Anda di halaman 1dari 143

RENCANA PEMBELAJARAN

SEMSETER
TAHUN AKADEMIK
2019/2020
1 Program Pendidikan Agama Islam FAI-UMJ CP Prodi :
Studi
2 Nama PANCASILA
Mata
Kuliah
3 Kode Mata
Kuliah
4 Sifat Mata
Kuliah
5 Ditawarka Genap
n pada
Semester
6 Bobot 2 SKS CP MK :
1. Mahasiswa
7 Prasyarat memahami
Pancasila dalam
8 Dosen A. Kahar Maranjaya, konteks sejarah;
Pengampu
Mata SH.,MH. 2. Mahasiswa
memahami dam
Kuliah mengamalkan
Pancasila dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara;
3. Mahasiswa mampu
menjelasskan Nilai-
nilai yang
terkandung dalam
Sila-sila Pancasila
serta melaksanakan
dalam segala aspek
kehidupan
masyarakat.
9 Pustaka Utama :1. Abdulgani, Roeslan. 1979. Pengembangan Pancasila Di
Yang Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Idayu.:
Gunakan 2. Daviid Baurchier., Pancasila versi Orde Baru,
Yogjakarta:PSP UGM,2007)
3. .Prof.Kaelan., Pancasila Sebagai Etika Politik,
(Yogjakarta)
Pendukung: 1.PP.Muhammadiyah., Negara Pancasila Sebagai Dar Al
Ahdi Wa Al-Syahadah.
2. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. 2013. Materi Ajar Mata
Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta: Departeman
Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan
danKebudayaan Republik Indonesia.

Tatap Capaian Pembelajaran Metode/Strategi


Bahan Kajian /Materi Pembelajaran
Muka Ke- Mata Kuliah Pembelajaran

1. Mahasiswa mengetahui, Membahas Rencana Pembelajaran,


mengerti, dan memahami Sistem Perkuliahan, Landasan Ceramah, Tanya
pengertian dan latar Pemberian Perkuliahan Di Perguruan Jawab dan Diskusi 1
belakang pengajaran Tinggi dan Pengertian Pancasila. M
Pendidikan
Kewarganegaraan
2. Mahasiswa mengetahui, Pancasila Sebagai Pengetahuan Ilmiah.
mengerti, dan mampu Ceramah, Tanya
menjelaskan tentang Jawab, Simulasi, Studi -
Pencasila secara Ilmiah. Kasus dan Diskusi
Kelompok
3. Mahasiswa mengetahui, Asal Mula dan Sejarah Pancasila
mengerti, dan mampu Tonggak-tonggak Alur Perjuangan Ceramah, Tanya
menjelaskan tentang Bangsa Indonesia; Proklamasi Jawab dan Diskusi -
Pancasila Dalam Kontek Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sejarah.

4. Mahasiswa mengetahui, Makna Sila Pancasila Dan Perilaku


mengerti, dan mampu Yang Sesuai Dengan Pancasila. Ceramah, Tanya
menjelaskan tentang Jawab dan Diskusi -
Makna Sila-Sila Pancasila.

5 Mahasiswa mengetahui, Fungsi dan Kedudukan Pancasila.


mengerti, dan mampu Hakikat Pancasila; Pancasila Sebagai
menjelaskan tentang Pandangan Hidup Bangsa; Pancasila -
Fungsi dan Kedudukan Sebagai Dasar Negara; Pancasila ---------sda---------
Pancasila. Sumber dari Segala Sumber Hukum.

6. Mahasiswa mengetahui, Hubungan Pancasila dan Undang


mengerti, dan mampu Undang Dasar Negara Republik
menjelaskan tentang Indonesia Tahun 1945. -
Hubungan Pancasila dan
UUD 1945.
7. ------------- “ ----------------- ---------- Lanjutan ------------------
Ujian Tertulis -

Mahasiswa diharapkan Pelaksanaan UTS


8 mampu menjawab -------sda-------- 9
pertanyaan tentang materi M
MK yg telah diberikan
9. Mahasiswa mengetahui, Demokrasi Pancasila.
mengerti, dan mampu Ceramah, Tanya 1
menjelaskan tentang Jawab dan Diskusi M
Demokrasi Pancasila.

10. Mahasiswa mengetahui, Pasncasila dan Permasalahan Aktual


mengerti, dan mampu Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Ceramah, Tanya
menjelaskan tentang Berbangsa, dan Bernegara. Jawab dan Diskusi -
Permasalahan Aktual
dalam Kehidup
Bermasyarakat, Berbangsa
dan Bernegara.

----------------“----------------- Lanjutan
11. ---- sda-----
-
12. Mahasiswa mengetahui, Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka. Ceramah, Tanya
mengerti, dan mampu Jawab dan Diskusi
menjelaskan tentang -
Pancasila sebagai Idiologi
Terbuka.
13. Mahasiswa mengetahui, Pancasila Sebagai Sistem Etika dan
mengerti, dan mampu Sistem Filsafat. Ceramah, Tanya
menjelaskan tentang Jawab dan Diskusi -
Pancasila sebagai sistem
Etika dan Sistem Filsafat.
14. ---------------“---------------- Lanjutan
Ceramah, Tanya
Jawab dan Diskusi -

15. Mahasiswa mengetahui, Pancasila dan Masyarakat Madani Ceramah, Tanya


mengerti, dan mampu Jawab dan Diskusi
menjelaskan keterkaitan -
antara Pancasila dengan
Islam
16. Mahasiswa diharapkan Pelaksanaan UAS
mampu menjawab Ujian 9
pertanyaan tentang materi M
MK
BAHAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN PANCASILA
(SEMESTER GASAL 2019/2020)

UNTUK KALANGAN SENDIRI

D
I
S
U
S
U
N

Oleh
A.KAHAR MARANJAYA

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JJAKARTA
2020
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

Matakuliah : Pendidikan Pancasila


Kode Matakuliah :
Sks/ JS : 2 sks / 2 x 50 menit

Uraian Pokok Bahasan Setiap Pertemuan


Pertemuan 1 : Membahas Rencana Pembelajaran, Sistem Perkuliahan, Landasan
Pemberian Perkuliahan Di Perguruan Tinggi dan Pengertian
Pancasila.

Pertemuan 2 : Pancasila Sebagai Pengetahuan Ilmiah.

Pertemuan 3 : Asal Mula dan Sejarah Pancasila Tonggak-tonggak Alur Perjuangan


Bangsa Indonesia; Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pertemuan 4 : Makna Sila Pancasila Dan Perilaku Yang Sesuai Dengan Pancasila.

Pertemuan 5 : Fungsi dan Kedudukan Pancasila. Hakikat Pancasila; Pancasila Sebagai


Pandangan Hidup Bangsa; Pancasila Sebagai Dasar Negara; Pancasila
Sumber dari Segala Sumber Hukum.

Pertemuan 6 & 7 : Hubungan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Pertemuan 8 : Demokrasi Pancasila.

Ujian Tengah Semester (UTS)

Pertemuan 9 & 10 : Pasncasila dan Permasalahan Aktual Dalam Kehidupan


Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara.

Pertemuan 11 : Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka.

Pertemuan 12 & 13 : Pancasila Sebagai Sistem Etika dan Sistem Filsafat.

Pertemuan 14 : Pancasila dan Masyarakat Madani.

Ujian Akhir Semester (UAS)

A. Penilaian
1. Tugas 30%
2. Midle Test 30%
3. Final Test 40%

B. Tugas
Masing-masing mahasiswa membuat karya ilmiah bertemakan Pancasila dan/atau
Indonesia. Dikerjakan sesuai dengan Pedoman Pembuatan Karya Ilmiah (PPKI) Umumnya.
Dikumpulkan pertemuan ke 8 (delapan) dan dipresentasikan secara bergantian pada
pertemuan ke 9 (sembilan) dan seterusnya.

C. Tata Tertib Perkuliahan


1. Mahasiswa diharapkan dengan kesadaran sendiri hadir tepat waktu dengan maksimum
keterlambatan 15 menit. Keterlambatan dosen selama 15 menit tanpa pemberitahuan 
berarti kelas dinyatakan kosong.
2. Mahasiswa diharapkan dengan kesadaran sendiri berpakaian rapi dan sopan, tidak
merokok di kelas, tidak berbicara dengan rekannya dikelas (kecuali acara diskusi), tidak
mengganggu jalannya perkuliahan. 
3. Mahasiswa diharapkan dengan kesadaran sendiri, tidak menyalakan telephon genggam di
dalam kelas.
4. Mahasiswa mempunyai hak untuk mengikuti ujian akhir semester: jika mengikuti kuliah
minimal 80% dan mengumpulkan tugas terstruktur.
5. Mahasiswa yang tidak bisa hadir mengikuti perkuliahan diharuskan membuat surat izin
(surat keterangan).
Pertemuan Ke-Satu
LANDASAN PERKULIAHAN DAN PENGERTIAN PANCASILA

A.Pengantar.
Seluruh warga Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya mempelajari,
mendalami dan mengembangkannya serta mengamalkan Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Tingkatan-tingkatan pelajaran mengenai Pancasila yang dapat dihubungkan dengan tingkat-
tingkat pengetahuan ilmiah. Tingkatan pengetahuan ilmiah yakni; pengetahuan deskriptif,
pengetahuan kausal, pengetahuan normatif, dan pengetahuan esensial. Pengetahuan
deskriptif menjawab pertanyaan bagaimana sehingga bersifat mendiskripsikan, adapun
pengetahuan kausal memberikan jawaban terhadap pertanyaan ilmiah mengapa, sehingga
mengenai sebab akibat (kausalitas). Pancasila memiliki empat kausa : kausa materialis (asal
mula bahan dari Pancasila), kausa formalis (asal mula bentuk), kausa efisien (asal mula
karya), dan kausa finalis (asal mula tujuan). Tingkatan pengetahuan normatif merupakan
hasil dari pertanyaan ilmiah kemana. Adapun pengetahuan esensial mengajukan pemecahan
terhadap pertanyaan apa, (apa sebenarnya), merupakan persoalan terdalam karena diharapkan
dapat mengetahui hakikat. Pengetahuan esensial tentang Pancasila adalah untuk mendapatkan
pengetahuan tentang inti sari atau makna terdalam dalam sila-sila Pancasila atau secara
filsafati untuk mengkaji hakikatnya. Perkuliahan pada perguruan tinggi, oleh karena itu,
tentulah tidak sama dengan pelajaran Pancasila yang diberikan pada sekolah menengah.
Tujuan pendidikan Pancasila adalah membentuk watak bangsa yang kukuh, juga untuk
memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila.
Tujuan perkuliahan Pancasila adalah agar mahasiswa memahami, menghayati dan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga negara
RI, juga menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan pemikiran yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan Pendidikan Pancasila dapat dipahami dengan:


 menelaah dasar-dasar pendidikan pancasila sebagai bagian yang tidak terpisah dalam
konsep pendukung capaian dalam penyelenggaraan pendidikan pancasila di perguruan
tinggi. Dasar-dasar yang dimaksud yakni dasar filosofis, sosiologis, dan dasar yuridis
yang akan diuraikan dalam artikel ini. Sebagaimana dikemukakan oleh sejumlah
pengamat bahwa gerakan untuk merevitalisasi Pancasila saat ini semakin
menunjukkan gejala yang menggembirakan. Forum-forum ilmiah di berbagai tempat
telah diselenggarakan baik oleh masyarakat umum maupun kalangan akademisi. 
Tidak terkecuali lembaga negara yaitu MPR mencanangkan empat pilar berbangsa
yang salah satunya adalah Pancasila. Memang ada perdebatan tentang istilah pilar
tersebut, karena selama ini dipahami bahwa Pancasila adalah dasar negara, namun
semangat untuk menumbuhkembangkan lagi Pancasila perlu disambut dengan baik.
Undang undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
yang belum lama disahkan, secara eksplisit juga menyebutkan bahwa terkait dengan
kurikulum nasional setiap perguruan tinggi wajib menyelenggarakan mata kuliah
Pancasila, Kewarganegaraan, Agama dan Bahasa Indonesia. Menindaklanjuti undang
undang tersebut, Dikti juga menawarkan berbagai hibah pembelajaran untuk keempat
mata kuliah tersebut. 
 Pancasila adalah dasar filsafah negara indonesia, sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu setiap warga negara Indonesia harus
mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkan dalam segala bidang
kehidupan. Pancasila merupakan warisan luar biasa dari pendiri bangsa yang mengacu
kepada nilai-nilai luhur. Nilai nilai luhur yang menjadi panutan hidup tersebut telah
hilang otoritasnya, sehingga manusia menjadi bingung. Kebingungan tersebut dapat
menimbulkan krisis baik itu krisis moneter yang berdampak pada bidang politik,
sekaligus krisis moral pada sikap perilaku manusia.
 Dalam upaya merespon kondisi tersebut, pemerintah perlu mengantisipasi agar tidak
menuju kearah keadaan yang lebih memprihatinkan. Salah satu solusi yang dilakukan
oleh pemerintah, dalam menjaga nilai-nilai panutan dalam berbangsa dan bernegara
secara lebih efektif yaitu melalui bidang pendidikan. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan pancasila yang akan diuraikan dalam artikel ini sasarannya adalah bagi
para mahasiswa-mahasiswi di perguruan tinggi.

Adapun dasar-dasar atau landasan pendidikan pancasila tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1. Dasar/Landasan Filosofis .
Pada saat Republik Indonesia diproklamasikan pasca Perang Dunia kedua, dunia dicekam
oleh pertentangan ideologi kapitalisme dengan ideologi komunisme. Kapitalisme berakar
pada faham individualisme yang menjunjung tinggi kebebasan dan hak-hak individu;
sementara komunisme berakar pada faham sosialisme atau kolektivisme yang lebih
mengedepankan kepentingan masyarakat di atas kepentingan individual. Kedua aliran
ideologi ini melahirkan sistem kenegaraan yang berbeda. Faham individualisme
melahirkan negara -negara kapitalis yang mendewakan kebebasan (liberalisme) setiap
warga, sehingga menimbulkan perilaku dengan superioritas individu, kebebasan berkreasi
dan berproduksi untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Sementara faham kolektivisme melahirkan negara-negara komunis yang otoriter dengan
tujuan untuk melindungi kepentingan rakyat banyak dari eksploitasi segelintir warga
pemilik kapital. Pertentangan ideologi ini telah menimbulkan ‘ketegangan’ yang
dampaknya terasa di seluruh dunia. Namun para pendiri negara Republik Indonesia
mampu melepaskan diri dari tarikan-tarikan dua kutub ideologi dunia tersebut, dengan
merumuskan pandangan dasar (philosophische grondslag) pada sebuah konsep filosofis
yang bernama Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila bahkan bisa berperan
sebagai penjaga keseimbangan (margin of appreciation) antara dua ideologi dunia yang
bertentangan, karena dalam ideologi Pancasila hak-hak individu dan masyarakat diakui
secara proporsional.

2. Dasar/Landasan Sosiologis.
Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa yang
tersebar di lebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah mempraktikan Pancasila karena
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan kenyataan-kenyataan (materil, formal,
dan fungsional) yang ada dalam mas yarakat Indonesia. Kenyataan objektif ini menjadikan
Pancasila sebagai dasar yang mengikat setiap warga bangsa untuk taat pada nilai-nilai
instrumental yang berupa norma atau hukum tertulis (peraturan perundang-undangan,
yurisprudensi, dan traktat) maupun yang tidak tertulis seperti adat istiadat, kesepakatan
atau kesepahaman, dan konvensi.

Kebhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi, dimana agama, ras,
etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh perbedaan, menyebabkan ideologi Pancasila bisa
diterima sebagai ideologi pemersatu. Data sejarah menunjukan bahwa setiap kali ada
upaya perpecahan atau pemberontakan oleh beberapa kelompok masyarakat, maka nilai-
nilai Pancasilalah yang dikedepankan sebagai solusi untuk menyatukan kembali. Begitu
kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila sebagai kekuatan pemersatu, maka kegagalan
upaya pemberontakan yang terakhir (G30S/PKI) pada 1 Oktober 1965 untuk seterusnya
hari tersebut dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Oleh karena itu nilai-nilai
Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke generasi untuk menjaga keutuhan masyarakat
bangsa. Pelestarian nilai-nilai Pancasila dilakukan khususnya lewat proses pendidikan
formal, karena lewat pendidikan berbagai butir nilai Pancasila tersebut dapat disemaikan
dan dikembangkan secara terencana dan terpadu.

3. Dasar/Landasan Yuridis .
Pancasila telah menjadi norma dasar negara dan dasar negara Republik Indonesia yang
berlaku adalah Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (Pembukaan UUD NRI Tahun 1945) juncto Keputusan
Presiden RI Nomor 150 Tahun 1959 mengenai Dekrit Presiden RI/Panglima Tertinggi
Angkatan Perang Tentang Kembali Kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Naskah Pembukaan UUD NRI 1945 yang berlaku adalah
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang disahkan/di tetapkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945. Sila-sila Pancasila yang
tertuang dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 secara filosofis-sosiologis
berkedudukan sebagai Norma Dasar Indonesia dan dalam konteks politis-yuridis sebagai
Dasar Negara Indonesia. Konsekuensi dari Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945, secara yuridis konstitusional mempunyai kekuatan hukum yang sah,
kekuatan hukum berlaku, dan kekuatan hukum mengikat.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, menyebutkan, bahwa
isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat mata kuliah: (a)
Pendidikan Pancasila, (b) Pendidikan Agama, (c) Pendidikan Kewarganegaraan dan (d)
Nahasa Indonesia.

Tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi


Dengan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, diharapkan dapat
tercipta wahana pembelajaran bagi para mahasiswa untuk secara akademik mengkaji,
menganalisis, dan memecahkan masalah-masalah pembangunan bangsa dan negara dalam
perspektif nilai-nilai dasar Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Republik Indonesia.
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan Nasional bertujuan untuk mewujudkan
tujuan Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan nasional yang ada merupakan rangkaian
konsep, program, tata cara, dan usaha untuk mewujudkan tujuan nasional yang diamanatkan
Undang -Undang Dasar Tahun 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi tujuan
penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi pun merupakan bagian dari
upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Penjabaran secara spesifik sehubungan dengan tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila
di Perguruan Tinggi adalah untuk:
1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa melalui
revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila
kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap
berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui sistem
pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta
penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat
berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan
eksternal masyarakat bangsa Indonesia.

B. Pengertian Pendidikan Pancasila dan Empat Landasannya

B.1.. Beberapa Pengertian Pancasila.


Secara ilmiah, Kedudukan dan fungsi Pancasila memiliki pengertian yang luas, baik
dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, ideologi negara
dan sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya, terdapat berbagai
macam terminologi yang harus kita deskripsikan secara obyektif. Oleh karena itu untuk
memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya maupun
peristilahannya maka berikut ini adalah pengertiannya.
1) Pengertian Pancasila secara Etimologis.
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India, menurut Muhammad Yamin
dalam bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal,
yaitu :
 Panca artinya lima
 Syila artinya batu sendi, alas, dasar
 Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasila yang memiliki arti
secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur. Kata Pancasila mula-mula terdapat
dalam kepustakaan Budha di India. Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral
untuk mencapai nirwana dengan melalui samadhi dan setiap golongan mempunyai
kewajiban moral yang berbeda. Ajaran moral tersebut adalah Dasasyiila,
Saptasyiila, Pancasila.
Pancasila menurut Budha merupakan lima aturan (five moral principle) yang harus
ditaati, meliputi larangan membunuh, mencuri, berzina, berdusta dan larangan
minum-minuman keras. Melalui penyebaran agama Hindu dan Budha, kebudayaan
India masuk ke Indonesia sehingga ajaran Pancasyiila masuk kepustakaan Jawa
terutama jaman Majapahit yaitu dalam buku syair pujian Negara Kertagama
karangan Empu Prapanca disebutkan raja menjalankan dengan setia ke lima
pantangan (Pancasila). Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam tersebar, sisa-
sisa pengaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih dikenal masyarakat Jawa yaitu
lima larangan : mateni(membunuh), maling (mencuri), madon(berzina), mabok
(minuman keras/candu), main(berjudi).
2). Pengertian Pancasila Secara Historis.
Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar negara yang akan diterapkan.
Dalam sidang tersebut muncul tiga pembicara yaitu M. Yamin, Soepomo dan
Ir.Soekarno yang mengusulkan nama dasar negara Indonesia disebut Pancasila.
Tanggal 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk Pembukaannya yang
didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai dasar negara.
Walaupun dalam Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah/kata Pancasila,
namun yang dimaksudkan dasar negara Indonesia adalah disebut dengan
Pancasila. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam
rangkapembentukan rumusan dasar negara yang secara spontan diterima oleh
peserta sidang BPUPKI secara bulat.
3. Pengertian Pancasila Secara Terminologis
Dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 oleh
PPKI tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah
yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia dalam upaya bangsa
Indonesia mempertahankan proklamasi dan eksistensinya, terdapat pula rumusan-
rumusan Pancasila sebagai berikut :

a. Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (29 Desember – 17 Agustus


1950)
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
b. Dalam UUD Sementara 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
c. Dalam kalangan masyarakat luas
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kedaulatan Rakyat
5. Keadilan Sosial
Dari berbagai macam rumusan Pancasila, yang sah dan benar adalah rumusan Pancasila yang
terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
dan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Undang-Undang Nomoor 10 Tahun 2004 dan
Undang-Undamng Nomor 12 Tahun2011 Tentang Pembbentukan Peraturan Perundanfg-
Undangan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan pontensi dirinya sehingga
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Depdiknas, 2003: 20).
Dengan kata lain, yang dimaksud dengan pendidikan adalah proses pengembangan potensi,
kemampuan, dan kepribadian peserta didik yang dilakukan dengan usaha sadar dan terencana
dengan tujuan agar dapat bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Selanjutnya, pengertian pendidikan pancasila tentu akan merujuk pada pengertian pendidikan
dan pengertian pancasila sebagaimana yang masing-masing telah diuraikan di atas. Dalam
ungkapan sederhana, pengertian pendidikan pancasila adalah “Pendidikan tentang Pancasila”.
Kalimat itulah yang dapat kami cerna sebagaimana dijelaskan dalam sejumlah literatur.

Pendidikan tentang pancasila merupakan salah satu cara untuk menanamkan pribadi yang
bermoral dan berwawasan luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu,
pendidikan tentang pancasila perlu diberikan disetiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat
dasar, menengah hingga perguruan tinggi.
Maman Rachman (1999: 324) menyatakan bahwa : Pendidikan tentang pancasila memegang
peranan penting dalam membentuk kepribadian mahasiswa di perguruan tinggi. Setelah lulus
dari perguruan tinggi, diharapkan mereka tidak sekedar berkembang daya intelektualnya saja
namun juga sikap dan perilakunya. Sikap dan perilakunya itu diharapkan menjadi dasar
keilmuan yang dimilikinya agar bermanfaat pada diri, keluarga, dan masyarakat.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka pendidik dalam hal ini dosen tidak hanya
mentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga memberikan pemahaman akan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila sehingga diharapkan mahasiswa memiliki kepercayaan terhadap
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sehingga dapat digunakannya dalam prektek
kehidupannya sehari-hari.
Pendidikan tentang pancasila sebagai pendidikan kebangsaan berangkat dari keyakinan
bahwa pancasila sebagai dasar negara, falsafah negara Indonesia tetap mengandung nilai
dasar yang relevan dengan proses kehidupan dan perkembangan dalam berbangsa dan
bernegara. Pancasila memiliki landasan eksistensial yang kokoh, baik secara filosofis,
yuridis, maupun sosiologis.

C. Empat (4) Landasan Pendidikan Pancasila


a. Landasan Historis .
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman kerajaan Kutai,
Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia berjuang untuk
menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang
tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya tersimpul ciri khas,
sifat karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita
(the founding father) dirumuskan secara sederhana namun mendalam yang meliputi
lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup yang
kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat internasional.
Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.

Landasan Pendidikan Pancasila Secara historis maknanya nilai-nilai yang terkandung


dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara
Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia
sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.
b. Landasan Kultural.
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu
sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila bukanlah merupakan hasil konseptualseseorang saja melainkan merupakan
suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang
dimiliki melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara. Oleh karena itu generasi
penerus terutama kalangan intelektual kampus sudah seharusnya untuk mendalami serta
mengkaji karya besar tersebut dalam upaya untuk melestarikan secara dinamis dalam
arti mengembangkan sesuai dengan tuntutan jaman.
c. Landasan Yuridis .
Landasan Pendidikan Pancasila khususnya perkuliahan Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi secara yuridis diatur dalam UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi, menyatakan : Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan
bahasa Indonesia.

d. Landasan Filosofis .
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia, oleh
karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten
merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa
yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan obyektif bahwa
manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Setiap aspek penyelenggaraan negara
harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan termasuk dalam
proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan
sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional,
ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan.
Pertemuan Ke-Dua.
PANCASILA SEBAGAI PENGETAHUAN ILMIAH
A.Penggantar.
Pengetahuan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat-syarat ilmiah yakni; berobjek,
bermetode, bersistem, dan bersifat universal.
 Berobjek terbagi dua yakni objek material dan objek formal. Objek material berarti
memiliki sasaran yang dikaji, disebut juga pokok persoalan yang merupakan
sesuatu yang dituju atau dijadikan bahan untuk diselidiki atau dikaji. Sedangkan
objek formal adalah titik perhatian tertentu/khusus yang merupakan titik pusat
perhatian pada segi-segi tertentu sesuai dengan ilmu pengetahuan yang
bersangkutan.
 Bermetode atau mempunyai metode berarti memiliki seperangkat pendekatan sesuai
dengan aturan-aturan yang logis.
 Metode merupakan cara bertindak menurut aturan tertentu, bersistem atau bersifat
sistematis bermakna memiliki kebulatan dan keutuhan yang bagian-bagiannya
merupakan satu kesatuan yang yang saling berhubungan dan tidak berkontradiksi
sehingga membentuk kesatuan keseluruhan.
 Bersifat universal, atau dapat dikatakan bersifat objektif, dalam arti bahwa
penelusuran kebenaran tidak didasarkan oleh alasan rasa senang atau tidak senang,
setuju atau tidak setuju, melainkan karena alasan yang dapat diterima oleh akal.
Pancasila memiliki dan memenuhi syarat-syarat sebagai pengetahuan ilmiah sehingga
dapat dipelajari secara ilmiah.
Di samping memenuhi syarat-syarat sebagai pengetahuan ilmiah.
 Pancasila juga memiliki “susunan kesatuan yang logis, hubungan antar sila yang
organis, susunan hierarkhis dan berbentuk piramidal, dan saling mengisi dan
mengkualisasi.
 Pancasila dapat juga diletakkan sebagai objek studi ilmiah, yakni pendekatan yang
dimaksudkan dalam rangka penghayatan dan pengamalan Pancasila yakni suatu
penguraian yang menyoroti materi yang didasarkan atas bahan-bahan yang ada dan
dengan segala uraian yang selalu dapat dikembalikan secara bulat dan sistematis
kepada bahan-bahan tersebut. Sifat dari studi ilmiah haruslah praktis dalam arti bahwa
segala yang diuraikan memiliki kegunaan atau manfaat dalam praktek.

Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah dapat disebut juga dengan istilah ilmu , ilmu ,menurut The Liang Gie
(1998:15) merupakan seraingaikan kegiatan manusia dengan peikirian dan menggunakan
berbagai tatacara sehingga menghasilkan sekumpulan pengetaahuan yang teratur mengenai
genjala-genjala alami,kemasyarakatan, perorangan dan tujuan mencapai kebenaran,
memperloleh pengalaman,dan memberilan penjelasan,atau melakukan penerapan . pengertian
ilmu dapat dijelaskan dengan tiga segi yakni; kegiatan, tata cara, dan pengatahuan yang
teratur sebagai hasil kegiatan.
Pengetahuan dikatakan ilmiah jika memenuhi sayarat-sayarat ilmiah :
1. Berobjek
2. Bermetode
3. Berseistem
4. Bersifat universal
 
 Berobjek berarti memiliki sasaran atau objek material dan titik perhaitian tertentu
atau objek formal. Sasaran disebut juga pokok soal , merupakan suatu yang ditinjau
atau di jadikan bahan untuk diselidiki.sedangkan objek formal yang merupakan titik
pusat perhaitian pada segi-segi tertentu sesuai dengan ilmu yang bersangkutan.
Misalnya jenis pengetahuan yang meiliki objek material manusia dengan titik pusat
perhatian atau objek formalnya tntang jiwa yang menimbulkan cabang fiskikolog.
Suatu objek material dari suatu ilmu pengetahuan dapat sama,tetapi tentu dibedakan
oleh objek formalnya. Sebagai misal antara ilmu kedokteran dengan antropologi
budaya, memiliki objek material manusia tetapi sudut pandang atau pokok
bahasannya tidalah sama/berbeda.
 Bermetode atau mempunyai metode berarti memiliki seperangkat pendekatan sesuai
dengan aturan-aturan yang logis. Metode merupakan cara bertindak menurut aturan
tertentu. Metode yang baik akan memudahkan seseorang mempelajari dan memahami
ilmu pengetahuan tersebut.
Metode keilmuan dapat debedakan menjadi:
 Mitode keilmuan kuantitatif adalah cara berpikir ilmiah dengan prosudur
kauntitatif, yang berarti bahwa segaala sesuatunya dikuantifikasikan . orentasinya
didasarkan matematika-setatistika sebenarnya merupakan salah satu sarana.
 Metode keilmuan kualitaitf merupakan metode yang berbeda dengan metode
kuantitatif sebab metode ini cara telaah untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah
dan mengembang tiori secara kualitatif,misalnya dengan interpensi
,koprasi,hermeneutic dan sebagainya.
 Bersistem atau bersifat sistematis memiliki kebulatan dan keutuhan, dimana bagian-
bagian harus merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan tidak
berkontradisi sehingga membentuk kesatuan keseluruhan secara utuh. Bagian-bagian
itu saling berkaitan baik berhubungan interalisasi atau saling berhubungan,
interdependensi atau saling tergantungan.
 Bersifat umum/universal, atau dapat dikatakan bersifat objektif, dalam arti bahwa
penelusuran kebenaran tidak didasarkan oleh alasan rasa suka atau tidak suka, senang
atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, melainkan alasan karena yang dapat
diterima oleh akal secara logis dan mempunyai argumentasi ilmiah , dengan demikian
kebenarannya relative tidak dapat dibatasi oleh waktu,ruang, keadaan, kondisi, jumlah
tertentu.
 
Rumusan pancasila yang dijadikan sebagai dasar Negara Republik Indonisia seperti yang
dicatum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat adalah:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusian Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonisia
4. Kerayatan yang dipimpin oelh hekmat kebijaksanaan dan permusyawaratan
/pewakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat indonisia
Kelima sila tersebut sebagai satu kesatuan nilai kehidupan masyarakat ditetapkan oleh panitia
persiapan kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) dan dijadikan sebagai dasar Negara pada tanggal
18 agustus 1945.
 
B.Beberapa Pendekatan Terhadap Pancasila.
1. Pendekatan sejarah
Dengan pendekatan sejarah diharapkan dapat terlihat dengan jelas proses pertumbuhan
dan perlembagaan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan ( pribadi-masyarakat-negara).
Pendekataan sejarah ini perlu mengingat sipat nilai nilai pancasila yang abstrak,sehingga
menjadi jelas seakan-akan konkeritlah nilai tersebut dalampikiran kita.
Konkretitasi hal yang abstrak akan sangat menolong memudahkan kita berpikir.disamping
hal tersebut sejarah menjabatani jarak waktu dan tempat.misalnya kejadian apa dari zaman
seriwijaya dan majapahit. Sudah dapat dipastikan antara kita tidak ada yang mengetahui
kejadian-kejadian tersebbut secara factual. Dengan ungkapan sejarah,kejadian-kejadian
sekan-akan nyata dalam pikiran kita. Demikan lah kegunaan sejarah sebagai pengetahuan
factual dalam arti diketahui sendiri.
Perlu ditegaskan bahwa pembahasan aspek sejaran tidaklah sama dengan kita mempelajari
sejarah murni, tetapi dalam mata kuliah ini terbatas hanya pada pengungkapan fakta
sejarah yang ada kaitannya secara langsung dengan proses pertumbuhan serta pelaksanaan
nilai-nilai Pancasila, jadi membicarakan sejarah yang ada sangkut pautnya dengan
Pancasila, lebih jelas dibicarakan pada pertemuan ke tiga.
2. Pendekatan yuridisi kontitutional
Pancasila dari sisi hukum dan hukum katatanegaraan sangatlah penting artinya untukdi
pelajari. Hukum mengatur kegiataaan hidup kita sebagai warga masyarakat dan Negara.
Pancasila sebagai dasar Negara merupakan sumber dari segala sumber hukum dalam
kehidupan bernegara. Dengan demikan hukum haruslah di mengerti dengan baik agar
dapat mengamalkan pancasila dengan baik pula.
Sekalilagi hal ini penting untuk dihayati sebab sulit bagai kita bertindak atau berbuat jika
tidak mengetahui dengan baik segi-segi hukum dan hukum katatanegaraan dari pancasila
dikatakan demikian peraturan perundang-undangan secara herarkhis mengalir dari nilai-
nilai pancasila.
3. Pendekatan filosofis
Dalam pendekatan filosofis ini kita tidak membicarakan seluruh ilmu filsafat yang sangat
luas cakupan dan cabang-cabangnya. Tetapi sebagai pengatar ke pendekatan filsafat disini
akan didiskripsikan tentang fisafat.
3.1. Pengertian filsafat
Untuk mengerti istilah perlu ditelusuri etimologinya. Istilah filsafat memiliki pandana
kata bahasa arab falsafah, dalam kosakata bahasa inggris philosophy. Sebagai kata
benda filsafat merupakan panduan kata majemuk philos ( sahabat ) dan sophia
( pengetahuan yang bijak sana,kebijaksanaan ) dan juga sebagai kata kerja sebagai
panduan philein ( mencintai ) dan shopos ( hikmah,kebijaksanaan ). Dari pengertian
sebagai kata kerja yakni cinta kepada pengetahuan yang bijaksana,sehingga
mengusahakanya.sebagaimana dikutip dari ali mudofir istilah filsafat pada umumnya
merupakan suatu istilah yang secara umum digunakan untuk menunjukan suatu usaha
menuju kepada keutamaan mental,the fursuit of mental excellence. Dalam perjalan
sejarah yang panjamg,sebagai ilmu yang berguna bagi sikap kritis dan analisis,lingkup
pengetahuan fisafat sebagai pandangan hidup,sebagai suatu kebijaksanaan yang
rasional,kelompok tiori dan system pemikiran,sebagai proses kritis dan sitematis dari
pengetahuan manusia,sebagai usaha memperoleh pandangan yang menyeluruh,tentu
semuanya memiliki cirri-ciri berpikir yang tertentu.
3.2. Ciri-ciri berpikir secara filsafat
Kegiatan berpikir membedakan manusia dengan mahluklainya,namun tidak semua
kegiatan berpikir adalah kegiatan berfilsafat. Sementara kegiatan berpikir filsafati tidak
semata-mata tidak ditandai dengan merenung dan berkomplasi yang tidak bersangkut
paut dengan realitas. Bepikir secara filsafat senantiasa berkaitan dengan masalah-
masalah manusia yang bersifat actual dan hakiki. Misalnya dewasa ini banyak orang
menginginkan demokrasi,maka demokrasi dalam arti yang sesungguhnya dapat
ditemukan dengan kontemplasi kefisafatan. Bagaimana menciptakan demokrasi yang
tidak meneimbulkan gejolak,mencari keserasian antara stabilitas dan
dinamika,hubungan antara yang berkuasa dengan rakyat dan sebagainya.
3.2.1. Bersifat keritis
Kegiatan berpikir secara kefilsafatan ditandai dengan sifat keritis senantiasa
mempertanyakan sesuatu, tidak mudah menerima sesuatu jawaban tanpa berpikir
secara baik hingga clear and distinct jelas dan terpilih,mengenai persoalan-soalan
yang dihadapi manusia. Sifat kritis tersebut dipengaruhi oleh sifat berpikir dari
berbagai segi dan sudut pandang dan dinamis.dalam pertanyaan yang sangat
fundamental dari filsafat adalah apa,maka akan mengetahui sungguh-sungguh
permasalahanya.konsekwensi harus dicari permasalahanya hingga sampai pada
intinya yang terdalam.
3.2.2. Bersifat terdalam
Yang dimaksud berpikir terdalam adalah sampai kepengertian tentang inti mutlak
permasalahanya. Berpikir terdalam hanya merumuskan fakta yang sifatnya husus
dan empiris,namun pada hakekatnya atau pengertian yang fundamental.berfikir
terdalam akan mengetahui sesuatu permasalahan sampai pada akarnya,sehingga
merupakan pengetahuan yang sifatnya umum universal.
3.2.3. Bersifat konseptual
Perenungan kefilsafatan merupakan kegiatan akal budi dan mental manusia
menyusun suatu bagan yang bersifat kosenptual yang merupakan seatu hasil
genralisasi dan abstraksi dari pengalaman-pengalaman yang sifatnya sangat husus
dan individual. Berpikir konseptual tidak dimaksudkan untuk berpikir secara
terkai dengan masalah-masalah konkerit yang dihadapi oleh umat
manusia,dengan membuat konsep-konsep yang jelas dan tepat mengenai pokok
persoalan.
3.2.4. Koheren
Berpikir secara kefilsafatan juga menuntut adanya sifat koheren yakni keruntutan.
Pemikiran filsafat bukan pemikiran yang acak,kacau,dan fragmentasi. Runtut
bererti tidak ada pertentangan koradiktif,kontrakdisi interminis dalam rumusan-
rumusanya satu sama lain.
3.2.5. Bersifat konperhensif
Pemikiran kefilsafatan tidak hannya didasarkan pada suatu fakta yang husus dan
individual saja yang melahirkan kesimpulan yang husus dan individual
juga,melainkan pemikiran filsafat ingin sampai pada kesimpulan yang bersifat
umum,sehingga dituntut untuk untuk berpikir secara komperhensif: menyeluruh
(luas).
3.2.6. Bersifat universal
Berpikir kefilsafatan termasuk sebagai upaya untuk menyapai suatu kesimpulan
yang bersifat umum ( universal) yang dapat digunakan oleh manusia pada
umumnya,manusia dimana pun, dan dalam keadaan bagaimanapun.
3.2.7. Bersifat sepekulatif
Bersifat sepekualatif memiliki sifat mereka-reka,mereka menduga,tetapi bukan
sembarang perekaan. Perekaan yang dimaksud disini adalah pengajuan dugaan-
dugaan yang masuk akal (rasional) yang mendahului atau melampau fakta-fakta.
Ini merupakan kegiatan akal budi manusia dengan melalui kemampuan dalam
imaginasi yang berdisiplin menghadapi persoalan-persoalan yang menuntut
pemecahan yang bijaksana secara menyeluruh hasil-hasil dari ilmu pengetahuan
dan demikan diharapkan dicapai kemajuan-kemajuan dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan pada umumnya.
3.2.8. Bersifat sistematis
Pemikiran kefilsafatan yang pada dasarnya menuntut keruntutan,koperhensif dan
universal serta tidak bersifat fragmentaris,tidak acak, merupakan keseluruhan
yang bersistem,setematis. Berpikir sistematis dimaksudkan bahwa dalam berpikir
terrdapat bagian-bagian yang senantiasa berhubungan antara satu dengan yang
lainya. Kesatuan yang tersusun atas bagian-bagian
 Bagian-bagian memiliki pungsi sendiri-sendiri
 Bagian-bagian saling berhubungan
 Kesatuan dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama.
3.2.9.Bersifat bebas dan bertanggung jawab
Dalam berfilsafat manusia bebas memikirkan apa saja sehingga asfek kretivitas
dapat tumbuh kembang dengan baik. Tetapi kebebasan harus dipertanggung
jawabkan, misalnya pertama-tama dipertangung jawabkan kepada suara hati,hati
nuraninya. Dengan kebebasan bertanggung jawab berpikir yang dimiliki,secara
langsung maupun tidak langsung orang tidak terkekang dan terjajah oleh
pendapat oerang lain..
Pertemuan Ke-Tiga.
ASAL MULA DAN SEJARAH
PERUMUSAN LAHIRNYA PANCASILA

A.Asal Mula Pancasila Secara Formal.


Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) terbentuk
pada tanggal 29 April 1945. Adanya Badan ini memungkinkan bangsaIndonesia dapat
mempersiapkan Kemerdekaan nya secara legal, untuk merumuskan syarat-syarat apa yang
harus dipenuhi sebagai negara yang merdeka. Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 oleh Gunseikan (Kepala
Pemerintahan bala tentara Jepang di Jawa). Badan penyelidik ini mengadakan sidang hanya
dua kali. Sidang pertama tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945, sedangkan sidang kedua
10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945. Tindak lanjut untuk membahas mengenai dasar negara
dibentuk panitia kecil atau panitia sembilan yang pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil
merumuskan Rancangan mukaddimah (pembukaan) Hukum Dasar, yang oleh Mr.
Muhammad Yamin dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta.
Sidang kedua BPUPKI menentukan perumusan dasar negara yang akan merdeka sebagai
hasil kesepakatan bersama. Anggota BPUPKI dalam masa sidang kedua ini ditambah enam
anggota baru. Sidang lengkap BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945 menerima hasil panitia
kecil atau panitia sembilan yang disebut dengan pi`gam Jakarta. Di samping menerima hasil
rumusan Panitia sembilan dibentuk juga panitia-panitia Hukum Dasar yang dikelompokkan
menjadi tiga kelompok panitia perancang Hukum Dasar yakni: 1) Panitia Perancang Hukum
Dasar diketuai oleh Ir. Soekarno dengan anggota berjumlah 19 orang 2) Panitia Pembela
Tanah Air dengan ketua Abikusno Tjokrosujoso beranggotakan 23 orang 3) Panitia ekonomi
dan keuangan dengan ketua Moh. Hatta, bersama 23 orang anggota.
Panitia perancang Hukum Dasar kemudian membentuk lagi panitia kecil Perancang Hukum
Dasar yang dipimpin Soepomo. Panitia-panitia kecil itu dalam rapatnya tanggal 11 dan 13
Juli 1945 telah dapat menyelesaikan tugasnya Panitia Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu
Zyunbi Linkai), yang sering disebut Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Sidang pertama PPKI tanggal 18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia dan menetapkan: menyusun Rancangan Hukum Dasar.
Selanjutnya tanggal 14 Juli 1945 sidang BPUPKI mengesahkan naskah rumusan panitia
sembilan yang dinamakan Piagam Jakarta sebagai Rancangan Mukaddimah Hukum Dasar,
dan pada tanggal 16 Juli 1945 menerima seluruh Rancangan. Hukum Dasar yang sudah
selesai dirumuskan dan di dalamnya juga memuat Piagam Jakarta sebagai mukaddimah.
Hari terakhir sidang BPUPKI tanggal 17 Juli 1945, merupakan sidang penutupan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan selesailah tugas badan
tersebut. Pada tanggal 9 Agustus 1945 dibentuk Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Sidang pertama PPKI 18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia dan menetapkan:
1.   Piagam Jakarta sebagai rancangan Mukaddimah Hukum Dasar oleh BPUPKI pada
tanggl 14 Juli 1945 dengan beberapa perubahan, disahkan sebagai Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
2.   Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima oleh BPUPKI pada tanggal 16 Juli
1945 setelah mengalami berbagai perubahan, disahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia.
3.   Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, yakni Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta.
4.   Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai Badan
Musyawarah Darurat.
Sidang kedua tanggal 19 Agustus 1945, PPKI membuat pembagian daerah
propinsi, termasuk pembentukan 12 departemen atau kementerian. Sidang ketiga tanggal 20,
membicarakan agenda badan penolong keluarga korban perang, satu di antaranya adalah
pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pada 22 Agustus 1945 diselenggarakan
sidang PPKI keempat. Sidang ini membicarakan pembentukan Komite Nasional Partai
Nasional Indonesia. Setelah selesai sidang keempat ini, maka PPKI secara tidak langsung
bubar, dan para anggotanya menjadi bagian Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Anggota KNIP ditambah dengan pimpinan-pimpinan rakyat dari semua golongan atau aliran
dari lapisan masyarakat Indonesia.
Rumusan-rumusan Pancasila secara historis terbagi dalam tiga kelompok.
1.  Rumusan Pancasila yang terdapat dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang merupakan tahap pengusulan sebagai
dasar negara Republik Indonesia.
2.  Rumusan Pancasila yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
sebagai dasar filsafat Negara Indonesia yang sangat erat hubungannya dengan
Proklamasi Kemerdekaan.
3.  Beberapa rumusan dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia selama belum berlaku
kembali rumusan Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

Dari tiga kelompok di atas secara lebih rinci rumusan Pancasila sampai dikeluarkannya
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 ini ada tujuh yakni:
1.  Rumusan dari Mr. Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yang disampaikan dalam
pidato “Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia” (Rumusan I).
2.  Rumusan dari Mr. Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yang disampaikan sebagai
usul tertulis yang diajukan dalam Rancangan Hukum Dasar (Rumusan II).
3.  Soekarno, tanggal 1 Juni 1945 sebagai usul dalam pidato Dasar Indonesia Merdeka,
dengan istilah Pancasila (Rumusan III).
4.  Piagam Jakarta, tanggal 22 Juni 1945, dengan susunan yang sistematik hasil
kesepakatan yang pertama (Rumusan IV).
5.  Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tanggal 18 Agustus 1945 adalah rumusan
pertama yang diakui secara formal sebagai Dasar Filsafat Negara (Rumusan V).
6.  Mukaddimah KRIS tanggal 27 Desember 1949, dan Mukaddimah UUDS 1950
tanggal 17 Agustus 1950 (Rumusan VI).
7.  Rumusan dalam masyarakat, seperti mukaddimah UUDS, tetapi sila keempatnya
berbunyi Kedaulatan Rakyat, tidak jelas asalnya (Rumusan VII).

Secara historis proses perumusan Pancasila sebagaimana disampaikan oleh para


pendiri bangsa Indonesia dalam sidang BPUPKI, sebagai beriku :
a. Mr. Muhammad Yamin
Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, M. Yamin berpidato mengusulkan
lima asas dasar negara sebagai berikut :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis mengenai
rancangan UUD RI yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar
negara sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Mr. Soepomo.
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan lima dasar
negara sebagai berikut :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan bathin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
c. Ir. Soekarno.
Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan dasar
negara yang disebut dengan nama Pancasila secara lisan/tanpa teks sebagai
berikut :
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas menjadi Tri Sila
yaitu Sosio Nasional (Nasionalisme dan Internasionalisme), Sosio Demokrasi
(Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang Maha Esa .
Adapun Tri Sila masih diperas lagi menjadi Eka Sila yang intinya adalah “
gotong royong”.

d. Piagam Jakarta.
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI (Panitia
Sembilan) yang menghasilkan “Piagam Jakarta” dan didalamnya termuat
Pancasila dengan rumusan sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan sya’riat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada bulan 1 Maret 1945 dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman
Wedyodiningrat. Dalam pidato pembukaannya dr. Radjiman antara lain mengajukan
pertanyaan kepada anggota-anggota Sidang, "Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita
bentuk ini?"
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan
pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
yaitu:
 Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945.
Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan,
Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa
kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup
ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam
memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.[2]
 Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato
spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Sukarno
mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia;
Internasionalisme atau Peri-Kemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi, dasar
perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan Sosial; Ketuhanan. Nama
Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu,
katanya: Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat,
kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma,
tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa -
namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar
itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.
Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibentuk suatu Panitia Kecil untuk:
 Merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara berdasarkan pidato yang
diucapkan Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
 Menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka.
Dari Panitia Kecil itu dipilih 9 orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan, untuk
menyelenggarakan tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 yang
kemudian diberi nama Piagam Jakarta.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah:
 Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945
 Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 - tanggal 18 Agustus 1945
 Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27
Desember 1949
 Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15
Agustus 1950
 Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)
Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Juni 2016 telah menandatangani Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila sekaligus menetapkannya
sebagai hari libur nasional yang berlaku mulai tahun 2017
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September
(G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi
mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya. Akan tetapi otoritas militer dan
kelompok keagamaan terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan
usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai
Komunis Indonesia, dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam Jenderal dan 1 Kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh
oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul
akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia.
Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan
30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Asal mula Pancasila dasar filsafat Negara dibedakan:
1. Causa materialis (asal mula bahan) ialah berasal dari bangsa Indonesia sendiri,
terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan dalam agama-agamanya.
2. Causa formalis (asal mula bentuk atau bangun) dimaksudkan bagaimana Pancasila
itu dibentuk rumusannya sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Dalam hal ini BPUPKI memiliki peran yang sangat menentukan.
3. Causa efisien (asal mula karya) ialah asal mula yang meningkatkan Pancasila dari
calon dasar negara menjadi Pancasila yang sah sebagai dasar negara. Asal mula karya
dalam hal ini adalah PPKI sebagai pembentuk negara yang kemudian mengesahkan
dan menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara setelah melalui pembahasan
dalam sidang-sidangnya.
4. Causa finalis (asal mula tujuan) adalah tujuan dari perumusan dan pembahasan
Pancasila yakni hendak dijadikan sebagai dasar negara. Untuk sampai kepada kausan
finalis tersebut diperlukan kausa atau asal mula sambungan.
Unsur-unsur atau nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila berasal dari bangsa Indonesia
sendiri, walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar Negara Republik Indonesia
pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum tanggal tersebut bangsa Indonesia telah
memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan melaksanakan di dalam kehidupan mereka.
Sejarah bangsa Indonesia memberikan bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat,
tulisan, bahasa, kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya misalnya:
1. Di Indonesia tidak pernah putus-putusnya orang percaya kepada Allah swt Tuhan
Yang Maha Esa, bukti-buktinya: bangunan sarana peribadatan, kitab suci dari
berbagai agama, upacara keagamaan pada peringatan hari besar agama, pendidikan
agama, rumah-rumah ibadah, tulisan karangan sejarah/dongeng yang mengandung
nilai-nilai agama. Hal ini menunjukkan kepercayaan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Bangsa Indonesia terkenal ramah tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama
manusia, bukti-buktinya misalnya kegiatan kemanusiaan; semua meng-indikasikan
adanya Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Bangsa Indonesia juga memiliki ciri-ciri guyub, rukun, bersatu, dan kekeluargaan,
semboyan bersatu teguh bercerai runtuh, menunjukkan adanya sifat persatuan.
4. Unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam masyarakat kita, perbuatan musyawarah di
balai, dan sebagainya, menggambarkan sifat demokratis Indonesia;
5. Dalam hal Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bangsa Indonesia dalam
menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil terhadap
sesame. Pancasila sebenarnya secara budaya merupakan kristalisasi nilai-nilai yang
baik-baik yang digali dari bangsa Indonesia. Disebut sebagai kristalisasi nilai-nilai
yang baik. Adapun kelima sila dalam Pancasila merupakan serangkaian unsur-unsur
tidak boleh terputus satu dengan yang lainnya. Namun demikian terkadang ada
pengaruh dari luar yang menyebabkan diskontinuitas antara hasil keputusan tindakan
konkret dengan nilai budaya.
Pertemuan Ke-Empat.
MAKNA SILA PANCASILA DAN PERILAKU
YANG SESUAI DENGAN PANCASILA

A.Pengantar.
Butir-butir pengamalan Pancasila Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena
itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai kebenaran dan keadilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Berdasarkan ketetapan MPR No. I/MPR/2003


Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa.

Bintang
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
Sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Rantai
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Sila ketiga : Persatuan Indonesia.

Pohon Beringin
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat : Kerakyatan Yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.

Kepala Banteng
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Padi dan Kapas
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Masayarakat.


1.   Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai umat beragama pada Tuhannya.
Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila Pertama :
   a.     Saling menghormati antar umat ber-negara. 
   b.     Menjalani perintah agama sesuai ajaran yang dianut masing-masing.
   c.      Melaksanakan kewajiban dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
   d.     Membina kerjasama dan tolong menolong antar umat ber-agama.
  2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai manusia yang pada hakikatnya 
semua sama di Dunia ini.
Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila Kedua :
   a.     Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa
membedakan.
   b.     Mengembangkan sikap tenggang rasa.
   c.      Menyadari bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
   d.     Memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabatnya.

   3.  Persatuan Indonesia
Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai warna Negara Indonesia untuk
bersatu membangun negeri ini.
Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila Ketiga :
   a.     Bangga dan cinta terhadap tanah air.
   b.     Mengembangkan sikap persatuan dan kesatuan.
   c.      Memajukan pergaulan demi peraturan bangsa.
   d.     Menjunjung tinggi persatuan Indonesia.
   e.      Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi.

 4.  Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan
Sila ini beruhubungan terhadap perilaku kita untuk selalu bermusyawarah dalam
menyelesesaikan masalah.
Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila Keempat :

   a.     Selalu memperdepankan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam


menyelesaikan permasalahan.
   b.     Menghargai hasil musyawarah.
   c.      Ikut serta dalam pemilihan umum. 
   d.     Memberikan kepercayaan wakil-wakil rakyat yang telah terpilih.

5.  Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita dalam bersikap adil terhadap semua orang.
Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila Kelima :
   a.     Menjunjung tinggi nilai kekeluargaan.
   b.     Menghargai hasil karya orang lain.
   c.      Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan pihak umum.
   d.     Suka melakukan perbuatan dalam rangka mewujudkan kemajuan dan keadilan
sosial.

B. Perilaku yang Sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila


Sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi terhadap suaiu objek tertentu.
Kecenderungan untuk bereaksi ini timbul sebagai akibat dari pengetahuan dan pengalaman
seseorang terhadap objek tertentu itu. Reaksi seseorang terhadap objek yang dihadapi dapat
bereaksi positif atau negatif. Reaksi posilif dan negatif ini disebut sebagai arah sikap.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, menjadi suatu landasan dalam berperiiaku yang
baik. Penghayatan dan pengamalan Pancasila mendatang kan reaksi yang berbed beda pada
setiap orang. Nilai- nilai Pancasila yang seharusnya dapat menimbulkan reaksi positif,
kadangkala juga mendapatkan reaksi yang negatif. Sikap positif seseorang terhadap Pancasila
apabila ssseorang tersebut memikirkan supaya ia mematuhi nilai-nilai Pancasila dan berusaha
mengamalkannya. Seseorang memiliki sikap negatif terhadap Pancasila apabila seseorang
tersebut tidak bersedia mematuhi nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila.

Sikap positif terhadap nilai-nilal Pancasila adalah sikap yang dalam pelaksanaan maupun
hasil-hasilnya berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Menunjukan sikap positif terhadap nilai-nilai
Pancasila adalah menunjukkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Sikap positif
lerhadap Pancasila dapat ditunjukkan seperti berikut.

1. Sila Katuhanan Yang Maha Esa


Sikap posilif terhadap Pancasila sila Ketuhanan YME dapat dilunjukkan dsngan cara
beriman dan bartaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing. Selanjutnya juga dapat dikem- bangkan sikap hormat
menghormati dan berker jasama antarpemeluk agama yang berbeda-beda agar
kerukunan dan kadamaian hidup antar umat beragama dapat berjalan dengan baik.
Manusia selain sebagai makhluk pribadi, sosial juga sebagai makhluk Tuhan YME.
Sebagai makhluk Tuhan manusia selalu menjaga hubungannya dengan sang
pencipta, yaitu dengan melakukan hal-hal yang diperintahkan oieh Tuhan seperti
yang ditun jukkan dalam nilai-nilai sila pertama Pancasila. Manusia harus
senantiasa menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing dan tidak dibenarkan untuk memaksakan agama atau kepercayaannya
kepada orang lain. 
Kehidupan manusia tidak tedepas hubungannya dengan Tuhan, apa yang dilakukan
manusia adalah selalu berkaitan dengan Tuhan. Oleh karena itu, sikap positif yang
sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan harus senantiasa di kem bangkan, di antaranya
menghadiri dan mengikuti oeramah-ceramah keagamaan yang bermanfaal bagi
benambahnya pengetahuan tentang agama, menghindari peleoehan terhadap ajaran-
ajaran agama Iain, yang mengarah timbulnya SARA, menghindari sikap fanatik
yang berlebihan temadap agama sendin agar tidak terjadi perpecahan antarpemeluk
agama, dan menjauhi segala Iarangan agama, seperti: judi, minum-minuman keras,
narkoba, dan pergaulan bebas yang dapat marugikan kita.

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Berabad


Sikap pasitif terhadap nilai-nilai Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab, di
anlaranya dapat ditunjukkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Yaitu dengan cara suka memberi
pertolongan kepada orang lain maupun bangsa lain yang betul-betul membutuhkan
pertolongan. Sikap menghargai orang Iain dengan memperlakukan manusia sesuai
harka! martabatnya, mengakui bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki
derajat, hak dan kewajiban yang sama meskipun berbeda agama, suku, jenis
kelamin, kedudukan sosial, dan wama kulit.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan merupakan ceerminan nilai kemanusiaan,
yang dapat juga ditunjukkan dengan mengem bangkan sikap dan perbuatan yang
mengandung semangai solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat. berbangsa dan
bernegara, menjaga rasa setia kawan terhadap sesama yang kurang beruntung, tanpa
membsdakan agama, bangsa, negara dan warna kulit, turutserta dalam misi- misi
kemanusiaan, baik dalam kepentingan nasional maupun intemasiunal, ikul
berpartisipasi dalam usaha perdamaian dunia, dengan mendukung adanya anti
kekerasan, anti perang dan anti pelanggaran hak asasi manusia.

3. Sila Persatuan Indonesia


Kita perlu mengembangkan sikap positif yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sila
Persaiuan Indonesia, agar kita tetap menjadi saIu kesatuan bangsa yang utuh. Sikap
positif yang sesuai dengan sila keliga adalah menjunjung tinggi nilai nasionalisme,
yang diiunjukkan dengan cara menempaikan persatuan, kesatuan, serta kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Setiap warga negara diharapkan sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan
bangsa dan negaranya. 
Persatuan Indonesia selalu dilandasi dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, oleh
karena itu hal- hal yang bersifat ksdaerahan harus dihargai karena bisa menjadi
kekayaan nasional. Namun kita harus mancegah segala bentuk aspirasi politik yang
hersifat kedaerahan dan kesukuan yang bertentangan dengan Pancasila. Sikap positif
yang Iain yang dapat ditunjukkan adaIah mendukung dan menghormati keberadaan
suku-suku bangsa dan menghindari terjadinya pertikaian antarsuku. manjadikan
Pancasila sebagai satu-satunya falsafah ssrta ideologi bangsa dan negara yang
melandasi, membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya seria
msnghormati dan menghargai jasa-jasa para pahlawan, menjaga nama baik bangsa di
manapun kita berada, menghargai dan bangga terhadap kebudayaan nasional dan
produk-produk dalam negeri.
4.Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila sila keempat dapat dltunjukkan dengan
melakukan perbuatan yang mendukung pelaksanaan damokrasi Pancasila. Perilaku-
perilaku tersebut di antaranya adalah mengakui bahwa setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Namun pelaksanaan hak
harus selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Pelaksanaan demokrasi
Pancasila selalu mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan, yaim
musyawarah mufakat yang diliputi semangat kekeluargaan.
Setiap manusia hendaknya manghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan hasil
musyawarah, serta menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah
dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab. Musyawarah mufakat dilaksanakan
dengan akal sehat dan sesuai hali nurani yang luhur, dalam mengambil keputusan
musyawarah harus mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan, agar hasil keputusantersebutdapatdipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5. Sila Keadilan Sosial hagi Seluruh Rakyat Indonesia 

Sikap positif terhadap nilai-nilal Pancasila sila Keadilan sosial bagi ssluruh rakya!
Indonesia, dapat ditunjukkan dengan sikap yang selalu memegang prinsi p Keadilan.
Sikap tersebut di antaranya mengakui adanya hak setiap warga negara unluk
mendapatkan pekerjaan dan psnghidupan yang Iayak bagi kemanusiaan, tidak
menggunakan hak milik untuk hal-hal yang benentangan atau merugikan
kepentingan umum, menghormati hak-hak orang Iain, menghargai hasil karya orang
Iain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan barsama, melakukan
kegiaian dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial, serta
selalu berusaha mengembangkan sikap adil terhadap sasama.
Pertemuan Ke-Lima.
FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA
BAGI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

A.Pengantar.
Pancasila merupakan kristalisasi atau intisari dari pengalaman hidup dalam sejarah bangsa
indonesia yang telah membentuk watak, sikap, prilaku, etika dan tata nilai norma yang
telah melahirkan berbagai fungsi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara Indonesia. Pancasila bagi bangsa Indonesia berguna sebagai dasar negara,
pandangann hidup, falsafah negara, kepribadian bangsa, dan pedoman untuk mengatur
hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia
dengan lingkungan.
B. Pancasila Sebagai Dasar Negara bangsa Indonesia
Dasar negara merupakan fundamen atau Alas yang dijadikan pijakan serta dapat memberi
kekuatan kepada berdirinya suatu negara. Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu
alas atau landasan yaitu Pancasila. Pancasila pada fungsinya sebagai dasar negara, adalah
sumber kaidah hukum yang mengatur Bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh
unsur-unsurnya yakni rakyat, pemerintah dan wilayah. Pancasila pada posisi seperti inilah
yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara serta seluruh kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Pancasila Sebagai Dasar Negara.
 Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu
memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun
juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam
fungsinya sebagai dasar negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur
negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni
pemerintah, wilayah dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang
merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara
Republik Indonesia.
 Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar
untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai
dasar negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan
perundang-undangan di negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.
 Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa
Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan
secara formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai
dasar negara. Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam
empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana keempatnya
sama hakikatnya dengan Pancasila. Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 tersebut lebih lanjut terjelma ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar
1945. Barulah dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 itu diuraikan lagi ke dalam
banyak peraturan perundang-undangan lainnya, seperti misalnya ketetapan MPR,
undang-undang, peraturan pemerintah dan lain sebagainya.
Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara
Seperti yang sudah dibahas tadi kalau saja Pancasila memegang peran yang sangat penting.
Berikut adalah beberapa fungsi dari Pancasila.
1. Pancasila Sebagai Pedoman Hidup - Disini Pancasila berperan sebagai dasar dari
setiap pandangan di Indonesia Pancasila haruslah menjadi sebuah pedoman dalam
mengambil keputusan.
2. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa - Pancasila haruslah menjadi jiwa dari bangsa
Indonesia. Pancasila yang merupakan jiwa bangsa harus terwujud dalam setiap
lembaga maupun organisasi dan insan yang ada di Indonesia
3. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa - Kepribadian bangsa Indonesia sangatlah
penting dan juga menjadi identitas bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila harus
diam dalam diri tiap pribadi bangsa Indonesia agar bisa membuat Pancasila sebagai
Kepribadian Bangsa.
4. Pancasila Sebagai Sumber Hukum - Panacasila menjadi sumber hukum dari segala
hukum yang berlaku di Indonesia. Atau dengan kata lain Pancasila sebagai dasar
negara tidak boleh ada satu pun peraturan yang bertentangan dengan Pancasila
5. Pancasila Sebagai Cita Cita Bangsa - Pancasila yang dibuat sebagai dasar negara juga
dibuat untuk menjadi tujuan negara dan cita cita bangsa. Kita sebagai bangsa
Indonesia haruslah mengidamkan sebuah negara yang punya Tuhan yang Esa punya
rasa kemanusiaan yang tinggi, bersatu serta solid, selalu bermusyawarah dan juga
munculnya keadilan social

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup


Pancasila merupakan kristalisasi pengalaman hidup dalam sejarah bangsa indonesia yang
telah membentuk watak, sikap, prilaku, etika dan tata nilai norma yang telah melahirkan
pandangan hidup. Pandangan hidup sendiri adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap
kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian dari nilai-nilai luhur. Pandangan hidup
berguna sebagai pedoman / tuntunan untuk mengatur hubungan sesama manusia,
hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan lingkungan.
Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup adalah
suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-
nilai luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur hubungan
manusia dengan sesama, lingkungan dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya.
Pandangan hidup yang diyakini suatu masyarakat maka akan berkembang secara dinamis
dan menghasilkan sebuah pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup bangsa adalah
kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya maupun manfaatnya oleh suatu bangsa
sehingga darinya mampu menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya di dalam sikap
hidup sehari-hari.
Setiap bangsa di mana pun pasti selalu mempunyai pedoman sikap hidup yang dijadikan
acuan di dalam hidup bermasyarakat. Demikian juga dengan bangsa Indonesia. Bagi
bangsa Indonesia, sikap hdup yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya
masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari nilai-nilai
budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia.
Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman, pegangan atau kekuatan
rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pancasila di samping merupakan cita-cita moral bagi bangsa Indonesia, juga
sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pancasila sebagaimana termuat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah hasil kesepakatan bersama bangsa
Indonesia yang pada waktu itu diwakili oleh PPKI. Oleh karena Pancasila merupakan
kesepakatan bersama seluruh masyarakat Indonesia maka Pancasila sudah seharusnya
dihormati dan dijunjung tinggi.
Pengertian Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Pengertian pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai pedoman hidup,
dimana dengan aturan aturan yang di buat untuk mencapai yang di cita citakan. Pancasila
sebagai pandangan hidup merupakan sarana ampuh untuk mempersatukan bangsa
Indonesia dan memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan
batin dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.beberrapa pengertian
Pandangan Hidup Bangsa, sebagai berikut:

1.   Pandangan hidup bangsa, artinya merupakan system nilai yang dipilih dan dianut oleh
bangsa Indonesia karena kebaikan, kebenaran, keindahan dan manfaatnya bagi bangsa
Indonesia sehingga dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
2.  Pandangan hidup sesuatu bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu
bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkannya.
3.  Dijadikan pedoman hidup bangsa atau way of life adalah semua aktifitas kehidupan
bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila pancasila, karena Pancasila
merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan
bangsa Indonesia sendiri.
4.  Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa atau way of life adalah semua aktifitas
kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila dari pancasila,
karena pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki dan bersumber
dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri.
5.  Pandangan hidup adalh suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri
dari kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai pedoman
untuk mengatur hubungan manusia dengan sesame, lingkungan dan mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya.

Manfaat Pandangan Hidup


1 . Kekokohan dan tujuan, setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui jelas
kearah mana tujuan yang ingin dicapai memerlukan pandangan hidup
2 . Pemecahan masalah, dengan pandangan hidup suatu bangsa akan memandang
persoalan yang dihadapi dan menentukan cara bagaimana memecahkan persoalan
3 . Pembangunan diri,  dengan pandangan hidup suatu bangsa akan memiliki pegangan
dan pedoman bagaiman memecahkan masalah politik, ekonomi, social dan budaya
dalam gerak masyarakat yang makin maju dan akan membangun dirinya

Isi Pandangan Hidup


1 . Konsep dasar, dalam pandangan hidup terkandung konsep dasar ialah pikiran – pikiran 
yang di dalamnya terkandung gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik
yang dicita citakan suatu bangsa
2 . Pikiran dan gagasan, dalam pandangan hidup terkandung pula pikiran yang terdalam
dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik
3 . Kristalisasi dan nilai, pandangan hidup adalah kristalisasi nilai yang dimiliki bangsa itu
sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad untuk mewujudkannya
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan
yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup
inilah suatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang akan dihadapinya dan
menentukan kearah mana serta cara bagaimana bangsa itu memecahkan persoalan-
persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa
terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan didalam masyarakatnya
sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan bangsa- bangsa
didunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas suatu bangsa akan memiliki pedoman dan
pegangan bagaimana ia memecahkan masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang
timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju dan berkembang.
Filsafat pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia setiap bangsa yang ingin
berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapainya
sangat memerlukan pandangan hidup (filsafat hidup). Adapun fungsi pancasila sebagai
pandangan hidup adalah :
1.  Dengan pandangan hidup inilah suatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan
yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-
persoalan besar yang pasti akan timbul , baik persoalan – persoalan didalam masyarakat
sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat
bangsa- bangsa didunia ini.
2.  Dengan pandangan hidup yang jelas suatu bangsa akan memiliki pegangan dan
pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial, dan
budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.
3.  Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan memebangun
dirinya. Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan
suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik.
4.  Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta memberi
petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.

Suatu Bangsa apabila tidak memiliki pandangan hidup :


1.   Suatu bangsa akan terombang ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar
yang pasti timbul, baik persoalan-persoalan yang berada dalam masyarakat , bangsa dan
negaranya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan
masyarakat bangsa-bangsa.
2.   Mengalami kesulitan dalam memecahkan berbagai persoalan bangsa dan membangun
dirinya karena tidak dapat menyelaskan perkembangan dan kemajuan zaman dengan
nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri.

3. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia


Ideoligi berasal dari kata “Idea” yang berarti konsep, gagasan, pengertian dasar, cita-cita dan
logos yang berarti ilmu jadi Ideologi dapat diartikan adalah Ilmu pengertian-pengertian dasar.
Dengan demikian Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dimana pada hakikatnya adalah suatu
hasil perenungan atau pemikiran Bangsa Indonesia. Pancasila di angkat atau di ambil dari
nilai-nilai adat istiadat yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia, dengan
kata lain pancasila merupakan bahan yang di angkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia.
1. Pengertian Ideologi
Ideologi secara praktis diartikan sebagai system dasar seseorang tentang nilai-nilai dan
tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan oleh Negara
maka ideology diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun
secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik
sebagai individu, social, maupun dalam kehidupan bernegara.
2. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila jika dilihat dari nilai-nilai dasarnya, dapat dikatakan sebagai ideologi
terbuka. Dalam ideology terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar,
bersifat tetap dan tidak berubah. Oleh kareanya ideology tersebut tidak langsung
bersifat operasional, masih harus dieksplisitkan, dijabarkan melalui penafsiran yang
sesuai dengan konteks jaman. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki ideologi-
ideologi idealitas, normative dan realities.
3. Perbandingan antara Ideologi Liberalisme, Komunisme dan Pancasila
a. Liberalisme.
Jika dibandingkan dengan ideology Pancasila yang secara khusus norma-normanya
terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal
yang terdapat di dalam liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi
Pancasila menolak liberalisme sebagai ideology yang bersifat absolutisasi dan
determinisme.
b. Ideologi Komunis
Ideologi komunisme bersifat absolutisasi dan determinisme, karena memberi
perhatian yang sangat besar kepada kolektivitas atau masyarakat, kebebasan individu,
hak milik pribadi tidak diberi tempat dalam Negara komunis. Manusia dianggap
sebagai “sekrup” dalam sebuah kolektivitas.
c. Ideologi Pancasila
Pancasila sebagai Ideologi memberi kedudukan yang seimbang kepada manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pancasila bertitik tolak dari pandangan
bahwa secara kodrati bersifat monopluralis, yaitu manusia yang satu tetapi dapat
dilihat dari berbagai dimensi dalam aktualisasinya.

Makna Sila-Sila Pancasila.


1. Arti dan Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Manusia  sebagai  makhluk   yang  ada  di  dunia  ini  seperti  halnya  makhluk  lain
diciptakan  oleh  penciptanya yaitu Allah SWT.  Pencipta  itu  adalah  kausa  prima  yang
mempunyai hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang
dicipta wajib melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
2. Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Manusia   ditempatkan  sesuai  dengan  harkatnya.  Hal  ini  berarti  bahwa  manusia
kesmaan
mempunyai  derajat  yang  sama  di  hadapan  hukum.  Sejalan  dengan  sifat  universal
bahwa  kemanusiaan  itu  dimiliki  oleh  semua  bangsa,  maka  hal  itupun  juga  kita
terapkan dalam kehidupan bangsa Indonesia.  Sesuai dengan hal itu, hak kebebasan dan
kemerdekaan dijunjung tinggi.
3. Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia
Makna persatuan hakekatnya adalah satu, yang artinya bulat, tidak terpecah. Jika
persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka disebut
nasionalisme.  Oleh karena rasa satu  yang sedemikian  kuatnya,  maka timbulah  rasa
cinta bangsa dan tanah air.
4. Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Perbedaan  secara  umum  demokrasi  di  barat  dan  di  Indonesia  yaitu  terletak  pada
permusyawaratan  Permusyawaratan  diusahakan  agar dapat menghasilkan  keputusan-
keputusan yang diambil secara bulat. Kebijaksaan ini merupakan suatu prinsip bahwa
yang diputuskan itu memang bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak.
5. Arti dan Makna Sila Keadila Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan berarti adanya persamaan dan saling menghargai karya orang lain. Jadi
seseorang  bertindak  adil apabila dia memberikan  sesuatu  kepada orang lain sesuai
dengan haknya. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan
meningkat.
Pentingnya Paradigma dalam Pembangunan
Pembangunan   yang  sedang  digalakkan  memerlukan  paradigma,   suatu  kerangka
berpikir   atau   suatu   model   mengenai   bagaimana   hal-hal   yang   sangat   esensial
dilakukan. Pembangunan dalam perspektif Pancasila adalah pembangunan yang sarat
muatan nilai yang berfungsi menajdi dasar pengembangan visi dan menjadi referensi
kritik terhadap pelaksanaan pembangunan.

Pancasila sebagai Orientasi dan Kerangka Acuan


a. Pancasila sebagai Orientasi Pembangunan
Pada saat ini Pancasila lebih banyak dihadapkan pada tantangan berbagai varian
kapitalisme daripada komunisme atau sosialisme. Ini disebabkan perkembangan
kapitalisme yang bersifat global. Fungsi Pancasila ialah memberi orientasi untuk
terbentuknya   struktur   kehidupan   social-politik   dan   ekonomi   yang   manusiawi,
demokratis dan adil bagi seluruh rakyat.
b. Pancasila sebagai Kerangka Acuan Pembangunan
Pancasila   diharapkan   dapat   menjadi   matriks   atau   kerangka   referensi   untuk
membangun  suatu  model  masyarakat   atau  untuk  memperbaharui   tatanan  social
budaya.

Implementasi     Pancasila Sebagai Paradigna Dalam Berbagai Bidang sebagai


berikut.

1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Pendidikan


Pendidikan  nasional  harus dipersatukan  atas dasar Pancasila.  Tak seyogyanya  bagi
penyelesaian-penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional dipergunakan secara
langsung  system-sistem  aliran-aliran  ajaran,  teori,  filsafat  dan  praktek  pendidikan
berasal dari luar.
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ideologi
Pengembangan  Pancasila sebagai ideologi  yang memiliki dimensi realitas,  idealitas
dan fleksibilitas menghendaki adanya dialog yang tiada henti dengan tantangan-
tantangan masa kini dan masa depan dengan tetap mengacu kepada pencapaian tujuan
nasional dan cita-cita nasional Indonesia.
3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik
Ada perkembangan baru yang menarik berhubung dengan dasar Negara kita. Dengan
kelima prinsipnya Pancasila memang menjadi dasar yang cukup integrative bagi
kelompok-kelompok politik yang cukup heterogen dalam sejarah Indonesia modern.
4. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
Pembangunan  ekonomi  nasional  harus  juga  berarti  pembangunan  system
ekonomi yang  kita  anggap  paling  cocok bagi bangsa  Indonesia.  Dalam  penyusunan
system ekonomi  nasional  yang  tangguh  untuk  mewujudkan  masyarakat   yang  adil
dan makmur, sudah semestinya Pancasila sebagai landasan filosofisnya.
5. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial-Budaya
Pancasila merupakan suatu kerangka di dalam suatu kelompok di dalam masyarakat
dapat hidup bersama, bekerja bersama di dalam suatu dialog karya yang terus menerus
guna membangun suatu masa depan bersama
6. Pancasila sebagai Paradigma Ketahanan Sosial
Perangkat nilai pada bangsa yang satu berbeda dengan perangkat nilai pada bangsa
lain. Bagi bangsa Indonesia, perangkat nilai itu adalah Pancasila. Kaitan Pancasila dan
ketahanan   nasional   adalah   kaitan   antara   ide   yang   mengakui   pluralitas   yang
membutuhkan kebersamaan dan realitas terintegrasinya pluralitas.
7. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Pembangunan hukum bukan hanya memperhatikan nilai-nilai filosofis, asas yang
terkandung dalam Negara hukum, tetapi juga mempertimbangkan realitas penegakan
hukum dan kesadaran hukum masyarakat.
8. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Beragama
Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat modern yang demokratis adalah
terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan masyarakat dan bangsa serta
mewujudkannya sebagai suatu keniscayaan.
9. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu dan Teknologi
Pancasila   mengandung   hal-hal   yang   penting   dalam   pengembangan   ilmu   dan
teknologi.  Perkembangan  IPTEK dewasa ini dan di masa yang akan datang sangat
cepat, makin menyentuh inti hayati dan materi di satu pihak, serta menggapai angkasa
luas dan luar angkasa di lain pihak, lagi pula memasuki dan mempengaruhi  makin dalam
segala aspek kehidupan dan institusi budaya

Reformasi Pemikiran dan Pelaksanaan Pancasila.


Reformasi secara sempit dapat diartikan sebagai menata kembali keadaan yang tidak
baik menjadi keadaan yang lebih baik. Reformasi kadang disalahartikan sebagai suatu
gerakan demonstrasi yang radikal, “semua boleh”, penjarahan atau “pelengseran”
penguasa tertentu. Beberapa catatan penting yang harus diperhatikan agar orang tidak
salah mengartikan reformasi, antara lain sebagai berikut.
 Reformasi bukan revolusi
 Reformasi memerlukan proses
 Reformasi memerlukan perubahan dan berkelanjutan
 Reformasi menyangkut masalah struktural dan kultural
 Reformasi mensyaratkan adanya skala prioritas dan agenda
 Reformasi memerlukan arah
Berbagai faktor yang mendorong munculnya gerakan reformasi antara lain: Pertama,
akumulasi kekecewaan masyarakat terutama ketidakadilan di bidang hukum, ekonomi
dan politik; kedua, krisis ekonomi yang tak kunjung selesai; ketiga, bangkitnya
kesadaran demokrasi, keempat, merajalelanya praktek KKN, kelima, kritik dan saran
perubahan yang tidak diperhatikan.
Gerakan reformasi menuntut reformasi total, artinya memperbaiki segenap tatanan
kehidupan bernegara, baik bidang hukum, politik, ekonomi, sosial-budaya, hankam dan
lain-lain. Namun pada masa awal gerakan reformasi, agenda yang mendesak untuk
segera direalisasikan antara lain: pertama, mengatasi krisis; kedua, melaksanakan
reformasi, dan ketiga melanjutkan pembangunan. Untuk dapat menjalankan agenda
reformasi tersebut dibutuhkan acuan nilai, dalam konteks ini relevansi Pancasila menarik
untuk dibicarakan.
Eksistensi Pancasila dalam reformasi di tengah berbagai tuntutan dan euforia reformasi
ternyata masih dianggap relevan, dengan pertimbangan, antara lain: pertama, Pancasila
dianggap merupakan satu-satunya aset nasional yang tersisa dan diharapkan masih dapat
menjadi perekat tali persatuan yang hampir koyak. Keyakinan ini didukung oleh peranan
Pancasila sebagai pemersatu, hal ini telah terbukti secara historis dan sosiologis bangsa
Indonesia yang sangat plural baik ditinjau dari segi etnis, geografis, maupun agama.
Kedua, Secara yuridis, Pancasila merupakan Dasar Negara, jika dasar negara berubah,
maka berubahlah negara itu. Hal ini didukung oleh argumentasi bahwa para pendukung
gerakan reformasi yang tidak menuntut mengamandemen Pembukaan UUD 1945 yang di
sana terkandung pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 yang merupakan
perwujudan nilai-nilai Pancasila.
Kritik paling mendasar yang dialamatkan pada Pancasila adalah tidak satunya antara
teori dengan kenyataan, antara pemikiran dengan pelaksanaan. Maka tuntutan reformasi
adalah meletakkan Pancasila dalam satu kesatuan antara pemikiran dan pelaksanaan.
Gerakan reformasi mengkritik kecenderungan digunakannya Pancasila sebagai alat
kekuasaan, akhirnya hukum diletakkan di bawah kekuasaan. Pancasila dijadikan mitos
dan digunakan untuk menyingkirkan kelompok lain yang tidak sepaham.
Beberapa usulan yang masih dapat diperdebatkan namun kiranya penting bagi upaya
mereformasi pemikiran Pancasila, antara lain: Pertama, mengarahkan pemikiran
Pancasila yang cenderung abstrak ke arah yang lebih konkret. Kedua, mengarahkan
pemikiran dari kecenderungan yang sangat ideologis (untuk legitimasi kekuasaan) ke
ilmiah. Ketiga, mengarahkan pemikiran Pancasila dari kecenderungan subjektif ke
objektif, yaitu dengan menggeser pemikiran dengan menghilangkan egosentrisme
pribadi, kelompok, atau partai, dengan menumbuhkan kesadaran pluralisme, baik
pluralisme sosial, politik, budaya, dan agama.
Berbagai bentuk penyimpangan, terutama dalam pemikiran politik kenegaraan dan dalam
pelaksanaannya dimungkinkan terjadi karena beberapa hal, di antaranya, antara lain:
Pertama, adanya jarak atau ketidak konsisten dalam pembuatan hukum atau perundang-
undangan dengan filosofi, asas dan norma hukumnya. Ibarat bangunan rumah, filosofi,
asas dan norma hukum adalah pondasi, maka undang-undang dasar dan perundang-
undangan lain di bawahnya merupakan bangunan yang dibangun di luar pondasi.
Kenyataan ini membawa implikasi pada lembaga-lembaga tertinggi dan tinggi negara
tidak dapat memerankan fungsinya secara optimal. Para ahli hukum mendesak untuk
diadakan amandemen UUD 1945 dan mengembangkan dan mengoptimalkan lembaga
judicial review yang memiliki independensi untuk menguji secara substansial dan
prosedural suatu produk hukum.
Kedua, Kelemahan yang terletak pada para penyelenggara negara adalah maraknya
tindakan kolusi, korupsi dan nepotisme, serta pemanfaatan hukum sebagai alat legitimasi
kekuasaan dan menyingkirkan lawan-lawan politik dan ekonomisnya.
Sosialisasi Pancasila juga mendapat kritik tajam di era reformasi, sehingga keluarlah Tap
MPR No. XVIII/MPR/1998 untuk mencabut Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang P-4.
Berbagai usulan pemikiran tentang sosialisasi Pancasila itu antara lain: menghindari
jargon-jargon yang tidak berakar dari realitas konkret dan hanya menjadi kata-kata
kosong tanpa arti, sebagai contoh slogan tentang “Kesaktian Pancasila”, slogan bahwa
masyarakat Indonesia dari dulu selalu berbhineka tunggal ika, padahal dalam kenyataan
bangsa Indonesia dari dulu juga saling bertempur, melaksanakan Pancasila secara murni
dan konsekuen, dan lain-lain. Menghindari pemaknaan Pancasila sebagai proposisi pasif
dan netral, tetapi lebih diarahkan pada pemaknaan yang lebih operasional, contoh:
Pancasila hendaknya dibaca sebagai kalimat kerja aktif, seperti masyarakat dan negara
Indonesia harus ….. mengesakan Tuhan, memanusiakan manusia agar lebih adil dan
beradab, mempersatukan Indonesia, memimpin rakyat dengan hikmat/kebijaksanaan
dalam suatu proses permusyawaratan perwakilan, menciptakan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia. Sosialisasi diharapkan juga dalam rangka lebih bersifat mencerdaskan
kehidupan bangsa, bukan membodohkannya sebagaimana yang terjadi pada penataran-
penataran P-4, sehingga sosialisasi lebih kritis, partisipatif, dialogis, dan argumentatif.

4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia


Pancasila sebagai nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat indonesia, hal tersebut
melalui penjabaran instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan cita-cita yang ingin
digapai serta sesuai dengan jiwa Indonesia serta karena pancasila lahir bersamaan dengan
lahirnya Indonesia. Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya jiwanya masing-
masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai
jiwa Bangsa lahir bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia yaitu pada jaman dahulu
kala pada masa kejayaan nasional.

5. Pancasila merupakan Sumber dari segala sumber tertib hukum


Poin ini dapat diartikan bahwa segala peraturan perundang-undangan / hukum yang
berlaku dan dijalankan di Indonesia harus bersumber dari Pancasila atau tidak
bertentangan (kontra) dengan Pancasila. Karena segala kehidupan negara indonesia
berdasarkan pancasila.

6. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia


Pancasila sebagai kepribadian bangsa karena Pancasila lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun
tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain. dan Pancasila
Merupakan wujud peran dalam mencerminkan adanya kepribadian Negara Indonesia yang
bisa mem bedakan dengan bangsa lain, yaitu amal perbuatan, tingkah laku dan sikap
mental bangsa Indonesia.
7.Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia.

Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian Indonesia


ialah “Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa
Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia sepanjang masa”.

Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh kehidupan
budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana waktu
sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan berbagai
peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan
lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di
sana-sini, misalnya di daerah-daerah tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat
dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup
dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-
bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak
dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.

Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri merupakan :

a. Dasar Negara Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala sumber
hukum yang berlaku di negara kita
b. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta memberi
petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
c. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak yang
khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta
merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain.
Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat
universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima
sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri
khas bangsa Indonesia.
d. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah
negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram,
tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat,
tertib dan damai.
e. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia
menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan
sekedar karena ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa
Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila
itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan
bangsa.

Oleh karena itu yang terpenting adalah bagaimana kita “memahami, menghayati
dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan”. Tanpa ini maka
Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam
Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta tidak
mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita. Kita tidak perlu berteriak bahwa kita
Pancasila tetapi disisi yang lain mereka yang berteriak tersebut melakukan korupsi
dan penyelahgunaan kewenangan bila diberi amanah memegang jabatan.

Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan wujudnya
dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan kabur dan
kesetiaan kita kepada Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila akan hanya tertinggal
dalam buku-buku sejarah Indonesia. Apabila ini terjadi maka segala dosa dan noda
akan melekat pada kita yang hidup di masa kini, pada generasi yang telah begitu
banyak berkorban untuk menegakkan dan melaksanakan Pancasila.

Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai Pancasila, maka
yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945,
yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang kita
gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh wakil-wakil
bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No. XI/MPR/1978, Pancasila
itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan
sebagai kesatuan yang bulat dan utuh, karena masing-masing sila dari Pancasila
itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara sendiri-sendiri, terpisah dari
keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara
terpisah dari sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian yang keliru tentang
Pancasila.
7. Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia
Dalan Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan
pancasila sebagai patokan atau landasan pemersatu bangsa. dimana tujuan akhirnya yaitu
untuk mencapai masyarakat adil, makmur yang merata baik materiil maupun spiritual
yang berdasarkan Pancasila.
8. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
Karena saat berdirinya bangsa indonesia, Pancasila merupakan perjanjian luhur yang telah
disepakati oleh para pendiri bangsa untuk dilaksanakan, di lestarikan dan di pelihara.
Artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara tanggal 18-
Agustus-1945 pada sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia), PPKI ini
merupakan wakil-wakil dari seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur
(Pancasila) tersebut.
9. Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa Indonesia
Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. Karena
Pancasila merupakan palsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung
nilai-nilai dan norma-norma yang oleh Bangsa Indonesia diyakini paling benar, bijaksana,
adil dan tepat bagi Bangsa Indonesia guna mempersatukan Rakyat Indonesia.
10. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional memiliki konsekuensi bahwa di
dalam segala aspek pembangunan nasional wajib berlandasakan pada hakikat nilai nilai
dari sila sila yang ada pada pancasila.
Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Aktualisasi pancasila adalah bagaimana nilai nilai pancasila benar-benar dapat tercermin
dalam sikap dan prilaku seluruh warga Negara, mulai dari aparatur dan pimpinan nasional
samapi kepada rakyat biasa. Aktualisasi pancasila dibedakan menjadi 2 (dua) macam,
yaitu : 
Aktualisasi Pancasila secara Objektif
Pelaksanaan pancasila dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara,
baik di bidang legislative, eksekutif, yudikatif maupun semua bidang kenegaraan lainnya.
Aktualisasi Pancasila secara Subyektif
Pelasanaan dalam sikap pribadi perorangan, setiap warga Negara, setiap individu, setiap
penduduk, setiap penguasa dan setiap orang di Indonesia.
Pertemuan Ke-Enam & Ke-Tujuh.
HUBUNGAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INNDONESIA TAHUN 1945

A.Pengantar.
Hubungan antara Pancasila dan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia, dapat
dibedakan atas:
 Hubungan secara formiil antara Pancasila dan Pembukaan UUD 1945: bahwa
rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD’45; bahwa Pembukaan UUD’45 berkedudukan dan berfungsi
selain sebagai Mukadimah UUD’45 juga sebagai suatu yang berkedudukan sendiri
karena Pembukaan UUD’45 yang intinya Pancasila tidak tergantung pada batang
tubuh UUD’45, bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD’45 dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap, tidak dapat diubah dan terlekat pada
kelangsungan hidup Negara RI.
 Hubungan Secara Material antara Pancasila dan PembukaanUUD 1945: Proses
Perumusan Pancasila: sidang BPUPKI membahas dasar filsafat Pancasila, baru
kemudian membahas Pembukaan UUD’45; sidang berikutnya tersusun Piagam
Jakarta sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD’45.
Pancasila adalah ideologi bangsa dan dasar negara Indonesia, oleh karenanya merupakan
landasan idiil bagi sistem pemerintahan dan landasan etis-moral bagi kehidupan berbangsa,
bernegara serta bermasyarakat, dan merupakan pandangan hidup, melainkan juga alat
pemersatu bangsa.
Proses atau tahapan Perumusan Pancasila diawali dalam sidang BPUPKI I yang diketuai oleh
dr. Radjiman Widyadiningrat dan terdapat  tiga orang pembicara yaitu Muhammad Yamin,
Soepomo dan Soekarno. tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno memberi nama Pancasila yang
artinya 5 dasar pada pidatonya dan tanggal 17 Agustus 1945 memproklamasikan
kemerdekaan. Pada tanggal 18 Agustus 1945 dimana termuat isi rumusan 5 prinsip dasar
negara yang diberi nama Pancasila.
Macam-Macam Pengertian Konstitusi
 Pengertian Konstitusi dalam arti luas yang dikemukakan oleh Bolingbroke, bahwa
pengertian konstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan
dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya dimana hukum dasar
tidak selalu berupa dokumen tertulis. Hukum dasar dapat berdiri dari unsur-unsur
tertulis atau tidak tertulis atau dapat juga merupakan campuran dari dua unsur
tersebut. 
 Pengertian Konstitusi dalam arti sempit yang dikemukakan oleh Lord Bryce,
bahwa pengertian konstitusi dalam arti sempit adalah piagam dasar atau UUD, yaitu
suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara. UUD 1945,
Konstitusi Amerika Serikat 1787, Konstitusi Prancis 1789, dan Konstitusi
Konfederasi Swiss 1848 merupakan contohnya. Jadi, Pengertian konstitusi dalam arti
sempit adalah sebagian dari hukum  dasar yang merupakan satu dokumen tertulis
yang lengkap.
 Pengertian UUD atau Konstitusi
Konstitusi atau Undang Undang Dasar sebuah negara diartikan sebagai suatu bentuk
pengaturan tentang berbagai aspek yang mendasar dalam sebuah negara, baik aspek
hukum maupun aspek lainnya yang merupakan konsensus atau kesepakatan
masyarakat untuk diatur. 
C.F. Strong mengatakan bahwa konstitusi memiliki kedudukan sebagai aturan main
bagi rakyat untuk konsolidasi posisi politik dan hukum, untuk mengatur kehidupan
bersama dalam rangka mewujudkan tujuannya dalam bentuk negara. 
James Bryce mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka masyarakat politik
(negara) yang diorganisir dengan dan melalui hukum. Dengan kata lain, hukum
menetapkan adanya lembaga-lembaga permanen dengan fungsi yang telah diakui
dan hak-hak yang telah ditetapkan. 
Konstitusi dapat pula dikatakan sebagai kumpulan-kumpulan prinsip yang mengatur
kekuasaan pemerintah, hak pihak yang diperintah (rakyat) dan hubungan diantara
keduanya.

B. Tentang Konstitusi.
Tujuan Konstitusi yaitu:
1. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang maksudnya
tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan
bisa saja kekuasaan penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak.
2. Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak menghormati HAM orang lain
dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
3. Pedoman penyelenggaraan negara maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi
negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.
Nilai Konstitusi yaitu:
1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi
mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata
berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni
dan konsekuen.
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetapi tidak
sempurna. Ketidaksempurnaan itu disebabkan pasal – pasal tertentu tidak berlaku /
tidak seluruh pasal – pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah
negara.
3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan
penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi
sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaan politik.
Jenis /Macam – macam Konstitusi
Menurut CF. Strong konstitusi terdiri dari:
 Konstitusi tertulis (bahasa Inggris: documentary constitution atau
written constitution) adalah aturan – aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan
tata negara, demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu
bangsa di dalam persekutuan hukum negara.
 Konstitusi tidak tertulis / konvensi (bahasa Inggris: non-documentary
constitution) adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.
 Adapun syarat – syarat konvensi adalah:
1. Diakui dan dipergunakan berulang – ulang dalam praktik penyelenggaraan negara.
2. Tidak bertentangan dengan UUD 1945.
3. Memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.

Secara teoretis konstitusi dibedakan menjadi:


 Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam penyelenggaraan negara,
hubungan rakyat dengan pemerintah, hubungan antar lembaga negara.
 Konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita – cita sosial bangsa,
rumusan filosofis negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin
dikembangkan bangsa itu.
Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu:
1. Fleksibel / luwes apabila konstitusi / undang undang dasar memungkinkan untuk
berubah sesuai dengan perkembangan.
2. Rigid / kaku apabila konstitusi / undang undang dasar jika sulit untuk diubah.

Unsur konstitusi
Unsur/substansi sebuah konstitusi yaitu
Menurut Sri Sumantri konstitusi berisi 3 hal pokok yaitu
 Jaminan terhadap Ham dan warga negara.
 Susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
 Pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan.
Menurut Miriam Budiarjo, konstitusi memuat tentang
 Organisasi negara.
 HAM.
 Prosedur penyelesaian masalah pelanggaran hukum.
 Cara perubahan konstitusi.
Menurut Koerniatmanto Soetopawiro, konstitusi berisi tentang
 Pernyataan ideologis.
 Pembagian kekuasaan negara.
 Jaminan HAM (Hak Asasi Manusia).
 Perubahan konstitusi.
 Larangan perubahan konstitusi.
Parameter terbentuknya pasal-pasal UU yaitu:
1. Agar suatu bentuk pemerintahan dapat dijalankan secara demokrasi dengan
memperhatikan kepentingan rakyat.
2. Melindungi asas demokrasi.
3. Menciptakan kedaulatan tertinggi yang berada ditangan rakyat.
4. Untuk melaksanakan dasar negara.
5. Menentukan suatu hukum yang bersifat adil.
Kedudukan Konstitusi/UUD yaitu:
1. Dengan adanya UUD baik penguasa dapat mengetahui aturan / ketentuan pokok
mendasar mengenai ketatanegaraan.
2. Sebagai hukum dasar.
3. Sebagai hukum yang tertinggi.

 Perubahan konstitusi/UUD yaitu:


Secara revolusi, pemerintahan baru terbentuk sebagai hasil revolusi ini yang kadang –
kadang membuat suatu UUD yang kemudian mendapat persetujuan dari para wakil
rakyat. Secara evolusi, UUD/konstitusi berubah secara berangsur – angsur yang dapat
menimbulkan suatu UUD yang baru, secara otomatis UUD yang lama tidak berlaku
lagi.
 Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi yaitu:
Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi nampak pada gagasan dasar, cita –
cita dan tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD suatu negara. Dasar
negara sebagai pedoaman penyelenggaraan negara secara tertulis termuat dalam
konstitusi suatu negara.
 Keterkaitan Konstitusi dengan UUD yaitu:
Konstitusi adalah hukum dasar tertulis dan tidak tertulis sedangkan UUD adalah
hukum dasar tertulis. UUD memiliki sifat mengikat oleh karenanya makin elastik
sifatnya aturan itui makin baik, konstitusi menyangkut cara suatu pemerintahan
diselenggarakan.

Tujuan Konstitusi - Tujuan-tujuan adanya konstitusi secara ringkas dapat diklasifikasikan


menjadi tiga. Tujuan konstitusi adalah sebagai berikut.... 
 Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik 
 Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasaan sendiri 
 Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya. 
Fungsi Konstitusi - Konstitusi memiliki fungsi yang berperan dalam suatu negara. Fungsi
konstitusi adalah sebagai berikut... 
 Konstitusi berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak terjadinya
kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pemerintah agar hak-hak bagi warga
negara terlindungi dan tersalurkan (konstitusionalisme)
 Konstitusi berfungsi sebagai piagam kelahiran suatu negara (a birth certificate of new
state)
 Konstitusi berfungsi sebagai sumber hukum tertinggi
 Konstitusi berfungsi sebagai alat yang membatasi kekuasaan 
 Konstitusi berfungsi sebagai identitas nasional dan lambang
 Konstitusi berfungsi sebagai pelindung hak asasi manusia dan kebebasan warga suatu
negara. 
Macam-Macam Konstitusi - Konstitusi memiliki berbagai jenis atau macam-macam
konstitusi baik itu macam-macam konstitusi secara umum atau macam-macam konstitusi
menurut para ahli. Macam-macam konstitusi adalah sebagai berikut...
Macam-Macam Konstitusi Menurut
 Konstitusi Tertulis : Pengertian Konstitusi tertulis (dokumentary constitution/ writen
constitution) adalah suatu peraturan yang dituangkan dalam suatu dokumen tertentu.
 Konstitusi Tidak Tertulis : Pengertian Konstitusi tidak tertulis (non documentary
constitution) adalah suatu peraturan yang tidak diterangkan dalam suatu dokumen
tertentu yang terpelihara dalam ketatanegaraan suatu negara. 

B. Hubungan antara Pancasila dan UUD 1945


Sudah menjadi ketentuan ketatanegaraan sekaligus sebagai suatu kesepakatan serta doktrin
kenegaraan bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup, ideologi bangsa Indonesia serta
sumber dari segala sumber hukum Indonesia. Artinya, Pancasila adalah pandangan hidup,
kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan, watak rakyat dan negara
yang bersangkutan serta menjadi tempat berbijak atau bersandar bagi setiap persoalan
hukum yang ada atau yang muncul di Indonesia, sebagai tempat menguji keabsahan baik
dari sisi filosofis maupun yuridis. Fungsi Pancasila sebagai kaidah dasar negara
(staatsfundamental norm) menurut Prof. Mr. DR. Noto Nagoro, Pancasila merupakan
bagian terpenting dari pembukaan UUD 1945. Maka negara Indonesia adalah negara
Pancasila yang secara konsisten mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sesuai dengan TAP MPR No IV/MPR/1999 tentang garis-garis besar haluan
negara 1999-2004.
B.1.Hubungan antara Pancasila dengan UUD 1945 secara Keseluruhan
Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan
dengan memperhatikan hubungan dengan batang tubuh UUD yang memuat dasar
falsafah negara pancasila dan UUD 1945 merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu.
UUD 1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal yang merupakan perwujudan dari pokok-
pokok pikiran terkandung dalam UUD 1945 yang tidak lain adalah pokok pikiran:
persatuan Indonesia, keadilan sosial, kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan
dan permusyawaratan perwakilan dan ketuhanan Yang Maha Esa menurut
kemanusiaan yang adil dan beradab, yang tidak lain adalah sila dari Pancasila,
sedangkan Pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur yang telah mampu
memberikan semangat kepada dan terpancang dengan khidmat dalam perangkat UUD
1945. semangat dan yang disemangati pada hakikatnya merupakan satu rangkaian
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Seperti telah disinggung di muka bahwa di samping Undang-Undang dasar, masih ada
hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupakan sumber hukum, yang menurut
penjelasan UUD 1945 merupakan ‘aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis’. Inilah yang
dimaksudkan dengan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap atau
pengisi kekosongan yang timbul dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut tidak
terdapat dalam Undang-Undang Dasar.
B.2. Hubungan antara Pancasila dengan UUD 1945 dalam Pembukaan UUD 1945
Ada hubungan prinsipil antara pembukaan UUD 1945 dan proklamasi kemerdekaan
Indonesia, yaitu pertama, pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kedua, tindakan-
tindakan yang segera dilakukan terkait dengan kemerdekaan, cita-cita luhur yang
menjadi pendorong ditegakkannya kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan dan perwujudan
keadilan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Pada alinea ke-4 UUD 1945 merupakan pernyataan peristiwa dan keadaan ataupun cita-
cita setelah bangsa Indonesia terwujud. Pancasila yang termaktub pada alinea ke-4 ini
merupakan unsur penentu ada dan berlakunya hukum Indonesia, pokok kaidah negara
yang fundamental, dasar negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan
demikian Pancasila merupakan inti dari pembukaan UUD 1945, dan memiliki
kedudukan yang kuat dan tetap serta tidak dapat diubah.
Posisi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dinyatakan dalam Ketetapan
MPRS No XX/MPRS/1966. Artinya nilai-nilai Pancasila sebagai norma dasar paling
fundamental sehingga mampu menjadi pandangan hidup, visi bangsa, dasar pijakan
hubungan politik dan kehidupan kebangsaan yang lain.[4] Dan ini bersifat tetap yang
tidak dapat berubah karena Pancasila merupakan hasil dari kesepakatan kehidupan
berbangsa di Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila secara yuridis formal merupakan dasar filsafat negara
yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Hal ini berarti, dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini termasuk
semua peraturan perundangan, pemerintahan, penyelenggaraan kekuasaan, sistem
demokrasi, dan aspek-aspek penyelenggaraan negara lainnya. Pancasila dan UUD
menjadi dasar negara.
Kedudukan Pancasila ini dapat dirinci sebagai berikut :
a)     Sebagai sumber hukum dasar nasional berdasarkan ketetapan MPR No.
XVII/MPR/1998.
b)     Meliputi suasana kebatinan UUD.
c)     Mewujudkan cita-cita hukum dasar baik tertulis maupun tidak tertulis.
d)     Mengandung norma-norma yang harus diwujudkan di dalam UUD.
e)     Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945.

Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan Undang-undang Dasar 1945


diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No.7, ditetapkan oleh PPKI
tanggal 18 Agustus 1945. Inti dari pembukaan UUD 1945, pada hakikatnya terdapat
dalam alinea IV. Sebab segala aspek penyelenggaraan pemerintahan negara yang
berdasarkaan Pancasila terdapat dalam pembukaan alinea IV.
Oleh karena itu justru dalam pembukaan itulah secara formal yuridis Pancasila
ditetapkan sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Maka hubungan antara
pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balik sebagai berikut: 
a)    Hubungan secara formal
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam pembukaan UUD 1945,
maka Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar positif. Jadi berdasarkan
tempat terdapatnya Pancasila secara formal dapat di simpulkan sebagai berikut: 
1)      Bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia adalah
seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV. 
2)      Bahwa pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan
pokok kaidah negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum Indonesia.
3)      Pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah Pancasila adalah tidak tergantung
pada Batang  Tubuh UUD 1945. 
4)      Bahwa Pancasila dapat disimpulkan mempunyai hakikat, sifat, kedudukan dan
fungsi sebagai pokok  kaidah negara yang fundamental, yang menjelmakan
dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup negara Republik Indonesia yang
diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945. 
5)      Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan yang kuat,
tetap dan tidak dapat diubah dan melekat pada kelangsungan hidup negara
Republik Indonesia.

b)  Hubungan secara material


 Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang
bersifat formal juga terdapat hubungan secara material sebagai berikut; Proses
perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, secara kronologis, materi
yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama adalah dasar filsafat Pancasila baru
kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah itu tersusunlah piagam Jakarta yang
disusun panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.
 Jadi berdasarkan urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945
adalah sebagai sumber tertib hukum tertinggi yang bersumberkan pada
Pancasila. Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang meliputi sumber nilai, sumber
materi, sumber bentuk dan sifat.
 Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan Pembukaan UUD
1945 sebagai Pokok Kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya secara
material yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara
Fundamental tersebut tidak lain adalah Pancasila (Notonagoro,tanpa tahun : 40).
 Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi bangsa tidak hanya berisi
Pancasila. Dalam ilmu politik, Pembukaan UUD 1945 tersebut dapat disebut
sebagai ideologi bangsa Indonesia.
 Jadi Pancasila itu disamping termuat dalam pembukaan UUD 1945
(rumusannya dan pokok-pokok pikiran yang terkandung didalamnya)
dijabarkan secara pokok dalam wujud pasal-pasal batang tubuh UUD 1945.
C.Kedudukan Hakiki Pembukaann UUD’45.
 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memiliki kedudukan yang sangat penting
bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia karena terlekat pada proklamasi 17
Agustus 1945, sehingga tidak bisa dirubah baik secara formal maupun material.
Adapun kedudukan hakiki Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah
pertama; Pembukaaan Undang-Undang Dasar memiliki kedudukan hakiki sebagai
pernyataan kemerdekaan yang terperinci, yaitu proklamasi kemerdekaan yang
singkat dan padat 17 Agustus 1945 itu ditegaskan dan dijabarkan lebih lanjut dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
 Kedudukan hakiki Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang kedua adalah
bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengandung dasar, rangka dan
suasana bagi negara dan tertib hukum Indonesia. Maksudnya adalah Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan pengejawantahan dari kesadaran dan cita-
cita hukum serta cita-cita moral rakyat Indonesia yang luhur (Suhadi, 1998).
Kedudukan hakiki Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang ketiga adalah
bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memuat sendi-sendi mutlak bagi
kehidupan negara, yaitu tujuan negara, bentuk negara, asas kerohanian negara, dan
pernyataan tentang pembentukan UUD.
 Kedudukan hakiki Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang terakhir adalah
bahwa Pembukaan UUD 1945 mengandung adanya pengakuan terhadap hukum
kodrat, hukum Tuhan dan adanya hukum etis atau hukum moral. Di dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdapat unsur-unsur, bentuk-bentuk
maupun sifat-sifat yang me-mungkinkan tertib hukum negara Indonesia mengenal
adanya hukum-hukum tersebut. Semua unsur hukum itu merupakan sumber bahan
dan sumber nilai bagi negara dan hukum positif Indonesia.
Hakikat Pembukaan UUD 1945

a. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Tertib Hukum Tertinggi.

Kedudukan UUD 1945, dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia, memiliki
dua aspek yang sangat fundamental, yaitu memberikan faktor-faktor mutlak bagi
terwujudnya tertib hukum Indonesia dan termasuk dalam tertib hukum Indonesia
sebagai tertib hukum tertinggi. Sementara kedudukan Pancasila, sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945, adalah sebagai sumber dari segala sumber
hukum Indonesia.
Berdasarkan penjelasan tentang isinya Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam
Berita RI tahun II No. 7, Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran
yang meliputi suasana kebatinan Negara Indonesia serta yang mewujudkan suatu
cita-cita hukum dengan menguasai dasar tertulis (UUD) maupun tidak tertulis.
Adapun pokok-pokok pikiran tersebut diwujudkan dalam pasal-pasal UUD 1945
sebagai sumber hukum positif Indonesia.
Sebagaiman isi yang terkandung dalam penjelasan resmi pembukaan UUD 1945,
nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 selanjutnya diwujudkan
ke dalam pasal-pasal UUD 1945 dan kemudian dijabarkan dalam peraturan-
peraturan hukum positif dibawahnya seperti Ketetapan MPR, UU, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang,PP dan peraturan-peraturan lainnya.
b. Pembukaan UUD 1945, Pada Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 memuat
unsur-unsur yang memuat ilmu hukum disyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum
di Indonesia (rechts orde), atau legal order, yaitu suatu keseluruhan peraturan-
peraturan hukum.

Syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud meliputi empat hal, yaitu :


a. Adanya Kesatuan subjek, yaitu penguasa yang mengadakan peraturan hukum.
b. Adanya kesatuan asas kerohanian, yang merupakan dasar dari keseluruhan
peraturan-peraturan hukum dan sumber dari segala sumber hukum.
c. Adanya kesatuan daerah di mana peraturan-peraturan hukum itu berlaku.
d. Adanya kesatuan waktu, di mana sumber dari segala sumber hukum berlaku

Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia adalah sebagai
berikut
Pertama : Menjadi dasar tertib hukum, karena Pembukaan UUD 1945 memberikan
empat syarat adanya tertib hukum Indonesia.
Kedua : Menjadi ketentuan hukum tertinggi, sesuai dengan kedudukannya sebagai
asas hukum dasar tertulis (UUD) maupun hukum dasar tidak tertulis (Konvensi)
serta peraturan-peraturan hukum lainnya yang lebih rendah (Notonagoro, 1974: 45)
c.Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara Yang Fundamental
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental
(Staaatsfundamentalnorm) yang menurut ilmu hukum tata negara memiliki beberapa
unsur mutlak antara lain :

a. Dari segi isinya, Pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar pokok negara
sebagai berikut :

- Dasar tujuan negara (baik tujuan umum maupun tujuan khusus).


- Ketentuan diadakannya UUD Negara.
- Bentuk negara.
- Dasar filsafat negara (asas kerohanian negara)

b. Dalam hubungannya dengan pasal-pasal (batang tubuh) UUD 1945, Pembukaan


UUD 1945 mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut :

- Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, Pembukaan UUD 1945


mempunyai hakikat kedudukan yang terpisah dari batang tubuh UUD 1945.
- Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggi dan pada hakikatnya
mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada batang tubuh UUD 1945.
- Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental yang
menentukan adanya UUD 1945 yang menguasai hukum dasar negara baik yang
tertulis maupun tidak tertulis, jadi merupakan sumber hukum dasar negara.
- Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental
mengandung pokok-pokok pikiran yang harus dijabarkan dalam pasal-pasal UUD
1945.
Para ahli hukum memang berbeda pendapat mengenai hakikat dan kedudukan
Pembukaan UUD 1945 dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945,
walaupun pada akhirnya mereka tiba pada suatu kesimpulan yang sejalan. Di satu
pihak ada pendapat yang mengatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 dan pasal-
pasalnya merupakan satu kesatuan, sedangkan di pihak lain ada yang menyatakan
bahwa keduanya terpisah. Namun karena hakikat kedudukan Pembukaan UUD
1945 tersebut memiliki kedudukan fundamental bagi kelangsungan hidup negara,
kedua pendapat tersebut akhirnya tiba pada kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagai pokok kaidah negara yang mempunyai kedudukan yang tetap dan tidak
berubah serta melekat pada kelangsungan hidup negara yang telah dibentuk.
2. Dalam jenjang hierarki tertib hukum, Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental memiliki kedudukan tertinggi, lebih tinggi
daripada pasal-pasal UUD 1945, sehingga secara hukum dapat dikatakan terpisah
dari pasal-pasal UUD 1945.
Pengertian terpisah sebenarnya bukan berarti tidak memiliki hubungan sama
sekali tetapi antara Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945 terdapat
hubungan kausal organis, di mana UUD harus menciptakan pokok-pokok pikiran
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, pengertian
terpisah di sini adalah keduanya mempunyai hakikat dan kedudukan sendiri-
sendiri, di mana Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan lebih tinggi
daripada pasal-pasal UUD 1945, bahkan yang tertinggi dalam tertib hukum
Indonesia.
d.Pembukaan UUD 1945 Tetap pada Kelangsungan Hidup Negara RI
Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis
tidak dapat diubah serta melekat pada kelangsungan hidup negara, hal ini
berdasarkan alsan-alasan sebagai berikut :
1. Menurut tata hukum, suatu peraturan hukum hanya dapat diubah atau dihapuskan
oleh penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi tingkatannya daripada
penguasa yang menetapkannya.
2. Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya merupakan suatu tertib hukum yang
tertinggi di negara RI. Selain itu, Pembukaan UUD 1945 mengandung faktor-faktor
mutlak bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia.
3. Selain dari segi yuridis formal juga secara material, yaitu hakikat isi, Pembukaan
UUD 1945 tidak dapat diubah dan senantiasa melekat pada kelangsungan hidup
negara RI.
2. Kedudukan Pembukaan dalam UUD 1945
Pembukaan Konstitusi, baik yang secara resmi disebut dengan nama Pembukaan
maupun tidak, memuat norma-norma dasar kehidupan bernegara (kaidah fundamental hidup
bernegara). Isi pembukaan konstitusi bukan rumusan pasal-pasal hukum tata negara. Namun
demikian, karena berupa norma-norma dasar, isi pembukaan itu mempertinggi kekuatan
mengikat pasal-pasal dalam Konstitusi. Demikian juga yang terjadi dengan UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang merupakan cita-cita hukum
yang melandasi lahirnya hukum negara, baik hukum tertulis maupun tidak tertulis di
Indonesia. Dengan demikian, Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber tertib hukum
Indonesia. Di dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung pokok-pokok kaidah negara yang
fundamental. Secara konkret pokok-pokok kaidah negara yang fundamental itu adalah dasar
negara Pancasila. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 lebih tinggi dari Batang Tubuh UUD
1945.
PEMBUKAAN UUD 1945
1. Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 - Secara yuridis, Pancasila terletak dalam
Pembukaan UUD 1945. Hal ini dibuktikan dengan kata-kata “dengan berdasarkan
kepada..” yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
2. Isi Pembukaan UUD 1945
a. Alinea Pertama, merupakan pernyataan hak atas segala bangsa akan kemerdekaan.
b. Alinea Kedua, mengandung pernyataan tentang berhasilnya perjuangan pergerakan
kemerdekaan rakyat Indonesia.
c. Alinea Ketiga, merupakan pernyataan kemerdekaan rakyat Indonesia.
d. Alinea Keempat, mengikrarkan pernyataan pembentukan pemerintahan Negara
dengan dasar Pancasila.
3. Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945, meliputi suasana kebatinan
dari UUD Negara Indonesia dan mewujudkan cita-cita hukum (tertulis dan tidak
tertulis).
4. Maksud / Tujuan Pembukaan UUD 1945
a. Mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan sudah selayaknya.
b. Menetapkan cita-cita bangsa yang ingin dicapai dengan kemerdekaannya.
c. Menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan menjadi permulaan dan dasar hidup
kebangsaan dan hidup seluruh rakyat Indonesia.
d. Melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-dasar tertentu.

5. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Undang – Undang Dasar


1. Bagian pertama, kedua dan ketiga merupakan serangkaian pernyataan
tentang keadaan dan peristiwa yang mendahului terbentuknya Negara Indonesia
2. Bagian keempat merupakan pernyataan mengenai keadaan setelah
Negara Indonesia ada, dan mempunyai hubungan kausal dan organis dengan
batang tubuh UUD.
6. Hakekat dan Kedudukan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 menurut hakekatnya merupakan pokok kaidah Negara yang
fundamental dan staatsfundamentalnorm, dan berkedudukan dua terhadap tertib
hukum Indonesia, yaitu sebagai dasar tertib hukum Indonesia dan ketentuan hukum
yang tertinggi. Kedudukan yang tetap, kuat dan tak bisa diubah ini dapat ditinjau dari
dua segi, yaitu segi formal dan segi material.
7. Terpisahnya Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 terpisah dengan Batang Tubuh UUD 1945 dan kedudukan
serta hakekatnya lebih tinggi derajatnya dari Batang Tubuh UUD 1945.
8. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945, tidak hanya
menjelaskan danmenegaskan tetapi juga mempertanggungjawabkan Proklamasi.

Dinamika dan Perubahan UUD 1945.


1) Isi Materi UUD 1945, merupakan penjelmaan empat pokok pikiran
yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai pancaran dari
Pancasila.
2) PelaksanaanUUD 1945;
3) Masa Awal Kemerdekaan (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949) Sejak
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, UUD 1945 belum dapat
dilaksanakan sepenuhnya.
4) Masa UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959) -Sejak diberlakukannya
UUD KRIS maka Indonesia menjadi Negara federal, kemudian
diselenggarakan Pemilu untuk memilih anggota konstituante yang dilantik
oleh presiden pada tanggal 10 November 1956. Namun badan konstituante
gagal membuat undang-undang baru, sehingga keluarlah Dekrit Presiden 5 Juli
1959.
5) Masa Orde Lama - Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Negara Indonesia
berdasarkan UUD 1945. Pada masa orde lama banyak pula terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan. Sistem pemerintahan
dijalankan tidak sesuai dengan UUD 1945 itu sendiri.
6) Masa Orde Baru - Setelah ORLA runtuh, terbentuk pemerintahan baru yang
diberi nama ORBA (Orde Baru). Tekad ORBA ialah melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
7) Masa Orde Reformasi - Orde baru seolah memabukan perubahanUUD
1945, tetapi sebaliknya Orde Reformasi memandang sangat perlu
perubahan UUD 1945 dalam bentuk amandemen untuk memperbaiki
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
8) Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 - Sejak Mei 1998 bangsa Indonesia
bertekad mereformasi berbagai bidang kehidupan kenegaraan. Salah satunya
adalah reformasi hukum dan sebagai realisasi dari reformasi hukum itu
adalah perubahan terhadap pasal-pasal di dalam UUD 1945
Pertemuan Ke-Delapan.
DEMOKRASI PANCASILA

A.Tentang Negara.
Sebelum kita membicarakan atau mebahas tentang demokkrasi ada baiknya kita terlebih
dahulu membahas tentang Negara, karena Negaara adalah wadah dimana demokrasi hidup,
tumbuh dan berkembang.
Manusia seperti yang diungkapkan Aristoteles pada hakekatnya adalah makhluk politik,
maka sudah menjadi watak hidupnya dalam suatu kota yang dengan begitu dia dapat
mencapai watak moralnya yang tertinggi. Inilah yang mengawali penjelasan sistematis
mengenai negara dari para filosof Yunani. Bagi Plato dan Aristoteles, negara adalah
bertujuan untuk mencari kebaikan umum dan kesempurnaan moral.
 Bagi mereka berdua, negara tidak hanya sekedar asosiasi politik, namun secara
bersamaan berperan sebagai komunitas keagamaan dan tempat sosialisasi yang
biasanya berurusan dengan pengembangan pikiran dan jiwa individu.
 Karena kedua filosof itu memandang tiap individu adalah sebagai makhluk yang
secara alami cenderung kepada kebaikan dan karenanya sehingga penekanannya
kepada dimensi moral kemanusiaan. Keduanya mengatakan penekanan rasa
komunitas yang ditemukan dalam kota (polis) yaitu tentang kesepakatan umum
tentang sifat keyakinan-keyakinan moral.
 Dimulai dari Niccolo Machiavelli yang beranggapan dan menekankan bahwa hal
tersebut yang telah diungkapkan kedua filosof telah berubah. Bagi Machiavellli,
kondisi sekarang banyak teoretisi memandang manusia malah sebagai makhluk yang
mementingkan diri sendiri, mempunyai keinginan abadi dan terus menerus
mempertahankan diri demi kekuasaan dan kemudian pada akhirnya malah berujung
dengan kematian. Sehingga hal tersebut memberikan pandangan fokus yang berbeda
dan berubah dari moralitas dan kebaikan beralih kepada kekuasaan dan otoritas.
 Itu semua dibenarkan oleh Karl Marx dan Max Weber dimana keduanya mempunyai
teori sendiri tentang negara. Mereka mengganggap populasi penduduk, wilayah,
pemerintahan dan kedaulatan merupakan ciri-ciri negara yang terbukti dengan
sendirinya dan tidak perlu kejelasan lebih lanjut lagi. Oleh karena itu Marx dan Weber
mengawali pandangan mereka dengan analisis kelas atau kelompok negara dan
tindakannya.
 Mereka mendasarkan teorinya kepada konsep manusia yang lebih mementingkan diri
sendiri sebagai anggota kelompok. Keduanya melihat negara itu dalam hubungan
kekuasaan, kekejaman, dominasi dan syarat-syarat administrasi. Tapi Marx dan
Weber mempunyai pandangan berbeda dalam hubungan penekanan, tujuan dan sarana
yang digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Negara menurut Karl Marx
Sebelum melangkah dalam uraian Marx tentang negara ada baiknya kita ketahui bahwa
keadaan kehidupan Marx saat itu di tengah-tengah kehidupan yang mana perbedaan ekonomi
sangat mencolok sekali. Mendominasinya gaya hidup kerajaan menjadikan para bangsawan
semena-mena terhadap rakyatnya.
 Bagi Marx sendiri, negara adalah produk kontradiksi kelas dan perjuangan kelas, dan
secara ekonomis semua itu dikontrol oleh kelas yang dominan. Negara borjuis itu
kemudian dijadikan alat kontrol dan pemaksaan bagi pembagian kelas yang memiliki
sarana-sarana produksi untuk menjalankan kekuasaan atas kelas-kelas yang
tereksploitasi dalam masyarakat. Nampak luar, negara borjuis ini seakan-akan
berbentuk demokrasi, namun sistem politiknya sangat terstruktur sehingga malah
menjamin dominasi para borjuis-borjuis selanjutnya.
 Kita lihat bahwa pemerintah bertindak sebagai eksekutif kelas para penguasa, yang
mana dapat mengkoordinir tindakan dan kerja para anggota-anggotanya guna
kepentingan kelas di masa selanjutnya. Mau kita lihat bagaimanapun, negara borjuis
tak dapat disangkal lagi mempunyai otonomi dan penampakan kejujuran yang relatif.
Tapi itu semua dibantah oleh Marx yang mengingkari kalau negara yang berdasarkan
kelas, terus karena kelas itu melibatkan oposisi sehingga menjadikan negara borjuis
ini menunjukkan kecenderungan-kecenderungan yang kontradiktif. Marx
beranggapan bahwa tingkat produksi tinggi yang dijamin sistem kapitalis,
dikarenakan mungkin karena adanya kemiskinan orang banyak atau karena hanya
sedikit orang yang mempunyai kekayaan.
 Namun jika semua ini di satukan kemudian diberi jalan bagi masyarakat komunis
yang kita ketahui mengusung sistem pemerataan ekonomi dan memuaskan kebutuhan
setiap orang. Maka lanjut Marx, dalam situasi tanpa kelas itu (karena sudah rata
secara ekonomi), maka tidak akan ada oposisi, terus masyarakat tidak ada kebutuhan
terhadap aparat negara yang suka menindas.
Negara menurut Max Weber
Kalau di ikuti lebih lanjut sebenarnya dalam beberapa hal, Max Weber masih sependapat
dengan analisa Marxist tentang negara, namun ia sendiri menganggap masyarakat tanpa kelas
malah sebagai utopia atau hanya impian belaka. Weber menolak kritik Marx atas sistem
kapitalis dan juga ia melihat sedikit adanya perbedaan antara masyarakat sosialis yang
didominasi elit birokrat dengan sistem kapitalis yang didominasi oleh kaum borjuis.
Bagi Weber, negara adalah hubungan manusia yang mendominasi manusia, yaitu hubungan
yang didukung oleh sarana-sarana kekerasan. Ia memandang bahwa pemaksaan kehendak
kepada orang lain bahkan dengan kekerasan sudah menjadi bawaan manusia karena adanya
hak milik dalam mendapatkan sarana-sarana materi untuk mendominasi baik itu secara
administrasi ataupun pemaksaan.
Lanjut Weber, ketiadaan lembaga sosial yang dapat mengontrol kekerasan malah akan
mengantarkan pada anarki dalam pengertian kata yang khas. Jadi menurutnya, negara
didefinisikan sebagai komunitas manusia yang telah berhasil mengklaim monopoli serta
dapat memanfaatkan penyalahgunaan hukum dalam suatu wilayah tertentu. Bagi Weber,
monopoli penyelewengan adalah rasional bahkan karenanya malah dapat mengurangi
kemungkinan konflik.
Namun sekali lagi, rasionalitas dominasi tersebut dapat diterima jika berpusat pada
kemungkinan memenuhi perintah-perintah yang sah. Kalau Marx mencoba mereduksi peran
aparatur negara, nah kalau Weber menyandarkan diri pada peran aparatur negara. Namun
bagaimanakah selanjutnya jika mereka telah mendasari bahwa manusia itu adalah anarki,
sampai-sampai bagaimana caranya melegalkan cara untuk mensahkan tindakan manusia yang
secara nyata telah menyimpang.
Pengertian Demokrasi
Istilah Demokrasi berasal dari kata “demos” yang berarti rakyat dan “kratein” yang berarti
memerintah atau “kratos”.Tokoh-tokoh yang mempunyai andil besar dalam memperjuangkan
demokrasi, misalnya : John Locke (dari Inggris), Montesquieu (dari Perancis), dan Presiden
Amerika Serikat Abraham Lincoln. Menurut John Locke ada dua asas terbentuknya negara.
Pertama, pactum unionis yaitu perjanjian antar individu untuk membentuk negara.
Kedua, pactum suvjektionis, yaitu perjanjian negara yang dibentuknya. Abraham Lincoln
berpendapat bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat (democracy is government of the people, by the people, for the people). Ada dua asas
pokok tentang demokrasi, yaitu sebagai berikut :
a. Pengakuan partisipasi rakyat di dalam pemerintahan.
b. Pengakuan hakikat dan martabat manusia HAM

Prinsip-prinsip Demokrasi

a. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.


b. Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara.
c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh para warga
negara.
d. Penghormatan terhadap supremasi hukum.

Prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep di atas (rule of law), antara lain sebagai
berikut :
a. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang;
b. Kedudukan yang sama dalam hukum;
c. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang

Makna Budaya Demokrasi

Pertama kali demokrasi diterapkan di Yunani di kota Athena dengan demokrasi langsung,
yaitu pemerintahan dimana seluruh rakyat secara bersama-sama diikutsertakan dalam
menetapkan garis-garis besar kebijakan pemerintah negara baik dalam pelaksanaan maupun
permasalahannya.

Tokoh-tokoh yang mempunyai andil besar dalam memperjuangkan demokrasi, antara lain
sebagai berikut :

a. John Locke (Inggris) - John Locke menganjurkan perlu adanya pembagian kekuasaan
dalam pemerintahan negara, yaitu sebagai berikut:
1) Kekuasaan Legislatif yaitu kekuasaan pembuat undang-undang.
2) Kekuasaan Eksekutif yaitu kekuasaan melaksanakan undang-undang.
3) Kekuasaan Federatif yaitu kekuasaan untuk menetapkan perang dan damai, membuat
perjanjian (aliansi) dengan negara lain, atau membuat kebijaksanaan/perjanjian dengan semua
orang atau badan luar negeri.

b. Montesquieu (Prancis)
Kekuasaan negara dalam melaksanakan kedaulatan atas nama seluruh rakyat untuk
menjamin, kepentingan rakyat harus terwujud dalam pemisahaan kekuasaan lembaga-
lembaga negara, antara lain sebagai berikut:
1) Kekuasaan Legislatif yaitu kekuasaan pembuat undang-undang.
2) Kekuasaan Eksekutif yaitu kekuasaan melaksanakan undang-undang.
3) Kekuasaan Yudikatif yaitu kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang oleh
badan peradilan.

c. Abraham Lincoln (Presiden Amerika Serikat)


Menurut Abraham Lincoln “Democracy is government of the people, by people, by people,
and for people”. Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Budaya Prinsip Demokrasi


Pada hakikatnya demokrasi adalah Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan adalah kekuasaan tertinggi yang berada di
tangan rakyat. Hikmah kebijaksanaan adalah penggunaan akal pikiran atau rasio yang sehat
dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Permusyawaratan adalah tata cara khas kepribadian Indonesia dalam merumuskan dan
memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga mencapai mufakat. Isi
pokok-pokok demokrasi Pancasila, antara lain sebagai berikut :

a. Pelaksanaan demokrasi harus berdasarkan Pancasila sesuai dengan yang tercantum


dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
b. Demokrasi harus menghargai hak asasi manusia serta menjamin hak-hak minoritas.
c. Pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan harus berdasarkan berdasarkan atas
kelembagaan.
d. Demokrasi harus bersendikan pada hukum seperti dalam UUD 1945. Indonesia
adalah negara hukum (rechstaat) bukan berdasarkan kekuasaan belaka (machstaat).

Demokrasi Pancasila juga mengajarkan prinsip-prinsip, antara lain sebagai berikut:


a. Persamaan
b. Keseimbangan hak dan kewajiban
c. Kebebasan yang bertanggung jawab
d. Musyawarah untuk mufakat.
e. Mewujudkan rasa keadilan sosial.
f. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.
g. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

Ada 11 prinsip yang diyakini sebagai kunci untuk memahami perkembangan


demokrasi, antara lain sebagai berikut :
a. Pemerintahan berdasarkan konstitusi
b. Pemilu yang demokratis
c. Pemerintahan lokal (desentralisasi kekuasaan)
d. Pembuatan UU
e. Sistem peradilan yang independen
f. Kekuasaan lembaga kepresidenan
g. Media yang bebas
h. Kelompok-kelompok kepentingan
i. Hak masyarakat untuk tahu
j. Melindungi hak-hak minoritas
k. Kontrol sipil atas militer

B. Demokrasi Pancasila.

Istilah dan Pengertian Demokrasi Pancasila


Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad
ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah
sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan
dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein
yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagaipemerintahan rakyat, atau
yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini
menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut- sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila, masih dalam
taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat berbagai tafsiran
serta pandangan. Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok
dari demokrasi konstitusionil cukup jelas tersirat di dalam Undang Undang Dasar
1945. Selain dari itu Undang-Undang Dasar kita menyebut secara eksplisit 2 prinsip
yang menjiwai naskah itu dan yang dicantumkan dalam penjelasan mengenai Sistem
Pemerintahan Negara, yaitu:
1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat).
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum sebagaimana disebutkan secara jelas dalam
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Pasca Perubahan. Dimana sebelumnya hanya terdapat
dalam penjelasan UUD 1945 dengan kalimat Negara Indonesia berdasarkan atas hukum
(Rechstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machstaat).
2. Sistem Konstitusionil
Pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi (Hukum Dasar), tidak bersifat
Absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Berdasarkan 2 istilah Rechstaat dan
sistem konstitusi, maka jelaslah bahwa demokrasi yang menjadi dasar dari Undang-
Undang Dasar 1945, ialah demokrasi konstitusionil. Di samping itu corak khas
demokrasi Indonesia, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilana, dimuat dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar.
Dengan demikian demokrasi Indonesia mengandung arti di samping nilai umum,
dituntut nilai-nilai khusus seperti nilai-nilai yang memberikan pedoman tingkah laku
manusia Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama
manusia, tanah air dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah dan
masyarakat, usaha dan krida manusia dalam mengolah lingkungan hidup. Pengertian
lain dari demokrasi Indonesia adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan
bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
(demokrasi pancasila). Pengertian tersebut pada dasarnya merujuk kepada ucapan
Abraham Lincoln, mantan presiden Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa
demokrasi suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, berarti pula
demokrasi adalah suatu bentuk kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Menurut konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan,
sedangkan rakyat beserta warga masyarakat didefinisikan sebagai warga negara.
Kenyataannya, baik dari segi konsep maupun praktik, demos menyiratkan makna
diskriminatif. Demos bukan untuk rakyat keseluruhan, tetapi populus tertentu,
yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan formal memiliki hak
preogratif forarytif dalam proses pengambilan/pembuatan keputusan menyangkut
urusan publik atau menjadi wakil terpilih, wakil terpilih juga tidak mampu mewakili
aspirasi yang memilihnya. (Idris Israil, 2005:51)
Secara ringkas, demokrasi Pancasila memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:
 Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-
royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur
berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur,
berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan.
 Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat
sendiri atau dengan persetujuan rakyat.
 Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi
harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.
 Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan
cita- cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, sehingga
tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.
 Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.

Prinsip Pokok Demokrasi Pancasila


Prinsip merupakan kebenaran yang pokok/dasar orang berfikir, bertindak dan lain
sebagainya. Dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi secara umum, terdapat 2 landasan
pokok yang menjadi dasar yang merupakan syarat mutlak untuk harus diketahui oleh
setiap orang yang menjadi pemimpin negara/rakyat/masyarakat/organisasi/ partai/ keluarga,
yaitu:
1. Suatu negara itu adalah milik seluruh rakyatnya, jadi bukan milik perorangan atau milik
suatu keluarga/kelompok/golongan/partai, dan bukan pula milik penguasa negara.
2. Siapapun yang menjadi pemegang kekuasaan negara, prinsipnya adalah selaku pengurusa
rakyat, yaitu harus bisa bersikap dan bertindak adil terhadap seluruh rakyatnya, dan
sekaligus selaku pelayana rakyat, yaitu tidak boleh/bisa bertindak zalim terhadap
tuannyaa, yakni rakyat.

Prinsip Demokrasi Pancasila.


Demokrasi Pancasila adalah kedaulatan rakyat yang dijiwai oleh dan diintegrasikan dengan
keseluruhan sila-sila dalam Pancasila. Ciri khas demokrasi Pancasila adalah musyawarah
mufakat. Corak khas demokrasi Pancasila dapat dikenali dari sisi formal dan material. Dari
sisi formal, demokrasi Pancasila mengandung makna bahwa setiap pengambilan keputusan
sedapat mungkin didasarkan pada prinsip musyawarah untuk mufakat. Dari sisi material,
demokrasi Pancasila menampakkan sifat kegotongroyongan.

Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila, antara lain sebagai berikut :


a. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Keseimbangan antara hak dan dan kewajiban.
c. Kebebasan yang bertanggung jawab.
d. Mewujudkan rasa keadilan sosial.
e. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
f. Mengutamakan keputusan dengan musyawarah mufakat.
g. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

Ciri-ciri Demokrasi Pancasila


1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.
2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong.
3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.
4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi.
5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban.
6. Menghargai hak asasi manusia.
7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan disalurkan melalui
wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya demonstrasi dan pemogokan karena
merugikan semua pihak.
8. Tidak menganut sistem monopartai.
9. Pemilu dilaksanakan secara luber.
10. Mengandung sistem mengambang.
11. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas.
12. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum.

Sistem Pemerintahan Demokrasi Pancasila


Landasan formil dari periode Republik Indonesia III ialah Pancasila, UUD 45 serta
Ketetapan-ketetapan MPRS. Sedangkan sistem pemerintahan demokrasi Pancasila menurut
prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Batang Tubuh UUD 1945 berdasarkan tujuh
sendi pokok, yaitu sebagai berikut:
1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum
Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan
belaka (Machsstaat). Hal ini mengandung arti bahwa baik pemerintah maupun
lembaga-lembaga negara lainnya dalam melaksanakan tindakan apapun harus
dilandasi oleh hukum dan tindakannya bagi rakyat harus ada landasan hukumnya.
Persamaan kedudukan dalam hukum bagi semua warga negara harus tercermin di
dalamnya.
2. Indonesia menganut sistem konstitusional
Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini lebih menegaskan
bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh
ketentuan konstitusi, di samping oleh ketentuan-ketentuan hukum lainnya yang
merupakan pokok konstitusional, seperti TAP MPR dan Undang- undang.
3. Kedaulatan berada di tangan Rakyat dan dilaksanakan menurut ketentuan UUD.
Seperti telah disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945, bahwa (kekuasaan negara
tertinggi) ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut ketentuan UUD.
4. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR mengawasi pelaksanaan
mandat (kekuasaan pemerintah) yang dipegang oleh presiden dan DPR harus saling
bekerja sama dalam pembentukan undang-undang termasuk APBN.
Untuk mengesahkan undang-undang, presiden harus mendapat persetujuan dari DPR. Hak
DPR di bidang legislative ialah hak inisiatif, hak amandemen, dan hak budget.

Hak DPR di bidang pengawasan meliputi:


a. Hak tanya/bertanya kepada pemerintah;
b. Hak interpelasi, yaitu meminta penjelasan atau keterangan kepada pemerintah;
c. Hak Mosi (percaya/tidak percaya) kepada pemerintah;
d. Hak Angket, yaitu hak untuk menyelidiki sesuatu hal;
e. Hak Petisi, yaitu hak mengajukan usul/saran kepada pemerintah.
6. Menteri Negara adalah pembantu presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab
kepada DPR
Presiden memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan menteri negara.
Menteri ini tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi kepada presiden.
Berdasarkan hal tersebut, berarti sistem kabinet kita adalah kabinet kepresidenan/
presidensil.
Kedudukan Menteri Negara bertanggung jawab kepada presiden, tetapi mereka bukan
pegawai tinggi biasa, menteri ini menjalankan kekuasaan pemerintah dalam
prakteknya berada di bawah koordinasi presiden.
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas
Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia bukan diktator, artinya
kekuasaan tidak tak terbatas. Ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR.
Kedudukan DPR kuat karena tidak dapat dibubarkan oleh presiden dan semua anggota
DPR merangkap menjadi anggota MPR. DPR sejajar dengan presiden.
Fungsi Demokrasi Pancasila
Adapun fungsi demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara, misalnya dalam:
a. Ikut menyukseskan Pemilu;
b. Ikut menyukseskan Pembagunan;
c. Ikut duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan.
2. Menjamin tetap tegaknya negara RI,
3. Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan sistem
konstitusional,
4. Menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila,
5. Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara lembaga
negara,
6. Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab, Contohnya:
a. Presiden adalah Mandataris MPR,
b. Presiden bertanggung jawab kepada MPR.

Beberapa Perumusan Mengenai Demokrasi Pancasila


Dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politik, Prof. Miriam Budiardjo mengemukakan
beberapa perumusan mengenai Demokrasi Pancasila yang diusahakan dalam beberapa
seminar, yakni: Pada Seminar Angkatan Darat II, Agustus 1966:
a. Bidang Politik dan Konstitusional

1). Demokrasi Pancasila seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang


Dasar1945,yang berarti menegakkan kembali azas negara-negara hukum dimana
kepastian hukum dirasakan oleh segenap warga negara, dimana hak-hak azasi
manusia baik dalam aspek kolektif, maupun dalam aspek perseorangan dijamin, dan
dimana penyalahgunaan kekuasaan, dapat dihindarkan secara institusionil. Dalam
rangka ini harus diupayakan supaya lembaga-lembaga negara dan tata kerja orde baru
dilepaskan dari ikatan pribadi dan lebih diperlembagakan (depersonalization,
institusionalization )
2) Sosialisme Indonesia yang berarti masyarakat adil dan makmur.
3) Clan revolusioner untuk menyelesaikan revolusi , yang cukup kuat untuk
mendorong Indonesia ke arah kemajuan sosial dan ekonomi sesuai dengan tuntutan-
tuntutan abad ke-20.
b. Bidang Ekonomi
Demokrasi ekonomi sesuai dengan azas-azas yang menjiwai ketentuan-ketentuan
mengenai ekonomi dalam Undang-undang Dasar 1945 yang pada hakekatnya, berarti
kehidupan yang layak bagi semua warga negara, yang antara lain mencakup :
1) Pengawasan oleh rakyat terhadap penggunaan kekayaan dan keuangan negara dan
2) Koperasi
3) Pengakuan atas hak milik perorangan dan kepastian hukum dalam penggunaannya
4) Peranan pemerintah yang bersifat pembina, penunjuk jalan serta pelindung.
2. Musyawarah Nasional III Persahi : The Rule of Law, Desember 1966
Azas negara hukum Pancasila mengandung prinsip:
a. Pengakuan dan perlindungan hak azasi yang mengandung persamaan dalam bidang
politik, hukum, sosial, ekonomi, kultural dan pendidikan.
b. Peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh sesuatu
kekuasaan/kekuatan lain apapun.
c. Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan. Yang dimaksudkan kepastian
hukum yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami, dapat dilaksanakan
dan aman dalam melaksanakannya.
3. Symposium Hak-hak Azasi Manusia, Juni 1967
Demokrasi Pancasila, dalam arti demokrasi yang bentuk-bentuk penerapannya sesuai dengan
kenyataan-kenyataan dan cita-cita yang terdapat dalam masyarakat kita, setelah sebagai
akibat rezim Nasakom sangat menderita dan menjadi kabur, lebih memerlukan
pembinaan daripada pembatasan sehingga menjadi suatu political culturea yang penuh
vitalitas.
Berhubung dengan keharusan kita di tahun-tahun mendatang untuk mengembangkan a
rapidly expanding economy, maka diperlukan juga secara mutlak pembebasan
dinamika yang terdapat dalam masyarakat dari kekuatan-kekuatan yang mendukung
Pancasila. Oleh karena itu diperlukan kebebasan berpolitik sebesar mungkin.
Persoalan hak-hak azasi manusia dalam kehidupan kepartaian untuk tahun-tahun mendatang
harus ditinjau dalam rangka keharusan kita untuk mencapai keseimbangan yang wajar di
antara 3 hal, yaitu:
a. Adanya pemerintah yang mempunyai cukup kekuasaan dan kewibawaan.
b. Adanya kebebasan yang sebesar-besarnya.
c. Perlunya untuk membina suatu rapidly expanding economy.

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia


a. Masa Orde Lama.
Masa Orde Lama berlangsung mulai tanggal 5 Juli 1959 sampai dengan 1 Maret 1966.
Berikut ini pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama. Demokrasi yang diterapkan
adalah demokrasi terpimpin.
Ciri umum demokrasi terpimpin, antara lain
a) Adanya rasa gotong royong.
b) Tidak mencari kemenangan atas golongan lain.
c) Selalu mencari sintesa untuk melaksanakan amanat rakyat.

Selama pelaksanaan demokrasi terpimpin kecenderungan semua keputusan hanya ada


pada Pemimpin Besar Revolusi Ir. Sukarno. Hal ini mengakibatkan rusaknya tatanan
kekuasaan negara, misalnya DPR dapat dibubarkan, Ketua MA, MPRS menjadi
Menko pemimpin partai banyak yang ditangkapi.

b. Masa Orde Baru.


Masa Orde Baru berlangsung mulai dari 11 Maret 1966 sampai dengan 21 Mei 1998.
Berikut ini pelaksanaan demokrasimasa Orde Baru.
1) Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi Pancasila sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat.
2) Ciri umum demokrasi Pancasila, antara lain sebagai berikut:
a) Mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
b) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
c) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
d) Selalu diliputi semangat kekeluargaan.
e) Adanya rasa tanggung jawab dalam menghasilkan musyawarah.
f) Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
g) Hasil keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

3) Pelaksanaan demokrasi Pancasila antara lain sebagai berikut:


a) Masih belum sesuai dengan jiwa dan semangat ciri-ciri umum. Kekuasaan
presiden begitu dominan baik dalam suprastruktur politik.
b) Banyak terjadi manipulasi politik dan KKN yang telah membudaya. Ini
mengakibatkan negara Indonesia terjerumus dalam berbagai krisis yang
berkepanjangan.

c. Masa Reformasi
Berlangsung mulai dari Mei 1998 sampai dengan sekarang. Ciri-ciri umum
demokrasi Pancasila masa Reformasi, seperti yang tercantum pada demokrasi
Pancasila. Selain itu juga lebih ditekankan pada :
- Penegakkan kedaulatan rakyat dengan memberdayakan pengawasan sebagai
lembaga negara, lembaga politik, dan kemasyarakatan.
- Pembagian secara tegas wewenang antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
- Penghormatan kepada keberadaan asas, ciri aspirasi, dan program parpol yang
multipartai.

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia selama kurun waktu 60 tahun terakhir telah


banyak mengalami perubahan yang mencakup berbagai hal, yaitu sebagai berikut :
a. Periode 1945-1949 dengan UUD 1945 seharusnya berlaku demokrasi Pancasila
namun dalam penerapan berlaku demokrasi liberal
b. Periode 1949-1950 dengan konstitusi RIS berlaku demokrasi liberal.
c. Periode 1950-1959 dengan UUDS 1950 berlaku demokrasi liberal dengan
multipartai.
d. Periode 1959-1965 dengan UUD 1945 seharus berlaku demokrasi Pancasila,
namun yang diterapkan demokrasi terpimpin (cebderung otoriter).
e. Periode 1966-1998 dengan UUD 1945 berlaku demokrasi Pancasila (cenderung
otoriter).
f. Periode 1998 sampai sekarang dengan UUD 1945 berlaku demokrasi Pancasila
(cenderung ada perubahan menuju demokratisasi).

Pelaksanaan Pemilu pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi.
Sejak Indonesia merdeka telah melaksanakan pemilu sebanyak sembilan kali.

a. Tujuan Pemilu
1) Melaksanakan kedaulatan rakyat.
2) Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat.
3) Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR.
4) Melaksanakan pergantian personil pemerintahan secara damai, aman, dan tertib
(secara konstitusional).
5) Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

b. Asas Pemilu Indonesia


Sesuai dengan Pasal 22 E Ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “Pemilu dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil”.

Pelaksanaan Pemilu di Indonesia.

1. Pemilihan Umum Pertama dilaksanakan tanggal 29 September 1955 untuk


memilih anggota parlemen (DPR), tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih
anggota Dewan Konstituante. Diikuti 28 partai politik.
2. Pemilihan Umum Kedua dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 1971 yang diikuti
sebanyak 10 partai politik.
3. Pemilihan Umum Ketiga dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 1977 yang diikuti oleh
dua Parpol dan satu Golkar. Hal ini dikarenakan terjadi fusi parpol dari 10 parpol
peserta pemilu 1971 disederhanakan menjadi 3 dengan ketentuan sebagai berikut.
a) Partai yang berhaluan spiritual material fusi menjadi PPP (Partai Persatuan
Pembangunan)
b) Partai yang berhaluan material-spriritual fusi menjadi PDI (Partai Demokrasi
Indonesia)
c) Dan partai yang bukan keduanya menjadi Golkar (Golongan Karya).
4. Pemilihan Umum Keempat dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1982.
5. Pemilihan Umum Kelima dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987.
6. Pemilihan Umum Keenam dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 1992, peserta pemilu
masih dua parpol (PPP dan PDI) serta satu Golongan Karya.
7. Pemilihan Umum Ketujuh dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1997. Peserta
pemilu adalah PPP, Golkar, dan PDI. Jumlah anggota DPR 500 orang dan anggota
MPR 1.000 orang dengan rincian sebagai berikut.
a) Unsur ABRI 75 orang
b) Utusan Daerah 149 orang
c) Imbangan susunan : anggota MPR 251 orang
utusan golongan 100 orang
Jumlah 1.000 orang
8. Pemilihan Umum Kedelapan (Era Reformasi) dilaksanakan pada tanggal 7 Juni
1999 yang diikuti sebanyak 48 partai politik. Pada pemilu ini telah terpilih jumlah
anggota DPR sebanyak 500 orang dan jumlah anggota MPR sebanyak 700 orang
dengan rincian DPR dipilih 462 orang, DPR unsur TNI/Polri 38 orang, utusan
daerah 135 orang, dan utusan golongan 65 orang.
9. Pemilihan Umum Kesembilan dilaksanakan tanggal 5 April 2004 yang diikuti 24
partai politik. Ini telah terjadi penyempurnaan pemilu, yakni pemilu dilaksanakan
untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota serta
memilih presiden dan wakil presiden.
10.Pemilihan Umum tahun 2009.
11.Pemilihan Umum Tahun 2014.
12.Pemilihan Umum Tahun 2019.

B. Perilaku Budaya Demokrasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari.


Perilaku Budaya Demookrasi dalam bidang Politik.

Dalam rangka mengoptimalkan perilaku budaya demokrasi maka sebagai generasi


penerus yang akan mempertahankan negara demokrasi, perlu mendemonstrasikan
bagaimana peran serta kita dalam pelaksanaan pesta demokrasi. Prinsip-prinsip yang
patut kita demonstrasikan dalam kehidupan berdemokrasi, antara lain sebagai berikut :

a. Membiasakan untuk berbuat sesuai dengan aturan main atau hukum yang berlaku.
b. Membiasakan bertindak secara demokratis bukan otokrasi atau tirani.
c. Membiasakan untuk menyelesaikan persoalan dengan musyawarah.
d. Membiasakan mengadakan perubahan secara damai tidak dengan kekerasan atau
anarkis.
e. Membiasakan untuk memilih pemimpin melalui cara-cara yang demokratis.
f. Selalu menggunakan akal sehat dan hati nurani luhur dalam musyawarah.
g. Selalu mempertanggungjawabkan hasil keputusan musyawarah baik kepada Tuhan,
masyarakat, bangsa, dan negara.
h. Menggunaka kebebasan dengan penuh tanggung jawab.
i. Membiasakan memberikan kritik yang bersifat membangun.

Perilaku Budaya Demokrasi dalam Lingkungan Keluarga

a. Lingkungan Keluarga
1) Membiasakan diri untuk menempatkan anggota keluarga sesuai dengan kedudukannya.
2) Membiasakan mengatasi dan memecahkan masalah dengan jalan musyawarah
mufakat.
3) Saling menghargai perbedaan pendapat masing-masing anggota keluarga.
4) Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

b. Lingkungan Kampus
1) Berusaha selalu berkomunikasi individual.
2) Ikut serta dalam kegiatan politik di sekolah seperti pemilihan ketua lembaga
kemahasiswaan maupun kegiatan yang lain yang relevan.
3) Berani mengajukan petisi (saran/usul).
4) Berani menulis artikel, pendapat, opini di majalah dinding dan jurnal kampus.
5) Selalu mengikuti jenis pertemuan yang diselenggarakan lembaga kemahssiswan dan
fakultas/universitas.
6) Berani mengadakan kegiatan yang merupakan realisasi dari program lembaga
kemahssiswaan /fakultas/universitas dan sebagainya.

c. Lingkungan masyarakat
1) Bersama-sama menjaga kedamaian masyarakat.
2) Berusaha mengatasi masalah yang timbul dengan pemikiran yang jernih.
3) Mengikuti kegiatan rembug desa.
4) Mengikuti kegiatan kerja bakti.
5) Bersama-sama memberikan ususlan demi kemajuan masyarakat.

Ada beberapa contoh perilaku yang dapat mendukung tegaknya prinsip-prinsip


demokrasi, antara lain sebagai berikut :
a. Menghindarkan perbuatan otoriter.
b. Melaksanakan amanat rakyat.
c. Melaksanakan hak tanpa merugikan orang lain.
d. Mengembangkan toleransi antarumat beragama.
e. Menghormati pendapat orang lain.
f. Senang ikut serta dalam kegiatan organisasi misalnya OSIS, Pramuka, PMR dan
sebagainya.
g. Menentukan pemimpin dengan jalan damai melalui pemilihan.Menerima perbedaan
pendapat.

Pertemuan Ke-Sembilan & Ke-Sepuluh.

PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL DALAM KEHIDUPAN


BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DSAN BERNNEGARA
A.Pengantar.
Indonesia adalah negara yang saat ini masih berkembang. Tujuh puluh tahun merdeka tak
membuat Indonesia segera menjadi negara maju. Justru dalam beberapa tahun, Indonesia
mengalami masa-masa sulit yang membuatnya justru mundur secara teratur. Banyak hal
besar yang menjadi polemik di Indonesia dari dulu hingga sekarang. Namun polemik atau
masalah besar itu nyatanya tak kunjung menemui titik terang.
Justru permasalahan ini terus dipelintir hingga membuatnya tak selesai. Berikut ini
beberapa masalah besar yang terjadi di Indonesia namun setelah bertahun-tahun tak juga
ada penyelesaian. Justru semakin rumit hingga pemerintah butuh kerja keras jika ingin
menyelesaikannya.
Pancasila  sebagai dasar Negara  yang dijadikan pemersatu, yang menyatukan seluruh
suku, bangsa, budaya, dan agama sehingga pancasila dijadikan tonggak dasar bagi Negara
Indonesia. Pancasila yang lebih kita kenal sebagai ideologi dan dasar negara. Dimana di
dalam butir-butir pancasila terdapat nilai-nilai yang sangat penting bagi kesejahteraan
rakyat Indonesia. Namun Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dinilai belum
diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. sehingga di era reformasi
ini masih banyak rakyat Indonesia  yang belum dapat merasakan makna Pancasila yang
sebenarnya, yaitu menjunjung tinggi rasa keadilan, persatuan, kesatuan dan
mensejahterakan rakyat.
Pancasila lebih sering kita dengar di dalam upacara bendera, dan dijadikan syarat pokok
yang tidak boleh terlupakan didalam pelaksanaan upacara bendera. Kita dapat menyadari
bahwa Pancasila tersebut mengandung nilai-nilai penting, yang apabila diimplementasikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat mewujudkan sebuah negara yang
berdaulat dan bermatabat, yaitu negara yang menjunjung tinggi rasa keadilan, persatuan
dan kesatuan.
Banyak kasus-kasus pada saat ini yang menyimpang dengan nilai-nilai yang terkandung di
dalam pancasila seperti kasus mpok minah yang divonis 1,5 bulan kurungan dengan masa
percobaan 3 bulan akibat mencuri tiga buah kakao. Melihat dari kasus Mpok Minah
tersebut teringat oleh kita salah satu butir pancasila yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab. Butir Pancasila tersebut mengandung makna bahwa setiap warga negara
mendapatkan perlakuan yang sama di depan hukum.
Tetapi, bandingkan dengan kasus Sesmenpora yang menjerat bendahara umum partai
Demokrat Nazarudin yang telah melakukan penyuapan dalam pembanggunan Wisma Atlet
SEA games di Palembang, saya merasa hukum lebih kebal terhadap Nazarudin,  penegak
hukum tidak sanggup untuk memulangkan Nazarudin ke Indonesia. Dan seolah-olah
membiarkan Nazarudin bebas berobat dan berkeliaran di Singapura sampai berhari-hari
dan berminggu-minggu. Apakah itu yang disebut adil? Hukum di Negara kita sudah jauh
melenceng dari garis kebenaran, serta pengadilan hukum  yang menyalah artikan keadilan.
Pancasila menjadi jalan keluar dalam menuntaskan permasalahan Bangsa dan Negara.
Pancasila terdapat nilai-nilai dan makna-makna yang dapat di implementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. 
Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar mengandung makna bahwa
negara menjamin kebebasan dan melindungi setiap pemeluk agama-agama yang diakui di
Indonesia untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya. Tanpa ada
paksaan dari siapa pun untuk memeluk agama, bukan mendirikan suatu agama. Tidak
memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain. Menjamin berkembang
dan tumbuh suburnya kehidupan beragama. Dan bertoleransi dalam beragama, yakni
saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa setiap
warga negara mendapatkan perlakuan yang sama dan tidask diskriminatif di mata hukum,
karena Indonesia berdasarkan atas negara hukum. Mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Menempatkan manusia
sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Bertingkah laku sesuai dengan adab dan norma yang berlaku di masyarakat.
Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang
mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah
membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Penduduk Indonesia
adalah satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.
Sila Keempat : Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan keputusan
hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan hanya
mementingkan segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan
anarkisme. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Melakukan musyawarah,
artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan
bersama. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Mengandung makna bahwa 
setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan kehhidupan yang layak sesuai dengan
amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan. mengandung arti bersikap adil terhadap
sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran yang merata bagi
seluruh rakyat. Seluruh kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi kepentingan bersama
menurut potensi masing-masing. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk
perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara
merata. Penghidupan disini tidak hanya hak untuk hidup, akan tetapi juga kesetaraan
dalam hal mengenyam pendidikan.
Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila sangatlah beruntung karena
Pancasila memiliki kekuatan yang besar dalam menjaga keutuhan bangsa. Indonesia
termasuk negara berkembang, sehingga masih banyak permasalahan yang terjadi baik di
bidang ekonomi, sosial, politik, dll. Jika kita perhatikan negara maju saja masih memiliki
beberapa permasalahan apalagi dibandingkan dengan negara yang berkembang dan
Indonesia adalah satu diantara negara berkembang.
Masalah yang terjadi di Indonesia saling berkaitan satu sama lain. Sudah semestinya
pemerintah dan masyarakat menjalin hubungan kerja sama dengan baik. Pemerintah harus
memulai hubungan yang baik dengan rakyat tidak hanya menjalin hubungan yang erat dan
baik kepada sesama negara. Sebaliknya masyarakat juga harus berbenah diri karena
dukungan dan partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk mempercepat penyelesaian
segala permasalahan yang ada.
Berikut adalah masalah-masalah yang terjadi di Indonesia dan peran Pancasila sebagai
solusi dari setiap masalah yakni sebagai berikut :
1. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah utama yang melanda Indonesia. Hampir di setiap
sudut ditemukan pemukiman kumuh. Ada sekitar 30 juta rakyat Indonesia yang hidup
sangat miskin. Penyebab utama kemiskinan adalah ledakan penduduk yang tidak disertai
dengan peningkatan kualitas penduduk tersebut ditambah lagi dengan kebutuhan hidup
yang makin kompleks dan mahal. Masalah ini dapat diatasi dengan menerapkan kesemua
sila Pancasila terutama sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran
agama islam apabila kita mendekatkan diri kepada Allah, menjalankan segala perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya dan Insya Allah akan memberikan kemudahan dalam
memperoleh rezeki yang halal dan dalam jumlah yang banyak. Namun perlu kita sadari
bahwa rezeki yang dikasi kepada kita bukan hanya seputar uang melainkan kehidupan
kekeluargaan yang harmonis, kesehatan, kebahagiaan, mendapatkan teman atau tetangga
yang baik dan lain-lainnya. Negara Indonesia seperti yang kita ketahui mayoritas
rakyatnya beragama islam. Apabila rakyat muslim Indonesia memiliki iman yang kuat dan
tidak goyah oleh godaan apapun dan tidak melupakan sang Penciptanya maka negara ini
memperoleh banyak rezeki dan akan terhindar dari kemiskinan.
Pancasila dan Krisis Ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi pada masa Orba ternyata tidak
berkelanjutan karena terjadinya berbagai ketimpangan ekonomi yang besar, baik
antargolongan, antara daerah, dan antara sektor akhirnya melahirkan krisis ekonomi.
Krisis ini semula berawal dari perubahan kurs dolar yang begitu tinggi, kemudian menjalar
ke krisis ekonomi, dan akhirnya krisis kepercayaan pada segenap sektor tidak hanya
ekonomi.
Kegagalan ekonomi ini disebabkan antara lain oleh tidak diterapkannya prinsip-
prinsip ekonomi dalam kelembagaan, ketidak- merataan ekonomi, dan lain-lain. yang juga
dipicu dengan maraknya praktek monopoli, Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme oleh para
penyelenggara negara
Sistem ekonomi Indonesia yang mendasarkan diri pada filsafat Pancasila serta
konstitusi UUD 1945, dan landasan operasionalnya GBHN sering disebut Sistem Ekonomi
Pancasila. Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam Sistem Ekonomi Pancasila antara
lain: mengenal etik dan moral agama, tidak semata-mata mengejar materi. mencerminkan
hakikat kemusiaan, yang memiliki unsur jiwa-raga, sebagai makhluk individu-sosial,
sebagai makhluk Tuhan-pribadi mandiri. Sistem demikian tidak mengenal eksploitasi
manusia atas manusia, menjunjung tinggi kebersamaan, kekeluargaan, dan kemitraan,
mengutamakan hajat hidup rakyat banyak, dan menitikberatkan pada kemakmuran
masyarakat bukan kemakmuran individu.
Sistem ekonomi Pancasila dibangun di atas landasan konstitusional UUD 1945,
pasal 33 yang mengandung ajaran bahwa (1) Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan
oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial, dan moral; (2) Seluruh warga masyarakat
bertekad untuk mewujudkan kemerataan sosial yaitu tidak membiarkan adanya
ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial; (3) Seluruh pelaku ekonomi yaitu
produsen, konsumen, dan pemerintah selalu bersemangat nasionalistik, yaitu dalam setiap
putusan-putusan ekonominya menomorsatukan tujuan terwujud-nya perekonomian
nasional yang kuat dan tangguh; (4) Koperasi dan bekerja secara kooperatif selalu
menjiwai pelaku ekonomi warga masyarakat. Demokrasi ekonomi atau ekonomi
kerakyatan dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; (5)
Perekono-mian nasional yang amat luas terus-menerus diupayakan adanya keseimbangan
antara perencanaan nasional dengan peningkatan desentralisasi serta otonomi daerah.
hanya melalui partisipasi daerah secara aktif aturan main keadilan ekonomi dapat berjalan
selanjutnya menghasilkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Masalah Korupsi Yang Merajalela.
Indonesia adalah negara yang sangat akrab dengan korupsi. Bahkan sejak zaman kerajaan
nusantara menguasai Indonesia, korupsi telah tumbuh dan mendarah daging. Kasus-kasus
korupsi di Indonesia adalah masalah yang besar. Meski demikian, permasalahan ini tak
kunjung selesai. Bahkan seiring berkembangnya waktu, kasus korupsi semakin meningkat
dan tak jelas penyelesainnya.
Sebut saja kasus bailout Bank Century, lalu masalah dana sogokan BLBI. Kasus semacam
ini telah ada selama bertahun-tahun. Namun nyatanya pemerintah tak juga
menyelesaikannya. KPK, sebuah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah juga nampak
kesulitan. Korupsi besar adalah korupsi yang sangat terstruktur. Banyak pihak yang terkait
di dalamnya. Itulah mengapa permasalahan ini tak bisa diselesaikan secepat mungkin. Bisa
jadi kasus ini mendapat backingorang hebat di negeri ini.
Tindakan Korupsi sungguh sangat merugikan negara, sehingga disebut sebagai
Kejahatan Luar Biasa. Mereka yang melakukan korupsi adalah pencuri berdasi yang
mengambil bukan haknya melainkan hak rakyat dan pencurian uang itu tidak berjumlah
sedikit miliaran bahkan triliunan. Negara kita pada dasarnya memiliki kekayaan atau dana
yang cukup untuk mensejahterkan rakyatnya namun dikarenakan negara ini dikerumi oleh
para koruptor sehingga uang negara terbuang sia-sia dan mengakibatkan kesengsaraan
bagi rakayt. Kurangnya efek jera menjadi penyebab utama korupsi ini. Negara lain sudah
menerapkan hukuman berat bagi pelaku korupsi. Seperti di Arab Saudi yang dihukum
potong tangan. Bahkan Tiongkok menerapkan hukuman mati. Hukuman-hukuman diatas
tidak dapat diberlakukan di Indonesia dikarenakan adanya HAM. Mereka para koruptor
yang terbukti bersalah dihukum potong tangan ataupu hukuman mati dianggap melangar
HAM. Pertanyaannya apakah mereka yang mencuri uang rakyat dalam jumlah yang besar
bukan suatu pelanggaran HAM ? Permasalahan ini dapat diatasi oleh sila pertama. Dalam
hukum agama Islam orang yang mencuri atau mengambil hak orang lain akan
mendapatkan hukuman potong tangan agar tidak ada yang mengikuti jejak orang tersebut
ini adalah hukuman yang dapat memberikan efek jera. Para koruptor tentu ada yang
beragama Islam dalam KTP-nya nah hal ini dapat diberlakukan hukuman potong tangan.
Namun hal ini perlu pembuktian yang konkrit dan dalam proses yang benar agar tidak
terjadi kesalahan dalam menerapkan hukum. 
3. Permasalahan dan Pelanggaran HAM.
Sederetan kasus pelanggaran HAM ternyata juga banyak bermunculan di Indonesia.
Masalah ini hadir sejak puluhan tahun yang lalu. Namun pemerintah saat ini bahkan
pendahulunya tak mampu menuntaskannya hingga benar-benar clear! Alasan para
pemimpin biasanya mereka berfokus pada masalah ekonomi. Namun bualan seperti ini
sebenarnya hanyalah alasan agar terhindar dari tanggung jawab konstitusional untuk
menuntaskan pelanggaran HAM.
Beberapa kasus besar pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia dan tak kunjung
diselesaikan adalah kasus pembunuhan massal 1965, saat itu anggota PKI dibantai habis-
habisan. Selain itu kasus-kasus yang terjadi di tahun 1998 seperti penembakan Mahasiswa
Trisakti dan kasus Semanggi. Kasus lain yang wajib diselesaikan adalah pelanggaran
HAM di Timor Leste dan kasus penembak misterius.
Hak asasi manusia menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, adalah hak yang melekat pada
kemanusiaan, yang tanpa hak itu mustahil manusia hidup sebagaimana layaknya manusia.
Dengan demikian eksistensi hak asasi manusia dipandang sebagai aksioma yang bersifat
given, dalam arti kebenarannya seyogianya dapat dirasakan secara langsung dan tidak
memerlukan penjelasan lebih lanjut (Anhar Gonggong, dkk., 1995: 60).
Masalah HAM merupakan masalah yang kompleks, setidak-tidaknya ada tiga masalah
utama yang harus dicermati dalam membahas masalah HAM, antara lain: Pertama, HAM
merupakan masalah yang sedang hangat dibicarakan, karena (1) topik HAM merupakan
salah satu di antara tiga masalah utama yang menjadi keprihatinan dunia. Ketiga topik
yang memprihatinkan itu antara lain: HAM, demokratisasi dan pelestarian lingkungan
hidup. (2) Isu HAM selalu diangkat oleh media massa setiap bulan Desember sebagai
peringatan diterimanya Piagam Hak Asasi Manusia oleh Sidang Umum PBB tanggal 10
Desember 1948. (3) Masalah HAM secara khusus kadang dikaitkan dengan hubungan
bilateral antara negara donor dan penerima bantuan. Isu HAM sering dijadikan a kata
untuk penekanan secara ekonomis dan politis.
Kedua, HAM sarat dengan masalah tarik ulur antara paham universalisme dan
partikularisme. Paham universalisme menganggap HAM itu ukurannya bersifat universal
diterapkan di semua penjuru dunia. Sementara paham partikularisme memandang bahwa
setiap bangsa memiliki persepsi yang khas tentang HAM sesuai dengan latar belakang
historis kulturalnya, sehingga setiap bangsa dibenarkan memiliki ukuran dan kriteria
tersendiri.
Ketiga, Ada tiga tataran diskusi tentang HAM, yaitu (1) tataran filosofis, yang melihat
HAM sebagai prinsip moral umum dan berlaku universal karena menyangkut ciri
kemanusiaan yang paling asasi. (2) tataran ideologis, yang melihat HAM dalam kaitannya
dengan hak-hak kewarganegaraan, sifatnya a katas n, karena terkait dengan bangsa atau
negara tertentu. (3) tataran kebijakan praktis sifatnya sangat a katas n karena
memperhatikan situasi dan kondisi yang sifatnya a katas n.
Pandangan bangsa Indonesia tentang Hak asasi manusia dapat ditinjau dapat dilacak
dalam Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh UUD 1945, Tap-Tap MPR dan Undang-
undang. Hak asasi manusia dalam Pembukaan UUD 1945 masih bersifat sangat umum,
uraian lebih rinci dijabarkan dalam Batang Tubuh UUD 1945, antara lain: a katas
kewarganegaraan (pasal 26 ayat 1, 2); Hak kebebasan beragama (Pasal 29 ayat 2); a katas
kedudukan yang sama di dalam a ka dan pemerintahan (Pasal 27 ayat 1); a katas
kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (Pasal 28); a katas a
katas n (Pasal 31 ayat 1, 2); a katas kesejahteraan a kat (Pasal 27 ayat 2, Pasal 33 ayat 3,
Pasal 34). Catatan penting berkaitan dengan masalah HAM dalam UUD 1945, antara lain:
pertama, UUD 1945 dibuat sebelum dikeluarkannya Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948, sehingga tidak secara eksplisit
menyebut Hak asasi manusia, namun yang disebut-sebut adalah hak-hak warga negara.
Kedua, Mengingat UUD 1945 tidak mengatur ketentuan HAM sebanyak pengaturan
konstitusi RIS dan UUDS 1950, namun mendelegasikan pengaturannya dalam bentuk
Undang-undang yang diserahkan kepada DPR dan Presiden.
Masalah HAM juga diatur dalam Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak
Asasi Manusia. Tap MPR ini memuat Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap
Hak Asasi Manusia serta Piagam Hak Asasi Manusia.
Pada bagian pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak asasi manusia, terdiri
dari pendahuluan, landasan, sejarah, pendekatan dan substansi, serta pemahaman hak asasi
manusia bagi bangsa Indonesia. Pada bagian Piagam Hak Asasi Manusia terdiri dari
pembukaan dan batang tubuh yang terdiri dari 10 bab 44 pasal
Pada pasal-pasal Piagam HAM ini diatur secara eksplisit antara lain:
1. Hak untuk hidup
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3. Hak mengembangkan diri
4. Hak keadilan
5. Hak kemerdekaan
6. a katas kebebasan informasi
7. Hak keamanan
8. Hak kesejahteraan
9. Kewajiban menghormati hak orang lain dan kewajiban membela negara
10. Hak perlindungan dan pemajuan.
Catatan penting tentang ketetapan MPR tentang HAM ini adalah Tap ini merupakan
upaya penjabaran lebih lanjut tentang HAM yang bersumber pada UUD 1945 dengan
mempertimbangkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa
4. Penegakan Hukum Tajam Kebawah Tumpul Keatas.
Negara Indonesia adalah negara hukum, tapi kenapa hanya rakyat kecil yang
dihukum? Penyebabnya karena hukum di Indonesia masih bisa dipermainkan. Orang kaya
masih bisa terbebas dari jeratan hukum. Jangan dulu melihat kasus-kasus hukum yang
besar, kita masih bisa melihat di sekitar kita. Terutama saat ditilang polisi. Apa yang
biasanya dilakukan? Tentu saja menyuap polisi tersebut. Kalau terus saja dibiarkan begini,
hancurlah Indonesia. Hal ini dapat diatasi dengan mengamalkan Pancasila terutama sila
kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hukum yang tertulis maupun tidak tertulis
telah dibuat dengan banyak pertimbangan dengan hasil berupa peraturan yang tegas
namun dalam pelaksanaanya yang dilaksanakan oleh manusia sebagai pelaku tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu sebelum menjalankan aturan negara
sebaiknya berbenah diri dahulu. Agar tindakan kita sesuai dengan peraturan yang telah
dibuat.
Hukum adalah sesuatu yang sangat penting di semua negara termasuk di Indonesia.
Namun sayangnya permasalahan hukum di Indonesia begitu pelik hingga masyarakat tak
percaya lagi dengan pengadilan. Banyak sekali kasus-kasus yang janggal hingga
memenangkan pihak yang seharusnya salah. Hukum di Indonesia sudah seperti barang
dagangan yang bisa dibeli dan juga dijual.
Banyak sekali mafia hukum di Indonesia saat ini. Masalah ini terus memburuk dari tahun
ke tahun. Sayangnya pemerintah seperti tidak mau menoleh. Mereka menganggap jika
hukum di Indonesia telah berjalan dengan baik. Namun sesungguhnya banyak sekali
kecurangan dan ketidak adilan yang justru dilakukan oleh mereka yang katanya
menegakkan keadilan.
Itulah lima masalah yang tak kunjung mendapatkan kejelasan di Indonesia. Jika masalah
di atas terus dibiarkan maka Indonesia tidak akan bisa menjadi negara yang maju. Bahkan
kemunduran adalah kemungkinan yang bisa dialami Indonesia.

5. Kualitas Pendidikan Yang Rendah.


Sistem pendidikan di Indonesia bisa dikatakan sangat buruk. Biaya sekolah yang
semakin mahal tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan. Memang siswa selalu lulus
dengan nilai sangat baik, tetapi angka tersebut hanya diatas kertas. Buktinya kualitas
penduduk Indonesia masih sangat rendah dibandingkan di negara lain. Tak heran kita
selalu mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri sementara kita selalu mengirim tenaga
kerja ke luar negeri sebagai buruh atau pembantu. Kualitas pendidikan dinegara Indonesia
memang tergolong rendah hal ini disebabkan tingkat kepedulian yang lemah antara sesama
masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dikendalikan oleh penerapan sila keempat,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan. Pemerintah berperan penting dalam hal ini, kondisi bangunan sekolah di
beberapa daerah sudah tidak layak di jadikan gedung sekolah. Daripada memberi
tunjangan kepada anggota DPR lebih baik dana tersebut dipergunakan untuk
memperbaikan sekolah-sekolah beserta fasilitasnya dan membangun jembatan menuju dari
lingkungan pemukiman menuju sekolah yang dibatasi oleh sungai. Selain itu sistem
pendidikan di Indonesia yang menekan siswanya untuk belajar dalam jangka waktu yang
sangat panjang. Hal ini sama sekali tidak efektif bagi siswa karena dalam dunia
pendidikan mereka juga dibebani dengn tugas yang banyak yang belum lagi mereka
dituntut untuk mengikuti berbagai ekstrakulikuler, organisasi dan kegiatan lainnya. Hal ini
membuat sebagian siswa merasa terbebani hingga memutuskan tidak sekolah dan ada yang
merasa stress karena terlalu banyak beban yang ditimpakan kepadanya. Pemerintahan
hanya membuat sistem dan kulikulum namun mereka tidak merasakan betapa beratnya
kebijakan tersebut.
6. Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Belum Untuk Kemakmuran Rakyat.
Sampai sekarang kita tidak bisa mencapai swasembada beras. Padahal Indonesia
adalah negara agraris yang sangat luas. Namun karena kesejahteraan petani tidak pernah
diperhatikan, banyak dari mereka yang menjual lahan pertaniannya dan dialih fungsikan
menjadi perumahan. Kita juga tidak pernah menikmati hasil bumi kita yang melimpah
secara utuh. Justru pihak asing yang mengelola dan mengambil hasil pertambangan kita,
sedangkan kita hanya mendapatkan pemasukan dari pajak dan upah buruh. Hal ini juga
dapat diatas dengan sila kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Seharusnya
pemerintah membuat suatu program dukungan kepada petani memberikan segala yang
dibutuhkan petani agar menumbuhkan semangat mereka untuk menanam padi di lahan
negara. Hal ini jelas akan membantu perekonomian negara kita tidak perlu lagi membeli
beras dari negara lain. Seharusnya pemerintah menjaga keutuhan negara termasuk lahan
masyarakat agar pengusaha asing tidak membeli tanah mereka. Apabila mereka menjual
tanah, mereka tidak dapat merasakan kehidupan yang makmur dalam jangka waktu yang
lama sedangkan jika mereka tidak menjual tanah dan memanfaatkan lahannya untuk
bertani maka itu lebih bermanfaat dan akan menjamin kehidupannya lebih lama.
7. Kasus SARA Yang Merajalela.

Indonesia adalah negara yang memiliki banyak sekali suku bangsa. Selain itu negara ini
juga memiliki 6 agama resmi dijalankan secara berdampingan. Itulah Bhinneka Tunggal
Ika yang menjadi semboyan Indonesia. Sayangnya dalam beberapa hal, keberagaman ini
justru menjadi masalah yang sangat besar. Bahkan bisa memicu suatu bentrokan hingga
perang.
Terbaru adalah masalah terbaru adalah kasus pembakaran Masjid di Tolikara dan
pembakaran Gereja di Singkil. Masalah seperti ini harusnya bisa diselesaikan dengan baik.
Dengan begitu di kemudian hari tak akan bermunculan kasus yang sama. Sebelum ini juga
pernah ada kasus di kerusuhan Ambon serta ricuh di Sampit bertahun silam.
Indonesia adalah negara yang memiliki suku bangsa dan agama yang beragam. Di
sekitar kita mungkin kehidupan antara umat beragaman sudah rukun. Tetapi di beberapa
tempat masih saja ada kasus yang menyangkut SARA. Seperti meminta seorang pemimpin
untuk turun hanya karena agamanya tidak sama dengan agama mayoritas, perusakan
tempat ibadah, terorisme, pertikaian antar suku, dan saling ejek antar agama di dunia
maya. Jika masalah ini dibiarkan terjadi, maka akan terjadi disintegrasi bangsa dan sangat
berbahaya bagi kedaulatan bangsa. Hal ini dapat dikendalikan dengan sila ketiga Persatuan
Indonesia. Negara ini kaya akan kebudayaan yang berbeda namun ini kembali pada kita
semua tugas kita sebagai sesama bangsa Indonesia yang memiliki latar belakang dan
tujuan yang sama, kita memiliki nasib yang sama. Sebagai mahasiswa yang memiliki
pendidikan tinggi dapat membantu hal ini dengan kuliah kerja lapangan yang
dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kita dapat menyebarkan nilai-nilai Pancasila, rasa
nasionalisme yang tinggi, rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi karena kita memiliki
tujuan dan latar belakang yang sama meskipun kita dibedakan oleh suku, ras dan agama
hal itu tidak dapat memisahkan nasib kita. Hal ini kita sebarkan kepada mereka yang jauh
dari perhatian pemerintahan. Walaupun hal ini memiliki tanggung jawab yang besar dan
resiko yang tinggi. Bisa saja dalam penyebaran kebaikan untuk memperkuat rasa
persatuan, kita harus mempertaruhkan keselamatan dan nyawa seperti halnya di daerah
pulau Papua.
Konflik itu dapat berupa konflik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal
misalnya antara si kuat dengan si lemah, antara penguasa dengan rakyat, antara mayoritas
dengan minoritas, dan sebagainya. Sementara itu konflik horisontal ditunjukkan misalnya
konflik antarumat beragama, antarsuku, atarras, antargolongan dan sebagainya. Jurang
pemisah ini merupakan potensi bagi munculnya konflik.
Data-data empiris menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
tersusun atas berbagai unsur yang sangat pluralistik, baik ditinjau dari suku, agama, ras,
dan golongan. Pluralitas ini di satu pihak dapat merupakan potensi yang sangat besar
dalam pembangunan bangsa, namun di lain pihak juga merupakan sumber potensial bagi
munculnya berbagai konflik yang mengarah pada disintegrasi bangsa.
Pada prinsipnya Pancasila dibangun di atas kesadaran adanya kompleksitas,
heterogenitas atau pluralitas kenyataan dan pandangan. Artinya segala sesuatu yang
mengatasnamakan Pancasila tetapi tidak memperhatikan prinsip ini, maka akan gagal.
Berbagai ketentuan normatif tersebut antara lain: Pertama, Sila ke-3 Pancasila
secara eksplisit disebutkan “Persatuan Indonesia”. Kedua, Penjelasan UUD 1945 tentang
Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan terutama pokok pikiran pertama. Ketiga, Pasal-
Pasal UUD 1945 tentang Warga Negara, terutama tentang hak-hak menjadi warga negara.
Keempat, Pengakuan terhadap keunikan dan kekhasan yang berasal dari berbagai daerah
di Indonesia juga diakui, (1) seperti yang terdapat dalam penjelasan UUD 1945 tentang
Pemerintahan Daerah yang mengakui kekhasan daerah, (2) Penjelasan Pasal 32 UUD 1945
tentang puncak-puncak kebudayaan daerah dan penerimaan atas budaya asing yang sesuai
dengan budaya Indonesia; (3) penjelasan Pasal 36 tentang peng-hormatan terhadap
bahasa-bahasa daerah. Kiranya dapat disimpulkan bahwa secara normatif, para founding
fathers negara Indonesia sangat menjunjung tinggi pluralitas yang ada di dalam bangsa
Indonesia, baik pluralitas pemerintahan daerah, kebudayaan, bahasa dan lain-lain.Justru
pluralitas itu merupakan aset yang sangat berharga bagi kejayaan bangsa.
Beberapa prinsip yang dapat digali dari Pancasila sebagai alternatif pemikiran dalam
rangka menyelesaikan masalah SARA ini antara lain: Pertama, Pancasila merupakan
paham yang mengakui adanya pluralitas kenyataan, namun mencoba merangkumnya
dalam satu wadah ke-indonesiaan. Kesatuan tidak boleh menghilangkan pluralitas yang
ada, sebaliknya pluralitas tidak boleh menghancurkan persatuan Indonesia. Implikasi dari
paham ini adalah berbagai produk hukum dan perundangan yang tidak sejalan dengan
pandangan ini perlu ditinjau kembali, kalau perlu dicabut, karena jika tidak akan
membawa risiko sosial politik yang tinggi. Kedua, sumber bahan Pancasila adalah di
dalam tri prakara, yaitu dari nilai-nilai keagamaan, adat istiadat dan kebiasaan dalam
kehidupan bernegara yang diterima oleh masyarakat. Dalam konteks ini pemikiran tentang
toleransi, kerukunan, persatuan, dan sebagainya idealnya digali dari nilai-nilai agama, adat
istiadat, dan kebiasaan kehidupan bernegera yang diterima oleh masyarakat
8. Kesenjangan Sosial
Ini sudah biasa terjadi di negara kita dimana orang kaya akan tetap kaya sampai
tujuh turunan, sedangkan orang miskin tetaplah miskin walau sekeras apapun dia bekerja.
Tidak hanya itu mereka yang kaya tidak merasa puas apalagi bersyukur akan harta yang
mereka miliki. Begitu pula dengan orang-orang yang berada di kalangan bawah merasa
susah menjalankan hidup akhirnya mereka melakukan hal-hal yang seharusnya mereka
tidak lakukan yang mengakibatkan marak kriminalitas di Indonesia. Hal ini dapat
dikendalikan dengan sila kelima yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pemerintah sebaiknya mengendalikan hal ini dengan membatasi kekayaan orang-orang
kaya di Indonesia. Mereka yang memiliki uang tidak terhingga melebihi kebutuhan akan
dirinya lebih baik menyumbangkan hartanya kepada masyarakat. Pengusaha yang kaya di
undang dalam suatu perkumpulan untuk melakukan bantuan kepada rakyat Indonesia.
Namun perlu diingat sebagai orang yang memiliki keungan yang tinggi tidaklah
sepatutnya berbangga dan menyombongkan diri apalagi merendahkan rakyat miskin.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Muridan S Widjojo, menyatakan masalah
Papua harus diselesaikan lewat jalan dialog dengan para tokoh setempat untuk dapat
memulihkan kepercayaan politik bergabung dengan Indonesia. Menurut Muridan, kebuntuan
politik sudah meluas dan lama sehingga menjadi kompleks."Sehingga ada kesulitan
menemukan apa sebenarnya akar masalahnya,". Maka dialog menjadi penting untuk
membuat masyarakat Papua dan Pemerintah Indonesia bersepakat mengenai akar masalah itu
dulu."
Persepsi tentang akar masalah Papua versi pemerintah -bahwa semua disebabkan faktor
kesejahteraan yang kurang sehingga muncul keinginan Papua untuk merdeka-, menurut
Muridan, tidak dibenarkan oleh masyarakat Papua sendiri. "Mereka bilang tidak seperti itu.
Nah oleh karena itu, ini perlu dibentuk suatu kesepakatan dulu. Dialog akan membuka jalan
untuk itu,. Lewat dialog, akan menyepakati masalah dan menemukan jalan untuk
menyelesaikan masalah itu. 
Menurut studi yang dilakukan LIPI, Muridan menjelaskan, ada 4 akar masalah di Papua.
Pertama, masalah sejarah dan status politik integrasi Papua ke Indonesia. "Orang Papua
masih belum merasa bahwa proses integrasi ke dalam Indonesia itu benar. Itu harus
dibicarakan," kata Muridan.
Kedua, masalah operasi militer yang terjadi karena konflik tersebut di atas yang tak
terselesaikan. Operasi militer yang berlangsung sejak tahun 1965 hingga kini, membuat
masyarakat Papua memiliki catatan panjang mengenai kekerasan negara dan pelanggaran hak
asasi manusia. "Itu membuat masyarakat Papua semakin sakit hati terhadap Indonesia. Luka
kolektif itu terpendam lama dan selalu mereka sosialisasikan itu di honai-honai (rumah).
Oleh karena itu, fenomena gerakan generasi muda Papua yang lebih radikal dapat dipahami
dengan penjelasan di atas. "Karena itu, kekerasan negara dan pelanggaran HAM yang tak
pernah kita pertanggungjawabkan,".
Ketiga, semua hal di atas membuat masyarakat Papua timbul stigma sebagai orang yang
termarjinalisasikan. "Dengan migrasi, pembangunan, dan lain-lain yang tidak melibatkan
orang Papua, maka mereka merasa tersingkir,".
Jika sudah merasa tersingkir dengan kenyataan kondisi pendidkan dan kesehatan yang buruk,
lanjut Muridan, masyarakat Papua semakin merasa terdiskriminasi oleh proses modernisasi.
"Kalau Anda kurang gizi dan bodoh, maka Anda tidak akan dapat pekerjaan yang baik. Di
situ Anda terdiskriminasi oleh struktur,".
Keempat, kegagalan pembangunan Papua. "Kita gagal membangun. Ukurannya sederhana
saja, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat,". Kenyataan di Papua, lanjut Muridan,
mudah sekali menemukan sekolah yang tidak berjalan proses belajar mengajar karena tidak
ada guru dan juga puskesmas yang kosong karena tidak ada tenaga medis dan obat-obatan.
 
9. Kemacetan, Polusi dan Kebaran Hutan.
Di beberapa kota besar di Indonesia, kemacetan, Polusi, dan Kebakaran hutan sudah
menjadi hal yang lumrah. Kemacetan disebabkan oleh penggunaan kendaraan bermotor
yang meningkat dan banyak orang yang lebih memilih menggunakan kendaraan bermotor
ketimbang bersepeda walaupun jarak tempuhnya cukup dekat.
Contohlah Singapura dimana penduduknya setiap hari menggunakan angkutan
umum dan mau berjalan menuju tempat kerjanya. Hal ini dapat dikendalikan dengan
mengamalkan sila kedua Kemanusian yang adil dan beradab. Andai saja kita memiliki
jiwa kepedulian yang tinggi, menahan diri dari keinginan yang membuat kita bersifat
boros, berjiwa mau mengalah, kedisiplinan yang tinggi serta keinginan untuk sehat yang
tinggi maka kemacetan tidak akan dijumpai dinegara kita. Mereka yang perduli sesama
akan menolong siapapun tanpa pamrih saat berkendara baik itu angkotan umum, maupun
pribadi. Sebaiknya pemerintah menekan angka kemacetan, polusi dan kebakaran hutan
dengan melarang setiap warga negara Indonesia menggunakan kendaraan yang dapat
menyebabkan Polusi, melarang membuka lahan dengan membakar, serta menerapkan
hukuman yang berat kepada para pelaku.
Masalah lingkungan yang dihadapi dewasa ini pada dasarnya adalah masalah ekologi
manusia. Masalah itu timbul karena perubahan lingkungan yang menyebabkan lingkungan itu
kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia. Jika hal ini tidak segera diatasi
pada akhirnya berdampak kepada terganggunya kesejahteraan manusia.
Kerusakan lingkungan yang terjadi dikarenakan eksplorasi sumberdaya alam untuk
memenuhi kebutuhan manusia tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Kerusakan
lingkungan ini telah mengganggu proses alam, sehingga banyak fungsi ekologi alam
terganggu.
Masalah lingkungan tidak berdiri sendiri, tetapi  selalu saling terkait erat. Keterkaitan antara
masalah satu dengan yang lain disebabkan karena sebuah faktor merupakan sebab
berbagai masalah, sebuah faktor mempunyai pengaruh yang berbeda dan interaksi antar
berbagai masalah dan dampak yang ditimbulkan bersifat kumulatif (Soedradjad, 1999).
Masalah lingkungan yang saling terkait erat antara lain adalah populasi manusia yang
berlebih, polusi, penurunan jumlah sumberdaya, perubahan lingkungan global dan perang.
1. Kerusakan Hutan
Masalah utama lingkungan adalah masalah kerusakan hutan. Sebagai contoh di Kabupaten
Lebong yang mempunyai hutan seluas 134.834,72 ha yang terdiri dari 20.777,40 ha hutan
lindung dan 114.057,72 ha berupa hutan konservasi, sebanyak 7.895,41 ha hutan lindung
dan 2.970,37 ha cagar alam telah mengalami kerusakan. Kerusakan hutan di
kabupaten/kota lain di Propinsi Bengkulu lebih parah lagi.
Kondisi kawasan hutan yang telah rusak tersebut disebabkan antara lain oleh adanya ilegal
logging dan perambahan hutan.Perambahan hutan pada umumnya bertujuan untuk
keperluan perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kopi dll. Bahkan TNKS juga tidak luput
dari kegiatan ilegal logging. Hal ini dapat dibuktikan dengan gundulnya hutan di wilayah
TNKS.
Kerusakan hutan juga disebabkan oleh kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini dari tahun ke
tahun bertambah luas. Pada tahun 1997 luas kebakaran hutan seluas 2.091 ha dengan 31
titik api. Pada tahun 2006 sebagai akibat kemarau yang panjang kebakaran hutan semakin
luas yang mengakibatkan tebalnya asap di udara yang  dapat menimbulkan berbagai
masalah.
Penyebab kebakaran hutan dan lahan antara lain adalah adanya peningkatan kegiatan
pertanian seperti perkebunan, pertanian rakyat, perladangan, pemukiman, transmigrasi dll.,
terjadi secara alamiah seperti musim kemarau yang panjang, kecerobohan masyarakat dll.
Dampak negatif kebakaran hutan dan lahan antara lain adalah penurunan keanekaragaman
hayati (ekosistem, spesies dan genetik), habitat rusak, terganggunya keseimbangan
biologis (flora, fauna, mikroba); gangguan asap, erosi, banjir, longsor, terbatas jarak
pandang; meningkatnya gas-gas rumah kaca, CO dan hidrokarbon, gangguan metabolisme
tanaman dan perubahan iklim.
Sebab lain kerusakan hutan antara lain: 1) persepsi masyarakat bahwa hutan masih terbatas
untuk kepentingan ekonomi; 2) adanya konflik kepentingan; 3) laju perusakan hutan tidak
sebanding dengan upaya perlindungan; 4) masih luasnya lahan kritis di luar hutan karena
pengelolaan lahan secara tradisional dan praktek perladangan berpindah; 5) belum
optimalnya penegakan hukum dalam percepatan penyelesaian pelanggaran/kejahatan di
bidang kehutanan (al. Perambahan hutan, ilegal logging dll.).
Upaya untuk memulihkan hutan yang rusak adalah sebagai berikut:
(1) dalam jangka pendek adalah penegakan hukum. Hal ini sangat penting untuk    
mencegah praktek-praktek ilegal logging dan perambahan hutan yang semakin luas.
(2) Hendaknya kegiatan pembangunan memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini
seringkali dilanggar oleh pelaksana pembangunan.
(3) Upaya penanaman kembali hutan yang telah rusak. Penghijauan telah dilakukan
namun belum efektif memulihkan kondisi hutan.
(4) Dalam jangka menengah dapat dilakukan sosialisasi dan pendidikan lingkungan
pada orang dewasa terutama yang tinggal di sekitar hutan lindung dan konservasi.
(5) Dalam jangka panjang pendidikan lingkungan menjadi salah satu pelajaran muatan
lokal baik di SD, SMP, SLTA maupun di perguruan tinggi.
Jenis- jenis Masalah Lingkungan hidup di dunia :
Pencemaran
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ atau
komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan
(komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/
udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Ada bebarapa jenis pencemaran di dunia yaitu :
Pencemaran air  : adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau  sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Pencemaran air
merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan
sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi
dan sumur). Telah dikatakan bahwa pousi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk
kematian dan penyakit,
Akibatnya :
         Dapat menyebabkan banjir
         Erosi
         Kekurangan sumber air
         Dapat membuat sumber penyakit
         Tanah Longsor
         Dapat merusak Ekosistem sungai
         Kerugian untuk Nelayan
Pencemaran udara : adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.
Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi
cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak
pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Hujan asam pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara
seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air
hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
         Mempengaruhi kualitas air permukaan
         Merusak tanaman
         Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi
kualitas air tanah dan air permukaan
         Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di
lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan
bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan
fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
         Peningkatan suhu rata-rata bumi
         Pencairan es di kutub
         Perubahan iklim regional dan global
         Perubahan siklus hidup flora dan fauna
         Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami
bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan
penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang
mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-
molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada
lapisan ozon.
Pencemaran Tanah : adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan
mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida;
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan
kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat (illegal dumping).
Dampaknya :
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.Perubahan
kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya
bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan
perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di
lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies
primer dari rantai makanan.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya
dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak
lanjutan pada konservasi tanaman dimana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah
dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada
kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
Penanganannya :
Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua
jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-siteadalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan
keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan
off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air). Menurut Dr. Anton Muhibuddin, salah satu mikroorganisme
yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah jamur vesikular arbuskular mikoriza (vam).
Jamur vam dapat berperan langsung maupun tidak langsung dalam remediasi tanah.
Berperan langsung, karena kemampuannya menyerap unsur logam dari dalam tanah dan
berperan tidak langsung karena menstimulir pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi
lain seperti bakteri tertentu, jamur dan sebagainya.
 Jenis-jenis Masalah lingkungan hidup di Indonesia :
Masalah Lingkungan hidup di Indonesia saat ini:
–          penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan;
–          polusi air dari limbah industri dan pertambangan;
–          polusi udara di daerah perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling
kotor ke 3 di dunia);
–          asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat
dipadamkan;
–          penghancuran terumbu karang;
–          pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju;
–          pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di
Sidoarjo, Jawa Timur;
–          hujan asam yang merupakan akibat dari polusi udara.
Pencegahan dan penanggulangan masalah lingkungan:
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan
tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus
melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar
manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara
bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan.

Upaya -Upaya Mengatasi Masalah Lingkungan Hidup.


Usaha Mengatasi berbagai Masalah Lingkungan Hidup Pada umumnya permasalahan yang
terjadi dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut:
1.      Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada pengelolaan
sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan
memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya.
2.      Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber daya
alam maka diperlukan penegakan hokum secara adil dan konsisten.
3.      Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup.
4.      Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat
dilakukan dengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi.
Pengelolaan Daur Ulang Sumber Daya alam Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan
dapat dikurangi dengan cara melakukan pengembangan usaha seperti mendaur ulang
bahan-bahan yang sebagian besar orang menganggap sampah
Sampah sebenarnya dapat dijadikan barang lain yang bisa bermanfaat dan tentunya dengan
pengolahan yang baik. Pengelolaan limbah sangat efisien dalam upaya untuk mengatasi
masalah lingkungan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengelolaan limbah
dengan menggunakan konsep daur ulang adalah sebagai berikut:
1.      Melakukan pengelompokan dan pemisahan limbah terlebih dahulu.
2.      Pengelolaan limbah menjadi barang yang bermanfaat serta memilki nilai ekonomis.
3.      Dalam pengolahan limbah juga harus mengembangkan penggunaan teknologi.
Permasalahan Sampah Yang Menumpuk
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk, membuat tingkat konsumsi meningkat dan
akhirnya membuat jumlah sampah semakin banyak permasalahan hukum di
Indonesia meningkat. Hal ini lah yang menjadi permasalahan di Indonesia, karena belum
adanya solusi untuk menganggulanginya. Hal ini tentunya membuat lingkungan menjadi
kotor dan tentu saja merugikan lingkungan. Nah berikut ini solusi yang bisa dilakukan:
         Membuat tempat pembuangan sampah terpadu, yang lokasinya agak jauh dari
pemukiman warga.
         Penerapan 4R yaitu Replace, Reduce, Reuse, serta Recycle.
         Membuat tempat sampah terpisah antara organik dan anorganik.
Rusaknya Ekosistem Laut
Pengambilan ikan yang masih menggunakan bahan kimia dan bahan peledak masih menjadi
tradisi bagi beberapa nelayan di Indonesia. Tentu saja ini merusak ekosistem laut,
termasuk terumbu karang. Seperti yang adan ketahui sendiri, terumbu karang menjadi
potensi alam di Indonesia. Untuk mengatasi ini, pentingnya peran pemerintah untuk
mengetatkan peraturan mengenai larangan pemakaian peledak dan bahan kimia.
Pencemaran Air Tanah

Masalah lainnya yang sering terjadi di Indonesia adalah pencemaran air tanah. Masalah ini
seringkali tentu saja menyebabkan berbagai jenis biota air menjadi rusak, mengancam
kesehatan penduduk di sekitar sumber air, banjir, langkanya air bersih, dan masih banyak
lainnya. Untuk mengatasinya, berikut ini solusi yang bisa dilakukan.
         Membatasi limbah yang bisa mencemari air tanah
         Mengawasi masyarakat serta lembaga-lembaga untuk menjaga sumber air.
         Pelaksanaan undang-undang lingkungan hidup
Pemanasan Global
Masalah ini sepertinya tak hanya terjadi di Indonesia saja, namun juga di berbagai negara-
negara di dunia. Bahkan dampak pemanasan global sudah mulai terlihat di daerah kutub
yang mulai mencair sehingga menyebabkan ketidak seimbangan lingkungan. Untuk
mengatasi pemanasan global, tentu saja anda harus mengurangi penggunaan gas-gas kimia
yang bisa merusak lapisan ozon dan atmosfer seperti gas freon yang ada pada AC atau
pendingin udara.
Langkanya Air
Berbeda dengan banjir, masalah yang satu ini justru membuat air semakin langka didapat.
Hal ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Sehingga membuat dampak macam-macam
bencana alam dan kelaparan dan kekeringan terjadi. Untuk mengatasi hal ini, pentingnya
kerja sama antara pemerintah dan warga untuk membangun sumber-sumber air baru,
mereboisasi hutan, dan hal lainnya yang membantu pengadaan sumber air.
Pencemaran Suara

Hal lainnya yang seringkali terjadi di Indonesia adalah mengenai pencemaran suara. Yang
dimaksud dengan pencemaran suara disini adalah ketika banyaknya bunyi atau suara yang
tak diinginkan masuk ke dalam pemukiman warga. Hal ini bisa sangat menganggu
aktifitas manusia dan bahkan mengganggu perkembangan psikologis. Untuk
mengatasinya, tentu saja dengan meredam kebisingan yang tak diinginkan, baik itu yang
berasal dari transportasi, pembangunan, elektronik, dan lainnya.

Berkurangnya Daerah Resapan Air


Pembangunan yang semakin meningkat di kota-kota besar membuat daerah resapan air
menjadi berkurang. Hal ini tentu saja membuat banjir menjadi keragaman suku bangsa dan
budaya sering melanda daerah-daerah tersebut. Untuk itu pentingnya peran pemerintah
untuk menganggulangi pembangunan-pembangunan agar tak mengurangi daerah resapan
air. Selain itu, pembangunan taman-taman kota sangat penting dilakukan.
Bangunan-Bangunan Liar dan Kumuh
Hal ini sepertinya sering terjadi di kota-kota besar. Banyaknya masyarakat serta daerah
pemukiman yang sedikit membuat bangunan liar dan kumuh ini merajalela di setaip sudut
kota. Tentu saja hal ini menjadikan pemandangan kota semakin kotor, kumuh, dan tak
terawat. Untuk mengatasi ini tentu saja harus ada pengurangan mengenai warga-warga
yang berdatangan untuk menetap di kota besar, pembuatan tempat tinggal/rusun, dan
lainnya.
Nah itu tadi beberapa permasalahan lingkungan serta solusi untuk menghadapinya. Yang kita
bahas terdapat ada 15 permasalahan yang sering terjadi dan ditemukan dibeberapa
lingkungan sekitar kita, semoga informasi diatas dapat bermanfaat untuk anda.

Kebakaran di hutan dan bekas lahan hutan terjadi di Indonesia setiap tahun saat musim
kering, khususnya di provinsi Riau, Kalimantan Barat, Jambi dan Kalimantan Tengah.
Asap menyebar ke negara-negara lain ini kebanyakan disebabkan oleh kebakaran di lahan
gambut.
Kebakaran berawal dan menyebar karena berbagai alasan, sehingga sangat menyesatkan
untuk berpikir bahwa “api” merupakan masalah—atau bahkan masalah tunggal. Faktor
kompleksitas sosioekonomi, ekologi dan tata pemerintahan terlibat, berarti bahwa masalah
dan solusinya berada di atas orang yang sebenarnya menyalakan api.
Mengapa orang melakukan pembakaran?
 Perusahaan besar menggunakan pembakaran untuk membersihkan lahan dalam
perkebunan minyak sawit dan kayu baik di wilayah gambut maupun non-gambut.
 Bagi masyarakat lokal dan petani kecil, pembakaran merupakan cara termurah dan
efektif untuk membersihkan lahan bagi pertanian potong-dan-bakar dan untuk
mengakses rawa-rawa.
 Pembakaran digunakan sebagai “senjata” dalam konflik tenurial lahan, biasanya
antara perusahaan dan masyarakat.
Bagaimana pengaruh iklim terhadap hal ini?
 Kejadian cuaca ekstrim, seperti ENSO (El Nino-Osilasi Selatan) dan kekeringan
panjang membuat wilayah cenderung mudah terbakar.
 Pengembangan skala besar, seperti perkebunan minyak sawit dan kayu, juga membuat
bentang alam cenderung lebih mudah terbakar menyusul terjadinya degradasi tanah
akibat penebangan dan pengeringan. Contohnya, penebangan hutan untuk konversi
lahan menjadi perkebunan minyak sawit lebih rentan terhadap kebakaran besar.
 Ketika lahan gambut dikeringkan berlebihan, seperti terjadi di pengembangan
perkebunan, lapisan atas mengering dan cenderung mudah terbakar.
 Vegetasi yang sering terbakar cenderung mudah terbakar.
 Pengembangan skala besar berkontribusi kepada perluasan penggunaan api oleh
masyarakat karena pengembangan menarik migran dan memperluas akses pada area
yang sebelumnya terpencil.
 Pengembangan skala besar dapat memicu konflik ketika masyarakat lokal merasa
lahan mereka direbut secara tidak adil.
Apa hukum di Indonesia yang melarang pembakaran?
 Pembakaran untuk membersihkan lahan dilarang di bawah hukum no. 32/2009
mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan dan Peraturan Pemerintah No.
4/2001 mengenai Pengelolaan Degradasi Lingkungan dan/atau Polusi berkaitan dengan
Hutan atau Kebakaran Lahan.
 Hukuman bagi mereka yang ditemukan melanggar Hukum No. 32/2009 termasuk
denda dan penjara.
 Menegakkan pembatasan hukum pada perusahaan besar terbukti sulit, sebagian
karena tanggungjawab terpecah-pecah pada tingkat berbeda pemerintah dan kehakiman.
 Mengumpulkan bukti cukup untuk mendukung tuntutan hukum menjadi berat. Dalam
beberapa kasus di pengadilan yang berupaya menuntut pembakar ilegal, baik
tanggungjawab kriminal atau kewajiban sipil terbukti sulit dibuktikan.
 Institusi lokal sering tidak memiliki kapasitas, sumber daya atau tekad politik untuk
menegakkan hukum; bagi pejabat regional menegakkan hukum larangan pembakaran
bisa jadi “bunuh diri politis”
 Riset tahun sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa perusahan besar lebih memilih
risiko bersalah dan membayar denda daripada mengeluarkan biaya untuk melakukan
tindakan pencegahan.
Apakah ada mekanisme lain yang bisa menolong?
 Moratorium hutan Indonesia, baru diperpanjang untuk dua tahun, melarang otoritas
mengeluarkan ijin baru untuk pengembangan di lahan gambut. Walaupun konversi
perkebunan minyak sawit dapat terus dilakukan untuk konsesi yang telah diberikan;
sebagiannya berada di lahan gambut.
 Pemerintah Indonesia memperkenalkan skema Indonesian Sustainable Palm
Oil (ISPO), yang melarang pembakaran dalam membangun perkebunan. Ini menjadi
wajib bagi semua perusahaan minyak sawit di Indonesia pada akhir 2014.
 Perusahaan yang berusaha patuh pada persyaratan Roundtable on Sustainable Palm
Oil harus tidak melakukan pembakaran dalam operasi lapangan; kepatuhan ini penting
jika perusahaan mau menjual minyak sawit pada pasar sensitif-lingkungan seperti Uni
Eropa.
Mengapa asap lebih buruk dalam beberapa tahun?
 Asap di Singapura dan tempat lain dihasilkan sebagian besar oleh kebakaran di lahan
gambut. Asap dari kebakaran jenis lahan lain kurang memberi kontribusi signifikan.
 Asap bisa disebabkan oleh pembakaran gambut terbaru, atau oleh api yang dinyalakan
terdahulu yang membara dan menyala kembali. Ketika musim kering, gambut di bawah
permukaan juga terjebak api dan membara selama berbulan-bulan.
 Asap berkepanjangan karena apinya juga. Api di gambut berada 3-4 meter di bawah
permukaan. Pemadam api harus memasukkan selang ke dalam gambut untuk merendam
api.
Apa implikasinya bagi upaya pengurangan emisi untuk mitigasi perubahan iklim?
 Kebakaran gambut adalah penyumbang utama emisi dari Indonesia. Menurut Second
National Communication Indonesia kepada U.N. Framework Convention on Climate
Change (UNFCCC), emisi gas rumah kaca dari kebakaran gambut meningkat dari
172,000 Gg CO2-eq. pada  2000 menjadi 451,000 in 2005.
 Kebakaran gambut menjadi sumber tunggal terbesar emisi gas rumah kaca pada 2005
(lebih besar dari energi), ketika kebakaran gambut tercatat mencapai 40 persen dari
emisi gas rumah kaca Indonesia.
 Sebuah asesmen 2009 dari Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
menyatakan bahwa, antara 2000 hingga 2006, emisi gas rumah kaca Indonesia berasal
dari kebakaran, oksidasi gambut dan kehilangan biomasa permukaan melalui
deforestasi mencapai rata-rata 903.000 Gg CO2 setiap tahun.
 Estimasi lain menempatkan lepasan karbon pada kebakaran 1997 adalah 1,45 Gt,
setara dengan 0,73 ppmv CO2, atau hampir separuh pertumbuhan CO2 atmosferik
global tahunan.
 Indonesia secara sukarela berkomitmen untuk memitigasi perubahan iklim dengan
mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada 2020 dan 41 persen pada
2050. Lebih dari separuh penurunan ini dimaksudkan berasal dari sektor
kehutanan/lahan gambut. Oleh karena itu, menghindari kebakaran gambut menjadi
krusial bagi Indonesia untuk mencapai target ini.
 Pada 1997-1998, emisi karbon sudah cukup tinggi untuk mendorong
Indonesia menjadi salah satu negara pembuat polusi terbesar dunia.
Apa hubungan antara minyak sawit dan krisis asap 2013?
 Krisis asap terkahir, setidaknya sebagian, disebabkan oleh pembersihan lahan bagi
pengusahaan perkebunan.
 Menurut blog World Resources Institue, 20 persen kebakaran dari 12-20 Juni berada
di konsesi minyak sawit, berdasarkan data satelit NASA dan dipetakan ke atas peta
konsesi Kementerian Kehutanan.
Seberapa besar krisis asap ini menyebabkan kerugian?
Terlalu dini untuk memberi estimasi menyeluruh kerugian kebakaran dan asap tahun ini
karena banyak kerugian yang harus dihitung:
–     Kerugian lahan pertanian, kayu, produk hutan non-kayu
–     Biaya pemadaman
–     Kerusakan infrastruktur
–     Gangguan kesehatan, pariwisata dan transportasi
–     Kerusakan layanan ekosistem hutan, seperti perlindungan banjir, pengaturan air,
proteksi pendangkalan, keragaman hayati serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
–     Emisi karbon
–     Penurunan produktivitas kerja
  Pada kebakaran 1997/1998, estimasi WWF dan Environmental Emergency Project
(EEP) Kementerian Kehutanan Indonesia memunculkan angka lebih dari 6 miliar dolar
AS.
 Berdasarkan harga pasar karbon 2004, emisi dari episode kebakaran 1997 berharga
sekitar 3,6 miliar dolar.
 Kebakaran 1997 memberi pengaruh buruk pada kesehatan, kemiskinan dan
penghidupan bagi 75 juta orang.
Apa yang bisa dilakukan untuk menghindari situasi berulang sendiri?
 Pemerintah Indonesia bisa:
o Menerapkan dan menegakkan larangan membakar lahan gambut. Indonesia
memiliki kapasitas teknologi dan penegak hukum untuk melakukan itu.
o Meningkatkan perencanaan spasial untuk melindungi lahan gambut dan hutan
bernilai karbon tinggi lain. Ini bisa menolong Indonesia mencapai kebijakan
“pertumbuhan hijau berkeadilan”, menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan
meningkatkan perlindungan lingkungan.
o Merehabilitasi lahan gambut, merupakan cara terbaik untuk mencegah api dan
dekomposisi gambut (sebagai sumber utama emisi karbon), karena gambut basah tidak
terbakar atau terdekomposisi.
o Terus melanjutkan moratorium hutan dan meluaskannya ke seluruh lahan
gambut.
o Menjamin bahwa setiap pembangunan yang melibatkan penggunaan skala
besar perubahan penggunaan lahan hanya terjadi pada lahan yang telah
terdegradasi/terdeforestasi.
o Menggunakan teknologi penginderaan jauh, pemetaan digital untuk
mendukung upaya prediksi, deteksi dan merespon potensi krisis kebakaran; mencegah
kebakaran tak diinginkan; dan untuk menegakkan penegakkan hukum pelarangan
pembakaran.
o Mendukung semua tingkatpemerintah Indonesia untuk bekerja sama
memperkuat penegakkan hukum.
 Singapore dan Malaysia menjadi kantor pusat banyak perusahaan perkebunan yang
beroperasi di Indonesia. Seperti yang dikatakan Perdana Menteri Singapura, pemerintah
bisa membantu pemerintah Indonesia menjamin bahwa perusahaan dan kontraktor yang
mereka pekerjakan, menghargai hukum, begitu pula dengan tanggungjawab Indonesia
terhadap perusahaan Indonesia.
 Perusahaan, di manapun mereka berada biasanya memiliki tanggungjawab korporasi.
Contohnya Consumer Goods Forum (CGF)—sebua jaringan global pebisni barang
konsumer, termasuk yang menggunakan hasil pertanian di lahan gambut-telah
berkomitmen dalam Tropical Forest Alliancedengan pemerintah AS untuk mendorong
nol deforestasi bersih pada 2020. CGF bisa mengambil posisi keras menghadapi
konversi lahan gambut.
  Konsumen bisa menuntut minak sawit dan kertas mereka tidak dibudidayakan di
lahan gambut, atau pada lokasi dari konversi gambut.
 Bank dan institusi pembiayaan internasional yang meminjamkan uang bagi
perusahaan perkebunan bisa menjamin keberlanjutan komitmen (contoh: World Bank
& International Finance Corporate mengikuti Kerangka Kerja Keberlanjutan; bank
swasta mengikuti Prinsip Equator) mengakui isu asap sebagai masalah lingkungan
serius.
 Masyarakat internasional dapat:
o Mendukung inisiatif seperti Kalimantan Forests and Climate Partnership yang
dilakukan Australia yang mempelajari bagaimana merestorasi lahan gambut
terdegradasi agar mereka tidak mudah rentan kebakaran.
o Membuka kebuntuan negosiasi iklim internasional untuk mendukung
implementasi REDD+, yang dapat memberi alternatif arus pemasukan bagi pemilik
lahan dan masyarakat, hingga mereka dapat meningkatkan penghidupan tanpa
mengkonversi hutan.

10. Masalah Pengangguran


Angka pengangguran di Indonesia cukup tinggi. Bahkan orang-orang pengangguran
kebanyakan sudah sarjana. Pengangguran menjadi penyebab utama kemiskinan.
Kurangnya lapangan pekerjaan menjadi salah satu penyebab terjadinya pengangguran.
Sebaiknya penganggur tersebut menjadi pengusaha. Banyak sekali pengusaha sukses yang
awalnya adalah seorang pengangguran. Permasalahan kali ini dapat teratasi dengan
mengamalkan sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan
dalam permusyawaratan dan perwakilan. Tindakan yang harus dilakukan oleh
pemerintahan yaitu membuka dan menciptakan lapangan kerja bagi rakyatnya bukan
menutup mata pencarian atau bahkan menggantinya dengan tenaga kerja asing.
Pemerintah juga tidak dapat menyalahkan rakyatnya sebab hal ini merupakan tanggung
jawab pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja dengan cara apapun yang halal
misalnya bekerja sama dengan pengusaha asal negeri kita untuk membuka sebuah
perusahaan yang membutuhkan banyak karyawan pribumi. Contohnya industri rokok
meskipun membahayakan kesehatan rakyat Indonesia yang mengonsumsinya namun
industri ini banyak meraup karyawan pribumi. Selain itu tindakan yang harus dilakukan
rakyat sebaiknya tidak bermalas-malasan tetapi terus berusaha memperoleh rezeki dengan
cara yang sebaik-baiknya.
11. Banyak Daerah Yang Masih terbelakang.
Banyak sekali terdapat daerah tertinggal di negara ini terutama di kawasan dekat
perbatasan negara dan bagian timur Indonesia. Pembangunan cenderung berpusat di
sekitar pulau Jawa, Sumatera, dan Bali saja. Mungkin karena hanya daerah tersebut yang
paling potensial. Tetapi sebaiknya pemerintah memperhatikan daerah lain. Siapa tahu
daerah yang kurang diperhatikan tersebut sebenarnya sangat berpotensi bagi pembangunan
negara. Permasalahan terakhir ini cenderung lebih mengarah kepada sila kelima yakni
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Seharusnya pemerintah mengambil
pelajaran dari setiap kasus daerah yang ingin memisahkan diri, intropeksi diri tidak hanya
dilakukan di kalangan masyarakat namun juga pemerintah. Tentu saja daerah-daerah yang
ingin memisahkan diri memiliki alasan tersendiri salah satunya ketidakadilan pemerintah
dalam memperhatikan daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Pemerintah juga tidak
dapat menyalahkan rakyat dalam kasus ini sebab yang mesti memperhatikan rakyatnya
adalah pemimpin rakyat tersebut bukannya rakyat yang mengemis meminta perhatian dari
pemerintah.
12. Masalah Kesehatan di Indonesia
Sejak Indonesia meraih kemerdekaan 72 tahun lalu, perkembangan dunia kesehatan di
Indonesia semakin membaik. Hal tersebut terbukti dari banyaknya  inovasi dunia
kesehatan yang diciptakan, untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. 
Namun meski perkembangannya cukup pesat, negara ini masih dilanda beberapa masalah
kesehatan yang terus meningkat. Masalah-masalah ini masih menjadi beban dan tantangan
utama di dunia kesehatan Indonesia. Berikut beberapa masalah dan tantangan di dunia
kesehatan yang paling menonjol Indonesia, serta strategi pemerintah dalam
mengatasinya.
 
1. Kematian Ibu Akibat Melahirkan 
Saat ini, angka kematian ibu ketika melahirkan sudah mengalami penurunan. Namun,
jumlahnya tetap masih jauh dari target yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kualitas
pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat, dan
faktor-faktor lainnya.
Menurut data, penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi kehamilan dan perdarahan
postpartum. Selain itu, kondisi yang sering kali menyebabkan kematian ibu adalah
penanganan komplikasi, anemia, diabetes, malaria, dan umur yang terlalu muda. 
Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah tengah menggencarkan program pembangunan
puskesmas, diiringi pula dengan peningkatan kualitas pelayanannya. Pemerintah juga
sedang menciptakan pola keanekaragaman makanan untuk gizi ibu hamil. Program KB
yang dicanangkan juga digunakan untuk menurunkan angka kematian ibu.
 
2. Kematian Bayi, Balita, dan Remaja
Dalam 5 tahun terakhir, angka kematian bayi dan balita memang sudah mengalami
penurunan. Namun serupa dengan angka kematian ibu akibat melahirkan, ini masih jauh
dari target. Penyebab kematian utama pada bayi dan balita adalah Intra Uterine Fetal
Death (IUFD) dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan untuk balita, penyebab
kematian utama yang dialami adalah pneumonia dan diare.
 
Artinya, faktor lingkungan serta kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan sangat
memengaruhi kondisi bayi. Maka dari itu, untuk menangani tantangan ini pemerintah
akan menciptakan langkah-langkah persiapan untuk calon ibu, agar mereka benar-benar
siap menghadapi kehamilan dan persalinan. 
Untuk remaja, penyebab kematian utama di samping kecelakaan transportasi adalah DBD
dan tuberkulosis. Umumnya ini disebabkan karena penggunaan tembakau atau rokok.
Untuk menanggulangi masalah ini, pemerintah menetapkan pelaksanaan UKS yang
diwajibkan di setiap sekolah untuk mempromosikan masalah kesehatan. Prioritas program
UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi, dan deteksi dini penyakit
tidak menular.

3. Meningkatnya Masalah Gizi Buruk 


Saat ini, ternyata masalah gizi di Indonesia masih sangat kompleks. Tidak hanya masalah
kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus ditangani
dengan serius. Kondisi stunting (pendek) sendiri disebabkan oleh kemiskinan dan pola
asuh yang tidak tepat, sehingga mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang
secara maksimal, mudah sakit, maupun berdaya saing rendah. 
Masalah ini paling fatal menyerang anak-anak, karena gangguan pertumbuhan yang serius
ini bisa merusak masa depan mereka. Apalagi, jika stunting terjadi lewat dari 1.000 hari,
dampak buruknya bisa sangat sulit diobati. 
Untuk mengatasi masalah stunting, pemerintah mengadakan program sosialisasi kepada
masyarakat agar dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu dan anak. Pemerintah
menetapkan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan, terhitung sejak konsepsi hingga
anak berusia 2 tahun.
 
4. Meningkatnya Penyakit Menular  
Masalah penyakit menular juga masih mendominasi dunia kesehatan Indonesia. Prioritas
utama pemerintah adalah membasmi HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, DBD, influenza,
dan flu burung. Indonesia juga masih belum sepenuhnya mampu mengendalikan penyakit
seperti kusta, filariasis, dan leptospirosis.
Strategi pemerintah dalam memberantas masalah ini adalah dengan meningkatkan vaksin
dan imunisasi, seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus. Strategi ini
terbukti ampuh, karena pada tahun 2014 Indonesia sudah dinyatakan bebas polio.
Untuk mengendalikan penyakit HIV/AIDS, pemerintah mengadakan sejumlah persiapan
yang mencakup tata laksana penanganan pasien, tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan
(khususnya rumah sakit), dan laboratorium kesehatan.
Selain itu, untuk menurunkan tingginya risiko penyakit menular, pemerintah juga
mengembangkan Early Warning and Respons System (EWARS) atau Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Melalui sistem EWARS ini, diharapkan ada
peningkatan dalam deteksi dini dan respons terhadap peningkatan tren kasus penyakit
tertentu. 
 
Sistem tersebut juga semakin digencarkan karena banyaknya penyakit baru yang
bermunculan, seperti SARS dan flu burung. Penyakit-penyakit baru ini pada umumnya
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang berasal dari binatang.
Baca juga:  Bahaya Tidak Melakukan Vaksinasi
 
5. Meningkatnya Penyakit Tidak Menular
Ternyata dalam beberapa tahun ini, masalah penyakit tidak menular telah menjadi beban
utama di Indonesia, ketimbang penyakit menular. Karenanya, saat ini Indonesia memang
mengalami tantangan dua kali lipat, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular.
Penyakit tidak menular yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia meliputi
hipertensi, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Selain
itu, jumlah kematian akibat rokok juga terus meningkat.
Strategi pemerintah dalam menanggulangi masalah ini adalah dengan melaksanakan  Pos
Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Posbindu-PTM),
sebagai upaya memonitor dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di
masyarakat. 
Deteksi dini sangat penting, karena sebagian besar masyarakat Indonesia tidak menyadari
bahwa dirinya menderita penyakit tidak menular. Oleh sebab itu, pemerintah juga
berencana untuk meningkatkan sosialisasi dan program jaminan kesehatan seperti BPJS.

6. Masalah Kesehatan Jiwa 


Tanpa kita sadari, permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia itu sangat besar dan
menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Berdasarkan data, lebih dari 14 juta jiwa
masyarakat Indonesia menderita gangguan mental dan emosional. Sementara itu, lebih
dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikotis). 
Masalah gangguan jiwa di Indonesia berkaitan dengan masalah perilaku, dan sering kali
berujung pada kondisi yang membahayakan diri seperti bunuh diri. Dalam satu tahun,
terdapat 1.170 kasus bunuh diri dan jumlahnya terus meningkat. 
Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah memprioritaskan pengembangan Upaya
Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah puskesmas.
Program ini bekerja sama dengan masyarakat, untuk mencegah meningkatnya gangguan
jiwa.

Nawa Cita atau Nawacita


Nawa Cita atau Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskerta, nawa
(sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan). Dalam konteks perpolitikan Indonesia
menjelang Pemilu Presiden 2014, istilah ini merujuk kepada visi-misi yang dipakai oleh
pasangan calon presiden/calon wakil presiden Joko Widodo/Jusuf Kalla berisi agenda
pemerintahan pasangan itu. [1]Dalam visi-misi tersebut dipaparkan sembilan agenda pokok
untuk melanjutkan semangat perjuangan dan cita-cita Soekarno yang dikenal dengan istilah
Trisakti, yakni berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam
kebudayaan.
Revolusi mental
Salah satu agenda dalam Nawa Cita yang paling banyak dibahas bahkan diperdebatkan oleh
publik adalah poin nomor 8 yakni, revolusi karakter bangsa atau lazim disebut revolusi
mental. Pembahasan hangat tentang revolusi mental berlangsung sejak masa kampanye
Pemilu Presiden 2014, bahkan sempat menjadi trending topic di jejaring sosial. Dalam
sebuah tulisan di harian nasional, Jokowi menjelaskan bahwa arti dari revolusi mental yang
dia gagas adalah menggalakkan pembangunan karakter untuk mempertegas kepribadian dan
jadi diri bangsa sesuai dengan amanat Trisakti Soekarno. Untuk mencapai tujuan tersebut,
menurut Jokowi, sistem pendidikan harus diarahkan untuk membantu membangun identitas
bangsa Indonesia yang berbudaya dan beradab, yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral
agama yang hidup Indonesia. Akses ke pendidikan dan layanan kesehatan masyarakat yang
terprogram, terarah dan tepat sasaran oleh negara dapat membantu membangun kepribadian
sosial dan budaya Indonesia
Sembilan program itu disebut Nawa Cita. Program ini digagas untuk menunjukkan prioritas
jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang
ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Berikut inti dari sembilan program tersebut:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif,
keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra
terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya
memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan
melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan
lembaga perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia
Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9
hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta
jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum
pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan,
yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah
pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela
negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang
dialog antarwarga.
Pertemuan Ke-Sebelas.
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
A.Pengantar.
Ideologi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata idea dan logos/logia. Idea berarti gagasan,
pemikiran, konsep, pengertian dasar, cita-cita. Sedangkan logos/logia berarti ilmu. Jadi,
ideologi adalah kumpulan gagasan/ konsep dasar bersistem untuk dijadikan dasar pendapat,
arah, dan tujuan.
Beberapa pengertian ideologi menurut pendapat para tokoh, antara lain:

 Karl marx: ideologi adalah kesadaran palsu, sebab ideologi merupakan hasil
pemikiran tertentu yang diciptakan oleh para pemikir sesuai kepentingannya.
 Louis althusser: ideologi adalah pedoman hidup, sebab setiap orang membutuhkan
pedoman hidup, baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat.
 Dr. Alfian: ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap
benar dan adil mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan

Pada tanggal 7 september 1944, Jepang berjanji untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia yang diucapkan oleh Perdana Menteri Koiso, menyusul kekalahan Jepang dari
sekutu. Sebagai kelanjutan dari janji tersebut, maka pada tanggal 29 April 1945, jepang
membentuk badan penyelidik usah-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai), yang bertugas untuk menyelidiki mengenai persiapan
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 60 orang dan diketuai oleh DR.K.R.T
Radjiman Wedyodiningrat, waki ketua R. Panji Suroso, serta Tuan Hachibangase dari
Jepang.

C. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Gagasan atau Ide mengenai pancasila sebagai ideologi terbuka mulai berkembang sejak tahun
1985. tetapi semangatnya sudah tumbuh sejak Pancasila itu sendiri ditetapkan sebagai dasar
Negara. Sebagai ideologi, Pancasila menjadi pedoman dan acuan kita dalam menjalankan
aktivitas di segala bidang, sehingga sifatnya harus terbuka, luwes dan fleksibel dan tidak
tertutup, kaku yang akan membuatnya ketinggalan zaman.
Yang dimaksud dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah Pancasila merupakan
ideologi yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembagan jaman tanpa pengubahan nilai
dasarnya. Ini bukan berarti bahwa nilai dasar Pancasila dapat diubah dengan nilai dasar yang
lain yang sama artinya dengan meniadakan Pancasila atau meniadakan identitas/jati diri
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna bahwa nilai-nilai
dasar Pancasila itu dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan
bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif dengan memperhatikan
tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri, jadi Pancasila tidak kaku
tapi dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman.
Moerdiono (BP7 Pusat, 1992:399) menyebutkan beberapa factor yang mendorong pemikiran
Pancasila sebagai ideologi terbuka.
1. Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat kita
berkembang amat cepat. Dengan demikian tidak semua persoalan kehidupan dapat
ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran ideologi-ideologi
sebelumnya.
2. Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti marxismeleninisme/komunisme.
Dewasa ini kubu komunisme dihadapkan pada pilihan yang amat berat, menjadi suatu
ideologi terbuka atau tetap mempertahankan ideologi lainnya.
3. Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme sangat penting.
Karena pengaruh ideologi komunisme yang pada dasarnya bersifat tertutup, Pancasila
pernah merosot menjadi semacam dogma yang kaku. Pancasila tidak lagi tampil
sebagai acuan bersama, tetapi sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan-
lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah di saat itu menjadi absolute.
Konsekuensinya, perbedaan-perbedaan menjadi alasan untuk secara langsung dicap
sebagai anti pancasila.
4. Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai catatan, istilah Pancasila sebagai
satu-satunya asas telah dicabut berdasarkan ketetapan MPR tahun 1999, namun
pencabutan ini kita artikan sebagai pengembalian fungsi utama Pancasila sebagai
dasar Negara. Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila harus dijadikan
jiwa (volkgeits) bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terutama
dalam pengembangan Pancasila sebagai Ideologi terbuka. Di samping itu, ada faktor
lain, yaitu adanya tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai
alternative ideologi dunia.

Pada masa tugasnya BPUPKI melakukan dua kali sidang. Sidang yang pertama mulai tanggal
29 Mei – 1 Juni 1945 untuk membahas rancangan dasar negara. Tiga tokoh nasionalis yang
menyampaikan ide pokok rancangan dasar negara, yaitu:

Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945), ide pokok yang disampaikan:

Perikebangsaan
Perikemanusiaan
Periketuhanan
Perikerakyatan
Kesejahteraan

Mr. Soepomo (31 Mei 1945), ide pokok yang disampaikan:

Paham Negara Persatuan


Perhubungan Negara Dengan Agama
Sistem Badan Permusyawaratan
Sosialisasi Negara
Hubungan Antarbangsa

Ir. Soekarno (1 Juni 1945), ide pokok yang disampaikan:


Kebangsaan indonesia
Internasionalisme atau perikemanusiaan
Mufakat atau demokrasi
Kesejahteraan sosial
Ketuhanan yang berkebudayaan
Ir. Soekarno mengusulkan nama pancasila atas saran Mr. Muh. Yamin. Sejak itulah disebut
sebagai lahirnya istilah pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan mengadakan
pertemuan dan menghasilkan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Rumusan akhir ditetapkan
tanggal 18 Agustus 1945 pada sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia):
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/
Perwakilan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sidang BPUPKI yang kedua berlangsung dari tanggal 10 Juli – 16 Juli 1945. Sidang II
BPUPKI membahas rancangan hukum dasar, yang kemudian dikenal dengan nama
pembukaan UUD 1945. Di dalam pembukaan UUD 1945, terkandung bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan pada alinea keempat terkandung rumusan dasar
negara, Pancasila.
Setelah BPUPKI melaksanakan tugasnya, badan ini dibubarkan dan digantikan PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia/ Dokuritsu Zyunbi Inkai). Sidang PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 menghasilkan keputusan, antara lain:

Menetapkan dan mengesahkan Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945.


Memilih Presiden dan Wakil Presiden (Ir. Soekarno dan Moh. Hatta).
Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah darurat.

Fungsi pokok Pancasila, yaitu:

1. Pancasila sebagai dasar negara

Sebagai negara. Pancasila berkedudukan sebagai norma dasar atau norma fundamental
(fundamental norm). Dengan demikian, Pancasila menempati norma hukum tertinggi dalam
ideologi Indonesia.
Sebagai sumber dari segala sumber hukum. Pancasila merupakan kaidah negara yang
fundamental, artinya kedudukannya paling tinggi dalam penyusunan aturan-aturan di
Indonesia.
Sebagai pandangan hidup. Nilai Pancasila merupakan pedoman dan pegangan dalam
pembangunan bangsa dan negara.
Sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Nilai Pancasila mencerminkan
kepribadian bangsa sebab nilai dasarnya merupakan kristalisasi nilai budaya bangsa
Indonesia.
Sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pancasila lahir dari hasil musyawarah para
pendiri bangsa dan negara (founding fathers).
Pencasila sebagai ideologi negara. Ideologi dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu
ideologi dalam arti luas dan ideologi dalam arti sempit. Dalam arti luas, ideologi menunjukan
sebagai pedoman hidup di semua segi kehidupan, baik pribadi maupun umum. Sedangkan
dalam arti sempit, menunjukan sebagai pedoman hidup dalam bidang tertentu, misalnya
sebagai ideologi negara. Ideologi negara merupakan ideologi mayoritas warga negara tentang
nilai-nilai dasar negara yang ingin diwujudkan melalui kehidupan negara itu. pancasila adalah
ideologi negara, yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana hidup bernegara. Sebagai
ideologi bangsa Indonesia, Pancasila sebagai ikatan budaya (cultural bond) yang berkembang
secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia, bukan secara paksaan.

2. Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara, yaitu:


Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakan serta membimbing
bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan negara.
Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi, yaitu:
Dimensi Realita, artinya nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu mencerminkan
kenyataan hidup yang ada di dalam masyarakat di mana ideologi itu muncul untuk pertama
kalinya.
Dimensi Idealisme, artinya kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai dasar itu mampu
memberikan harapan kepada berbagai kelompok dan masyarakat tentang masa depan yang
lebih baik.
Dimensi Fleksibilitas, artinya kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan
menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.
Dengan memandang pengertian ideologi sebagai sebuah ide atau gagasan, Franz Magnis-
Suseno menyatakan bahwa ideologi tertutup dan ideologi terbuka. Ideologi tertutup adalah
ideologi yang nilainya bersifat mutlak. Ideologi tertutup bersifat dogmatis dan apriori.
Dogmatis berarti memercayai suatu keadaan tanpa data yang valid, sedangkan apriori berarti
berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan.

Ideologi tertutup memiliki ciri-ciri sebagai berikut.


 Cita-cita sebuah kelompok, bukan cita-cita yang hidup di masyarakat.
 Bersifat totaliter, menguasai semua bidang kehidupan masyarakat.
 Tidak ada keanekaragaman, baik pandangan maupun budaya.
 Rakyat dituntut memiliki kesetiaan total pada ideologi mutlak, konkret, nyata,
keras, dan total.

Ideologi terbuka adalah ideologi yang pemikirannya terbuka. Ciri-ciri ideologi ini
antara lain:
 Merupakan kekayaan rohani, budaya, dan masyarakat.
 Tidak diciptakan oleh negara, tetapi digali dari budaya masyarakat.
 Isinya tidak instan atau operasional sehingga tiap generasi boleh menafsirkannya.
 Menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab.

Perbedaan dari kedua ideologi ini adalah ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter, dan
tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang, artinya bahwa sistem ini
bersifat demokratis dan terbuka. Sedangkan ideologi tertutup bersifat otoriter (negara berlaku
sebagai penguasa) dan totaliter.

Berdasarkan ciri-ciri yang sudah disebutkan sebelumnya, Pancasila memenuhi syarat sebagai
ideologi terbuka.
 Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat
Indonesia.
 Isi Pancasila tidak langsung operasional, hanya berisi lima dasar, yaitu Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.
 Karena hanya berisi nilai dasar, maka perlu adanya penafsiran.
 Pancasila menghargai kebebasan. Hal ini tercermin dalam makna sila kedua yang
tidak saja mengakui kebebasan dan kesedarajatan manusia Indonesia, tetapi semua
bangsa di dunia.
 Pancasila adalah ideologi politik, pedoman hidup masyarakat, bangsa, dan negara.
 Pancasila menghargai pluralitas, seperti yang tercermin dalam sila pertama. Sila ini
mencerminkan semua agama yang ada di Indonesia.

Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus mampu menyesuaikan diri dengan zaman. Hal ini
bukan berarti nilai dari Pancasila dapat diganti dengan nilai dasar lain yang dapat
menghilangkan jati diri bangsa Indonesia. Makna Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah
nilai-nilai dasar Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa
Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman dengan memperhatkan tingkat kebutuhan dan
perkembangan masyarakat Indonesia, serta tidak keluar dari eksistensi dan jati diri bangsa
Indonesia. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa
dan budaya bangsa Indonesia dan dalam ikatan NKRI.
Menurut Moerdiono, faktor-faktor yang mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi
terbuka adalah:
 Perkembangan dinamika masyarakat Indonesia yang cepat sehingga tidak semua
persoalan hidup dapat ditemukan jawabannya secara ideologis;
 Runtuhnya ideologi tertutup, seperti Marxisme-Leninisme/komunisme;
 Pengalaman sejarah politik Indonesia dengan pengaruh komunisme; dan
 Tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Pancasila sebagai
satu-satunya asa telah dicabut oleh MPR pada tahun 1999).

B. Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Paradigma Pembangunan


Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara Republik Indonesia, baik
ditinjau dari sudut etimologi maupun dari terminologi.
Secara etimologi. Berdasarkan asal kata, Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Menurut
Muhammad Yamin, Pancasila memiliki dua macam arti, yaitu panca artinya lima, syila
dengan (i) biasa (pendek) artinya sendi, alas, atau dasar, syila dengan (i) panjang artinya
peraturan tingkah laku yang penting, baik, dan senonoh. Kata sila dalam bahasa Indonesia
menjadi susila artinya tingkah laku baik.
Secara terminologi. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, istilah Pancasila (lima asas
dasar) digunakan oleh Ir. Soekarno untuk memberi nama pada lima prinsip dasar negara yang
diusulkannya.
Rumusan Pancasila yang sah dan sistematika yang benar terdapat dalam pembukaan UUD
1945 yang telah disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Presiden Soekarno
kemudian mengeluarkan Instruksi No. 12/1968 pada tanggal 13 April 1968. Dalam instruksi
tersebut, ditegaskan tata urutan (sistematika) dan rumusan Pancasila, yaitu:

Ketuhanan Yang Maha Esa


Kemanusiaan yang adil dan beradap
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Bagi bangsa Indonesia, yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara adalah Pancasila. Ini berarti bahwa seluruh tatanan kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma
serta tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan, dan tingkah laku
bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai intirinsik yang kebenarannya dapat
dibuktikan secara objektif, serta mengandung kebenaran yang universal.

Pancasila yang dirumuskan oleh para pendiri negara memuat nilai-nilai lihur untuk menjadi
dasar negara. Sebagai gambaran, di dalam tata nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut
sebagai nilaii dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.

 Nilai dasar. Nilai dasar berasal dari nilai-nilai kultural bangsa Indonesia yang
berakar dari kebudayaan sesuai dengan UUD 1945 yang mencerminkan hakikat
nilai kultural.
 Nilai instrumental. Pelaksanaan umum nilai-nilai dasar biasanya dalam wujud nilai
sosial atau norma hukum, selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga-lembaga
yang sesuai dengan kebutuhan tempat dan waktu.
 Nilai praktis. Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.

Di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai kehidupan berbangsa. Nilai-nilai dalam Pancasila


yang dikembangkan, antara lain:

Ketuhanan Yang Maha Esa


Percaya dan takwa kepada Tuhan YME.
Membina adanya kerja sama dan tolerans antara sesama pemeluk agama dan penganut
kepercayaan kepada tuhan YME.

Kemanusiaan yang adil dan beradab


Tidak saling membedakan warna kuit
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

 Persatuan Indonesia, Menempatkan persatuan, kepentingan, dan keselamatan pribadi


atau golongan.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.Melaksanakan keputusan bersama dengan penuh tanggung jawab dan
iktikad baik.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Adanya hak dan kewajiban yang sama
untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Dalam pembangunan nasional, Pancasila adalah sebuah paradigma karena hendak


dijadikan sebagai landasan , acuan, metode, nilai dan tujuan yang ingin dicapai di setiap
program pembangunan NKRI.
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat ndonesia seluruhnya. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk
mewujudkan tujuan nasional, seperti terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV. Masa
pembangunan akan memberi kesempatan yang menguntungkan bagi Pancasila untuk
memberi pengaruh yang mendalam dan mendasar pada sistem nilai sosial budaya masyarakat
Indonesia.
Pembangunan dan pembaruan dengan sendirinya membawa pengaruh-pengaruh sosial
maupun budaya. Perubahan yang bersifat dangkal akan cepat berubah.
Visi dan misi pembangunan nasional, yaitu:
Visi: Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis berkeadilan, berdaya
saing, maju, dan sejahtera dalam wadah NKRI yang sehat, mandiri, beriman, dan bertaqwa,
berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan berdisiplin.
Misi: Untuk mewujudkan visi banga Indonesia masa depan, misi yang ditetapkan adalah
sebagai berikut:
Pengamalan Pancasila secara konsisten.
Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek.
Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Penjamin kondisi aman, damai, dan tertib.
Perwujudan sistem hukum sosial.
Perwujudan kehidupan sosial budaya yang dinamis dan kreatif.
Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonimi nasional.
Perwujudan otonomi daerah.
Perwujudan kesejahteraan rakyat.
Perwujudan aparatur negara.

C. Sikap Positif terhadap Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Sikap positif warga negara terhadap nilai-nilai Pancasila terlihat dalam sejarah perjuangan
bangsa. Pertama, Pancasila hanya berkembang jika segenap komponen masyarakat bersedia
bersikap positif, terus menerus melakukan penafsiran ulang terhadap Pancasila akan
kehilangan relevansinya. Kedua, Pancasila terbuka untuk ditafsirkan oleh siapa saja. Sikap
positif yang paling dibutuhkan untuk menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka yang
berwibawa adalah secara konsisten terus berjuang memperkecil kesenjangan antara nilai-nilai
Pancasila dengan kenyataan kehidupan berbangsa sehari-hari.
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menggunakan berbagai
jalur dan penciptaan suasana yang menunjang, sehingga perlu dimasyarakatkan dan
dibudayakan dengan cara sebagai berikut.

1. Jalur pendidikan

Pasal 6 ayat (1) menyatakan “setiap warga negara yang berusia tujuh tahun sampai dengan
lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar”

 Pendidikan Informal. Sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003, kegiatan


pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan secara mandiri. Keluarga harus menjadi wadah pembentukan insan
Pancasila sekaligus menjadi pangkal pembentukan masyarakat Pancasila.
 Pendidikan Formal. Pemerintah harus mengupayakan perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh
rakyat Indonesia, menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan
peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.
 Pendidikan Nonformal. Sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nonformal deselenggarakan bagi
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan.

2. Jalur Media Massa

Berdasarkan Undang-undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers, peranan pers nasional antara
lain:
 Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;
 Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasu
hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan;\
 Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan
benar;
 Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum; dan Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

2. Jalur Organisasi Politik, Organisasi Sosial Kemasyarakatan , dan Pranata Sosial.

Dalam pasal 6 Undang-Undang No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, ditegaskan tujuan
partai politik, ditegaskan tujuan partai politik adalah;

 Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam


pembukaan UUD 1945;
 Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan RI; dan
 Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia
Pertemuan Ke-Duabelas & Ke-Tigabelas.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM NIILAI DAN FALSAFAH


A. Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila
Era   globalisasi   menuntut   adanya   berbagai   perubahan.   Demikian   juga   bangsa
Indonesia   pada  saat  ini  terjadi  perubahan  besar-besaran   yang  disebabkan   oleh
pengaruh dari luar maupun dari dalam negeri.
Kesemuanya di atas memerlukan kemampuan warga Negara yang mempunyai bekal ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan pada nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai
budaya bangsa.
B. Landasan Pendidikan Pancasila
1. Landasan Historis
Di dalam kehidupan bangsa Indonesia tersebut prinsip hidup yang tersimpul di dalam
pandangan hidup atau fisafat hidup bangsa (jati diri) yang oleh para pendiri
bangsa/Negara   dirumuskan   dalam   rumusan   sederhana   namun   mendalam   yang
meliputi lima prnsip, yaitu Pancasila.
2. Landasan Kultural
Bangsa Indonesia memiliki kepribadian tersendiri yang tercermin di dalam nilai-nilai budaya
yang telah lama ada. Nilai-nilai budaya sebagai nilai dasar berkehidupan berbangsa dan
bernegara dirumuskan dalam Pancasila.
3. Landasan Yuridis
Undang-undang  RI  Nomor  20  Tahun  2003  tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional, dan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tennttang Pendidikan Tinggi.
4. Landasan Folosofis
Nilai-nilai      Pancasila    merupakan   dasar    filsafat     Negara,    maka    dalam     aspek
penyelenggaraannya  Negara  harus  bersumber  pada  nilai-nilai  Pancasila  termasuk
system perundang-perundangan di Indonesia.
5. Tujuan Pendidikan Pancasila
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berperikemanusiaan yang adil dan beradab, mendukung
kerakyatan yang mengutamakan upaya mewujudkan suatu keadlan social dalam
masyarakat.

Paradigma Pancasila.

1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Pendidikan


Pendidikan  nasional  harus dipersatukan  atas dasar Pancasila.  Tak seyogyanya  bagi
penyelesaian-penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional dipergunakan secara
langsung  system-sistem  aliran-aliran  ajaran,  teori,  filsafat  dan  praktek  pendidikan
berasal dari luar.
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ideologi
Pengembangan  Pancasila sebagai ideologi  yang memiliki dimensi realitas,  idealitas dan
fleksibilitas menghendaki adanya dialog yang tiada henti dengan tantangan- tantangan
masa kini dan masa depan dengan tetap mengacu kepada pencapaian tujuan nasional dan
cita-cita nasional Indonesia.
3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik
Ada perkembangan baru yang menarik berhubung dengan dasar Negara kita. Dengan kelima
prinsipnya Pancasila memang menjadi dasar yang cukup integrative bagi kelompok-
kelompok politik yang cukup heterogen dalam sejarah Indonesia modern.
4. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
Pembangunan  ekonomi  nasional  harus  juga  berarti  pembangunan  system  ekonomi yang
kita  anggap  paling  cocok bagi bangsa  Indonesia.  Dalam  penyusunan  system ekonomi
nasional  yang  tangguh  untuk  mewujudkan  masyarakat   yang  adil  dan makmur, sudah
semestinya Pancasila sebagai landasan filosofisnya.
5. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial-Budaya
Pancasila merupakan suatu kerangka di dalam suatu kelompok di dalam masyarakat dapat
hidup bersama, bekerja bersama di dalam suatu dialog karya yang terus menerus guna
membangun suatu masa depan bersama
6. Pancasila sebagai Paradigma Ketahanan Sosial
Perangkat nilai pada bangsa yang satu berbeda dengan perangkat nilai pada bangsa lain. Bagi
bangsa Indonesia, perangkat nilai itu adalah Pancasila. Kaitan Pancasila dan ketahanan   
nasional   adalah   kaitan   antara   ide   yang   mengakui   pluralitas   yang membutuhkan
kebersamaan dan realitas terintegrasinya pluralitas.
7. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Pembangunan hukum bukan hanya memperhatikan nilai-nilai filosofis, asas yang terkandung
dalam Negara hukum, tetapi juga mempertimbangkan realitas penegakan hukum dan
kesadaran hukum masyarakat.
8. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Beragama
Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat modern yang demokratis adalah terwujudnya
masyarakat yang menghargai kemajemukan masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya
sebagai suatu keniscayaan.
9. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu dan Teknologi
Pancasila   mengandung   hal-hal   yang   penting   dalam   pengembangan   ilmu   dan
teknologi.  Perkembangan  IPTEK dewasa ini dan di masa yang akan datang sangat cepat,
makin menyentuh inti hayati dan materi di satu pihak, serta menggapai angkasa luas dan
luar angkasa di lain pihak, lagi pula memasuki dan mempengaruhi  makin dalam segala
aspek kehidupan dan institusi budaya

D. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


1) . Konsep-Konsep Dasar Filsafat - Dalam konteks mempelajari Pancasila dalam
perspektif filfasat berarti upaya mengkaji secara kritis semua pernyataan-
pernyataan tentang Pancasila, sehingga diperoleh kebenaran koherensi,
korespondensi, pragmatisme tentang Pancasila.
2) Metode Filsafat Pancasila - Notonegoro mengatakan untuk menemukan
kebenaran hakiki Pancasila dapat digunakan metode analitico syntetik, yang
merupakan metode gabungan antara analisa dan syntetik.
3) Berbagai Pengetahuan tentang Pancasila
 Kata tanya “bagaimana” untuk memperoleh pengetahuan (kebenaran) yang
bersifat deskriptif.
 Kata tanya “mengapa” digunakan untuk menemukan pengetahuan (kebenaran)
yang bersifat kausal, yang memberikan jawaban tentang sebab dan akibat.
 Kata tanya “kemana” untuk memperoleh pengetahuan normatif.
 Kata tanya “apa” untuk memperoleh pengetahuan essensial.
4). Pancasila sebagai Paham Filsafat - Pancasila merupakan consensus filsafat yang akan
melandasi dan memberikan arah bagi sikap dan cara hidup bangsa Indonesia.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI


1. Pengertian Nilai
Nilai pada hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Jadi, bukan
objek itu sendiri yang dinamakan nilai.
2. Macam – Macam Nilai
Nilai dasar dijabarkan lebih lanjut oleh dengan cara interpretasi menjadi
nilaiinstrumental. Rumusan nilai instrumental ini masih berupa rumusan umum yang
berwujud norma-norma. Nilai instrumental ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
nilai prakris, yang berwujud indicator-indikator yang sifatnya sangat konkrit berkaitan
suatu bidang dalam kehidupan.
Dalam konteks hidup bernegara, maka Pancasila sebagai dasar Negara dan asas kerohanian
Negara merupakan nilai dasar. Nilai dasar ini dijabarkan lebih lanjut dalam nilai
instrumental, yaitu berupa UUD’45 sebagai hukum dasar tertulis.
3. Sistem Nilai dalam Pancasila
Nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar, serta motivasi atas
segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan kenegaraan.
4. Bentuk dan Susunan Pancasila.
Bentuk Pancasila di dalam pengertian ini diartikan sebagai rumusan Pancasila sebagaimana
tercantum di dalam alinea IV Pembukaan UUD’45. Pancasila sebagai suatu sistem nilai
disusun berdasarkan urutan logis keberadaan unsur-unsurnya. Susunan sila-sila
Pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain membentuk suatu system
yang disebut dengan istilah “Majemuk Tunggal”.
Pancasila sebagai satu kesatuan system nilai, juga membawa implikasi bahwa antara sila
yang satu dengan sila yang lain saling mengkualifikasi. Hal ini berarti bahwa antara sila
yang satu dengan yang lain, saling memberi kualitas, memberi bobot isi.
Macam- macam nilai
Menurut Walter G. Everet nilai- nilai manusiawi menjadi 8 kelompok, yaitu :
1. Nilai ekonomis (ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat dibeli)
2. Nilai kejasmanian (mengacu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan badan )
3. Nilai hiburan ( nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbang pada
pengayaan kehidupan )
4. Nilai sosial ( berasal mula dari berbagai bentuk perserikatan manusia)
5. Nilai watak ( keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan)
6. Nilai estetis ( nilai keindahan dalam alam dan dan karya seni)
7. Nilai intelektual ( nilai-nilai pengetahuan dan pengejaran kebenaran)
8. Nilai keagamaan ( nilai-nilai yang ada dalam agama )
Menurut Notonagoro nilai dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala seuatu yang berguna bagi rohani manusia.
3. Sistem Nilai dalam Pancasila
Nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar, serta motivasi atas
segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan kenegaraan.
Menurut Kaelan nilai-nilai pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Rumusan dari sila-sila pancasila itu sebenarnya hakikat maknanya yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak,karena pada hakikatnya
pancasila adalah nilai.
b. Inti nilai pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang.
c. Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD’45, menurut ilmu hukum memenuhi
syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga merupakan suatu sumber
hukum positif di Indonesia.

Menurut Darmoduharjo nilai pancasila yang bersifat subjektif dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa indonesia sendiri, sehingga bangsa indonesia
sebagai kuasa materialis.
b. Nilai pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia
c. Nilai pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa indonesia.

Dalam konteks hidup bernegara, maka Pancasila sebagai dasar Negara dan asas kerohanian
Negara merupakan nilai dasar. Nilai dasar ini dijabarkan lebih lanjut dalam nilai
INSTRUMENTAL, yaitu berupa UUD’45 sebagai hukum dasar tertulis.
Bentuk dan Susunan Pancasila.
Susunan sila-sila pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain membentuk
suatu sistem yang disebut dengan istilah majemuk tunggal. Majemuk tunggal artinya
pancasila terdiri dari 5 sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri secara
utuh.Bentuk Pancasila di dalam pengertian ini diartikan sebagai rumusan Pancasila
sebagaimana tercantum di dalam alinea IV Pembukaan UUD’45. Pancasila sebagai suatu
sistem nilai disusun berdasarkan urutan logis keberadaan unsur-unsurnya. Pancasila sebagai
satu kesatuan system nilai, juga membawa implikasi bahwa antara sila yang satu dengan sila
yang lain saling mengkualifikasi. Hal ini berarti bahwa antara sila yang satu dengan yang
lain, saling memberi kualitas, memberi bobot isi.

C. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila


Kalau membicarakan Pancasila sebagai etika politik maka ia mempunai lima prinsip
itu berikut ini disusun menurut pengelompokan pancasila, maka itu bukan sekedar sebuah
penyesuaian dengan situasi Indonesia, melainkan karena Pancasila memiliki logika internal
yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern (yang belum ada dalam
Pancasila adalah perhatian pada lingkungan hidup).
1.      Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup dengan
positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda
pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan pengakuan
terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi,
toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok
orang.
2. Hak Asasi Manusia
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusia yang adil dan beradab. Mengapa?
Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan
wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan
martabatnya sebagai manusia. Karena itu, Hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak
maupun kontekstual dalam pengertian sebagai berikut.
a.   Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat,
melainkan karena ia manusia, jadi dari tangan Sang Pencipta.
b.    Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya
diancam oleh Negara modern.
Bila mengkaji hak asasi manusia secara umum, maka dapat dibedakan dalam bentuk tiga
generasi hak-hak asasi manusia:
1)   Generasi pertama (abad ke 17 dan 18): hak-hak liberal, demokratis dan perlakuan
wajar di depan hokum.
2)    Generasi kedua (abad ke 19/20): hak-hak sosial
3)    Generasi ketiga (bagian kedua abad ke 20): hak-hak kolektif (misalnya minoritas-
minoritas etnik).

3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga
demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut
harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada
hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembnag secara melingkar: keluarga,
kampong, kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka
di sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran
kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing. Solidaritas itu
dilanggar dengan kasar oleh korupsi.
4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit,
atau sekelompok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk menentukan
dan memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau boleh
hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan
siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Demokrasi adalah
“kedaulatan rakyat plus prinsip keterwakilan”. Jadi demokrasi memerlukan sebuah system
penerjemah kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.
Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:
a. Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi
prinsip mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
b. Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum (Negara
hukum demokratis). Maka kepastian hukum merupakan unsur hakiki dalam
demokrasi (karena mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.
Maksud baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai
dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan social mencegah bahwa masyarakat
pecah ke dalam dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian bawah yang paling-
paling bisa survive di hari berikut.
Tuntutan keadilan social tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan
ide-ide, ideology-ideologi, agama-agama tertentu; keadilan social tidak sama dengan
sosialisme. Keadilan social adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan
social diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam
masyarakat. Di mana perlu diperhatikan bahwa ketidakadilan-ketidakadilan itu bersifat
structural, bukan pertama-pertama individual. Artinya, ketidakadilan tidak pertama-tama
terletak dalam sikap kurang adil orang-orang tertentu (misalnya para pemimpin), melainkan
dalam struktur-struktur politik/ekonomi/social/budaya/ideologis. Struktur-struktur itu hanya
dapat dibongkar dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak baik dari atas.
Ketidakadilan structural paling gawat sekarang adalah sebagian besar segala kemiskinan.
Ketidakadilan struktur lain adalah diskriminasi di semua bidang terhadap perempuan, semua
diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya.
Berdasarkan uaraian di atas, tantangan etika politik paling serius di Indonesia
sekarang adalah:
1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.
2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama-tama ekstremisme agama
dimana mereka yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga
memaksakan pendapat mereka pada masyarakat.
3. Korupsi.

C. KAJIAN ILMIAH-FILSAFATI PENDIDIKAN PANCASILA


1. Pendekatan Ilmiah-filsafati dalam Pendidikan Pancasila
Pendekatan ilmiah mengandaikan adanya disiplin ilmu sebagai landasannya.
2. Macam-macam Ilmu Pengetahuan a. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
– Ilmu-ilmu alam (Natural Sciences)
– Ilmu-ilmu sosial (Social Sciences)
– Ilmu-ilmu kemanusiaan/humaniora (The Humanities)
b. Filsafat sebagai Ilmu Kritis
Filsafat berciri radikal karena hal yang dibicarakan diupayakan tuntas ke akar permasalahan
sampai kepada hakekatnya.  Filsafat berciri sistematis artinya berpikir secara  logis
selangkah  demi  selangkah  dan  menunjukkan   hu  dandamenunjukan hubungan  yang utuh
dan saling berkaitan  satu sama  lain. Filsafat  berciri universal dimaksudkan karena filsafat
memandang persoalan secara umum, menyeluruh, tidak terikat ruang dan waktu.
Objek kajian dalam filsafat :
# Alam (Kosmologi)
# Manusia  (Filsafat  manusia,  Filsafat  social-politik  Filsafat  moral  (etika),  Filsafat
Kebudayaan)
# Tuhan (Filsafat ketuhanan)
c. Ilmu Pengetahuan Empiris
Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sehingga sesuatu itu dapat dikatakan sebagai
suatu imu. Poedjawijaya menyebutnya sebagai syarat ilmiah (Kaelan, 1998), yaitu :
1. Berobjek
2. Bermetode
3. Bersistem
4. Bersifat Universal.

E. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


4) . Konsep-Konsep Dasar Filsafat - Dalam konteks mempelajari Pancasila dalam
perspektif filfasat berarti upaya mengkaji secara kritis semua pernyataan-
pernyataan tentang Pancasila, sehingga diperoleh kebenaran koherensi,
korespondensi, pragmatisme tentang Pancasila.
5) Metode Filsafat Pancasila - Notonegoro mengatakan untuk menemukan
kebenaran hakiki Pancasila dapat digunakan metode analitico syntetik, yang
merupakan metode gabungan antara analisa dan syntetik.
6) Berbagai Pengetahuan tentang Pancasila
 Kata tanya “bagaimana” untuk memperoleh pengetahuan (kebenaran) yang
bersifat deskriptif.
 Kata tanya “mengapa” digunakan untuk menemukan pengetahuan (kebenaran)
yang bersifat kausal, yang memberikan jawaban tentang sebab dan akibat.
 Kata tanya “kemana” untuk memperoleh pengetahuan normatif.
 Kata tanya “apa” untuk memperoleh pengetahuan essensial.
4). Pancasila sebagai Paham Filsafat - Pancasila merupakan consensus filsafat yang akan
melandasi dan memberikan arah bagi sikap dan cara hidup bangsa Indonesia.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI


1. Pengertian Nilai
Nilai pada hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Jadi, bukan
objek itu sendiri yang dinamakan nilai.
2. Macam – Macam Nilai
Nilai dasar dijabarkan lebih lanjut oleh dengan cara interpretasi menjadi
nilaiinstrumental. Rumusan nilai instrumental ini masih berupa rumusan umum yang
berwujud norma-norma. Nilai instrumental ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
nilai prakris, yang berwujud indicator-indikator yang sifatnya sangat konkrit berkaitan
suatu bidang dalam kehidupan.
Dalam konteks hidup bernegara, maka Pancasila sebagai dasar Negara dan asas kerohanian
Negara merupakan nilai dasar. Nilai dasar ini dijabarkan lebih lanjut dalam nilai
instrumental, yaitu berupa UUD’45 sebagai hukum dasar tertulis.
3. Sistem Nilai dalam Pancasila
Nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar, serta motivasi atas
segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan kenegaraan.
4. Bentuk dan Susunan Pancasila.
Bentuk Pancasila di dalam pengertian ini diartikan sebagai rumusan Pancasila sebagaimana
tercantum di dalam alinea IV Pembukaan UUD’45. Pancasila sebagai suatu sistem nilai
disusun berdasarkan urutan logis keberadaan unsur-unsurnya. Susunan sila-sila
Pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain membentuk suatu system
yang disebut dengan istilah “Majemuk Tunggal”.
Pancasila sebagai satu kesatuan system nilai, juga membawa implikasi bahwa antara sila
yang satu dengan sila yang lain saling mengkualifikasi. Hal ini berarti bahwa antara sila
yang satu dengan yang lain, saling memberi kualitas, memberi bobot isi.
Macam- macam nilai
Menurut Walter G. Everet nilai- nilai manusiawi menjadi 8 kelompok, yaitu :
1. Nilai ekonomis (ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat dibeli)
2. Nilai kejasmanian (mengacu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan badan )
3. Nilai hiburan ( nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbang pada
pengayaan kehidupan )
4. Nilai sosial ( berasal mula dari berbagai bentuk perserikatan manusia)
5. Nilai watak ( keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan)
6. Nilai estetis ( nilai keindahan dalam alam dan dan karya seni)
7. Nilai intelektual ( nilai-nilai pengetahuan dan pengejaran kebenaran)
8. Nilai keagamaan ( nilai-nilai yang ada dalam agama )
Menurut Notonagoro nilai dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala seuatu yang berguna bagi rohani manusia.
3. Sistem Nilai dalam Pancasila
Nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar, serta motivasi atas
segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan kenegaraan.
Menurut Kaelan nilai-nilai pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Rumusan dari sila-sila pancasila itu sebenarnya hakikat maknanya yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak,karena pada hakikatnya
pancasila adalah nilai.
b. Inti nilai pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang.
c. Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD’45, menurut ilmu hukum memenuhi
syarat
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga merupakan suatu sumber hukum
positif di
Indonesia.
Menurut Darmoduharjo nilai pancasila yang bersifat subjektif dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa indonesia sendiri, sehingga bangsa indonesia
sebagai kuasa materialis.
b. Nilai pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia
c. Nilai pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa indonesia.
Dalam konteks hidup bernegara, maka Pancasila sebagai dasar Negara dan asas kerohanian
Negara merupakan nilai dasar. Nilai dasar ini dijabarkan lebih lanjut dalam nilai
INSTRUMENTAL, yaitu berupa UUD’45 sebagai hukum dasar tertulis.
a. Bentuk dan Susunan Pancasila.
Susunan sila-sila pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain membentuk
suatu sistem yang disebut dengan istilah majemuk tunggal. Majemuk tunggal artinya
pancasila terdiri dari 5 sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri secara
utuh.Bentuk Pancasila di dalam pengertian ini diartikan sebagai rumusan Pancasila
sebagaimana tercantum di dalam alinea IV Pembukaan UUD’45. Pancasila sebagai suatu
sistem nilai disusun berdasarkan urutan logis keberadaan unsur-unsurnya. Pancasila sebagai
satu kesatuan system nilai, juga membawa implikasi bahwa antara sila yang satu dengan sila
yang lain saling mengkualifikasi. Hal ini berarti bahwa antara sila yang satu dengan yang
lain, saling memberi kualitas, memberi bobot isi.

C. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila


Kalau membicarakan Pancasila sebagai etika politik maka ia mempunai lima prinsip
itu berikut ini disusun menurut pengelompokan pancasila, maka itu bukan sekedar sebuah
penyesuaian dengan situasi Indonesia, melainkan karena Pancasila memiliki logika internal
yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern (yang belum ada dalam
Pancasila adalah perhatian pada lingkungan hidup).
1.Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup dengan
positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan
hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan
beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme
memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang.
2. Hak Asasi Manusia
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusia yang adil dan beradab.
Mengapa? Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib
diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar
sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Karena itu, Hak-hak asasi manusia adalah baik
mutlak maupun kontekstual dalam pengertian sebagai berikut.
a.   Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat, melainkan
karena ia manusia, jadi dari tangan Sang Pencipta.
b.    Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya diancam
oleh Negara modern.
Bila mengkaji hak asasi manusia secara umum, maka dapat dibedakan dalam bentuk
tiga generasi hak-hak asasi manusia:
1)   Generasi pertama (abad ke 17 dan 18): hak-hak liberal, demokratis dan perlakuan wajar di
depan hokum.
2)    Generasi kedua (abad ke 19/20): hak-hak sosial
3)    Generasi ketiga (bagian kedua abad ke 20): hak-hak kolektif (misalnya minoritas-minoritas
etnik).
3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga
demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut
harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada
hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembnag secara melingkar: keluarga,
kampong, kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka
di sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran
kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing. Solidaritas itu
dilanggar dengan kasar oleh korupsi.
4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit,
atau sekelompok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk menentukan
dan memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau boleh
hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan
siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Demokrasi adalah
“kedaulatan rakyat plus prinsip keterwakilan”. Jadi demokrasi memerlukan sebuah system
penerjemah kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.
Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:
c. Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi
prinsip mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
d. Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum (Negara
hukum demokratis). Maka kepastian hukum merupakan unsur hakiki dalam
demokrasi (karena mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.
Maksud baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai
dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan social mencegah bahwa masyarakat
pecah ke dalam dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian bawah yang paling-
paling bisa survive di hari berikut.
Tuntutan keadilan social tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan
ide-ide, ideology-ideologi, agama-agama tertentu; keadilan social tidak sama dengan
sosialisme. Keadilan social adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan
social diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam
masyarakat. Di mana perlu diperhatikan bahwa ketidakadilan-ketidakadilan itu bersifat
structural, bukan pertama-pertama individual. Artinya, ketidakadilan tidak pertama-tama
terletak dalam sikap kurang adil orang-orang tertentu (misalnya para pemimpin), melainkan
dalam struktur-struktur politik/ekonomi/social/budaya/ideologis. Struktur-struktur itu hanya
dapat dibongkar dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak baik dari atas.
Ketidakadilan structural paling gawat sekarang adalah sebagian besar segala kemiskinan.
Ketidakadilan struktur lain adalah diskriminasi di semua bidang terhadap perempuan, semua
diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya.
Berdasarkan uaraian di atas, tantangan etika politik paling serius di Indonesia
sekarang adalah:
4. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.
5. Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama-tama ekstremisme agama
dimana mereka yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga
memaksakan pendapat mereka pada masyarakat.
6. Korupsi.

KAJIAN ILMIAH-FILSAFATI PENDIDIKAN PANCASILA


1. Pendekatan Ilmiah-filsafati dalam Pendidikan Pancasila
Pendekatan ilmiah mengandaikan adanya disiplin ilmu sebagai landasannya.
2. Macam-macam Ilmu Pengetahuan a. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
– Ilmu-ilmu alam (Natural Sciences)
– Ilmu-ilmu sosial (Social Sciences)
– Ilmu-ilmu kemanusiaan/humaniora (The Humanities)
b. Filsafat sebagai Ilmu Kritis
Filsafat berciri radikal karena hal yang dibicarakan diupayakan tuntas ke akar permasalahan
sampai kepada hakekatnya.  Filsafat berciri sistematis artinya berpikir secara  logis
selangkah  demi  selangkah  dan  menunjukkan   hu  dandamenunjukan hubungan  yang utuh
dan saling berkaitan  satu sama  lain. Filsafat  berciri universal dimaksudkan karena filsafat
memandang persoalan secara umum, menyeluruh, tidak terikat ruang dan waktu.
Objek kajian dalam filsafat :
# Alam (Kosmologi)
# Manusia  (Filsafat  manusia,  Filsafat  social-politik  Filsafat  moral  (etika),  Filsafat
Kebudayaan)
# Tuhan (Filsafat ketuhanan)
c. Ilmu Pengetahuan Empiris
Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sehingga sesuatu itu dapat dikatakan sebagai
suatu imu. Poedjawijaya menyebutnya sebagai syarat ilmiah (Kaelan, 1998), yaitu :
1. Berobjek
2. Bermetode
3. Bersistem
4. Bersifat Universal

Ibarat sebuah konstruksi bangunan, Pancasila merupakan fondasi yang membuat kokoh.
(Sumber: www.bell-architects.com) Pada bab ini, Anda diajak untuk memahami konsep,
hakikat, dan pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, atau dasar filsafat
negara Republik Indonesia dalam kehidupan bernegara. Hal tersebut penting mengingat
peraturan perundang-undangan yang mengatur organisasi negara, mekanisme
penyelenggaraan negara, hubungan warga negara dengan Negara yang semua itu harus sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagaimana Anda ketahui bahwa Pancasila sebagai dasar
negara yang autentik termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Inti esensi nilai-nilai
Pancasila tersebut, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan
sosial. Bangsa Indonesia semestinya telah dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat sebagaimana yang dicita-citakan, tetapi dalam kenyataannya belum sesuai dengan
harapan. Hal tersebut merupakan tantangan bagi generasi muda, khususnya Anda sebagai
kaum intelektual, untuk berpartisipasi, berjuang mewujudkan tujuan negara berdasarkan 72
Pancasila. Agar partisipasi Anda di masa yang akan datang efektif, maka perlu perluasan dan
pendalaman wawasan akademik mengenai dasar negara melalui mata kuliah pendidikan
Pancasila. Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat menguasai kompetensi
dasar sebagai berikut: Berkomitmen menjalankan ajaran agama dalam konteks Indonesia
yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945; sadar dan berkomitmen melaksanakan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 dan ketentuan hukum di bawahnya, sebagai wujud
kecintaannya pada tanah air; mengembangkan karakter Pancasilais yang teraktualisasi dalam
sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, cinta
damai, responsif dan proaktif; bertanggungjawab atas keputusan yang diambil berdasar pada
prinsip musyawarah dan mufakat; berkontribusi aktif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, berperan serta dalam pergaulan dunia dengan menjunjung tinggi penegakan moral
dan hukum; mengidentifikasi dan mengevaluasi peraturan perundang-undangan dan
kebijakan negara baik yang bersifat idealis maupun praktis-pragmatis dalam perspektif
Pancasila sebagai dasar negara; mengkritisi peraturan perundangundangan dan kebijakan
negara, baik yang bersifat idealis maupun praktispragmatis dalam perspektif Pancasila
sebagai dasar negara.

Teori Keadilan sebagai Tujuan Negara


1. Aristoteles (384-322 SM) Negara seharusnya menjamin kebaikan hidup para warga
negaranya. Kebaikan hidup inilah tujuan luhur negara. Hal ini hanya dapat dicapai dengan
keadilan yang harus menjadi dasarnya setiap pemerintahan. Keadilan ini harus dinyatakan
dengan undang-undang.
2. Thomas Aquinas (1225-1274) Kekuasaan dan hukum negara itu hanya berlaku selama ia
mewujudkan keadilan, untuk kebaikan bersama umat manusia, seperti yang dikehendaki
Tuhan.
3. Immanuel Kant (1724-1804) Terjadinya negara itu dari kenyataan bahwa manusia demi
kepentingan sendiri telah membatasi dirinya dalam suatu kontrak sosial yang menumbuhkan
hukum. Hukum adalah hasil daripada akal manusia untuk mempertemukan dan
menyelenggarakan kepentingan bersama. Hukum keadilan semesta alam menghendaki agar
manusia berbuat terhadap orang lain seperti yang ia harap orang lain berbuat terhadap
dirinya.
4. Anda dipersilakan untuk mencari tokoh lain yang mengemukakan teori tujuan negara
dalam konteks keadilan.

Teori Kesejahteraan dan Kebahagiaan sebagai Tujuan Negara.


1. Mohammad Hatta (1902-1980) “Bohonglah segala politik jika tidak menuju kepada
kemakmuran rakyat”.
2. Immanuel Kant (1724-1804) Tujuan politik ialah mengatur agar setiap orang dapat puas
dengan keadaannya. Hal ini menyangkut terpenuhinya kebutuhan yang bersifat bendawi dan
terwujudnya kebahagiaan yang bersifat kerohanian. 2. Argumen tentang Tantangan terhadap
Pancasila Pada era globalisasi dewasa ini, banyak hal yang akan merusak mental dan nilai
moral Pancasila yang menjadi kebanggaan bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian,
Indonesia perlu waspada dan berupaya agar ketahanan mental-ideologi bangsa Indonesia
tidak tergerus. Pancasila harus senantiasa menjadi benteng moral dalam menjawab tantangan-
tantangan terhadap unsur-unsur kehidupan bernegara, yaitu sosial, politik, ekonomi, budaya,
dan agama. Tantangan yang muncul, antara lain berasal dari derasnya arus paham-paham
yang bersandar pada otoritas materi, seperti liberalisme, kapitalisme, komunisme,
sekularisme, pragmatisme, dan hedonisme, yang menggerus kepribadian bangsa yang
berkarakter nilai-nilai Pancasila. Hal inipun dapat dilihat dengan jelas, betapa paham-paham
tersebut telah merasuk jauh dalam kehidupan bangsa Indonesia sehingga melupakan kultur
bangsa Indonesia yang memiliki sifat religius, santun, dan gotong-royong. Apabila ditarik
benang merah terkait dengan tantangan yang melanda bangsa Indonesia sebagaimana tersebut
di atas, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Dilihat dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan dalam kehidupan bernegara dalam
era reformasi ini karena perubahan sistem pemerintahan yang begitu cepat termasuk
digulirkannya otonomi daerah yang seluasluasnya, di satu pihak, dan di pihak lain,
masyarakat merasa bebas tanpa tuntutan nilai dan norma dalam kehidupan bernegara.
Akibatnya, sering ditemukan perilaku anarkisme yang dilakukan oleh elemen masyarakat
terhadap fasilitas publik dan aset milik masyarakat lainnya yang dipandang tidak cocok
dengan paham yang dianutnya. Masyarakat menjadi beringas karena code of conduct yang
bersumber pada nilai-nilai Pancasila mengalami degradasi. Selain itu, kondisi euforia
politik tersebut dapat memperlemah integrasi nasional.
b. Dalam bidang pemerintahan, banyak muncul di ranah publik aparatur pemerintahan, baik
sipil maupun militer yang kurang mencerminkan jiwa kenegarawanan. Terdapat fenomena
perilaku aparatur yang aji mumpung atau mementingkan kepentingan kelompoknya saja.
Hal tersebut perlu segera dicegah dengan cara meningkatkan efektivitas penegakan hukum
93 dan melakukan upaya secara masif serta sistematis dalam membudayakan nilai-nilai
Pancasila bagi para aparatur negara. Tantangan terhadap Pancasila sebagaimana yang
diuraikan di atas, hanya merupakan sebagian kecil saja karena tantangan terhadap
Pancasila itu seperti fenomena gunung es, yang tidak terlihat lebih banyak dibandingkan
yang muncul di permukaan. Hal ini menggambarkan bahwa upaya menjawab tantangan
tersebut tidak mudah. Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat harus bahu-membahu
merespon secara serius dan bertanggung jawab guna memperkokoh nilai-nilai Pancasila
sebagai kaidah penuntun bagi setiap warga negara, baik bagi yang berkiprah di sektor
masyarakat maupun di pemerintahan. Dengan demikian, integrasi nasional diharapkan
semakin kokoh dan secara bertahap bangsa Indonesia dapat mewujudkan cita-cita dan
tujuan negara yang menjadi idaman seluruh lapisan masyarakat.

Penerimaan Pancasila sebagai dasar negara merupakan milik bersama akan memudahkan
semua stakeholder bangsa dalam membangun negara berdasar prinsip-prinsip konstitusional.
Mahfud M.D. (2009: 16--17) menegaskan bahwa penerimaan Pancasila sebagai dasar negara
membawa konsekuensi diterima dan berlakunya kaidah-kaidah penuntun dalam pembuatan
kebijakan negara, terutama dalam politik hukum nasional. Lebih lanjut, Mahfud M.D.
menyatakan bahwa dari Pancasila dasar negara itulah lahir sekurang-kurangnya 4 kaidah
penuntun 94 dalam pembuatan politik hukum atau kebijakan negara lainnya, yaitu sebagai
berikut:
1) Kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga integrasi atau keutuhan bangsa,
baik secara ideologi maupun secara teritori.
2) Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya membangun
demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (negara hukum) sekaligus.
3) Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya membangun keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia bukanlah penganut liberalisme, melainkan
secara ideologis menganut prismatika antara individualisme dan kolektivisme dengan titik
berat pada kesejahteraan umum dan keadilan sosial.
4) Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada prinsip toleransi beragama
yang berkeadaban. Indonesia bukan negara agama sehingga tidak boleh melahirkan
kebijakan atau politik hukum yang berdasar atau didominasi oleh satu agama tertentu atas
nama apapun, tetapi Indonesia juga bukan negara sekuler yang hampa agama sehingga
setiap kebijakan atau politik hukumnya haruslah dijiwai oleh ajaran berbagai agama yang
bertujuan mulia bagi kemanusiaan. Pancasila sebagai dasar negara menurut pasal 2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, merupakan sumber dari segala sumber hukum negara. Di
sisi lain, pada penjelasan pasal 2 tersebut dinyatakan bahwa Pancasila sebagai dasar dan
ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis negara sehingga setiap materi muatan
peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Pancasila adalah substansi esensial yang mendapatkan
kedudukan formal yuridis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, rumusan Pancasila sebagai dasar negara adalah
sebagaimana terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Perumusan Pancasila yang menyimpang dari pembukaan secara
jelas merupakan perubahan secara tidak sah atas Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Kaelan, 2000: 91-92). 93 dan melakukan upaya
secara masif serta sistematis dalam membudayakan nilai-nilai Pancasila bagi para aparatur
negara.
Tantangan terhadap Pancasila sebagaimana yang diuraikan di atas, hanya merupakan
sebagian kecil saja karena tantangan terhadap Pancasila itu seperti fenomena gunung es,
yang tidak terlihat lebih banyak dibandingkan yang muncul di permukaan. Hal ini
menggambarkan bahwa upaya menjawab tantangan tersebut tidak mudah. Oleh karena itu,
seluruh elemen masyarakat harus bahu-membahu merespon secara serius dan bertanggung
jawab guna memperkokoh nilai-nilai Pancasila sebagai kaidah penuntun bagi setiap warga
negara, baik bagi yang berkiprah di sektor masyarakat maupun di pemerintahan. Dengan
demikian, integrasi nasional diharapkan semakin kokoh dan secara bertahap bangsa
Indonesia dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan negara yang menjadi idaman seluruh
lapisan masyarakat. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai
berikut:
1) Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib hukum Indonesia.
Dengan demikian, Pancasila merupakan asas kerohanian hukum Indonesia yang dalam
Pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia dijelmakan lebih lanjut ke dalam
empat pokok pikiran.
2) Meliputi suasana kebatinan (Geislichenhintergrund) dari UUD 1945.
3) Mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun tidak
tertulis).
4) Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk penyelenggara partai dan
golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5) Merupakan sumber semangat abadi UUD 1945 bagi penyelenggaraan negara, para
pelaksana pemerintahan. Hal tersebut dapat dipahami karena semangat tersebut adalah
penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan negara karena masyarakat senantiasa
tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat
(Kaelan, 2000: 198--199) Rumusan Pancasila secara imperatif harus dilaksanakan oleh
rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap sila Pancasila
merupakan satu kesatuan yang integral, yang saling mengandaikan dan saling mengunci.
Ketuhanan dijunjung tinggi dalam kehidupan bernegara, tetapi diletakkan dalam konteks
negara kekeluargaan yang egaliter, yang mengatasi paham perseorangan dan golongan,
selaras dengan visi kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan kebangsaan, demokrasi
permusyawaratan yang menekankan consensus, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014, 2013: 88).
Berikut ini adalah pandangan Mubyarto dalam Oesman dan Alfian (1993: 240--241)
mengenai 5 prinsip pembangunan ekonomi yang mengacu kepada nilai Pancasila, yaitu
sebagai berikut:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa, roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan-rangsangan
ekonomi, sosial, dan moral;
2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, ada kehendak kuat dari seluruh masyarakat untuk
mewujudkan pemerataan sosial (egalitarian), sesuai asas-asas kemanusiaan;
3) Persatuan Indonesia, prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan perekonomian
nasional yang tangguh. Hal ini berarti nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi;
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan merupakan
bentuk saling konkrit dari usaha bersama;
5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adanya imbangan yang jelas dan tegas
antara perencanaan di tingkat nasional dan desentralisasi dalam pelaksanaan kebijaksanaan
ekonomi untuk mencapai keadilan ekonomi dan keadilan sosial. Nilai-nilai Pancasila sebagai
dasar negara dalam bidang ekonomi mengidealisasikan terwujudnya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

C.MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT?


Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia Sebagaimana diketahui bahwa setiap bangsa
mana pun di dunia ini pasti memiliki identitas yang sesuai dengan latar belakang budaya
masing-masing. Budaya merupakan proses cipta, rasa, dan karsa yang perlu dikelola dan
dikembangkan secara terus-menerus. Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa
melalui proses inkulturasi dan akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia
merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi dan akulturasi tersebut. Kebudayaan itu
sendiri mengandung banyak pengertian dan definisi. Salah satu defisini kebudayaan adalah
sebagai berikut: ”suatu desain untuk hidup yang merupakan suatu perencanaan dan sesuai
dengan perencanaan itu masyarakat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan fisik, sosial,
dan gagasan”.
Perenungan merupakan upaya untuk menemukan nilai-nilai filosofis yang menjadi identitas.
(Sumber: digantjsn.wordpress.com) Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan
renungan yang menggugah kesadaran para pendiri negara, termasuk Soekarno ketika
menggagas ide Philosophische Grondslag. Perenungan ini mengalir ke arah upaya untuk
menemukan nilai-nilai filosofis yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Perenungan yang
berkembang dalam diskusi-diskusi sejak sidang BPUPKI sampai ke pengesahan Pancasila
oleh PPKI, termasuk salah satu momentum untuk menemukan Pancasila sebagai sistem
filsafat. Kendatipun demikian, sistem filsafat itu sendiri merupakan suatu proses yang
berlangsung secara kontinu sehingga perenungan awal yang dicetuskan para pendiri negara
merupakan bahan baku yang dapat dan akan terus merangsang pemikiran para pemikir
berikutnya. Notonagoro, Soerjanto 140 Poespowardoyo, Sastrapratedja termasuk segelintir
pemikir yang menaruh perhatian terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat. Oleh karena itu,
akan dibahas kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat dengan berbagai pemikiran para
tokoh yang bertitik tolak dari teori-teori filsafat. Mengapa mahasiswa perlu memahami
Pancasila secara filosofis? Alasannya karena mata kuliah Pancasila pada tingkat perguruan
tinggi menuntut mahasiswa untuk berpikir secara terbuka, kritis, sistematis, komprehensif,
dan mendasar sebagaimana ciri-ciri pemikiran filsafat. Setelah mempelajari bab ini,
diharapkan mahasiswa dapat menguasai kompetensi sebagai berikut. Bersikap inklusif,
toleran dan gotong royong dalam keragaman agama dan budaya; mengembangkan karakter
Pancasilais yang teraktualisasi dalam sikap jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, cinta damai, responsif dan proaktif; bertanggung jawab
atas keputusan yang diambil berdasar prinsip musyawarah; memahami dan menganalisis
hakikat sila-sila Pancasila, serta mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
sebagai paradigma berpikir, bersikap, dan berperilaku; mengelola hasil kerja individu dan
kelompok menjadi suatu gagasan tentang Pancasila yang hidup dalam tata kehidupan
Indonesia. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat Filsafat
merupakan awal dari ilmu pengetahuan, filsafat disebut juga sebagai “Mother of Science”.
Anda dipersilakan untuk mencari bentuk pemikiran filsafat dan mencari istilah-istilah yang
semakna dengan filsafat, kemudian melaporkannya secara tertulis sebagai tugas individual. 1.
Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat a. Apa yang dimaksudkan dengan sistem filsafat
Apakah Anda sering mendengar istilah “filsafat” diucapkan seseorang, atau mungkin Anda
sendiri seringkali mengucapkannya? Namun, apakah Anda mengerti dan faham apa yang
dimaksudkan dengan filsafat itu? Untuk itu, coba Anda renung dan pikirkan beberapa
pernyataan yang memuat istilah “filsafat” sebagai berikut: 139 BAB V MENGAPA
PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT? Gambar V.0 Perenungan merupakan
upaya untuk menemukan nilai-nilai filosofis yang menjadi identitas. (Sumber:
digantjsn.wordpress.com) Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang
menggugah kesadaran para pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas ide
Philosophische Grondslag. Perenungan ini mengalir ke arah upaya untuk menemukan nilai-
nilai filosofis yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam
diskusi-diskusi sejak sidang BPUPKI sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk
salah satu momentum untuk menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat. Kendatipun
demikian, sistem filsafat itu sendiri merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinu
sehingga perenungan awal yang dicetuskan para pendiri negara merupakan bahan baku yang
dapat dan akan terus merangsang pemikiran para pemikir berikutnya. Notonagoro, Soerjanto
140 Poespowardoyo, Sastrapratedja termasuk segelintir pemikir yang menaruh perhatian
terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat. Oleh karena itu, akan dibahas kedudukan Pancasila
sebagai sistem filsafat dengan berbagai pemikiran para tokoh yang bertitik tolak dari teori-
teori filsafat. Mengapa mahasiswa perlu memahami Pancasila secara filosofis? Alasannya
karena mata kuliah Pancasila pada tingkat perguruan tinggi menuntut mahasiswa untuk
berpikir secara terbuka, kritis, sistematis, komprehensif, dan mendasar sebagaimana ciri-ciri
pemikiran filsafat. Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat menguasai
kompetensi sebagai berikut. Bersikap inklusif, toleran dan gotong royong dalam keragaman
agama dan budaya; mengembangkan karakter Pancasilais yang teraktualisasi dalam sikap
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, cinta damai,
responsif dan proaktif; bertanggung jawab atas keputusan yang diambil berdasar prinsip
musyawarah; memahami dan menganalisis hakikat sila-sila Pancasila, serta
mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai paradigma berpikir,
bersikap, dan berperilaku; mengelola hasil kerja individu dan kelompok menjadi suatu
gagasan tentang Pancasila yang hidup dalam tata kehidupan Indonesia. Menelusuri Konsep
dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat Filsafat merupakan awal dari ilmu
pengetahuan, filsafat disebut juga sebagai “Mother of Science”. Anda dipersilakan untuk
mencari bentuk pemikiran filsafat dan mencari istilah-istilah yang semakna dengan filsafat,
kemudian melaporkannya secara tertulis sebagai tugas individual. 1. Konsep Pancasila
sebagai Sistem Filsafat a. Apa yang dimaksudkan dengan sistem filsafat Apakah Anda sering
mendengar istilah “filsafat” diucapkan seseorang, atau mungkin Anda sendiri seringkali
mengucapkannya? Namun, apakah Anda mengerti dan faham apa yang dimaksudkan dengan
filsafat itu? Untuk itu, coba Anda renung dan pikirkan beberapa pernyataan yang memuat
istilah “filsafat” sebagai berikut: 141 1) “Sebagai seorang pedagang, filsafat saya adalah
meraih keuntungan sebanyak-banyaknya”. 2) “Saya sebagai seorang prajurit TNI, filsafat
saya adalah mempertahankan tanah air Indonesia ini dari serangan musuh sampai titik darah
terakhir”. 3) “Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang mewarnai seluruh peraturan
hukum yang berlaku”. 4) “Sebagai seorang wakil rakyat, maka filsafat saya adalah bekerja
untuk membela kepentingan rakyat”. Berdasarkan keempat pernyataan di atas, maka Anda
tentu dapat membedakan bunyi pernyataan (1), (2), (4), dan pernyataan (3). Untuk dapat
memahami perbedaan keempat pernyataan tersebut, maka perlu menyimak beberapa
pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus,
Smith & Nolan sebagai berikut: 1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. (arti informal) 2)
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat dijunjung tinggi. (arti formal) 3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan. (arti komprehensif). 4) Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan
tentang arti kata dan konsep. (arti analisis linguistik). 5) Filsafat adalah sekumpulan
problematik yang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-
ahli filsafat. (arti aktual-fundamental). Berdasarkan uraian tersebut, maka pengertian filsafat
dalam arti informal itulah yang paling sering dikatakan masyarakat awam, sebagaimana
pernyataan pedagang dalam butir (1), pernyataan prajurit butir (2), dan pernyataan wakil
rakyat butir (4). Ketiga butir pernyataan tersebut termasuk dalam kategori pengertian filsafat
dalam arti informal, yakni kepercayaan atau keyakinan yang diterima secara tidak kritis.
Adapun pernyataan butir (3) merupakan suatu bentuk pernyataan filsafat yang mengacu pada
arti komprehensif. Hal ini disebabkan oleh pernyataan “Pancasila merupakan dasar filsafat
negara yang mewarnai seluruh peraturan hukum yang berlaku” mengacu pada arti
komprehensif atau menyeluruh, yaitu seluruh peraturan yang berlaku di Indonesia harus
mendasarkan diri 142 pada Pancasila. Dengan demikian, Pancasila merupakan suatu sistem
mendasar dan fundamental karena mendasari seluruh kebijakan penyelenggaraan negara.
Ketika suatu sistem bersifat mendasar dan fundamental, maka sistem tersebut dapat
dinamakan sebagai sistem filsafat. Pengertian filsafat butir (2) suatu proses kritik terhadap
kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi, lebih mengacu pada arti refleksif, yaitu sikap
terbuka dan toleran dan mau melihat sesuatu dari segala sudut persoalan tanpa prasangka
(Titus, Smith & Nolan, 1984: 11--12). Dalam hal ini, filsafat dapat menjadi sarana untuk
berpikir lebih jauh dan mendalam daripada sekadar mengandalkan atau percaya pada opini
yang ada di masyarakat. Misalnya, masyarakat awam beranggapan bahwa tenggelamnya
seseorang yang sedang mandi di pantai Parangtritis dipercaya sebagai ulah Nyi Roro Kidul
yang mengambilnya sebagai pasukan. Ungkapan semacam ini, dalam filsafat dikategorikan
sebagai mitos, sedangkan kelahiran filsafat sejak zaman Yunani kuno justru sebagai reaksi
terhadap mitos. Adagium pada zaman Yunani berbunyi, “Logos (akal) mengalahkan mitos
(dongeng, legenda) yang bersifat irrasional”. Voltaire, salah seorang filsuf Perancis abad
kedelapan belas pernah melontarkan adagium yang berbunyi, “Takhayul (mitos) membakar
dunia, filsafat memadamkannya” (Magee, 2008: i). Pengertian filsafat butir (4) sebagai
analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep, lebih mengacu pada
upaya untuk melakukan klarifikasi, yaitu menjelaskan arti istilah dan pemakaian bahasa
dalam berbagai bidang kehidupan (Titus, Smith & Nolan, 1984: 13). Dalam hal ini, filsafat
dapat menjadi sarana berpikir kritis untuk memahami makna suatu ungkapan. Misalnya,
pernyataan Voltaire yang berbunyi, “Manusia mengorbankan separuh hidupnya untuk
mencari uang, sedangkan separuh waktu lainnya justru manusia mengorbankan uang untuk
meraih kembali kesehatan (Hardiman, 2000: 110). Hasil analisis atas pernyataan Voltaire itu
menunjukkan bahwa suatu hal yang dilakukan oleh kebanyakan manusia modern itu ternyata
sia-sia. Hal ini terjadi karena tujuannya hanya untuk menumpuk kekayaan dengan memforsir
tenaga dan pikiran. Tentu saja, hal ini sangat beresiko terhadap kesehatan. Padahal biaya
kesehatan itu mahal sehingga merampas kembali dan menghilangkan hasil yang telah
diperoleh. 141 1) “Sebagai seorang pedagang, filsafat saya adalah meraih keuntungan
sebanyak-banyaknya”. 2) “Saya sebagai seorang prajurit TNI, filsafat saya adalah
mempertahankan tanah air Indonesia ini dari serangan musuh sampai titik darah terakhir”. 3)
“Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang mewarnai seluruh peraturan hukum yang
berlaku”. 4) “Sebagai seorang wakil rakyat, maka filsafat saya adalah bekerja untuk membela
kepentingan rakyat”. Berdasarkan keempat pernyataan di atas, maka Anda tentu dapat
membedakan bunyi pernyataan (1), (2), (4), dan pernyataan (3). Untuk dapat memahami
perbedaan keempat pernyataan tersebut, maka perlu menyimak beberapa pengertian filsafat
berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus, Smith & Nolan
sebagai berikut: 1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. (arti informal) 2) Filsafat adalah suatu
proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi.
(arti formal) 3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (arti
komprehensif). 4) Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata
dan konsep. (arti analisis linguistik). 5) Filsafat adalah sekumpulan problematik yang
langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (arti
aktual-fundamental).

Beberapa ciri berpikir kefilsafatan meliputi: (1). sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya
berhubungan satu sama lain secara runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling
bertentangan di dalamnya. Pancasila sebagai sistem filsafat, bagian-bagiannya tidak saling
bertentangan, meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai
fungsi dan kedudukan tersendiri; (2). sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya
mencakup segala hal dan gejala yang terdapat dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai
filsafat hidup bangsa merupakan suatu pola yang dapat mewadahi semua kehidupan dan
dinamika masyarakat di Indonesia; (3). sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu
bentuk perenungan mendalam yang sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga
menemukan aspek yang sangat fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan
berdasarkan inti mutlak tata kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia,
dan Tuhan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara; (4). sistem filsafat bersifat
spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan sebagai praanggapan yang menjadi titik awal
yang menjadi pola dasar berdasarkan penalaran logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang
sesuatu.

Beberapa ciri berpikir kefilsafatan meliputi: (1). sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya
berhubungan satu sama lain secara runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling
bertentangan di dalamnya. Pancasila sebagai sistem filsafat, bagian-bagiannya tidak saling
bertentangan, meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai
fungsi dan kedudukan tersendiri; (2). sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya
mencakup segala hal dan gejala yang terdapat dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai
filsafat hidup bangsa merupakan suatu pola yang dapat mewadahi semua kehidupan dan
dinamika masyarakat di Indonesia; (3). sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu
bentuk perenungan mendalam yang sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga
menemukan aspek yang sangat fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan
berdasarkan inti mutlak tata kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia,
dan Tuhan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara; (4). sistem filsafat bersifat
spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan sebagai praanggapan yang menjadi titik awal
yang menjadi pola dasar berdasarkan penalaran logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang
sesuatu.
Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat 1.
Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat Pada 12 Agustus 1928, Soekarno pernah
menulis di Suluh Indonesia yang menyebutkan bahwa nasionalisme adalah nasionalisme yang
membuat manusia menjadi perkakasnya Tuhan dan membuat manusia hidup dalam roh (Yudi
Latif, 2011: 68). Pembahasan sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat dapat ditelusuri dalam
sejarah masyarakat Indonesia sebagai berikut. (Lihat Negara Paripurna, Yudi Latif). a. Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa Sejak zaman purbakala hingga pintu gerbang kemerdekaan
negara Indonesia, masyarakat Nusantara telah melewati ribuan tahun pengaruh agama-agama
lokal, yaitu sekitar 14 abad pengaruh Hindu dan Buddha, 7 abad pengaruh Islam, dan 4 abad
pengaruh Kristen. Tuhan telah menyejarah dalam ruang publik Nusantara. Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih berlangsungnya sistem penyembahan dari berbagai kepercayaan
dalam agama-agama yang hidup di Indonesia. Pada semua sistem religi-politik tradisional di
muka bumi, termasuk di Indonesia, agama memiliki peranan sentral dalam pendefinisian
institusi-institusi sosial (Yudi-Latif, 2011: 57--59). b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab Nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat Indonesia dilahirkan dari perpaduan
pengalaman bangsa Indonesia dalam menyejarah. Bangsa Indonesia sejak dahulu dikenal
sebagai bangsa maritim telah menjelajah keberbagai penjuru Nusantara, bahkan dunia. Hasil
pengembaraan itu membentuk karakter bangsa Indonesia yang kemudian oleh Soekarno
disebut dengan istilah Internasionalisme atau Perikemanusiaan. Kemanjuran konsepsi
internasionalisme yang berwawasan kemanusiaan yang adil dan beradab menemukan ruang
pembuktiannya segera setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan rekam jejak
perjalanan bangsa Indonesia, tampak jelas bahwa sila kemanusiaan yang adil dan beradab
memiliki akar yang kuat dalam historisitas kebangsaan Indonesia. Kemerdekan Indonesia
menghadirkan suatu bangsa yang memiliki wawasan global dengan kearifan lokal, memiliki
komitmen pada penertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, 158 perdamaian, dan keadilan
sosial serta pada pemuliaan hak-hak asasi manusia dalam suasana kekeluargaan kebangsan
Indonesia (Yudi-Latif, 2011: 201). c. Sila Persatuan Indonesia. Kebangsaan Indonesia
merefleksikan suatu kesatuan dalam keragaman serta kebaruan dan kesilaman. Indonesia
adalah bangsa majemuk paripurna yang menakjubkan karena kemajemukan sosial, kultural,
dan teritorial dapat menyatu dalam suatu komunitas politik kebangsaan Indonesia. Indonesia
adalah sebuah bangsa besar yang mewadahi warisan peradaban Nusantara dan kerajaan-
kerajaan bahari terbesar di muka bumi. Jika di tanah dan air yang kurang lebih sama, nenek
moyang bangsa Indonesia pernah menorehkan tinta keemasannya, maka tidak ada alasan bagi
manusia baru Indonesia untuk tidak dapat mengukir kegemilangan (Yudi-Latif, 2011:377). d.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat memang merupakan fenomena baru di Indonesia, yang muncul
sebagai ikutan formasi negara republik Indonesia merdeka. Sejarah menunjukkan bahwa
kerajaan-kerajaan pra-Indonesia adalah kerajaan feodal yang dikuasai oleh raja-raja autokrat.
Meskipun demikian, nilai-nilai demokrasi dalam taraf tertentu telah berkembang dalam
budaya Nusantara, dan dipraktikkan setidaknya dalam unit politik kecil, seperti desa di Jawa,
nagari di Sumatera Barat, banjar di Bali, dan lain sebagainya. Tan Malaka mengatakan bahwa
paham kedaulatan rakyat sebenarnya telah tumbuh di alam kebudayaan Minangkabau,
kekuasaan raja dibatasi oleh ketundukannya pada keadilan dan kepatutan. Kemudian, Hatta
menambahkan ada dua anasir tradisi demokrasi di Nusantara, yaitu; hak untuk mengadakan
protes terhadap peraturan raja yang tidak adil dan hak untuk menyingkir dari kekuasaan raja
yang tidak disenangi (Yudi-Latif, 2011: 387--388). e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia Masyarakat adil dan makmur adalah impian kebahagian yang telah berkobar
ratusan tahun lamanya dalam dada keyakinan bangsa Indonesia. Impian kebahagian itu
terpahat dalam ungkapan “Gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja”. Demi impian
masyarakat yang adil dan makmur itu, 157 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis
tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat 1. Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem
Filsafat Pada 12 Agustus 1928, Soekarno pernah menulis di Suluh Indonesia yang
menyebutkan bahwa nasionalisme adalah nasionalisme yang membuat manusia menjadi
perkakasnya Tuhan dan membuat manusia hidup dalam roh (Yudi Latif, 2011: 68).
Pembahasan sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat dapat ditelusuri dalam sejarah
masyarakat Indonesia sebagai berikut. (Lihat Negara Paripurna, Yudi Latif). a. Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa Sejak zaman purbakala hingga pintu gerbang kemerdekaan
negara Indonesia, masyarakat Nusantara telah melewati ribuan tahun pengaruh agama-agama
lokal, yaitu sekitar 14 abad pengaruh Hindu dan Buddha, 7 abad pengaruh Islam, dan 4 abad
pengaruh Kristen. Tuhan telah menyejarah dalam ruang publik Nusantara. Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih berlangsungnya sistem penyembahan dari berbagai kepercayaan
dalam agama-agama yang hidup di Indonesia. Pada semua sistem religi-politik tradisional di
muka bumi, termasuk di Indonesia, agama memiliki peranan sentral dalam pendefinisian
institusi-institusi sosial (Yudi-Latif, 2011: 57--59). b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab Nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat Indonesia dilahirkan dari perpaduan
pengalaman bangsa Indonesia dalam menyejarah. Bangsa Indonesia sejak dahulu dikenal
sebagai bangsa maritim telah menjelajah keberbagai penjuru Nusantara, bahkan dunia. Hasil
pengembaraan itu membentuk karakter bangsa Indonesia yang kemudian oleh Soekarno
disebut dengan istilah Internasionalisme atau Perikemanusiaan. Kemanjuran konsepsi
internasionalisme yang berwawasan kemanusiaan yang adil dan beradab menemukan ruang
pembuktiannya segera setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan rekam jejak
perjalanan bangsa Indonesia, tampak jelas bahwa sila kemanusiaan yang adil dan beradab
memiliki akar yang kuat dalam historisitas kebangsaan Indonesia. Kemerdekan Indonesia
menghadirkan suatu bangsa yang memiliki wawasan global dengan kearifan lokal, memiliki
komitmen pada penertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, 158 perdamaian, dan keadilan
sosial serta pada pemuliaan hak-hak asasi manusia dalam suasana kekeluargaan kebangsan
Indonesia (Yudi-Latif, 2011: 201). c. Sila Persatuan Indonesia. Kebangsaan Indonesia
merefleksikan suatu kesatuan dalam keragaman serta kebaruan dan kesilaman. Indonesia
adalah bangsa majemuk paripurna yang menakjubkan karena kemajemukan sosial, kultural,
dan teritorial dapat menyatu dalam suatu komunitas politik kebangsaan Indonesia. Indonesia
adalah sebuah bangsa besar yang mewadahi warisan peradaban Nusantara dan kerajaan-
kerajaan bahari terbesar di muka bumi. Jika di tanah dan air yang kurang lebih sama, nenek
moyang bangsa Indonesia pernah menorehkan tinta keemasannya, maka tidak ada alasan bagi
manusia baru Indonesia untuk tidak dapat mengukir kegemilangan (Yudi-Latif, 2011:377). d.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat memang merupakan fenomena baru di Indonesia, yang muncul
sebagai ikutan formasi negara republik Indonesia merdeka. Sejarah menunjukkan bahwa
kerajaan-kerajaan pra-Indonesia adalah kerajaan feodal yang dikuasai oleh raja-raja autokrat.
Meskipun demikian, nilai-nilai demokrasi dalam taraf tertentu telah berkembang dalam
budaya Nusantara, dan dipraktikkan setidaknya dalam unit politik kecil, seperti desa di Jawa,
nagari di Sumatera Barat, banjar di Bali, dan lain sebagainya. Tan Malaka mengatakan bahwa
paham kedaulatan rakyat sebenarnya telah tumbuh di alam kebudayaan Minangkabau,
kekuasaan raja dibatasi oleh ketundukannya pada keadilan dan kepatutan. Kemudian, Hatta
menambahkan ada dua anasir tradisi demokrasi di Nusantara, yaitu; hak untuk mengadakan
protes terhadap peraturan raja yang tidak adil dan hak untuk menyingkir dari kekuasaan raja
yang tidak disenangi (Yudi-Latif, 2011: 387--388). e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia Masyarakat adil dan makmur adalah impian kebahagian yang telah berkobar
ratusan tahun lamanya dalam dada keyakinan bangsa Indonesia. Impian kebahagian itu
terpahat dalam ungkapan “Gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja”. Demi impian
masyarakat yang adil dan makmur itu, 159 para pejuang bangsa telah mengorbankan dirinya
untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia dahulunya
adalah bangsa yang hidup dalam keadilan dan kemakmuran, keadaan ini kemudian dirampas
oleh kolonialisme (Yudi-Latif, 2011: 493--494). 2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai
Sistem Filsafat Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke
dalam 2 kelompok. Kelompok pertama, masyarakat awam yang memahami Pancasila sebagai
sistem filsafat yang sudah dikenal masyarakat Indonesia dalam bentuk pandangan hidup,
Way of life yang terdapat dalam agama, adat istiadat, dan budaya berbagai suku bangsa di
Indonesia. Kelompok kedua, masyarakat ilmiah-akademis yang memahami Pancasila sebagai
sistem filsafat dengan teori-teori yang bersifat akademis. Kelompok pertama memahami
sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dalam pandangan hidup atau kearifan
lokal yang memperlihatkan unsur-unsur filosofis Pancasila itu masih berbentuk pedoman
hidup yang bersifat praktis dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks agama,
masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religius karena perkembangan
kepercayaan yang ada di masyarakat sejak animisme, dinamisme, politeistis, hingga
monoteis. Pancasila sebagai sistem filsafat, menurut Notonagoro merupakan satu kesatuan
utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, sila-sila Pancasila merupakan suatu
kesatuan utuh yang yang saling terkait dan saling berhubungan secara koheren. Notonagoro
menggambarkan kesatuan dan hubungan sila-sila Pancasila itu dalam bentuk kesatuan dan
hubungan hierarkis piramidal dan kesatuan hubungan yang saling mengisi atau saling
mengkualifikasi. Kesatuan dan hubungan sila-sila Pancasila yang hierarkis piramidal
digambarkan Notonagoro (1980: 110) dengan bentuk piramida yang bertingkat lima, sila
Ketuhanan Yang Maha Esa berada di puncak piramida dan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia sebagai alas piramida. Rumusan hierarkis piramidal itu dapat digambar
sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai dan meliputi sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, menjiwai dan meliputi sila Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menjiwai dan meliputi sila Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, menjiwai dan meliputi, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dijiwai dan diliputi oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
(Kaelan, 2003: 60- 61).

Kesatuan dan hubungan sila-sila Pancasila yang saling mengkualifikasi atau mengisi dapat
digambar sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah KETUHANAN yang berKemanusiaan yang Adil
dan Beradab, ber-Persatuan Indonesia, berKerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan ber-Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah KEMANUSIAAN yang berKetuhanan
Yang Maha Esa, ber-Persatuan Indonesia, ber-Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, dan ber-Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia adalah PERSATUAN yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, ber-
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, ber-Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, dan ber-Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia. 159 para pejuang bangsa telah mengorbankan dirinya untuk mewujudkan
cita-cita tersebut. Sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia dahulunya adalah bangsa yang
hidup dalam keadilan dan kemakmuran, keadaan ini kemudian dirampas oleh kolonialisme
(Yudi-Latif, 2011: 493--494).

2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat Sumber sosiologis Pancasila sebagai
sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama, masyarakat
awam yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat yang sudah dikenal masyarakat
Indonesia dalam bentuk pandangan hidup, Way of life yang terdapat dalam agama, adat
istiadat, dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia. Kelompok kedua, masyarakat ilmiah-
akademis yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat dengan teori-teori yang bersifat
akademis. Kelompok pertama memahami sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat
dalam pandangan hidup atau kearifan lokal yang memperlihatkan unsur-unsur filosofis
Pancasila itu masih berbentuk pedoman hidup yang bersifat praktis dalam berbagai aspek
kehidupan. Dalam konteks agama, masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang
religius karena perkembangan kepercayaan yang ada di masyarakat sejak animisme,
dinamisme, politeistis, hingga monoteis. Pancasila sebagai sistem filsafat, menurut
Notonagoro merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, sila-
sila Pancasila merupakan suatu kesatuan utuh yang yang saling terkait dan saling
berhubungan secara koheren. Notonagoro menggambarkan kesatuan dan hubungan sila-sila
Pancasila itu dalam bentuk kesatuan dan hubungan hierarkis piramidal dan kesatuan
hubungan yang saling mengisi atau saling mengkualifikasi. Kesatuan dan hubungan sila-sila
Pancasila yang hierarkis piramidal digambarkan Notonagoro (1980: 110) dengan bentuk
piramida yang bertingkat lima, sila Ketuhanan Yang Maha Esa berada di puncak piramida
dan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia sebagai alas piramida. Rumusan
hierarkis piramidal itu dapat digambar sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai dan meliputi sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, menjiwai dan meliputi sila Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menjiwai dan meliputi sila Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, menjiwai dan meliputi, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dijiwai dan diliputi oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
(Kaelan, 2003: 60- 61).

Kesatuan dan hubungan sila-sila Pancasila yang saling mengkualifikasi atau mengisi dapat
digambar sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah KETUHANAN yang berKemanusiaan yang Adil
dan Beradab, ber-Persatuan Indonesia, berKerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan ber-Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah KEMANUSIAAN yang berKetuhanan
Yang Maha Esa, ber-Persatuan Indonesia, ber-Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, dan ber-Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia adalah PERSATUAN yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, ber-
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, ber-Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, dan ber-Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan adalah KERAKYATAN yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
ber-Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan ber-Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah KEADILAN yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, ber-Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, ber-Persatuan
Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan (Kaelan, 2003: 61).

Salah satu kearifan lokal Suku Baduy adalah menyimpan padi di lumbung untuk mengatasi
masa paceklik (kesusahan/kekurangan pangan) Sumber: (rynari.wordpress.com) Anda
dipersilakan menggali sumber informasi tentang berbagai bentuk kearifan lokal yang terkait
dengan

1. Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat Pada awalnya, Pancasila merupakan
konsensus politik yang kemudian berkembang menjadi sistem filsafat. Sumber politis
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok.
Kelompok pertama, 162 meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem
filsafat pada sidang BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun
1958 dan 1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok
kedua, mencakup berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat
yang disuarakan kembali di era reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011.
Wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat mengemuka ketika Soekarno
melontarkan konsep Philosofische Grondslag, dasar filsafat negara. Artinya,
kedudukan Pancasila diletakkan sebagai dasar kerohanian bagi penyelenggaran
kehidupan bernegara di Indonesia. Soekarno dalam kuliah umum di Istana Negara
pada 22 Mei 1958 menegaskan tentang kedudukan Pancasila sebagai
Weltanschauung dapat mempersatukan bangsa Indonesia dan menyelamatkan negara
Indonesia dari disintegrasi bangsa (Soekarno, 2001: 65). Pada kuliah umum di Istana
Negara pada 26 Juni 1958, Soekarno membahas sila-sila Pancasila sebagai berikut.
Sila I, pada garis besarnya manusia Indonesia itu percaya kepada Tuhan,
sebagaimana yang dikenal oleh penganut agama masing-masing. Ketuhanan Yang
Maha Esa merupakan konsep yang dapat diterima semua golongan agama di
Indonesia sehingga apabila elemen Ketuhanan ini dibuang, berarti telah membuang
sesuatu yang mempersatukan batin segenap rakyat sebagai bangsa Indonesia. Kalau
sila Ketuhanan Yang Maha Esa tidak dimasukkan, maka akan kehilangan salah satu
leitstar yang utama dalam kehidupan bangsa. Dengan demikian, elemen Ketuhanan
ini perlu dimasukkan ke dalam sila-sila Pancasila, karena menjadi bintang penuntun
atau pedoman dalam bertindak (Soekarno, 2001: 93). Selanjutnya, Soekarno
menjelaskan tentang Sila II yang merupakan upaya untuk mencegah timbulnya
semangat nasionalisme yang berlebihan sehingga terjebak ke dalam chauvinisme atau
rasialisme. Soekarno menegaskan bahwa nasionalisme ala Hitler merupakan
nasionalisme yang tidak berperikemanusiaan karena didasarkan pada sikap
chauvinistis (Soekarno, 2001: 142). Soekarno memberikan kuliah umum tentang Sila
III pada Juli 1958 di Istana Negara. Soekarno bertitik tolak dari berbagai pengertian
tentang bangsa yang diambilnya dari berbagai pemikiran, seperti teori Ernest Renan
yang mengatakan bahwa bangsa itu sekumpulan manusia yang mempunyai keinginan
bersatu hidup bersama (Le desire d’etre ensemble). Soekarno juga 161 d. Sila
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan adalah KERAKYATAN yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, ber-Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan ber-
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia adalah KEADILAN yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, ber-
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
(Kaelan, 2003: 61). Gambar V.6: Salah satu kearifan lokal Suku Baduy adalah
menyimpan padi di lumbung untuk mengatasi masa paceklik (kesusahan/kekurangan
pangan) Sumber: (rynari.wordpress.com) Anda dipersilakan menggali sumber
informasi tentang berbagai bentuk kearifan lokal yang terkait dengan ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan dalam budaya masyarakat
Indonesia. Diskusikan dengan teman kelompok Anda dan laporkan secara tertulis. 3.
Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat Pada awalnya, Pancasila merupakan
konsensus politik yang kemudian berkembang menjadi sistem filsafat. Sumber politis
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok.
Kelompok pertama, 162 meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem
filsafat pada sidang BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun
1958 dan 1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok
kedua, mencakup berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat
yang disuarakan kembali di era reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011.
Wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat mengemuka ketika Soekarno
melontarkan konsep Philosofische Grondslag, dasar filsafat negara. Artinya,
kedudukan Pancasila diletakkan sebagai dasar kerohanian bagi penyelenggaran
kehidupan bernegara di Indonesia. Soekarno dalam kuliah umum di Istana Negara
pada 22 Mei 1958 menegaskan tentang kedudukan Pancasila sebagai
Weltanschauung dapat mempersatukan bangsa Indonesia dan menyelamatkan negara
Indonesia dari disintegrasi bangsa (Soekarno, 2001: 65). Pada kuliah umum di Istana
Negara pada 26 Juni 1958, Soekarno membahas sila-sila Pancasila sebagai berikut.
Sila I, pada garis besarnya manusia Indonesia itu percaya kepada Tuhan,
sebagaimana yang dikenal oleh penganut agama masing-masing. Ketuhanan Yang
Maha Esa merupakan konsep yang dapat diterima semua golongan agama di
Indonesia sehingga apabila elemen Ketuhanan ini dibuang, berarti telah membuang
sesuatu yang mempersatukan batin segenap rakyat sebagai bangsa Indonesia. Kalau
sila Ketuhanan Yang Maha Esa tidak dimasukkan, maka akan kehilangan salah satu
leitstar yang utama dalam kehidupan bangsa. Dengan demikian, elemen Ketuhanan
ini perlu dimasukkan ke dalam sila-sila Pancasila, karena menjadi bintang penuntun
atau pedoman dalam bertindak (Soekarno, 2001: 93). Selanjutnya, Soekarno
menjelaskan tentang Sila II yang merupakan upaya untuk mencegah timbulnya
semangat nasionalisme yang berlebihan sehingga terjebak ke dalam chauvinisme atau
rasialisme. Soekarno menegaskan bahwa nasionalisme ala Hitler merupakan
nasionalisme yang tidak berperikemanusiaan karena didasarkan pada sikap
chauvinistis (Soekarno, 2001: 142). Soekarno memberikan kuliah umum tentang Sila
III pada Juli 1958 di Istana Negara. Soekarno bertitik tolak dari berbagai pengertian
tentang bangsa yang diambilnya dari berbagai pemikiran, seperti teori Ernest Renan
yang mengatakan bahwa bangsa itu sekumpulan manusia yang mempunyai keinginan
bersatu hidup bersama (Le desire d’etre ensemble). Soekarno juga 163 menyitir
pendapat Otto Bauer yang mengatakan bahwa bangsa adalah persatuan, persamaan
watak, yang dilahirkan karena persamaan nasib. Berdasarkan beberapa pemikiran
tersebut, Soekarno menyimpulkan bahwa bangsa itu hidup dalam suatu kesatuan
yang kuat dalam sebuah negara dengan tujuan untuk mempersatukan (Soekarno,
2001: 114). Sila IV, Soekarno memberikan kuliah umum tentang sila kerakyatan
pada 3 September 1958 di Istana Negara. Soekarno mengatakan bahwa demokrasi
yang harus dijalankan adalah demokrasi Indonesia, yang membawa keperibadian
Indonesia sendiri. Demokrasi yang dimaksud bukanlah sekadar alat teknis, melainkan
suatu alam jiwa pemikiran dan perasaan bangsa Indonesia (Soekarno, 2001: 165).
Dalam kuliah umum seminar Pancasila di Yogyakarta 21 Februari 1959, Soekarno
menguraikan tetang arti sila V sebagai berikut: Keadilan sosial bagi bangsa Indonesia
merupakan suatu keharusan karena hal itu merupakan amanat dari para leluhur
bangsa Indonesia yang menderita pada masa penjajahan, dan para pejuang yang telah
gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan (Soekarno, 2011: 191). Kelompok
kedua, diwakili Habibie dalam pidato 1 Juni 2011 yang menyuarakan kembali
pentingnya Pancasila bagi kehidupan bangsa Indonesia setelah dilupakan dalam
rentang waktu yang cukup panjang sekitar satu dasawarsa pada eforia politik di awal
reformasi. Pidato Habibie dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, pernyataan
Habibie tentang kedudukan Pancasila sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia dalam
dinamika sejarah sistem politik sejak Orde Lama hingga era reformasi. Habibie
mengatakan sebagai berikut. “Selama enam puluh enam tahun perjalanan bangsa,
Pancasila telah mengalami berbagai batu ujian dan dinamika sejarah sistem politik,
sejak zaman demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, era Orde Baru hingga
demokrasi multipartai di era reformasi saat ini. Di setiap zaman, Pancasila harus
melewati alur dialektika peradaban yang menguji ketangguhannya sebagai dasar
filosofis bangsa Indonesia yang terus berkembang dan tidak pernah berhenti di satu
titik terminal sejarah” (Habibie, 2011: 1). Kedua, pernyataan Habibie tentang faktor-
faktor perubahan yang menimbulkan pergeseran nilai dalam kehidupan bangsa
Indonesia sehingga diperlukan reaktualisasi Pancasila. Habibie menyatakan hal itu
sebagai berikut: “Beberapa perubahan yang kita alami antara lain: (1) terjadinya
proses globalisasi dalam segala aspeknya; (2) perkembangan gagasan hak asasi
manusia (HAM) yang tidak diimbagi dengan kewajiban asasi manusia (KAM); (3)
lonjakan pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat, di mana informasi
menjadi kekuatan yang amat berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan, tetapi
juga yang rentan terhadap "manipulasi" informasi dengan segala dampaknya. Ketiga
perubahan tersebut telah mendorong terjadinya pergeseran nilai yang dialami bangsa
Indonesia, sebagaimana terlihat dalam pola hidup masyarakat pada umumnya,
termasuk dalam corak perilaku kehidupan politik dan ekonomi yang terjadi saat ini.
Dengan terjadinya perubahan tersebut, diperlukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila
agar dapat dijadikan acuan bagi bangsa Indonesia dalam menjawab berbagai
persoalan yang dihadapi saat ini dan yang akan datang, baik persoalan yang datang
dari dalam maupun dari luar. (Habibie, 2011: 2). Ketiga, penegasan Habibie tentang
makna penting reaktualisasi Pancasila diungkapkan sebagai berikut: “….
reaktualisasi Pancasila diperlukan untuk memperkuat paham kebangsaan kita yang
majemuk dan memberikan jawaban atas sebuah pertanyaan akan dibawa ke mana
biduk peradaban bangsa ini berlayar di tengah lautan zaman yang penuh tantangan
dan ketidakpastian?” (Habibie, 2011: 5). Keempat, perlunya implementasi nilai-nilai
Pancasila dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia diungkapkan
Habibie dalam pernyataan berikut: “Dalam forum yang terhormat ini, saya mengajak
kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya para tokoh dan cendekiawan di
kampus-kampus serta di lembaga-lembaga kajian lain untuk secara serius
merumuskan implementasi nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam lima silanya
dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dalam konteks masa kini dan masa depan.
Yang juga tidak kalah penting adalah peran para penyelenggara negara dan
pemerintahan untuk secara cerdas dan konsekuen serta konsisten menjabarkan
implementasi nilainilai Pancasila tersebut dalam berbagai kebijakan yang dirumuskan
dan program yang dilaksanakan” (Habibie, 2011: 6). Sumber politis Pancasila
sebagai sistem filsafat berlaku juga atas kesepakatan penggunaan simbol dalam
kehidupan bernegara. Garuda Pancasila merupakan salah satu simbol dalam
kehidupan bernegara. Dalam pasal 35 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi sebagai
berikut. ”Bendera Negara Indonesia ialah sang merah putih”. Pasal 36, ”Bahasa
Negara ialah Bahasa Indonesia”. Pasal 36A, ”Lambang Negara ialah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika”. Pasal 36B, ”Lagu kebangsaan
Indonesia ialah 163 menyitir pendapat Otto Bauer yang mengatakan bahwa bangsa
adalah persatuan, persamaan watak, yang dilahirkan karena persamaan nasib.
Berdasarkan beberapa pemikiran tersebut, Soekarno menyimpulkan bahwa bangsa itu
hidup dalam suatu kesatuan yang kuat dalam sebuah negara dengan tujuan untuk
mempersatukan (Soekarno, 2001: 114). Sila IV, Soekarno memberikan kuliah umum
tentang sila kerakyatan pada 3 September 1958 di Istana Negara. Soekarno
mengatakan bahwa demokrasi yang harus dijalankan adalah demokrasi Indonesia,
yang membawa keperibadian Indonesia sendiri. Demokrasi yang dimaksud bukanlah
sekadar alat teknis, melainkan suatu alam jiwa pemikiran dan perasaan bangsa
Indonesia (Soekarno, 2001: 165). Dalam kuliah umum seminar Pancasila di
Yogyakarta 21 Februari 1959, Soekarno menguraikan tetang arti sila V sebagai
berikut: Keadilan sosial bagi bangsa Indonesia merupakan suatu keharusan karena
hal itu merupakan amanat dari para leluhur bangsa Indonesia yang menderita pada
masa penjajahan, dan para pejuang yang telah gugur dalam memperjuangkan
kemerdekaan (Soekarno, 2011: 191). Kelompok kedua, diwakili Habibie dalam
pidato 1 Juni 2011 yang menyuarakan kembali pentingnya Pancasila bagi kehidupan
bangsa Indonesia setelah dilupakan dalam rentang waktu yang cukup panjang sekitar
satu dasawarsa pada eforia politik di awal reformasi. Pidato Habibie dapat diuraikan
sebagai berikut: Pertama, pernyataan Habibie tentang kedudukan Pancasila sebagai
dasar filosofis bangsa Indonesia dalam dinamika sejarah sistem politik sejak Orde
Lama hingga era reformasi. Habibie mengatakan sebagai berikut. “Selama enam
puluh enam tahun perjalanan bangsa, Pancasila telah mengalami berbagai batu ujian
dan dinamika sejarah sistem politik, sejak zaman demokrasi parlementer, demokrasi
terpimpin, era Orde Baru hingga demokrasi multipartai di era reformasi saat ini. Di
setiap zaman, Pancasila harus melewati alur dialektika peradaban yang menguji
ketangguhannya sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia yang terus berkembang dan
tidak pernah berhenti di satu titik terminal sejarah” (Habibie, 2011: 1). Kedua,
pernyataan Habibie tentang faktor-faktor perubahan yang menimbulkan pergeseran
nilai dalam kehidupan bangsa Indonesia sehingga diperlukan reaktualisasi Pancasila.
Habibie menyatakan hal itu sebagai berikut: 164 “Beberapa perubahan yang kita
alami antara lain: (1) terjadinya proses globalisasi dalam segala aspeknya; (2)
perkembangan gagasan hak asasi manusia (HAM) yang tidak diimbagi dengan
kewajiban asasi manusia (KAM); (3) lonjakan pemanfaatan teknologi informasi oleh
masyarakat, di mana informasi menjadi kekuatan yang amat berpengaruh dalam
berbagai aspek kehidupan, tetapi juga yang rentan terhadap "manipulasi" informasi
dengan segala dampaknya. Ketiga perubahan tersebut telah mendorong terjadinya
pergeseran nilai yang dialami bangsa Indonesia, sebagaimana terlihat dalam pola
hidup masyarakat pada umumnya, termasuk dalam corak perilaku kehidupan politik
dan ekonomi yang terjadi saat ini. Dengan terjadinya perubahan tersebut, diperlukan
reaktualisasi nilai-nilai Pancasila agar dapat dijadikan acuan bagi bangsa Indonesia
dalam menjawab berbagai persoalan yang dihadapi saat ini dan yang akan datang,
baik persoalan yang datang dari dalam maupun dari luar. (Habibie, 2011: 2). Ketiga,
penegasan Habibie tentang makna penting reaktualisasi Pancasila diungkapkan
sebagai berikut: “…. reaktualisasi Pancasila diperlukan untuk memperkuat paham
kebangsaan kita yang majemuk dan memberikan jawaban atas sebuah pertanyaan
akan dibawa ke mana biduk peradaban bangsa ini berlayar di tengah lautan zaman
yang penuh tantangan dan ketidakpastian?” (Habibie, 2011: 5). Keempat, perlunya
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat
Indonesia diungkapkan Habibie dalam pernyataan berikut: “Dalam forum yang
terhormat ini, saya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya para
tokoh dan cendekiawan di kampus-kampus serta di lembaga-lembaga kajian lain
untuk secara serius merumuskan implementasi nilai-nilai Pancasila yang terkandung
dalam lima silanya dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dalam konteks masa kini
dan masa depan. Yang juga tidak kalah penting adalah peran para penyelenggara
negara dan pemerintahan untuk secara cerdas dan konsekuen serta konsisten
menjabarkan implementasi nilainilai Pancasila tersebut dalam berbagai kebijakan
yang dirumuskan dan program yang dilaksanakan” (Habibie, 2011: 6). Sumber politis
Pancasila sebagai sistem filsafat berlaku juga atas kesepakatan penggunaan simbol
dalam kehidupan bernegara. Garuda Pancasila merupakan salah satu simbol dalam
kehidupan bernegara. Dalam pasal 35 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi sebagai
berikut. ”Bendera Negara Indonesia ialah sang merah putih”. Pasal 36, ”Bahasa
Negara ialah Bahasa Indonesia”. Pasal 36A, ”Lambang Negara ialah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika”. Pasal 36B, ”Lagu kebangsaan
Indonesia ialah 165 Indonesia Raya”. Bendera merah putih, Bahasa Indonesia,
Garuda Pancasila, dan lagu Indonesia Raya, semuanya merupakan simbol dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Tahukah Anda apa yang
dimaksudkan dengan simbol itu? Simbol menurut teori Semiotika Peirce adalah
bentuk tanda yang didasarkan pada konvensi. (Berger, 2010: 247). Simbol adalah
tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan,
atau aturan. Simbol ditandai dengan kesepakatan, seperti halnya bahasa, gerak
isyarat, yang untuk memahaminya harus dipelajari. Makna suatu simbol ditentukan
oleh suatu persetujuan atau kesepakatan bersama, atau sudah diterima oleh umum
sebagai suatu kebenaran. Contoh, lampu lalu lintas adalah simbol, yakni warna merah
artinya berhenti, hijau berarti jalan, warna kuning berarti pengguna jalan harus
berhati-hati. Simbol adalah sesuatu yang maknanya diterima sebagai suatu kebenaran
melalui konvensi atau aturan dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat yang
telah disepakati. Demikian pula halnya dengan Burung Garuda, diterima sebagai
simbol oleh bangsa Indonesia melalui proses panjang termasuk dalam konvensi.
Contoh, simbol Burung Garuda sebagai berikut: Gambar V.7: Burung Garuda
Pancasila sebagai simbol Negara
Perisai Pancasila Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila a. Garuda Pancasila
sendiri adalah Burung Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno dalam
sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang
rajawali. Garuda digunakan sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa
Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat. b. Warna keemasan pada
Burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan. c. Garuda memiliki paruh,
sayap, cakar, dan ekor yang melambangkan kekuatan dan tenaga pembangunan. d.
Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari jadi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945, di antaranya: 1) 17 helai bulu pada masing-masing
sayap 2) 8 helai bulu pada ekor 3) 19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal
ekor 4) 45 helai bulu di leher e. Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam
kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan
perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan. f. Di tengah-
tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa
yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara
tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat. g. Warna
dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaaan negara Indonesia
"Merah-Putih", sedangkan pada bagian tengah berwarna dasar hitam. 165 Indonesia
Raya”. Bendera merah putih, Bahasa Indonesia, Garuda Pancasila, dan lagu
Indonesia Raya, semuanya merupakan simbol dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Tahukah Anda apa yang dimaksudkan dengan simbol itu?
Simbol menurut teori Semiotika Peirce adalah bentuk tanda yang didasarkan pada
konvensi. (Berger, 2010: 247). Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan
objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau aturan. Simbol ditandai dengan
kesepakatan, seperti halnya bahasa, gerak isyarat, yang untuk memahaminya harus
dipelajari. Makna suatu simbol ditentukan oleh suatu persetujuan atau kesepakatan
bersama, atau sudah diterima oleh umum sebagai suatu kebenaran. Contoh, lampu
lalu lintas adalah simbol, yakni warna merah artinya berhenti, hijau berarti jalan,
warna kuning berarti pengguna jalan harus berhati-hati. Simbol adalah sesuatu yang
maknanya diterima sebagai suatu kebenaran melalui konvensi atau aturan dalam
kehidupan dan kebudayaan masyarakat yang telah disepakati. Demikian pula halnya
dengan Burung Garuda, diterima sebagai simbol oleh bangsa Indonesia melalui
proses panjang termasuk dalam konvensi. Contoh, simbol Burung Garuda sebagai
berikut: Gambar V.7: Burung Garuda Pancasila sebagai simbol Negara
(http://agusramdanirekap.blogspot.com/2011/12/arti-dan-makna-lambang-
garudapancasila.html) Tahukah Anda apa arti dari simbol yang termuat dalam perisai
di dada Burung Garuda tersebut? Berikut adalah arti dalam lambang Garuda
Pancasila tersebut: 166 Gambar V.8: Perisai Pancasila Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila a. Garuda Pancasila sendiri adalah Burung
Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno dalam sejarah bangsa Indonesia,
yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda digunakan
sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa
yang besar dan negara yang kuat. b. Warna keemasan pada Burung Garuda
melambangkan keagungan dan kejayaan. c. Garuda memiliki paruh, sayap, cakar, dan
ekor yang melambangkan kekuatan dan tenaga pembangunan. d. Jumlah bulu Garuda
Pancasila melambangkan hari jadi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945, di antaranya: 1) 17 helai bulu pada masing-masing sayap 2) 8 helai
bulu pada ekor 3) 19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor 4) 45 helai
bulu di leher e. Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan
peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan,
pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan. f. Di tengah-tengah perisai
terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa yang
menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara tropis
yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat. g. Warna dasar
pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaaan negara Indonesia "Merah-
Putih", sedangkan pada bagian tengah berwarna dasar hitam. 167 h. Pada perisai
terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila. Pengaturan pada
lambang perisai adalah sebagai berikut: 1) Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa;
dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang
bersudut lima berlatar hitam. 2) Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab;
dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah
perisai berlatar merah. 3) Sila ketiga: Persatuaan Indonesia; di lambangkan dengan
pohon beringin di bagian kiri atas perisai berlatar putih. 4) Sila keempat: Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan;
dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas perisai berlatar merah. 5)
Sila kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia; Dilambangkan dengan
kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai berlatar putih.

D.BAGAIMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA?

Etika merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan
dalam bersikap dan bertingkah laku Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan
way of life bangsa Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk
memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap
dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan
dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan
sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasycarakat, berbangsa, dan bernegara. Mahasiswa
sebagai peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-akademik yang memerlukan
sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar dapat 174 mewarnai setiap keputusan yang
diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebab keputusan ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan
moralitas, dapat menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan dunia
ilmiah itu hampa nilai (value –free). Anda sebagai mahasiswa berkedudukan sebagai
makhluk individu dan sosial sehingga setiap keputusan yang diambil tidak hanya terkait
dengan diri sendiri, tetapi juga berimplikasi dalam kehidupan sosial dan lingkungan.
Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan ke
dalam tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila
Pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu
mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis. Dengan demikian,
mahasiswa dapat mengembangkan karakter yang Pancasilais melalui berbagai sikap yang
positif, seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, mandiri, dan lainnya. Mahasiswa sebagai insan
akademis yang bermoral Pancasila juga harus terlibat dan berkontribusi langsung dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai perwujudan sikap tanggung jawab warga negara.
Tanggung jawab yang penting berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan menghormati
hukum yang berlaku di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penguasaan pengetahuan tentang
pengertian etika, aliran etika, dan pemahaman Pancasila sebagai sistem etika sehingga
mahasiswa memiliki keterampilan menganalisis persoalan-persoalan korupsi dan dekadensi
moral dalam kehidupan bangsa Indonesia. Kompetensi Dasar Taat beragama dalam
kehidupan individu, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan dalam pengembangan
keilmuan, serta kehidupan akademik dan profesinya; mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila
dalam bentuk pribadi yang saleh secara individual, sosial, dan alam; mengembangkan
karakter Pancasilais yang teraktualisasi dalam sikap jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong royong, cinta damai, responsif, dan proaktif; berkontribusi
aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berperan dalam pergaulan dunia dengan
menjunjung tinggi penegakan moral dan hukum; menguasai pengetahuan tentang pengertian
etika, aliran-aliran etika, etika Pancasila, dan Pancasila sebagai solusi problem moralitas
bangsa; terampil merumuskan solusi atas problem moralitas bangsa dengan

Pancasila memuat nilai-nilai luhur dan mendalam yang menjadi pandangan hidup dan dasar
negara yakni nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis :
1. Nilai dasar adalah azas yang kita terima sebagai dalil yang
kurang lebih mutlak.
2. Nilai instrumental adalah pelaksanaan umum nilai-nilai dasar
biasanya dalam norma sosial dan norma hukum yang
selanjutnya terkristalisasi dalam lembaga-lembaga yang sesuai
dengan kebutuhan tempat dan waktu
3. Nilai praksis adalah nilai yang sesungguhnyakita laksanakan
dalam kenyataan
Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah negara (dasar filsafat negara) dan ideologi
negara. Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan mengatur
penyelenggaraan negara. Konsep-konsep Pancasila tentang kehidupan bernegara yang disebut
cita hukum (staatsidee), merupakan cita hukum yang harus dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila juga mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai pokok atau kaidah negara yang
mendasar (fundamental norma). Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara bersifat tetap,
kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR-DPR hasil pemilihan umum.
Mengubah Pancasila berarti membubarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pancasila sebagai kaidah negara yang fundamental berarti bahwa hukum dasar tertulis
(UUD), hukum tidak tertulis (konvensi), dan semua hukum atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam negara Republik Indonesia harus bersumber dan berada
dibawah pokok kaidah negara yang fundamental tersebut.

Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era reformasi sekarang.
Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 63 tahun yang lalu disambut dengan lahirnya sebuah
konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang
merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap
bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan
kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah
diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, terkecuali bagi mereka
yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945
bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan
Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan
yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr
Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa
Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu
pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa
yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup faham-
faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif tersebut
mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena
sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan
pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan
ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan
ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan berusaha untuk
berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang cinta akan
kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa Indonesia yang sejati sangat cinta
kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan
serta agamanya.
Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang
harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai,
menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya
pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga
baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia.
PertemuanKe-Empatbelas.

PANCASILA DAN MASYARAKAT MADANI

A.Pengertian Masyarakat Madani


Masyarakat madani sebagaimana yang dirumuskan PBB adalah masyarakat yang demokratis
dan menghargai human dignity atau hak-hak tanggung jawab manusia. Civil Society berasal
dari frasa Latin “civillis societes” yaitu suatu masyarakat yang didasarkan pada hukum dan
hidup beradab.
Di Indonesia istilah civil society” baru popular tahun 1990-an, pada masa berkembangnya
keterbukaan politik. Masyarakat madani mencerminkan tingkat kemampuan dan kemajuan
masyarakat yang tinggi untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam menghadapi berbagai
persoalan sosial.
Ciri-ciri Masyarakat Madani
Masyarakat madani (civil society) sering diterjemahkan yaitu bidang kehidupan sosial yang
terorganisasi secara sukarela.
Substansi civil society mencangkup lembaga-lembaga atau kelompok-kelompok yang sangat
luas baik formal maupun non formal yang meliputi bidang ekonomi, kebudayaan,keagamaan,
pendidikan dan informasi, kelompok kepentingan (interest group), kelompok penekan
(pressure group), pembangunan atau organisasi kemasyarakatan lainnya.
Menurut Hikam ada empat ciri utama masyarakat madani, yaitu sebagai berikut :

 Kesukarelaan, artinya tidak ada paksaan, namun mempunyai komitmen bersama


untuk mewujudkan cita-cita bersama.
 Keswasembadaan, artinya setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi,
kemandirian yang kuat tanpa menggantungkan pada negara, atau lembaga atau
organisasi lain.
 Kemandirian tinggi terhadap negara, artinya masyarakat madani tidak tergantung pada
perintah orang lain termasuk negara.
 Keterkaitan pada nilai-nilai hukum, artinya terkait pada nilai-nilai hukum yang
disepakati bersama.

Ciri khas masyarakat madani Indonesia adalah sebagai berikut:


a. Kenyataan adanya keragaman budaya Indonesia yang merupakan dasar pengembangan
identitas bangsa Indonesia dan kebudayaan nasional.
b. Pentingnya saling pengertian di antara sesama anggota masyarakat.
c. Ada toleransi yang tinggi
d. Adanya kepastian hukum.

Kendala yang Dihadapi Bangsa Indonesia


Antara lain sebagai berikut :
a. Belum tertanamnya jiwa kemandirian bangsa Indonesia
b. Kurangnya kesadaran pada hukum yang berlaku.
c. Masih rendahnya tingkat kesukarelaan dan keswasembadaan pada setiap warga negara.
d. Masih kurangnya perangkat hukum.
e. Masih rendahnya sumber daya manusia bila dibandingkan dengan negara lain.

Upaya Yang Dilakukan Antara lain sebagai berikut :


a. Meningkatkan jiwa kemandirian melalui kegiatan perekonomian dengan adanya bapak
angkat perusahaan.
b. Meningkatkan kesadaran hukum melalui berbagai media sosialisasi politik.
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan.
d. Menciptakan perangkat hukum yang memadai dan berkeadilan sosial.
e. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan.
f. Mengembangkan media komunikasi politik di berbagai lingkungan kerja.
g. Menanamkan sikap positif pada proses demokratisasi di Indonesia pada setiap warga
negara.

B. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KESADARAN


BERBANGSA DAN BERNEGARA DI NEGERI INDONESIA

Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas bersama,
dan mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideologi, budaya, dan/atau sejarah. Mereka
umumnya dianggap memiliki asal-usul keturunan yang sama. Negara adalah suatu wilayah di
permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun
budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.
Jadi. Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda dengan bentuk
organisasi lain terutama karena hak negara untuk mencabut nyawa seseorang. Untuk dapat
menjadi suatu negara maka harus ada rakyat, yaitu sejumlah orang yang menerima
keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah
tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni
bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka
pada wilayah tempat negara itu berada.
Dan yang dimaksud dengan sadar berbangsa dan bernegara adalah sadar bahwasanya
kita berada di tempat yang memiliki bahasa, agama, ideologi, budaya, dan/atau sejarah yang
sama dan mempunyai aturan-aturan baik dalam bidang politik, militer, ekonomi, sosial
maupun budaya yang diatur oleh Negara.

Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Kesadaran Berbangsa dan Bernegara


1)      Pendukung
      Beberapa faktor pendukung untuk terciptanya kesadaran berbangsa dan bernegara  :
 Tingkat ke-amanah-an seorang pejabat.
Apabila pejabat amanah dalam menjalankan tugas, tentu saja semua oknum akan berlaku
jujur dalam menjalankan tugasnya.
 Pemerataan kesejahteraan setiap daerah.
Pernyataan ini juga merupakan pendukung, karena dengan pemerataan ini maka setiap
warga akan merasakan dari adanya aturan yang sama dan perlakuan yang sama sebagai
warga Negara tersebut.
 Keadilan dalm memberikan hak dan kewajiban semua rakyat.
 Kepercayaan kepada wakil rakyat atau pemerintahan.
Dengan memberikan  kepercayaan kepada pemerintahan maka akan tumbuh rasa bangga
bahwasanya mempunyai Negara yang bias dibanggakan. Dan wakil rakyat pun akan
dengan senang hati menjalankan amanah.
 Tegasnya hukum dan aturan pemerintahan.
Dengan hukum dan aturan yang tegas serta adil maka akan tercipta kedamaian sehingga
akan tumbuh rasa percaya, bangga terhadap Negara
 Rasa memiliki dan bangga berbangsa Indonesia.
 Menyadari bahwa berbangsa dan bernegara yang satu.
 Mengetahui lebih banyak nilai positif dan kekayaan bangsa.
2)      Penghambat
Beberapa faktor penghambat untuk terciptanya kesadaran berbangsa dan bernegara  :
        Rasa malu berbangsa dan bernegara Indonesia.
        Ketidak tahuan akan nilai-nilai positif/kekayaan Negara Indonesia.
        Merosotnya tingkat keamanan Negara Indonesia.
        Ketidak percayaan kepada pemerintahan.
        Ketiadaan kesahajaan para pemimpin.
        Ketidak tegasan hukum yang berlaku.
        Rasa ingin menonjolkan golongan masing-masing.
        Merosotnya nilai toleransi dan saling menghargai.

Diatas merupakan factor-faktor pendukung dan peghambat tercipatanya kesadaran


berbangsa dan bernegara versi saya. Kesimpulannya, semua faktor penghambat bisa
dihindarkan dengan mengajarkan faktor-faktor pendukung sejak dini. Yakni dengan
mengembalikan sosialisasi pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah. Pada pendidikan
kewarganegaraan wajib ditanamkan prinsip etik multikulturalisme, yaitu kesadaran
perbedaan satu dengan yang lain menuju sikap toleran yaitu menghargai dan mengormati
perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada pada etnis dan religi harusnya menjadi bahan
perekat kebangsaan apabila antarwarganegara memiliki sikap toleran.
            Institusi di masyarakat, baik di partai, lembaga, yayasan, organisasi sosial, koperasi,
ditumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara melalui pendidikan multikulturalisme.
Organisasi sosial-politik , pemuda, olahraga, yayasan, koperasi, tidak bersifat eksklusif,
namun mampu bersifat inklusif dengan mengembangkan organisasi dengan penanaman
kesadaran berbangsa. . 

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan


Kata paradigma berasal dari bahasa Inggris “paradigm” yang berarti model, pola, atau
contoh. Paradigma juga berarti suatu gugusan sistem pemikiran, cara pandang, nilai-nilai,
metode-metode, prinsip dasar, atau cara pemecahan masalah yang dianut suatu masyarakat
tertentu. Pancasila adalah paradigma, sebab Pancasila dijadikan landasan, acuan, metode,
nilai, dan tujuan yang ingin dicapai dalam program pembangunan. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan, artinya Pancasila berisi anggapan-anggapan dasar yang merupakan
kerangka keyakinan yang berfungsi sebagai acuan, pedoman dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan nasional.
 
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan apa yang
harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan aturan-
aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.Suatu
paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang harus dijalankan oleh ilmuwan
yang mengikuti paradigma tersebut.

Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang ilmuwan
dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan. Istilah
paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi
pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian
berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi,
sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan.

Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok
ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma
menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan
manusia.

Pancasila sebagai paradigma dijabarkan dalam pembangunan sehingga proses dan hasil
pembangunan sesuai dengan Pancasila. Misalnya :
 a. Pembangunan tidak boleh bersifat pragmatis, yaitu pembangunan itu tidak hanya
mementingkan tindakan nyata dan mengabaikan pertimbangan etis.
 b. Pembangunan tidak boleh bersifat ideologis, yaitu secara mutlak melayani Ideologi
tertentu dan mengabaikan manusia nyata.
 c. Pembangunan harus menghormati HAM, yaitu pembangunan tidak boleh
mengorbankan manusia nyata melainkan menghormati harkat dan martabat bangsa.
 d. Pembangunan dilaksanakan secara demokratis, artinya melibatkan masyarakat
sebagai tujuan pembangunan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kebutuhan mereka.
 e. Pembangunan diperioritaskan pada penciptaan taraf minimum keadilan sosial, yaitu
mengutamakan mereka yang paling lemah untuk menghapuskan kemiskinan
struktural. Kemiskinan struktural, adalah kemiskinan yang timbul bukan akibat
malasnya individu atau warga Negara, melainkan diakibatkan dengan adanya struktur-
struktur sosial yang tidak adil.
Sebagai paradigma pembangunan, Pancasila mempunyai kedudukan sebagai:
1. Cita-cita bangsa Indonesia
2. Jiwa bangsa.
3. Moral Pembangunan.
4. Dasar negara Republik Indonesia.

Itulah pentingnya paradigma bagi bangsa dan negara kita, kita menjadi satu visi dalam
membangun negeri menjadi negeri yang maju dengan arah dan tujuan yang jelas. Cara atau
metode dapat berubah atau berbeda dalam memajukan negeri tetapi arah dan visinya sama
yaitu berdasarkan Pancasila.
Pancasila Sebagai Etika P{olitik
Etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu
manusia. Oleh karena itu etika politik berkait dengan bidang pembahsan moral. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai
subjek etika.
Pengertian etika politik berasal dari kata ‘politics’ yang memiliki makna bermacam
macam kegiatan dalam suatu sitem politik atau Negara yang menyangkut proses penentuan
tujuan-tujuan dari system itu dan diikuti dengan pelaksanaan-pelaksanaan itu. Pengambilan
keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari system itu.

D. Demensi Manusia Politik


a. Manusia Sebagai Makhluk Individu-Sosial
Berbagai paham antropologi filsafat memandang hakikat sifat kodrat manusia, dari
kacamata yang berbeda-beda. Paham individualism yang merupakan bakal paham
liberalisme, memandang manusia sebagai makhluk individu yang bebas, Konsekuensinya
dalam setiap kehidupan masyarakat, bangsa, maupun negara dasar merupakan dasar moral
politik negara. Segala hak dan kewajiban dalam kehidupan bersama senantiasa diukur
berdasarkan kepentingan dan tujuan berdasarkan paradigma sifat kodrat manusia sebagai
individu. Sebaliknya kalangan kolektivisme yang merupakan cikal bakal sosialisme dan
komunisme mamandang siafat manusia sebagi manusia social. Individu menurut paham
kolekvitisme dipandang sebagai sarana bagi amasyarakat. Oleh karena itu konsekuensinya
segala aspek dalam realisasi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara paham kolektivisme
mendasarkan kepada sifat kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Segala hak dan kewajiban
baik moral maupun hukum, dalam hubungan masyarakat, bangsa dan negara senantiasa
diukur berdasarkan filsofi manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, kebebasan sebagi invidu dan segala aktivitas dan kreatifitas dalam hidupnya
senantiasa tergantung pada orang lain, hal ini dikarenakan manusia sebagai masyarakat atau
makhluk sosial. Kesosialanya tidak hanya merupakan tambahan dari luar terhadap
individualitasnya, melainkan secara kodrati manusia ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa,
senantiasa tergantung pada orang lain.
Manusia didalam hidupnya mampu bereksistensi kare orang lain dan ia hanya dapat
hidup dan berkembang karena dalam hubunganya dengan oranglain.Dasar filosofi
sebagaimana terkandung dalam pancasila yang nilainya terdapat dalam budaya bangsa,
senantiasa mendasarkan hakikat sifat kodrat manusia adalah monodualis yaitu sbagai
makhlukindividu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Maka sifat serta ciri khas kebangsaan
dan kenegaraan indonesia bukanlah totalis individualistis. Secara moralitas negara bukanlah
hanya demi tujuan kepentingan dan kkesejahteraan individu maupun masyarakat secara
bersama. Dasar ini merupakan basis moralitas bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan negara,
sehingga konsekuensinya segala keputusan, kebijaksanaan serta arah dari tujuan negara
indonesia harus dapat dikembalikan secara moral kepada dasar-dasar tersebut.
b.Demensi Politis Kehidupan Manusia
Dimensin politis manusia senantiasa berkaitan dengan kehidupan negara dan hukum,
sehingga senantiasa berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan.Dimensi ini
memiliki dua segi fundamental yaitu pengertian dan kehendak untuk bertindak. Sehingga dua
segi fundamental itu dapat diamati dalam setiap aspek kehidupan manusia. Dua aspek ini
yang senantiasa berhadapan dengan tindakan moral manusia, sehingga mausia mengerti dan
memahami akan suatu kejadian atau akibat yang ditimbulkan karena tindakanya, akan tetapi
hal ini dapat dihindarkan karena kesadaran moral akan tanggung jawabnya terhadap manusia
lain dan masyarakat. Apabila pada tindakan moralitas kehidupan manusia tidak dapat
dipenuhi oleh manusia dalam menghadapai hak orang lain dalam masyarakat, maka harus
dilakukan suatu pembatasan secara normatif. Lembaga penata normatif masyarakat adalah
hukum. Dalam suatu kehidupan masyarakat hukumlah yang memberitahukan kepada semua
anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertindak. Hukum hanya bersifat normatif dan
tidak secara efektif dan otomatis menjamin agar setiap anggota masyarakat taat kepada
norma-normanya. Oleh karena itu yang secara efektif dapat menentukan kekuasaan
masyarakat hanyalah yang mempunyai kekuasaan untuk memaksakan kehendaknya, dan
lemabaga itu adalah negara. Penataan efektif adalah penataan de facto, yaitu penatan yang
berdasarkan kenyataan menentukan kelakuan masyarakat. Namun perlu dipahami bahwa
negara yang memiliki.
E. Nilai – nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik
Sebagi dasar filsafah negara pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi
peraturan perundang-undangan, malainkan juga merupakan sumber moraliatas terutama
dalam hubunganya dengan legitimasi kekuasaan, hukum serta sebagai kebijakan dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” serta
sila ke dua “kemanusiaan yang adoil dan beradab” adalah merupakan sumber nilai-nilai
moral bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, Etika politik menuntut agar kekuasaan
dalam negara dijlankan sesuai dengan Asas legalitas (Legitimasi hukum) , secara demokrasi
(legitimasi demokrasi) dan dilaksanakan berdasrkan prinsip-prinsip moral (legitimasi moral).
(Suseno, 1987 :115). Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara baik menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan
yang menyangkut publik, pembagian serta kewenagan harus berdasarkan legitimimasi moral
religius serta moral kemanusiaan. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaran negara, segala
kebijakan, kekuasaan, kewenangan.

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK INDONESIA


     Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolok ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan berpolitik, etika politik
Indonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran etika yang merupakan kesadaran
relational akan tumbuh subur bagi warga masyarakat Indonesia ketika nilai-nilai Pancasila 
itu diyakini kebenarannya, kesadaran etika juga akan lebih berkembang ketika nilai dan
moral Pancasila itu dapat di terapkan kedalam norma-norma yang di berlakukan di
Indonesia .
      Pancasila juga sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran dari norma baik norma hukum, norma
moral maupun norma kenegaraan lainya. Dalam filsafat Pancasila terkandung didalamnya
suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan
komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai, Oleh karena itu
suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan
pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai yan bersifat
mendasar.
Nilai-nilai pancasila kemudian dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga merupakan
suatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah
laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Kemudian yang ke dua
adalah norma hukum yaitu suatu sistem perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Dalam pengertian inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala hukum di
Indonesia, Pancasila juga merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujud dalam
kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara dan berasal dari bangsa
Indonesia sendiri sebagai asal mula (kausa materialis).

     Pancasila bukanlah merupakan pedoman yang berlangsung bersifat normatif ataupun
praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber hukum
baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus dijabarkan lebih
lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan
maupun kebangsaan.
Pancasila Sebagai Etika Politik :

- Pancasila berasal dari kata “panca” yang berarti lima dan “sila” berarti dasar. Jadi Pancasila
merupakan dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD
1945.
- Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral.
- Politik merupakan  bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses tujuan penentuan-penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan-tujuan itu.
                                                                     
 Pengertian Etika
     Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika
umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran-aaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahasas
tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral terntentu atau bagaimana
kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran
moral (Suseno, 1987).
Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai
kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang
membahas kewajiban manusia terhadap diri sendir dan etika sosial merupakan kewajiban
manusia terhadap manusia lain dalam hidup bermasyarakat, yang merupakan suatu bagian
terbesar dari etika khusus.
 Pengertian Politik
    Pengertian politik berasal dari kata Politics yang memiliki makna bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses tujuan penentuan-
penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.
Pengambilan keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu yang
menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-
tujuan yang dipilih.
Untuk pelaksanaan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan umum,
yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau distributions dari sumber-sumber yang
ada.  Untuk melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu diperlukan suartu kekuasaan, dan
kewenangan yang akan dipakai baik untuk membina kerjasama maupun menyelesaikan
konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakai dapat bersifat
persuasi, dan jika perlu dilakukan suatu pemaksaan. Tanpa adanya suatu paksaan
kebijaksanaan ini hanya merupakan perumusan keinginan belaka (statement of intents) yang
tidak akan pernah terwujud. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat
(public goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang (privat goals). Selain itu politik
menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai pplitik, lembaga masyarakat
maupun perseorangan.
 Pengertian Etika Politik
     Sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam lingkungan
filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etika. Etika
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Ada bebagai bidang etika khusus,
seperti etika individu, etika sosial, etika keluarga, etika profesi, dan etika pendidikan.dalam
hal ini termasuk etika politik yang berkenaan dengan dimensi politis kehidupan manusia.
     Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma untuk mengukur betul salahnya
tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etika politik mempertanyakan
tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga
Negara terhadap Negara, hukum yang berlaku dan lain sebagainya.
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis untuk
mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab. Jadi, tidak
berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan secara rasional objektif dan
argumentative. Etika politik tidak langsung mencampuri politik praktis. Tugas etika politik
membantu agar pembahasan masalah-masalah idiologis dapat dijalankan secara obyektif.
     Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etika politik. Hukum
sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan Negara sebagai lembaga
penata masyarakat yang efektif sesuai dengan struktur ganda kemampuan manusia (makhluk
individu dan sosial). Jadi etika politik membahas hukum dan kekuasaan. Prinsip-prinsip etika
politik yang menjadi titik acuan orientasi moral bagi suatu Negara adalah adanya cita-cita
The Rule Of Law, partisipasi demokratis masyarakat, jaminan ham menurut kekhasan paham
kemanusiaan dan sturktur kebudayaan masyarakat masing-masing dan keadaan sosial.
 Lima Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila
Pancasila sebagai etika politik maka mempunyai lima prinsip itu berikut ini disusun menurut
pengelompokan Pancasila, karena Pancasila memiliki logika internal yang sesuai dengan
tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern.

1.  Pluralisme.
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup dengan
positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan
hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme  mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan
beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme
memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang.
2.  Hak Asasi Manusia.
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusian yang adil dan beradab. Karena
hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak
diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya
sebagai manusia. Karena itu, hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual
dalam pengertian sebagai berikut.

a.   Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat,
melainkan karena pemberian Sang Pencipta .
b.    Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, diambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya
diancam oleh Negara modern.
3. Solidaritas Bangsa.

Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi
orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut
harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada
hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembang secara melingkar yaitu
keluarga, kampung, kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai
manusia.  Maka di sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila
semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.
4. Demokrasi.

Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia atau sebuah elit atau
sekelompok ideologi berhak untuk menentukan dan memaksakan orang lain harus atau
boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak
menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Jadi
demokrasi memerlukan sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke dalam
tindakan politik.
Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar yaitu :
1. Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip
mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
2. Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum (Negara hukum
demokratis). Maka kepastian hukum merupakan unsur harkiki dalam demokrasi
(karena mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).
4. Keadilan Sosial.

Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Moralitas
masyarakat mulai dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Tuntutan keadilan sosial
tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide, ideologi-ideologi,
agama-agama tertentu, keadilan sosial tidak sama dengan sosialisme. Keadilan sosial
adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan sosial diusahakan dengan
membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Ketidakadilan
adalah diskriminasi di semua bidang terhadap perempuan, semua diskriminasi atas dasar
ras, suku dan budaya.

Untuk itu tantangan etika politik paling serius di Indonesia sekarang adalah:
1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.
2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama-tama ekstremisme agama dimana
mereka yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga memaksakan pendapat
mereka pada masyarakat.
3. Korupsi
 Dimensi Politisi Manusia
Manusia sebagai Makhluk Individu – Sosial.

     Paham individualisme yang merupakan cikal bakal paham liberalisme, memandan
manusia sebagai makhluk individu yang bebas. Segala hak dan kewajiban dalam kehidupan
bersama senantiasa diukur berdasarkan kepentingan dan tujuan berdasarkan paradigma sifat
kodrat manusia sebagai individu. Kalangan kolektivisme merupakan cikal bakal sosialisme
dan komunisme memandang sifat kodrat manusia sebagai makhluk sosial saja. Manusia di
pandang sebagai sekedar sarana bagi masyarakat. Segala hak dan kewajiban baik moral
maupun hukum, dalam hubungan masyarakat, bangsa dan negara senantiasa diukur
berdasarkan filosofi manusia sebagai makhluk sosial.
    Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, kebebasan sebagai individu dan segala
aktivitas dan kreativitas dalam hidupnya senantiasa tergantung pada orang lain, hal ini di
karenakan manusia sebagai warga masyrakat atau sebagai makhluk sosial. Manusia di dalam
hidupnya mampu bereksistensi karena orang lain dan ia hanya dapat hidup dan berkembang
karena dalam hubungannya dengan orang lain. Segala keterampilan yang dibutuhkannya agar
berhasil dalam segala kehidupannya serta berpartisipasi dalam kebudayaan diperolehnya dari
masyarakat.
     Dasar filosofis sebagai mana terkandung dalam Pancasila yang nilainya terdapat dalam
budaya bangsa, senantiasa mendasarkan hakikat sifat kodrat manusia adalah bersifat
‘monodualis’. Maka sifat serta ciri khas kebangsaan dan kenegaraan Indonesia, bukanlah
totalitas individualistis ataupun sosialistis melainkan monodualistis.
B.  Dimensi Politis Kehidupan Manusia.

    Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial, dimensi politis
mencakup lingkaran kelembagan hukum dan negara, sistem – sitem nilai serta ideologi yang
memberikan legitmimasi kepadanya. Dalam hubungan dengan sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan sosial, dimensi politis manusia senntiasa berkaitan dengan kehidupan
negara dan hukum, sehingga senantiasa berkaitn dengan kehidupan masyrakat secara
keseluruhan. Sebuah keputusan bersifat politis manakala diambil dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Dengan demikian dimensi politis
manusia dapat ditentukan sebagai suatu kesadaran manusia akan dirinya sendiri sebagai
anggota masyarakat sebagai sutu keseluruhan yang menentukan kerangka kehidupannya dan
di tentukan kembali oleh kerangka kehidupannya serta ditentukan kembali oleh tindakan –
tindakannya.
     Dimensi politis manusia ini memiliki dua segi fundmental, yaitu pengertian dan kehendak
untuk bertindak. Sehingga dua segi fundamental itu dapat diamati dalam setiap aspek
kehidupan manusia. Dua aspek ini yang senantiasa berhadapan dengan tindakkan moral
manusia.
  Nilai-nilai Terkandung Dalam Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik
     Sila pertama ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ serta sila kedua ‘ Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab’ adalah merupakan sumber nilai –nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar kekuasaan
dalam negeri di jalankan sesuai dengan:
a) Asas legalitas ( legitimasi hukum).
b) Di sahkan dan dijalankan secara demokratis ( legitimasi demokratis)
c) Dilaksanakan berdasarkan prinsip – prinsip moral / tidak bertentangan dengannya
(legitimasi moral).
    Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut. Dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara, baik menyangkut kekuasan, kenijaksanan yang menyangkut publik,
pembagian serta kewenangan harus berdasarka legitimasi moral religius ( sila 1 ) serta moral
kemanusiaan ( sila 2). Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh krena itu ‘ keadilan’
dalam hidup bersama ( keadilan sosial ) sebgai mana terkandung dalam sila 5, adalah
merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Oleh karena itu dalam pelaksanaan dan
pnyelenggraan negara, segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan, serta pembagian senantiasa
harus berdasarkan atas hukum yang berlaku.
Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan
senantiasa untuk rakyat ( sila 4). Oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula
kekuasan negara. Oleh karena itu pelaksanaan dan pnyelenggraan negara segala
kebijaksanaan, kekuasaan, serta kewenangan harus dikembalikan pada rakyat sebagai
pendukung pokok Negara.
1.  Pengertian Nilai,  Norma, dan Moral
      Pengertian Nilai
    Nilai  (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang
atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada
suatu obyeknya. Dengan demikian,maka nilai itu adalah suatu kenyataan yang
tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya.
Nilai atau “value” (bahas Inggris) termasuk bidang kajian filsafat, persoalan-persoalan
tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat yaitu filsafat nilai (Axiology,
theory of value). Filsafat sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai
di dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya
“kebiasaan” (wath) atau kebaikan (goodness) dan kata kerja yang artinya suatu tindakan
kejiwaan tentu dalam menilai atau melakukan penilaian (Frankena, 229)
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan menyadarkan
manusia akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang  berfungsi mendorong
dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem (sistem nilai)
merupakan salah satu wujud kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya. Cita-cita,
gagasan, konsep dan ide tentang sesuatu adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai.
Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan menekankan pada segi-segi
kemanusiaan yang luhur, sedangkan nilai politik berpusat pada kekuasaan serta pengaruh
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat maupun politik.
   
Pengertian Norma
    Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan motivasi tertentu. Norma sesungguhnya perwujudkan martabat manusia sebagai
makhluk budaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur
yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu, norma  dalam perwujudannya
dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma
sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi,
misalnya:
a. Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan
b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri.
c.Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam pergaulan masyarakat.
d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang
dipaksakan    oleh alat Negara.
Pengertian Moral
     Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat, kelakuan. Moral
adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan
manusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku
dalam masyarakatnya ,dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya
terjadi, pribadi itu dianggap tidak bermoral.  Moral dalam perwujudannya dapat berupa
peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan,
kepatuhan terhadap nilai dan norma, moral pun dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau
agama, moral, filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan sebagainya. Nilai, norma
dan moral secara bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.

2.   Pengertian Hierarkhi Nilai


     Hierarkhi nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang individu –masyarakat
terhadap sesuatu obyek. Misalnya kalangan materialis memandang bahwa nilai tertinggi
adalah nilai meterial. Max Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama
tingginya dan luhurnya. Menurutnya  nilai-nilai dapat dikelompokan dalam empat tingkatan
yaitu :
1. Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra yang memunculkan rasa
senang, menderita atau tidak enak.
2. Nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni  jasmani, kesehatan serta
kesejahteraan umum.
3. Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran, keindahan dan
pengetahuan murni.
4.  Nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah  modalitas  nilai dari yang suci.
Walter G . everet menggolongkan nilai – nilai manusiawi kedalam delapan kelompok yaitu:
a) Nilai – nilai ekonomis f) Nilai – nilai estetis
b) Nilai – nilai kejasmanian g) Nilai – nilai intelektual
c) Nilai – nilai hiburan h) Nilai – nilai keagamaan
d) Nilai – nilai sosial
e) Nilai – nilai watak
Sementara itu, Notonagoro membedakan menjadi tiga, yaitu :
1.  Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu
aktivitas atau kegiatan.
3. Nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rokhani manusia yang dibedakan
dalam empat tingkatan sebagai berikut :
a. Nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi, akal atau cipta manusia.
b. Nilai keindahan/estetis yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia.
c. Nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak manusia.
d. Nilai religius yaitu nilai kerokhanian tertinggi dan bersifat mutlak.
    
3.   Hubungan antara Nilai, Norma dan Moral
    Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang  seharusnya tetap
terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak digaris
bawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan negara menghendaki fondasi yang kuat
tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut di atas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku
manusia bila dikongkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan
manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan moral
maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan memperoleh integritas dan martabat
manusia. Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya.
Sementara itu, hubungan antara moral dan etika kadang-kadang atau seringkali disejajarkan
arti dan maknanya. Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang
menentukan apa yang boleh dan tidak  boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang
berada di tangan pihak yang memberikan ajaran moral.

 Nilai Dasar, Nilai Instrumental, Nilai Praksis


    Dalam kaitannya dengan deriviasi atau penjabaran maka nilai-nilai dapat di kelompokan
menjadi tiga macam yaitu nilai dasar, nilai intrumental, nilai praksis.
A. Nilai Dasar
     Nilai dasar ini besifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan objektif segala
sesuatu misalkan hakikat Tuhan, manusia dengan segala sesuatu lainnya. Demikian juga
hakekat nilai dasar itu dapat juga berlandaskan pada hakikat suatu benda , kuantital, kualitas,
aksi relasi ruang maupun waktu. Demikianlah sehingga nilai dasar dapat juga di sebut sebagai
sumber norma yang pada gilirannya di jabarkan atau di relisasikan dalam suatu kehidupan
yang bersifat praksis.
B. Nilai Intrumental
     Nilai intrumental yang merupakan suatu pedoman yang dapat di ukur dan di arahkan.
Bilamana nilai intrumental tersebut berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari-hari maka hal ini merupakan suatu nilai norma. Dan nilai intrumental sendiri juga
dapat di katakan bahwa nilai intrumental itu merupakan suatu eksplistasi dari nilai dasar.
C. Nilai Praksis
      Nilai praksis pada hakekatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai intrumental
dalam suatu kehidupan yang nyata. Artinya oleh karna nilai dasar, nilai intrumental dan nilai
praksis itu merupakan suatu sistem perwujutannya tidak boleh menyimpang dari sistem
tersebut.

Daftar Referensi
Abdullah, Rozali, 1984, Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa,
CV. Rajawali, Jakarta.
Ali, As’ad Said, 2009, Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Pustaka LP3ES,
Jakarta.
Anshoriy, HM. Nasruddin, 2008, Bangsa Gagal: Mencari Identitas Kebangsaan, LKiS,
Yogyakarta.
Bakry, Noor Ms., 2010, Pendidikan Pancasila, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.Kaelan, 2000,
Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.
Dodo, Surono dan Endah (ed.), 2010, Konsistensi Nilai-Nilai Pancasila dalam UUD 1945
dan Implementasinya, PSP-Press, Yogyakarta.
Kaelan, 2012, Problem Epistemologis Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara, Paradigma,
Yogyakarta.
Kusuma, A.B., 2004, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, Badan Penerbit Fakultas
Hukum UniversitasIndonesia, Jakarta.
Latif, Yudi, 2011, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila, PT
GramediaPustaka Utama, Jakarta.
Nurdin, Encep Syarief, 2002, Konsep-Konsep Dasar Ideologi: Perbandingan Ideologi Besar
Dunia, CV Maulana, Bandung.
Rindjin, Ketut, 2012, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Zubair, Achmad Charris, 1990, Kuliah Etika, Rajawali Pers, Jakarta.
Kaelan (1986). Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Kaelan (1996). Filsafat Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Penerbit Paradigma
Kaelan (1998). Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Penerbit Paradigma
Kaelan (1999). Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Penerbit Paradigma
Notonegoro (1975). Pancasila Secara Utuh Populer. Jakarta: Pancoran Tujuh
Soeprapto, Sri (1997). Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: LP-3-
UGM
Wibisono, Koento (1999). Refleksi Kritis Terhadap Reformasi: Suatu Tinjauan Filsafat dalam
jurnal Pancasila No 3 Tahun III Juni 1999. Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila UGM
Yamin, Muhammad). Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Jakarta:
Prapanca
Undang-Undang Dasar 1945 beserta Amandemen Tahap Pertama
Ketetapan-Ketetapan MPR RI dalam Sidang Istimewa tahun 1998
Ketetapan-Ketetapan MPR RI dalam Sidang Umum tahun 1998
PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL Pustaka Primer
Undang-Undang Dasar 1945 beserta Amandemen Tahap Pertama
Ketetapan-Ketetapan MPR RI dalam Sidang Istimewa tahun 1998
Ketetapan-Ketetapan MPR RI dalam Sidang Umum tahun 1998
Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia(PPKI) 28 Mei 1945 --22 Agustus 1945, Sekretariat
Negara Republik Indonesia, Jakarta.

Pertemuuan Ke-Delapan

MAKNA DAN PENGAMALAN NILAI-NILAI PANCASILA


DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
A.Pengantar.
Pancasila mempunyai kedudukan sebagai ideologi dan dasar negara sekaligus sebagai
pandangan hidup seluruh Rakyat Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang
memiliki nilai-nilai yang luhur yang patut untuk diamalkan oleh seluruh bangsa Indonesia.
Sebagai dasar dan ideologi negara, Pancasila memiliki nilai-nilai antara lain:
 Nilai ideologi, yaitu pandangan dan sikap hidup.
 Nilai politik, yaitu nilai kenegaraan.
 Nilai ekonomi, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas-
asas kekeluargaan.
 Nilai sosial.
 Nilai kebudayaan.

Agar mudah dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila, maka Pancasila diterjemahkandalam


butir - butir Pancasila yaitu :
BUTIR-BUTIR PANCASILA DAN PENJELASANNYA:
KETUHANAN YANG MAHA ESA :
 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
 Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
 Menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB :
 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

PERSATUAN INDONESIA :
 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN :
 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
 Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA :
 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasaN terhadap
orang lain.
 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gayA
hidup mewah.
 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikaN
kepentingan umum.
 Suka bekerja keras.
 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


Nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila dapat menjadikan kehidupan kita semakin lebih
baik. Jadi kita harus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengamalan nilai-nilai
Pancasila dapat dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pengamalan Pancasila dalam Lingkungan Masyarakat
Pancasila dalam lingkungan masyarakat menjadi pondasi dalam menjalankan hak dan
kewajiban. Berikut adalah contoh-contoh pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari :
Pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa:
 Menghormati orang lain yang berbeda agama dengan kita
 Jangan mengganggu ketika seseorang melakukan ibadah
 Tidak mengejek / mencela agama orang lain

Pengamalan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab:


 Menghormati hak-hak dan kewajiban yang dimiliki masing-masing orang , sehingga
tidak terjadi pelanggaran HAM
 Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap mmanusia .
 Tidak membeda-bedakan suku, ras, bangsa, dan agama .
 Mengembangkan sikap peduli dan saling tolong menolong bagi setiap orang .

Pengamalan Sila Persatuan Indonesia:


 Rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
 Bangga menjadi rakyat Indonesia .

Pengamalan Sila Kerakyatan yang dipimipin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan:
 Dalam mencapai mufakat semua orang berhak untuk mengutarakan pendapatnya
masing-masing
 Musyawarah untuk mencapai mufakat harus diliputi oleh semangat kekeluargaan .
Pengamalan Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
 Menghormati hak orang lain
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain
 Menjaga keseimbangan terhadaap hak dan kewajiban 

Pengamalan Pancasila dalam lingkungan sekolah


Pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa:
 Menghormati teman yang berbeda agama
 Memberi sikap toleransi
 Selalu rukun walaupun berbeda agama
 Menjalankan perintah agama masing-masing

Pengamalan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab:


 Melakukan kewajiban sebagai seorang siswa
 Menolong teman yang kesusahan
 Menerima hak sebagai seorang siswa
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan

Pengamalan Sila Persatuan Indonesia:


 Belajar dengan giat agar dapat membanggakan nama baik sekolah .
 Mengembangkan perilaku menghargai sesama
 Membantu membuat berbagai macam produk yang laku di pasaran
 Mengutamakan kepentingan bersama
 Selalu menjaga kerukunan dengan teman

Pengamalan Sila Kerakyatan yang dipimipin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan:
 Segala suatu hal yang diperdebatkan langsung diselesaikan dengan cara musyawarah
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral .
 Mengutamakan kepentingan bersama
 Tidak boleh memaksakan kehendak

Pengamalan Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


 Bergotong royong dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
 Bekerja keras dalam menyelesaikan suatu hal
 Saling tolong menolong
 Bersikap adil dalam setiap pekerjaan
Pengamalan Pancasila dalam lingkungan keluarga
 Orang tua harus mendidik anak-anaknya agar selalu patuh terhadap agama dan hukum
 Saling mengingatkan agar taat beribadah
 Saling menghormati antar sesama anggota keluarga
 Saling menyayangi dan melindungi satu sama lain
 Orang tua harus memberikan contoh perilaku yang sesuai dengan norma agama,
norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum dan adat.
 Sebagai orang tua bersikap adil terhadap anak-anaknya, tidak boleh pilih kasih
 Anak harus berbakti kepada orang tua
 Mengerjakan tugas rumah bersama-sama

1. Arti dan Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain
diciptakan oleh penciptanya. Pencipta itu adalah kausa prima yang mempunyai
hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib
melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.
2. Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Manusia ditempatkan sesuai dengan harkatnya. Hal ini berarti bahwa manusia
mempunyai derajat yang sama di hadapan hukum. Sejalan dengan sifat universal
bahwa kemanusiaan itu dimiliki oleh semua bangsa, maka hal itupun juga kita
terapkan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sesuai dengan hal itu, hak kebebasan dan
kemerdekaan dijunjung tinggi.
3. Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia
Makna persatuan hakekatnya adalah satu, yang artinya bulat, tidak terpecah. Jika persatuan
Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka disebut nasionalisme.
Oleh karena rasa satu yang sedemikian kuatnya, maka timbulah rasa cinta bangsa dan
tanah air.
4. Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Perbedaan secara umum demokrasi di barat dan di Indonesia yaitu terletak pada
permusyawarata. Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan-
keputusan yang diambil secara bulat. Kebijaksaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang
diputuskan itu memang bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak.
5. Arti dan Makna Sila Keadila Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan berarti adanya persamaan dan saling menghargai karya orang lain. Jadi seseorang
bertindak adil apabila dia memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai dengan haknya.
Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.

Pentingnya Paradigma dalam Pembangunan


Pembangunan yang sedang digalakkan memerlukan paradigma, suatu kerangkaberpikir
atau suatu model mengenai bagaimana hal-hal yang sangat esensial dilakukan.
Pembangunan dalam perspektif Pancasila adalah pembangunan yang sarat muatan nilai yang
berfungsi menajdi dasar pengembangan visi dan menjadi referensi kritik terhadap
pelaksanaan pembangunan.
Pancasila sebagai Orientasi dan Kerangka Acuan
a. Pancasila sebagai Orientasi Pembangunan.
Pada saat ini Pancasila lebih banyak dihadapkan pada tantangan berbagai varian kapitalisme
daripada komunisme atau sosialisme. Ini disebabkan perkembangan kapitalisme yang bersifat
global. Fungsi Pancasila ialah memberi orientasi untuk terbentuknya struktur kehidupan
social-politik dan ekonomi yang manusiawi, demokratis dan adil bagi seluruh rakyat.

b. Pancasila sebagai Kerangka Acuan Pembangunan


Pancasila diharapkan dapat menjadi matriks atau kerangka referensi untuk
membangun suatu model masyarakat atau untuk memperbaharui tatanan social budaya.

IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM


BERBAGAI BIDANG ADALAH :

1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Pendidikan


Pendidikan nasional harus dipersatukan atas dasar Pancasila. Tak seyogyanya bagi
penyelesaian-penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional dipergunakan secara
langsung system-sistem aliran-aliran ajaran, teori, filsafat dan praktek pendidikan
berasal dari luar.
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ideologi
Pengembangan Pancasila sebagai ideologi yang memiliki dimensi realitas, idealitas dan
fleksibilitas menghendaki adanya dialog yang tiada henti dengan tantangan- tantangan masa
kini dan masa depan dengan tetap mengacu kepada pencapaian tujuan nasional dan cita-cita
nasional Indonesia.
3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik
Ada perkembangan baru yang menarik berhubung dengan dasar Negara kita. Dengan kelima
prinsipnya Pancasila memang menjadi dasar yang cukup integrative bagi kelompok-
kelompok politik yang cukup heterogen dalam sejarah Indonesia modern.
4. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi nasional harus juga berarti pembangunan system ekonomiyang
kita anggap paling cocok bagi bangsa Indonesia. Dalam penyusunan systemekonomi
nasional yang tangguh untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sudah
semestinya Pancasila sebagai landasan filosofisnya.
5. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial-Budaya
Pancasila merupakan suatu kerangka di dalam suatu kelompok di dalam masyarakat dapat
hidup bersama, bekerja bersama di dalam suatu dialog karya yang terus menerus guna
membangun suatu masa depan bersama
6. Pancasila sebagai Paradigma Ketahanan Sosial
Perangkat nilai pada bangsa yang satu berbeda dengan perangkat nilai pada bangsa
lain. Bagi bangsa Indonesia, perangkat nilai itu adalah Pancasila. Kaitan Pancasila dan
ketahanan nasional adalah kaitan antara ide yang mengakui pluralitas yang
membutuhkan kebersamaan dan realitas terintegrasinya pluralitas.
7. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Pembangunan hukum bukan hanya memperhatikan nilai-nilai filosofis, asas yang terkandung
dalam Negara hukum, tetapi juga mempertimbangkan realitas penegakan hukum dan
kesadaran hukum masyarakat.
8. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Beragama
Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat modern yang demokratis adalah terwujudnya
masyarakat yang menghargai kemajemukan masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya
sebagai suatu keniscayaan.
9. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu dan Teknologi
Pancasila mengandung hal-hal yang penting dalam pengembangan ilmu dan
teknologi. Perkembangan IPTEK dewasa ini dan di masa yang akan datang sangat cepat,
makin menyentuh inti hayati dan materi di satu pihak, serta menggapai angkasa luas dan luar
angkasa di lain pihak, lagi pula memasuki dan mempengaruhi makin dalam segala aspek
kehidupan dan institusi budaya

Anda mungkin juga menyukai