Disusun oleh :
Husnulfianti Unus
C30118201
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis masih diberi kesempatan dan pengetahuan untuk
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas mata kuliah audit 1.
Makalah ini membahas tentang standar audit dan kode etik profesi akuntan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kualitas audit yang baik tidak menjamin dapat melindungi auditor dari
kewajiban hukum yang merupakan konsekuensi dari kegagalan audit.
Pengalaman dalam hal ini ialah auditor yang sudah lama mengusut kasus
kecurangan dan tahu akan tindakan- tindakan yang akan dilakukan. Kualitas
audit menjadi isu penting bagi profesi akuntan. Agar dapat memenuhi kualitas
audit yang baik, maka auditor dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa
harus berpedoman pada kode etik akuntan, standar profesi, dan standar
akuntansi keuangan yang berlaku.
Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri
memberikan dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap
profesi akuntan publik. Seperti halnya kasus Enron dan Kantor Akuntan Publik
1
Andersen yang kami kutip dari sebuah blog yang diposkan oleh Dr. Dedi
Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:07. Kasus Enron di Amerika yang dinyatakan
bangkrut oleh pengadilan Amerika telah menimbulkan gejolak baru bagi profesi
akuntan baik diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Dampak dari kasus ini
adaiah runtuhnya big firm akuntan dunia Arthur Andersen, setelah dinyatakan
bersalah oleh pengadilan negara bagian Houston Texas karena keterlibatannya
dalam kasus Enron dengan melakukan mark up keuangan (Auditor, 2002).
2
1.3 Tujuan
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum,
standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya.
Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis.
Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Standar
Perikatan Audit (SPA). SPA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-
masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. SPA berisi ketentuan-
ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam
melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap SPA yang diterbitkan oleh
IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk di dalam SPA
adalah Interpretasi Standar Perikatan Audit (ISPA), yang merupakan
interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan
yang diterbitkan oleh IAPI dalam SPA. Dengan demikian, ISPA memberikan
jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan
yang dimuat dalam SPA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut berbagai
ketentuan dalam SPA.
Standar umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
4
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
Standar pelaporan
5
5. dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.
Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti adat
istiadat/ kebiasaan yang baik Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan
manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda,
yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya.
6
bidang akuntansi.
• Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa
oleh akuntan.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: (1) Prinsip Etika,
(2) Aturan Etika, dan (3) Interpretasi Aturan Etika. Prinsip Etika memberikan
kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa
profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi
seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota
Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan.
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan
yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota,
dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan
Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai
Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan
interpretasi baru untuk menggantikannya.Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti
juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama
sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh
sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh
adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila
7
diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota
jugaharus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan
yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi
kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam
suasana pluralisme.
• Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi
Jenis-jenis Etika :
8
Ada tiga prinsip dasar perilaku yang etis :
• Hindari pelanggaran etika yang terlihat remeh. Meskipun tidak besar
sekalipun, suatu ketika akan menyebabkan konsekuensi yang besar pada
profesi.
• Pusatkan perhatian pada reputasi jangka panjang. Disini harus diingat
bahwa reputasi adalah yang paling berharga, bukan sekadar keuntungan
jangka pendek.
• Bersiaplah menghadapi konsekuensi yang kurang baik bila berpegang pada
perilaku etis. Mungkin akuntan akan menghadapi masalah karier jika
berpegang teguh pada etika. Namun sekali lagi, reputasi jauh lebih penting
untuk dipertahankan.
Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut :
(Mulyadi, 2001: 53)
9
2. Kepentingan Publik
3. Integritas
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta
bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam
profesi.Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas
pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
11
6. Kerahasiaan
12
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.Kewajiban
untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,
pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional
Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-
undangan.
13
Pengertian Perkembangan Moral
Kita telah mengetahui arti dari kedua suku kata yaitu perkembangan dan
moral maka selanjutnya yaitu kita mulai memahami arti dari gabungan dua kata
tersebut “Perkembangan Moral” Santrock (1995) Perkembangan moral adalah
perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Perkembangan moral adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam
kehidupan anak berkenaan dengan tatacara, kebiasaan, adat, atau standar nilai
yang berlaku dalam kelompok sosial.
14
15
satu tahap ke tahap berikut ialah dengan berinteraksi dengan orang-orang lain
yang penalarannya berada satu atau paling tinggi dua tahap di atas tahap
mereka.
4. Perasaan Diri.
Lebih jauh, pada masa remaja, beberapa anak muda mulai mengintegrasikan
komitmen terhadap nilai-nilai moral terhadap identitas mereka secara
keseluruhan (M.L.Arnold,2000;Biyasi,1995;Nucci,2001). Mereka menganggap
diri mereka sebagai pribadi bermoral dan penuh perhatian, yang peduli pada
hak-hak dan kebaikan orang lain.
Tindakan altruistic dan bela rasa yang mereka lakukan tidak terbatas hanya
pada teman-teman dan orang-orang yang mereka kenal saja, melainkan juga
meluas ke masyarakat.
Salah satu keterbatasan karya Kohlberg ialah bahwa hal itu kebanyakan
melibatkan anak laki-laki.Riset tentang penalaran moral anak perempuan
menemukan pola yang agak berbeda dari pola yang disodorkan Kohlberg.
Apabila penalaran moral anak laki-laki terutama berkisar di seputar masalah
keadilan, anak perempuan lebih tertarik dengan masalah-masalah kepedulian
dan tanggung jawab terhadap orang-orang lain (Gilligan, 1982; 1985; Gilligan
& Attanucci, 1988; Haspe & Baddeley,1991).
16
Kritik lain terhadap karya Kohlberg ialah bahwa anak-anak yang masih muda
sering dapat bernalar tentang situasi moral dengan cara yang lebih canggih
daripada tahap yang diusulkan teori (Rest,Edwards& Thoma,1997). Akhirnya,
Turiel (1998)telah berpendapat bahwa anak-anak yang masih muda menarik
perhatian antara aturan-aturan moral, seperti tidak boleh berdusta dan mencuri,
yang didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, dan aturan-aturan sosial-
konvensional, seperti tidak boleh mengenakan piyama ke sekolah, yang
didasarkan pada konsensus dan etiket sosial.
Keterbatasan terpenting teori Kohlberg ialah bahwa hal itu berkaitan dengan
penalaran moral alih-alih dengan perilaku aktual (Arnold, 2000). Banyak orang
pada tahap yang berbeda berperilaku yang sama, dan orang-orang pada tahap
yang sama sering berperilaku dengan cara yang berbeda (Walker & Henning,
1997). Selain itu, konteks dilemma moral berperan penting.
Thoma dan Rest (1999) dan Rest et al. (1999) berpendapat bahwa penjelasan
tentang perilaku moral harus memerhatikan penalaran moral tetapi juga
kemampuan menafsirkan dengan tepat apa yang terjadi dalam situasi sosial,
motivasi mempunyai perilaku yang bermoral, dan kemampuan sosial yang perlu
untuk benar-benar melakukan suatu rencana tindakan moral.
17
18
19
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan
oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika
disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota
Himpunan yang bersangkutan.
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam
masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan
sukarela anggota. Disamping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh
adanya pemaksaan oleh sesame anggoa dan oleh opini public, dan pada
akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh
20
21
BAB 3
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://joshpriyatna.blogspot.com/2017/01/contoh-makalah-etika-profesi-
akuntan_22.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Standar_Auditing
https://idiotsbrainn.blogspot.com/2016/04/etika-dan-moral-
akuntansi.html?m=1
https://pengetahuanilmuilmu.blogspot.com/2014/11/kode-etik-profesi-
akuntansi-menurut.html?m=1
23