Anda di halaman 1dari 3

KASUS ETIKA LINGKUNGAN

Volkswagen : Skandal Emisi Karena Perangkat Lunak Penipuan (2014)

Untuk memenuhi standar emisi Amerika Serikat, setiap produsen mobil diesel diharuskan memiliki
perangkat lunak yang terpasang di mobil untuk membersihkan knalpot diesel. Dalam kasus
Volkswagen, perangkat lunak yang mereka gunakan diaktifkan saat mobil melakukan pengujian
emisi tetapi dimatikan selama kondisi mengemudi normal untuk menghemat penggunaan bahan
bakar. Hal ini menyebabkan mobil diesel melepaskan 40 kali jumlah resmi nitrogen oksida ke
udara yang dapat merusak lingkungan. Setelah pengujian lebih lanjut, ditemukan bahwa 14 merek
dan model mobil tertentu dilengkapi dengan software duping ini. Akibatnya Volkswagen harus
menarik kembali 11 juta kendaraan mereka karena perangkat lunak mesin mereka yang salah. Sejak
skandal ini, Volkswagen telah mengambil langkah dan tindakan yang tepat untuk memperbaiki
kesalahan dengan kemampuan terbaik mereka, sambil mengatasi kerusakan yang terjadi pada citra
mereka secara keseluruhan.

Hasil Analisis Kasus Berdasarkan Beberapa Teori :

 Etika Ekologi
Etika Ekologi menyatakan bahwa kesejahteraan dari bagian-bagian non-manusia di bumi
ini secara intrinsik memiliki nilai tersendiri dan nilai intrinsik ini harus dihargai dan
dipertahankan. Berdasarkan teori ini, skandal Volkswagen tidak dapat dibenarkan.
Meskipun mampu menghemat bahan bakar, namun emisi yang dihasilkan oleh mobil diesel
tersebut menghasilkan hingga 40 kali nitrogen oksida keudara yang tentunya dapat
merusak lingkungan.
 Hak Lingkungan Blackstone
 Utilitarianisme
 Etika Konservasi

Jepang Melanjutkan Perburuan Paus Komersial (2019)

Pemerintah Jepang membuat keputusan untuk mundur dari IWC (International Whaling
Commission) pada 26 Desember 2018. Namun, ada alasan di balik semua ini dimana rencana
utamanya adalah menghentikan penelitian perburuan paus di Pasifik Utara dan laut lepas Antartika.
Dengan meninggalkan IWC, pemerintah Jepang berharap untuk lepas dari kritik dan pertanyaan
yang dilontarkan kepada mereka saat mereka melakukan "penelitian perburuan paus". Orang
Jepang ingin melanjutkan perburuan paus komersial tanpa campur tangan internasional karena hal
itu akan meningkatkan ekonomi mereka karena harga setiap bagian ikan paus sangat tinggi akibat
pembatasan penangkapan ikan paus. Satu perjalanan baru-baru ini menunjukkan bahwa mereka
membunuh 181 betina dan 122 di antaranya sedang hamil, yang mengerikan bagi pertumbuhan
populasi spesies tersebut. Satu masalah besar bagi dunia dengan Jepang melakukan ini, selain
merusak ekosistem, adalah fakta bahwa orang Jepang biasanya tidak makan ikan paus. Hal inilah
yang menjadi pertanyaan semua orang karena mereka tidak menjualnya kepada orang-orang
mereka sendiri jadi kemana perginya semua ini sejak awal mereka melakukan perburuan paus pada
Perang Dunia ke 2. Ada beberapa masalah utama dengan keseluruhan kasus ini. Pertama, apakah
etis atau tidak. Kedua, apakah itu baik untuk ekosistem dan apakah pemerintah Jepang
mengetahuinya. Masalah terakhir adalah jika semua ini etis sedari awal.

Hasil Analisis Kasus Berdasarkan Beberapa Teori :

 Etika Ekologi
 Hak Lingkungan Blackstone
 Utilitarianisme
 Etika Konservasi

KASUS ETIKA PRODUSEN DAN PEMASARAN KONSUMEN

Pemasaran “Menipu” McDonald untuk Anak-anak (2019)

McDonald's adalah salah satu distributor mainan terbesar, yang termasuk dalam 20% penjualan
mereka. Program untuk produk Happy Meal yang ditujukan untuk anak-anak dimulai pada 1979
dan menjadi populer dengan cepat dengan kotak yang menyenangkan bagi anak-anak, porsi kecil,
dan tentu saja, termasuk mainan di dalamnya yang selalu berubah-ubah. McDonald's menjadikan
anak-anak target mereka melalui Ronald McDonald dan area bermain anak-anak juga
menjadikannya lingkungan yang menyenangkan. Pada tahun 2010 McDonald's dituntut karena
praktik pemasaran yang tidak etis terhadap anak-anak melalui tindakan menyediakan mainan
tersebut. Monet Parham seorang warga California menuntut McDonald's karena putrinya terus-
menerus mengomel dan menangis meminta Happy Meals bahkan ketika diberi tahu tidak boleh, dia
mengklaim bahwa McDonald's telah menyerbu pikiran mereka (anak-anak) melalui pemasaran
yang menipu. Keluhan bahwa McDonald's mempengaruhi kebiasaan makan yang tidak sehat
melalui iklan dan eksploitasi anak kecil telah meningkat dengan memanfaatkan klaim mainan.
Sebuah undang-undang di dua kota di California telah disahkan yang menyatakan bahwa setiap
perusahaan yang tidak memenuhi nilai gizi tidak akan diizinkan menyajikan mainan dengan
makanan. Hari ini Happy Meal masih ada (tahun 2010) dan praktiknya terus menarik anak-anak ke
tempat mereka.

a. Analisis Kasus Berdasarkan Beberapa Teori :


 Teori Individualisme

 Teori Utilitarian

 Teori Kantianisme

b. Menurut saya metode advertising Mc Donalds dengan menyediakan mainan bagi


anak-anak yang membeli produk Happy Meals untuk mempengaruhi keinginan
konsumen adalah tindakan yang sah-sah saja bila dilakukan. Dengan menyediakan
makanan yang berisi hadiah mainan anak-anak membantu Mc Donalds dalam
menjual produknya terutama Haappy Meals.sehingga dengan demikian
memberikan daya Tarik terhadap anak-anak yang datang ke Mc Donalds ingin
membelinya agar mendapatkan hadiah dari makanan atau produk yang mc Donalds
jual yaitu Happy Meals.

Anda mungkin juga menyukai