Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

STANDAR AUDIT DAN KODE ETIK


PROFESI AKUNTAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit I
Tahun Akademik 2020/2021

Disusun oleh :

Husnulfianti Unus
C30118201

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis masih diberi kesempatan dan pengetahuan untuk
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas mata kuliah audit 1.

Makalah ini membahas tentang standar audit dan kode etik profesi akuntan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin

Palu, Februari 2020

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................. ............. 2
1.3. Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4

2.1. Standar Audit ................................................................................... 4


2.2. Etika dan Moralitas ............................................................................. 6
2.3. Kode Etik AICPA ................................. ........................................... 18

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 22

3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 22

Daftar Pustaka .................................................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha yang kompleks membuat kemajuan dibidang


ekonomi diiringi dengan munculnya kecurangan oleh orang yang tak
bertanggung jawab. Hal tersebut menuntut para auditor khususnya harus dapat
memahami kecurangan tersebut. Kecurangan tersebut merupakan perbuatan
melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu oleh
orang- orang baik didalam maupun diluar organisasi dengan menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan keuntungan dan secara langsung maupun tidak
langsung merugikan pihak lain. Seorang auditor dalam menilai suatu
kecurangan tergantung pada pengetahuan dan pengalaman. Pengalaman
memiliki faktor penting dalam penilaian kecurangan, dalam hal ini adalah
kualitas auditnya.

Kualitas audit yang baik tidak menjamin dapat melindungi auditor dari
kewajiban hukum yang merupakan konsekuensi dari kegagalan audit.
Pengalaman dalam hal ini ialah auditor yang sudah lama mengusut kasus
kecurangan dan tahu akan tindakan- tindakan yang akan dilakukan. Kualitas
audit menjadi isu penting bagi profesi akuntan. Agar dapat memenuhi kualitas
audit yang baik, maka auditor dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa
harus berpedoman pada kode etik akuntan, standar profesi, dan standar
akuntansi keuangan yang berlaku.

Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri
memberikan dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap
profesi akuntan publik. Seperti halnya kasus Enron dan Kantor Akuntan Publik
1
Andersen yang kami kutip dari sebuah blog yang diposkan oleh Dr. Dedi
Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:07. Kasus Enron di Amerika yang dinyatakan
bangkrut oleh pengadilan Amerika telah menimbulkan gejolak baru bagi profesi
akuntan baik diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Dampak dari kasus ini
adaiah runtuhnya big firm akuntan dunia Arthur Andersen, setelah dinyatakan
bersalah oleh pengadilan negara bagian Houston Texas karena keterlibatannya
dalam kasus Enron dengan melakukan mark up keuangan (Auditor, 2002).

Hasil pekerjaan auditor dipengaruhi Akuntabilitas auditor dalam menyelesaikan


pekerjaan audit. Akuntabilitas merupakan hal penting yang harus dimiliki
auditor. Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan obyekivitas dalam
melaksanakan tugasnya dengan jujur, tegas, sehingga dapat bertindak
independen tanpa tekanan atau permintaan pihak tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas ini, maka dapat dirumuskan


rumusan masalah sebagai berikut ini:

1. Apa saja yang menjadi standar auditing?


2. Bagaimana etika dan moralitas seorang akuntan?
3. Apa saja kode etik AICPA?

2
1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah membantu para pembaca untuk


mengetahui apa saja standar audit dan kode etik dari profesi akuntan , dan
terlebih semoga bisa diimplementasikan dalam dunia auditing dan akuntan.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Standar Audit

Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum,
standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya.
Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis.

Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Standar
Perikatan Audit (SPA). SPA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-
masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. SPA berisi ketentuan-
ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam
melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap SPA yang diterbitkan oleh
IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk di dalam SPA
adalah Interpretasi Standar Perikatan Audit (ISPA), yang merupakan
interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan
yang diterbitkan oleh IAPI dalam SPA. Dengan demikian, ISPA memberikan
jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan
yang dimuat dalam SPA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut berbagai
ketentuan dalam SPA.

 Standar umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

4
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.

 Standar pekerjaan lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten


harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.

 Standar pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah


disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak

5
5. dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.

2.2 Etika dan Moralitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai


benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat dan Ilmu tentang
apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
     Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun
yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan
masyarakat atau profesi”.

Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti adat
istiadat/ kebiasaan yang baik Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan
manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda,
yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya.

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan


standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan
orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat
empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

•     Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan


sistem informasi.

•     Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat


diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di

6
bidang akuntansi.

•     Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang


diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

•     Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa
oleh akuntan.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: (1) Prinsip Etika,
(2) Aturan Etika, dan (3) Interpretasi Aturan Etika. Prinsip Etika memberikan
kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa
profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi
seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota
Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan.
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan
yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota,
dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan
Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai
Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan
interpretasi baru untuk menggantikannya.Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti
juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama
sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh
sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh
adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila

7
diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota
jugaharus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan
yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi
kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi Etika yaitu :

•    Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai


moralitas yang membingungkan.

•    Etika ingin menampilkanketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk


berargumentasi secara rasional dan kritis.

•    Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam
suasana pluralisme.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika :

•     Kebutuhan Individu

•     Tidak Ada Pedoman

•     Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi

•     Lingkungan Yang Tidak Etis

•     Perilaku Dari Komunitas

Sanksi Pelanggaran Etika :

•     Sanksi Sosial adalah Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan


yangdapat ‘dimaafkan’.

•     Sanksi Hukum adalah Skala besar, merugikan hak pihak lain.

Jenis-jenis Etika :

•     Etika umum yang berisi prinsip serta moral dasar .

•     Etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus.

8
Ada tiga prinsip dasar perilaku yang etis :

•     Hindari pelanggaran etika yang terlihat remeh. Meskipun tidak besar
sekalipun, suatu ketika akan menyebabkan konsekuensi yang besar pada
profesi.

•     Pusatkan perhatian pada reputasi jangka panjang. Disini harus diingat
bahwa reputasi adalah yang paling berharga, bukan sekadar keuntungan
jangka pendek.

•     Bersiaplah menghadapi konsekuensi yang kurang baik bila berpegang pada
perilaku etis. Mungkin akuntan akan menghadapi masalah karier jika
berpegang teguh pada etika. Namun sekali lagi, reputasi jauh lebih penting
untuk dipertahankan.

Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut :
(Mulyadi, 2001: 53)

1.  Tanggung Jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap


anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya.Sebagai profesional, anggota
mempunyai peran penting dalam masyarakat.

Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada


semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu
bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat
dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.

9
2.   Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka


pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukan komitmen atas profesionalisme.Satu ciri utama dari suatu
profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik.

Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana


publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan,
dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan
dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.

Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap


kepentingan publik.Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan.Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku
akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi
masyarakat dan negara.

Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa


akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi
tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai
tingkat prestasi tersebut.Dan semua anggota mengikat dirinya untuk
menghormati kepercayaan publik.

Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara


terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai
profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
10

3.   Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya


pengakuan profesional.Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota
dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan
seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa.Pelayanan dan kepercayaan
publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang
jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

4.  Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta
bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus


menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi.Anggota dalam
praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi
manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai
seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah.

Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam
profesi.Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas
pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

11

5.  Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,


kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh
manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.Hal ini
mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi
kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi
kepada publik.

Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.Anggota


seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman
yang tidak mereka miliki.Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian
dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan
dan kecerdikan.  Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi
anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota
bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau
menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan
memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

6.    Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh


selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

12

Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang


berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai
keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dapat atau perlu diungkapkan.

Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi


tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya.Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar
anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.

7.    Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.Kewajiban
untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,
pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8.    Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar


teknis dan standar profesional yang relevan.Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas.

Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional
Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-
undangan.                                                                                                                 
                      

13       
Pengertian Perkembangan Moral

Pengertian perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses


perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas
kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru (Reni Akbar Hawadi : 2001). Helden
(1977) dan Richards (1971)  berpendapat moral adalah suatu kepekaan dalam
pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan-tindakan lain
yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan.

 Kita telah mengetahui arti dari kedua suku kata yaitu perkembangan dan
moral maka selanjutnya yaitu kita mulai memahami arti dari gabungan dua kata
tersebut “Perkembangan Moral” Santrock (1995) Perkembangan moral adalah
perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Perkembangan moral adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam
kehidupan anak berkenaan dengan tatacara, kebiasaan, adat, atau standar nilai
yang berlaku dalam kelompok sosial.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Moral.

Para peneliti perkembangan telah mengidentifikasi sejumlah factor yang


berhubungan dengan  perkembangan penalaran dan perilaku moral :
perkembangan kognitif umum, perkembangan rasio dan rationale, isu dan
dilema moral, dan perasaan diri.

1.   Perkembangan Kognitif Umum.


Penalaran moral yang tinggi (advanced) penalaran yang dalam mengenai
hokum moral dan nilai-nilai luhur seperti kesetaraan, keadilan, hak-hak asasi
manusia memerlukan refleksi yang mendalam mengenai ide-ide abstrak.

14

Sebagai contoh, anak-anak yang secara intelektual (gifted) berbakat


umumnya lebih sering berpikir tentang isu moral dan bekerja keras mengatasi
ketidakadilan di masyarakat local ataupun dunia secara umum ketimbang
teman-teman sebayanya (silverman,1994). Meski demikian, perkembangan
kognitif tidak menjamin perkembangan moral. Terkadang siswa berpikir abstrak
mengenai materi akademis dan pada saat yang sama bernalar secara
prakonvensional, yang berpusat pada diri sendiri (Kohlberg, 1976; Silverman,
1994).

2.    Penggunaan Ratio dan Rationale.

Anak-anak lebih cenderung memperoleh manfaat dalam perkembangan moral


ketika mereka memikirkan kerugian fisik dan emosional yang ditimbulkan
perilaku-perilaku tertentu terhadap orang lain. Menjelaskan kepada anak-anak
alasan perilaku-perilaku tertentu tidak dapat diterima, dengan focus pada
perspektif orang lain, dikenal sebagai induksi(induction)
(M.L.Hoffman,1970,1975).

3.    Isu dan Dilema Moral.

Dalam teorinya mengenai perkembangan moral, Kohlberg menyatakan


bahwa anak-anak berkembang secara moral ketika mereka menghadapi suatu
dilema moral yang tidak dapat ditangani secara memadai dengan menggunakan
tingkat penalaran moralnya saat itu dengan kata lain, ketika anak menghadapi
situasi yang menimbulkan disequilibrium.
Upaya untuk membantu anak-anak yang menghadapi dilemma semacam itu,
Kohlberg menyarankan agar guru menawarkan penalaran moral satu tahap
diatas tahap yang dimiliki anak saat itu.Kohlberg (1969) percaya bahwa dilema
moral dapat digunakan untuk memajukan tingkat penalaran moral anak, tetapi
hanya setahap demi setahap. Dia berteori bahwa cara anak-anak melangkah dari

15

satu tahap ke tahap berikut ialah dengan berinteraksi dengan orang-orang lain
yang penalarannya berada satu atau paling tinggi dua tahap di atas tahap
mereka.

4. Perasaan Diri.

Anak-anak lebih cenderung terlibat dalam perilaku moral ketika mereka


berpikir bahwa sesungguhnya mampu menolong orang lain dengan kata lain
ketika mereka memiliki pemahaman diri yang tinggi mengenai kemampuan
mereka membuat suatu perbedaan (Narfaez & Rest,1995).

Lebih jauh, pada masa remaja, beberapa anak muda mulai mengintegrasikan
komitmen terhadap nilai-nilai moral terhadap identitas mereka secara
keseluruhan (M.L.Arnold,2000;Biyasi,1995;Nucci,2001). Mereka menganggap
diri mereka sebagai pribadi bermoral dan penuh perhatian, yang peduli pada
hak-hak dan kebaikan orang lain.

Tindakan altruistic dan bela rasa yang mereka lakukan tidak terbatas hanya
pada teman-teman dan orang-orang yang mereka kenal saja, melainkan juga
meluas ke masyarakat.

5.  Kritik terhadap Teori Kohlberg

Salah satu keterbatasan karya Kohlberg ialah bahwa hal itu kebanyakan
melibatkan anak laki-laki.Riset tentang penalaran moral anak perempuan
menemukan pola yang agak berbeda dari pola yang disodorkan Kohlberg.
Apabila penalaran moral anak laki-laki terutama berkisar di seputar masalah
keadilan, anak perempuan lebih tertarik dengan masalah-masalah kepedulian
dan tanggung jawab terhadap orang-orang lain (Gilligan, 1982; 1985; Gilligan
& Attanucci, 1988; Haspe & Baddeley,1991).

16

Carol Gilligan telah berpendapat, misalnya, bahwa pria dan wanita


menggunakan kriteria moral yang berbeda: bahwa penalaran moral pria
difokuskan pada hak masing-masing orang, sedangkan penalaran moral wanita
difokuskan lebih pada tanggung jawab masing-masing bagi orang lain.

Kritik lain terhadap karya Kohlberg ialah bahwa anak-anak yang masih muda
sering dapat bernalar tentang situasi moral dengan cara yang lebih canggih
daripada tahap yang diusulkan teori (Rest,Edwards& Thoma,1997). Akhirnya,
Turiel (1998)telah berpendapat bahwa anak-anak yang masih muda menarik
perhatian antara aturan-aturan moral, seperti tidak boleh berdusta dan mencuri,
yang didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, dan aturan-aturan sosial-
konvensional, seperti tidak boleh mengenakan piyama ke sekolah, yang
didasarkan pada konsensus dan etiket sosial.

Keterbatasan terpenting teori Kohlberg ialah bahwa hal itu berkaitan dengan
penalaran moral alih-alih dengan perilaku aktual (Arnold, 2000). Banyak orang
pada tahap yang berbeda berperilaku yang sama, dan orang-orang pada tahap
yang sama sering berperilaku dengan cara yang berbeda (Walker & Henning,
1997). Selain itu, konteks dilemma moral berperan penting.

Thoma dan Rest (1999) dan Rest et al. (1999) berpendapat bahwa penjelasan
tentang perilaku moral harus memerhatikan penalaran moral tetapi juga
kemampuan menafsirkan dengan tepat apa yang terjadi dalam situasi sosial,
motivasi mempunyai perilaku yang bermoral, dan kemampuan sosial yang perlu
untuk benar-benar melakukan suatu rencana tindakan moral.

17

2.3 Kode Etik AICPA

Peraturan AICPA menetapkan perlunya dibentuk Divisi atau Tim Etika


Profesional. Misi dari tim ini adalah untuk :

 Mengembangkan dan menjaga standar etika dan secara efektif


menegakkan standar-standar tersebut sehingga dapat dipastikan bahwa
kepentingan masyarakat terlindungi
 Meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai CPA
 Menyediakan pedoman yang mutakhir dan berkualitas sehingga para
anggota mampu menjadi penyedia nilai utama dalam bidangnya.

         Prinsip – Prinsip Etika AICPA:

Kode Perilaku Profesional AICPA terdiri atas dua bagian:

A. Prinsip-prinsip Perilaku Profesional (Principles of Profesionnal Conduct);


menyatakan tindak - tanduk dan perilaku ideal.

Prinsip-prinsip Perilaku Profesional menyediakan kerangka kerja untuk


Aturan Perilaku. Pedoman tambahan untuk penerapan Aturan Perilaku
tersedia melalui:
 Interpretasi Aturan Perilaku (Interpretations of Rules of Conduct)
 Putusan (Rulings) oleh Professional Ethics Executive Committee.

Enam Prinsip-prinsip Perilaku Profesional:

 Tanggung jawab: Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai


profesional, anggota harus          melaksanakan pertimbangan
profesional dan moral dalam seluruh keluarga.

18

 Kepentingan publik: Anggota harus menerima kewajiban untuk


bertindak dalam suatu cara yang akan melayani kepentingan publik,
menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen pada
profesionalisme.
 Integritas: Untuk mempertahankan dan memperluas keyakinan
publik, anggota harus melaksanakan seluruh tanggung jawab
profesional dengan perasaan integritas tinggi.
 Objektivitas dan Independesi: Anggota harus mempertahankan
objektivitas dan bebas dari konflik penugasan dalam pelaksanaan
tanggung jawab profesional.
 Kecermatan dan keseksamaan: Anggota harus mengamati standar
teknis dan standar etik profesi.
 Lingkup dan sifat jasa: Anggota dalam praktik publik harus
mengamati Prinsip prinsip Perilaku Profesional dalam menentukan
lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan.

B.  Aturan Perilaku (Rules of Conduct); menentukan standar minimum.


                Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan
aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik,
bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di
lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab
profesionalnya.
        Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan
orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat
empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

19

 Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem


informasi.
 Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat
diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di
bidang akuntansi.
 Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh
dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
 Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh
akuntan.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

(1) Prinsip Etika,

Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan
oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika
disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota
Himpunan yang bersangkutan.

(2) Aturan Etika

Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam
masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan
sukarela anggota. Disamping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh
adanya pemaksaan oleh sesame anggoa dan oleh opini public, dan pada
akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh

20

organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika


perlu anggota juga harus memperhatikan standar etik yang sudah ditetapkan
oleh badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan
laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(3) Interpretasi Aturan Etika.

Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh


Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari
anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam
penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai
sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan
interpretasi baru untuk menggantikannya.
        

21

BAB 3
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari laporan makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa


apapun profesi yang dijalani tidak lepas dari adanya aturan dan etika yang
berlaku baik di profesi yang bersangkutan maupun secara garis besar (umum).
Menyangkut dengan etika profesi yang kami diskusikan diatas, bahwasannya
seorang akuntan publik harus benar-benar memahami standar akuntan publik
dan mematuhi kode etik yang sudah diatur bedasarkan keputusan yang di ambil
bersama oleh Institut Akunta Publik Indonesia (IAPI). Karena seperti yang kita
ketahui setiap pelanggaran kode etik yang dilakukan khususnya untuk profesi
akuntan publik terdapat sanksi-sanksi yang dapat menjeratnya baik secara
perdana maupun perdata sesuai dengan peraturan hukum yang ada di Indonesia.
22

DAFTAR PUSTAKA

http://joshpriyatna.blogspot.com/2017/01/contoh-makalah-etika-profesi-
akuntan_22.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Standar_Auditing

https://idiotsbrainn.blogspot.com/2016/04/etika-dan-moral-
akuntansi.html?m=1

https://pengetahuanilmuilmu.blogspot.com/2014/11/kode-etik-profesi-
akuntansi-menurut.html?m=1
23

Anda mungkin juga menyukai