk menjadi korban pelecehan seksual oleh pelaku pria (85,7%)
dibandingkan dengan pelaku wanita (42,9%). Secara kontras, anak laki-laki secara
proporsional lebih cenderung menjadi korban pelecehan seksual oleh pelaku
perempuan (57,1%) dibandingkan dengan pelaku pria (14,3%). Selain itu, juga
terjadi: 17 kasus laki-laki dengan laki-laki dan 12 kasus perempuan dengan
perempuan dilaporkan, yang merupakan 10% dan 7% dari total masing-masing.
Contoh dibawah mengilustrasikan tentang perilaku seksual rekan guru nya
yang tidak pantas:
Dia [guru perempuan] tinggal bersama siswa laki-laki setelah sekolah dan
belajar sampai tengah malam. Saya melihatnya bersandar tubuhnya kepada
siswa laki-laki itu ... dia telah melampaui batas antara guru dan siswa. (#
201307c, Pengirim: Guru lain)
Uji t independen menemukan bahwa pelaku wanita sering menargetkan
korban yang lebih muda ( M. usia = 6,48, SD = 4.01, n = 25) dari pelaku laki-laki
( usia M = 9.56, SD = 4.05, n = 94), t (1, 117) = 3.39, p = .001, Cohen d V s = .76,
yang sangat berbeda dari sebuah penelitian di Irlandia bahwa pelaku perempuan
lebih cenderung melecehkan anak yang lebih tua (9–17 tahun; Bourke, Doherty,
McBride, Morgan, & McGee, 2014).

 Korban anak-anak dan Pelaku anak-anak

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Di antara kasus dengan data usia yang diketahui ( n = 131), anak-anak
dilecehkan pada umur 9 tahun dan 10 tahun ( x ̅ = 9.03, SD = 4.34), dengan umur
2-5 tahun sebelum anak sekolah (37, 28,2%), sekolah dasar berusia 6-12 tahun
anak sekolah (56, 42,7%), dan usia 13-17,5 tahun siswa sekolah menengah (38,
29,0%). Korban laki-laki cenderung lebih muda secara signifikan ( n = 31, x ̅ =
6.81, SD = 4.12) daripada korban perempuan ( n = 97, x ̅ = 9.71, SD = 4.20), t (1,
126) = 3.36, p = .001, Cohen ds = .70). Sepucuk surat menggambarkan seorang
anak lelaki sebagai korban:
Anak saya bermain dengan putri mitra bisnis saya yang berusia 4 tahun di luar
kantor saya. Anak saya kemudian memberi tahu saya dia dengan paksa
menyentuh penisnya. saya khawatir tentang dampak pada anak saya tetapi tidak
mau mengungkapkan kejadian ini karena khawatir akan kehilangan barang mitra
bisnis. Apakah saya egois? (# 200503d, Penyelidik Putra berusia 3 tahun sebagai
korban)
Temuan penting lainnya adalah 42 pelaku dilaporkan berusia di bawah
umur. Di antara 170 Pertanyaan, 78 penanya (45,9%) menyebutkan usia pelaku,
yang berkisar antara 4 dan Berusia 65 tahun ( x ̅ = 22,24, SD = 15,35). Satu ayah
mendesak agar semua orang dewasa harus dididik mengenai pelecehan seksual
pada anak setelah mengetahui putrinya merasa tertekan setelah dilecehkan:
Anak perempuan saya yang berusia 5 tahun di TK, memberitahuku seorang
teman sekelas pria menyentuhnya dengan paksa area privasi di bawah celananya
beberapa kali. Saya melaporkan ini ke sekolahnya, tetapi staf sekolah malam
mempertanyakan kredibilitas anak saya dan, lebih buruk lagi, mereka menjawab
"Ini bukan masalah besar" di depan putri saya. Itu membuat saya sangat marah.
(# 200308b, Anak yang mengalami pelecehan seksual dilaporkan oleh ayahnya)
Selain itu, empat penanya melaporkan tindakan pelecehan mereka sendiri.
Mereka bertanya apa yang bisa mereka lakukan untuk memperbaiki hubungan
mereka dengan saudaranya:
Ketika saya berusia 14 tahun, saya menyentuh payudara saudara perempuan
saya yang berumur 10 tahun ... Saat itu, saya tidak tahu banyak tentang seks. ...
Saya sekarang sangat menyesal. Sekarang sangat sulit untuk berbicara
dengannya. Apa yang harus saya lakukan? (# 199911a, Dilaporkan sendiri)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Di Hong Kong, upaya advokasi baru-baru ini mulai membahas bagaimana
cara membantu “anak-anak yang dilecehkan anak-anak ”karena perilaku
pelecehan seksual diperagakan oleh anak-anak biasanya dilihat sebagai
permainan seks atau rasa ingin tahu (Cheung, Leung, & Liu, 2017); Ng,
Cheung, & Ma, 2015 ). Dalam penelitian ini, bermain seks atau mereka yang
saling sepakat “saling menyentuh” kegiatan tidak termasuk pada analisis;
sedangkan mereka yang memiliki niat kuat, intimidasi, dan / atau berbahaya
dan berkonsekuensi sebagaimana didefinisikan oleh para penanya termasuk
sebagai pelecehan seksual anak.

 Berbagai Jenis Pelecehan Seksual pada Anak di Lingkungan Sekitar


Di antara kasus pelecehan, meliputi pelecehan seksual menyentuh bagian
tubuh yang tidak pantas, memperlihatkan bagian pribadi, berhubungan seksual,
masturbasi, mengintip, mencium, dan seks oral. Pelapor ini menyaksikan
hubungan seksual penyalahgunaan di tempat umum dan sebagian besar anak
lingkungan yang akrab seperti rumah dan sekolah. Mereka prihatin dengan
kesejahteraan korban, terkejut oleh pelecehan seksual, khawatir tentang orang
yang mereka cintai atau keselamatan mereka sendiri, atau bermasalah dengan
dampak pelecehan seksual. Seorang ibu yang sedang cemas menulis,
Suami saya dan saya sempat ragu melaporkan Kejadian ini ke polisi, karena kita
takut mengekspos identitas putri kami. Suamiku sangat khawatir. ... Apa cara
terbaik untuk menanganinya? (# 201609d, anak perempuan berusia 11 tahun
dianiaya oleh seorang 16- anak laki-laki tahun)
Beberapa pelapor (39, 22,9%) mengatakan bahwa mereka menjadi korban
pelecehan seksual masa kecil tetapi mereka tidak memberikan informasi
penyalahgunaan yang terperinci. Kekhawatiran untuk mengungkapkan secara
resmi mungkin disebabkan karena takut disalahkan. Kejadian ini dapat
diilustrasikan dalam kasus berikut:
Ketika saya berusia lima tahun, saudara lelaki saya menyentuh alat kelamin saya
untuk kesenangannya. ... Pada saat itu, saya memberi tahu ibu tetapi dia berkata,
"Saudaramu masih muda dan dia mungkin bertindak karena penasaran."
Masalahn ini masih belum terselesaikan. (N200311a)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Sebagian besar pelapor menyatakan suasana hati yang negatif seperti cemas
karena tidak tahu harus berbuat apa; marah pada seseorang yang mungkin mereka
kenal; dan takut karena tidak tahu apakah tindakan mereka (atau kurangnya
tindakan) sesuai. Sebagai contoh, seorang ibu mengungkapkan isi batinnya:
Saya sudah berpikir untuk melaporkannya ke polisi tetapi saya masih khawatir
dengan putri saya. Saya juga bertanya-tanya apakah laporan ini akan
berpengaruh terhadap Masa depan [anak ini] karena dia masih muda. aku ingin
keadilan bagi putri saya tetapi pikiran saya bertentangan dengan tindakan saya.
Apa yang harus saya lakukan? (# 200710c, Ibu melaporkan pelecehan tentang
putrinya yang berusia 16 tahun oleh lelaki teman sekelasnya )
Pelapor secara anonim mengungkapkan kekhawatiran karena merasa
bingung antara membantu korban atau memberikan kesempatan untuk pelaku.
Banyak yang bertanya tentang apa yang harus dikatakan anak setelah
pengungkapan; yang lain bertanya-tanya cara mengajar anak-anak tentang
perilaku yang tidak pantas. Masalah seksual bullying dan pelecehan diilustrasikan
dalam hal ini:
Anak perempuan saya yang berusia 7 tahun baru-baru ini menyentuh bagian
pribadi siswa lain di sekolah. aku sangat marah tetapi dia menangis dan berkata,
"Mengapa saya telah disentuh sebelumnya tetapi tidak bisa menyentuh untuk
membalas dendam? "Aku khawatir tentang masa depan putriku. Bagaimana saya
bisa membantu nya? (# 200404d, Ayah mengkhawatirkan dampak dari intimidasi
seksual pada anak perempuan)

E. Diskusi
Karena ada batasan kata dalam surat yang dikirim ke koran , deskripsi rinci
tentang penyalahgunaan seksual dan alasan tidak mencari bantuan biasanya tidak
disebutkan. Karena bersifat anonim, tidak ada evaluasi tindak lanjut yang dapat
dilakukan, yang awalnya merupakan alasan pelaporan melalui saluran ini. Karena
sulit untuk membedakanpelecehan sekusal yang sebenarnya dengan kasus yang
diduga pelecehan kecuali pelapor adalah saksi mata, para pelapor mungkin tidak
ingin melaporkan kejadian tersebut secara langsung kepada pihak berwenang.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Hasil dari penelitian ini didapatkan empat jenis implikasi. Pertama, kurang
dari setengah pelaor mengajukan pertanyaan langsung tentang CSA, yang
mungkin menunjukkan kekhawatiran yang disembunyikan dengan maksud
meminta pertanyaan non-CSA melalui kolom CSA. Kedua, kejadian di bawah
umur di dalam kelompok-kelompok yang diduga sebagai korban dan “pelaku”
belum divalidasi oleh penelitian apa pun tetapi sebaiknya harus dipelajari untuk
perencanaan yang lebih baik dalam kesehatan seksual pendidikan untuk kaum
muda. Ketiga, para pelaku menggunakan Kolom Wu Miu untuk mengatasi yang
masalah pelanggaran seks yang mereka lakukan sendiri. Sebagai tambahan, 39
pelapor mengalami pelecehan seksual semasa kecil. Pelecehan sesama jenis lebih
memalukan bagi keluarga. Korban mungkin takut berkonsultasi dengan
profesional karena mereka takut harus mengungkapan identitas mereka. Keempat,
seperti yang telah dilakukan penelitian lain, penelitian ini menunjukkan bahwa
pelaku biasanya adalah orang yang dikenal oleh korban. Dalam 170 pertanyaan
ini, kebanyakan (81,8%) anak-anak mengenal pelaku, diatas rata-rata (72%)
dilaporkan dalam Tang (2002 ) studi dengan sampel 2.147 Mahasiswa Cina di
Hong Kong. Kasus “pelaku yang dikenal” ini menjelaskan alasan pelapor
menggunakan koran untuk melaporkan kejadian karena mereka tidak akan
mengungkapkan identitas. Apakah itu karena kurangnya bukti pengaduan atau
topik yang dianggap tidak baik secara budaya?
Melaporkan ke kolom sepertinya merupakan cara yang lebih aman untuk
mendidik masyarakat, terutama ketika perilaku dianggap memalukan untuk
didiskusikan. Hasil dari penelitian ini diperlukan adanya implementasi lebih lanjut
dalam upaya pencegahan ini: jangan tunggu sampai anak menjadi korban ataupun
pelaku tetapi libatkan anak dalam pencegahan pendidikan melalui dialog langsung
yang disarankan kepada pelapor. Setelah Kolom Wu Miu memberikan saran,
apakah akan meminta bantuan dari ECSAF atau hubungi pekerja sosial di
Kesejahteraan Sosial Departemen, ditemukan bahwa adanya laporan tambahan
yang mengikuti, termasuk pertanyaan dari pemuda itu sendiri. Saluran anonim
tampaknya berfungsi baik untuk individu yang memerlukan saran dari profesional
tanpa mengungkapkan identitas pribadi. Namun, orang-orang ini mungkin juga
membutuhkan konseling selain membaca jawaban yang tercetak di berita atau

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


mendengar jawaban tidak langsung dari tanggapan orang lain. Karena layanan
konseling untuk anak-anak dan orang dewasa dipublikasikan ketika menjawab
pertanyaan ini, diharapkan bahwa lebih banyak informasi yang kolom dapat
disebarkan, semakin tinggi kemungkinan individu dengan CSA akan mencari
bantuan.
Mejia, Cheyne, dan Dorfman (2012) menyarankan, setiap lembaga dapat
membuat dan menyampaikan pendidikan tentang CSA melalui media dukungan
seperti acara komunitas, penghargaan, dan rilis studi penelitian. Feng, Wu, Fetzer,
dan Chang ( 2012) juga menyarankan pelatihan dalam layanan bagi guru taman
kanak-kanak Cina untuk melaporkan penyalahgunaan seksual sehingga masalah
yang tersembunyi dapat diperiksa dengan cermat. Mengatasi "ancaman dan
kehilangan" dalam insiden CSA, Woody ( 2002, hal. 419) menyarankan konsep
seksualitas yang sehat melalui berbagai bentuk media massa untuk membantu
pengasuh merasa lebih nyaman dalam menangani CSA sebagai topik pencegahan,
bukan hanya mencari bantuan melalui kolom. Studi ini juga menambahkan
literatur pendidikan seks yang masyarakat umum harus terlibat dalam memahami
pelecehan seksual anak di konteks lokal seperti menyadari bahwa ada korban
tersembunyi yang membutuhkan masyarakat dan keluarga mendukung dan
mengetahui bahwa ada pelaku muda yang membutuhkan konseling dari pekerja
profesional.

F. Kesimpulan
Analisis pertanyaan publik ini menandakan pesan penting: Menggunakan
pendidikan pencegahan strategi nasional dapat membantu membawa kesadaran
kepada masyarakat umum tentang kompleksitas CSA sementara mendidik orang
dewasa tentang tanggung jawab mereka untuk melindungi anak-anak dan
memberikan informasi pencegahan kepada anak-anak. Saran kami adalah ECSAF
terus menyediakan informasi pencegahan CSA melalui Kolom Wu Miu , baik di
format cetak dan situs web. Kolom ini bertujuan agar publik dapat berbicara
mengenai CSA dan lembaga untuk tetap terus memberikan materi pendidikan
untuk menjangkau khalayak yang lebih besar.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Daftar Pustaka
1. Cheung, M., Leung, C. A., & Liu, E. S.-C. (2017). Advocacy journey
promoting child sexual abuse prevention in Hong Kong. Journal of Child
Sexual Abuse, 26(8), 957–969. doi:10.1080/10538712.2017.1349854

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


2. Bourke, A., Doherty, S., McBride, O., Morgan, K., & McGee, H. (2014).
Female perpetrators of child sexual abuse: Characteristics of the offender
and victim. Psychology, Crime & Law, 20(8), 769–780. doi:10.1080/
1068316X.2013.860456
3. End Child Sexual Abuse Foundation (ECSAF). (2018). Research and ECSAF
sex education week campaign. Retrieved from www.ecasf.org.hk
4. Feng, J., Wu, Y., Fetzer, S., & Chang, H. (2012). Contextual effects on
kindergarten teachers’ intention to report child abuse. Journal of Community
Psychology, 40(7), 886–890. doi:10.1002/jcop.21508
5. Guo, S., Yu, H., To, Y. M., & Chan, F. (2010). Credibility, news sources and
readership: The case of Hong Kong audience. Working Paper Series. Hong
Kong Baptist University. Retrieved from http://lewi.hkbu.edu.hk/WPS/
95_Guo_Huang_To_Chan.pdf
6. Media Chinese International Limited. (2013). Ming Pao Daily News.
Retrieved from http://www.mediachinesegroup.com/htm/content.cfm?channel
¼biz&Path¼biz_01&lang¼E
7. Mejia, P., Cheyne, A., & Dorfman, L. (2012). News coverage of child sexual
abuse and prevention, 2007–2009. Journal of Child Sexual Abuse, 21(4),
470–487. doi:10.1080/10538712.2012.692465
8. Ng, W.-C. I., Cheung, M., & Ma, A. K. (2015). Sentencing male sex
offenders under the age of 14: A law reform advocacy journey in Hong Kong.
Journal of Child Sexual Abuse, 24(4), 333–353. doi:10.1080/10538712.2015.
1022292
9. Social Welfare Department (SWD). (2017a). Child abuse it matters you.
Retrieved from https://www.swd.gov.hk/vs/english/promote_new.html
10. Social Welfare Department (SWD) (2017b). Statistics on child abuse,
spouse/cohabitant battering and sexual violence cases. Newly Reported Child
Abuse Cases, Retrieved from https://www.swd.gov.hk/vs/english/stat.html
11. South China Morning Post (SCMP) (2018). Hong Kong athlete wins battle to
highlight #MeToo fight. Retrieved from https://amp.scmp.com/comment/
insight-opinion/hong-kong/article/2174191/hong-kong-athlete-wins
battlehighlight-metoo
12. Tang, S. C. (2002). Childhood experience of sexual abuse among Hong Kong
Chinese college students. Child Abuse & Neglect, 26(1), 23–38. doi:10.1016/
S0145- 2134(01)00306-4
13. Weatherred, J. L. (2015). Child sexual abuse and the media: A literature
review. Journal of Child Sexual Abuse, 24(1),16–34. doi:10.1080/
10538712.2015.976302
14. Woody, J. D. (2002). Media coverage of child sexual abuse: An opportunity
for family therapists to help families and communities. American Journal of
Family Therapy, 30(5), 417–426. doi:10.1080/01926180260296314

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai