Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN BENCANA

“SIMULASI DAN MANAJEMEN PSIKOSOSIAL PASCA BENCANA”


Dosen Pembimbing:

Ns. Sri Wahyuni, MKep., Sp.Jiwa., PhD

Disusun Oleh:

Kelompok 1 (A 2017 1)

1711110040 Vioni Julika Putri 1711110305 Novia Agustina M.


1711110173 Lina Tri Wahyuni 1711110319 Suci Rahmatul Y.
1711110272 Rina Suprayanti 1711110320 Citra Pratiwi
1711110275 Tresawati KH. Utami 1711110321 Sri Wahyu Gusti F.
1711110277 Apriyani Darwin 1711110323 Hermi Julianti
1711110283 Ayu Wahyuni 1711110328 M. Arif Munadhil
1711110285 Siti Jamariah 1711110333 Roza Misalia
1711110295 Utari Dwisilvana 1711110339 Devi Kemalasari N.B.
1711110297 Indah Afriani

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
SIMULASI DAN MANAJEMEN PSIKOSOSIAL PASCA BENCANA
A. Pendahuluan

Pusat Penyuluhan Sosial pada tahun 2018 diberi mandat untuk melaksanakan
kegiatan terkait dengan kesiapsiagaan, baik kesiapsiagaan terkait dengan penanganan
bencana maupun kesiapsiagaan terkait dengan isu sosial yang sedang merebak dan
menjadi kegelisahan negara. Pada penanganan bencana, Pusat Penyuluhan Sosial turun ke
lokasi bencana dan rawan bencana bersama-sama dengan Taruna Siaga Bencana, menjadi
sahabat tagana dan ikut membantu melakukan kegiatan terkait penanganan korban
bencana. Pada pasca bencana, Penyuluh Sosial turun mendukung Tagana dalam
memberikan Dukungan Psikososial, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pasal 26 point D; setiap orang berhak
serta dalam perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan program penyediaan bantuan
pelayanan kesehatan termasuk Dukungan Psikososial. Layanan psikososial ditujukan
kepada korban bencana yang mengalami trauma dan depresi.

B. pengertian
psikososial yaitu terdiri dari dua hal, yaitu psiko dan sosial. Kata psiko mengacu
pada jiwa, pikiran, emosi atau perasaan, perilaku, hal-hal yang diyakini, sikap, persepsi
dan pemahaman akan diri. Kata sosial merujuk pada orang lain, tatanan sosial, norma,
nilai aturan,system ekonomi, system kekerabatan, agama atau religi serta keyakinan yang
berlaku dalam suatu masyarakat.

Psikososial diartikan sebagai hubungan yang dinamis dalam interaksi antara manusia,
dimana tingkah laku, pikiran dan emosi individu akan mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh orang lain atau pengalaman sosial. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hidayat
pada kelompok masyarakat yang terkena erupsi gunung Merapi pada tahun 2010,
menunjukkan adanya permasalahan psikososial yang dihadapi oleh kelompok korban,
kelompok terancam dan kelompok terungsi.

Play therapy adalah sebuah proses terapeutik yang menggunakan permainan


sebagai media terapi agar mudah melihat ekspresi alami seorang anak yang tidak biasa
diungkapkannya dalam bahasa verbal karena permainan merupakan pintu masuk kedalam
dunia anak-anak (Htiningsih, 2013).

C. Tujuan dukungan psikososial


Tujuan psikososial adalah mengembalikan individu atau keluarga atau kelompok
pasca kejadian tertentu (bencana alam maupun bencana sosial) sehingga menjadi kuat
secara individu atau kolektif; berfungsi optimal, memiliki ketangguhan dalam
menghadapi masalah; serta menjadi berdaya dan produktif dalam menjalani hidupnya.

Tujuan play therapy yaitu untuk mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai
menjadi tingkah laku yang diharapkan. Dengan terapi, anak mampu diubah perilakunya
melalui cara yang menyenangkan.

D. Aktivitas psikososial pada setiap tahap paska bencana

Jangka waktu setiap tahap bersifat fleksibel dan tidak kaku, tergantung pada
tingkat bencana, aksesibilitas dan respon pemerintah. Oleh karena itu program dibawah
ini lebih bersifat fleksibel.

a) Tahap Tanggap Darurat : Pasca dampak-langsung

1. Menyediakan pelayanan intervensi krisis untuk pekerja bantuan, misalnya defusing


dan debriefing untuk mencegah secondary trauma
2. Memberikan pertolongan emosional pertama (emotional first aid), misalnya berbagai
macam teknik relaksasi dan terapi praktis
3. Berusahalah untuk menyatukan kembali keluarga dan masyarakat.
4. Menghidupkan kembali aktivitas rutin bagi anak
5. Menyediakan informasi, kenyamanan, dan bantuan praktis.
b) Tahap Pemulihan: Bulan pertama

1. Lanjutkan tahap tanggap darurat


2. Mendidik profesional lokal, relawan, dan masyarakat sehubungan dengan
efek trauma
3. Melatih konselor bencana tambahan
4. Memberikan bantuan praktis jangka pendek dan dukungan kepada penyintas
5. Menghidupkan kembali aktivitas sosial dan ritual masyarakat
c) Tahap Pemulihan akhir: Bulan kedua

1. Lanjutkan tugas tanggap bencana.


2. Memberikan pendidikan dan pelatihan masyarakat tentang reseliensi atau
ketangguhan.
3. Mengembangkan jangkauan layanan untuk mengidentifikasi mereka yang
masih membutuhkan pertolongan psikologis.
4. Menyediakan "debriefing" dan layanan lainnya untuk penyintas bencana yang
membutuhkan.
5. Mengembangkan layanan berbasis sekolah dan layanan komunitas lainnya
berbasis lembaga.
d) Fase Rekonstruksi

1. Melanjutkan memberikan layanan psikologis dan pembekalan bagi pekerja


kemanusiaan dan penyintas bencana.
2. Melanjutkan program reseliensi untuk antisipasi datangnya bencana lagi.
3. Pertahankan "hot line" atau cara lain dimana penyintas bisa menghubungi
konselor jika mereka membutuhkannya.
4. Memberikan pelatihan bagi profesional dan relawan lokal tentang
pendampingan psikososial agar mereka mampu mandiri.
E. SOP (Standar Operasional Prosedur)
FAKULTAS KEPERAWATAN
ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU

SIMULASI DAN MANAJEMEN PSIKOSOSIAL PASCA BENCANA


“ PLAY THERAPY”

Pengertian Play therapy adalah sebuah proses terapeutik yang


menggunakan permainan sebagai media terapi agar mudah
melihat ekspresi alami seorang anak yang tidak biasa
diungkapkannya dalam bahasa verbal karena permainan
merupakan pintu masuk kedalam dunia anak-anak
(Htiningsih, 2013).
Tujuan Tujuan play therapy yaitu untuk mengubah tingkah laku
anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang
diharapkan. Dengan terapi, anak mampu diubah perilakunya
melalui cara yang menyenangkan.

Play Therapy : Mewarnai Gambar


Tujuan Setelah diajak bermain selama 35 menit, anak
diharapkan:
a. Gerakan motorik halusnya lebih terarah
b. Berkembang kognitifnya
c. Dapat mewarnai gambar yang disukainya
d. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman
sebaya dengan masalah trauma yang sama
e. Rasa trauma berkurang
Pre Interaksi 1) Menghubungi yayasan terkait untuk meminta izin
memberikan bantuan psikologis pada anak-anak pasca
bencana
2) Melakukan wawancara atau menanyakan kondisi anak
yang akan di terapi pada pengasuh atau orang
terdekatnya
3) Melakukan observasi langsung terkait dengan kondisi
anak
Persiapkan alat-alat yang diperlukan, seperti
buku gambar dan pensil warna, boneka
dan mainan bongkar
Pasang
a. Jenis Program Bermain
- Mewarnai gambar dengan pensil warna/spidol/pantel
pada kertas gambar yang telah tersedia

b. Karakteristik bermain
- Melatih motorik halus
- Melatih kesabaran dan ketelitian

c. Karakteristik peserta

- Usia 3 – 6 tahun
-Jumalah peserta: 2 – 4 anak dan didampingi orang tua
- Keadaan umum mulai membaik
- Klien dapat duduk
- Peserta kooperatif
d. Metode: Demontrasi
e. Alat-alat yang digunakan (Media)
- Kertas gambar yang siap diwarnai
- Alat untuk menggambar (Pensil warna/spidol/pantel)
-Benang
- Penggaris
-Alat untuk melubangi kertas (Perforator)
f. Strategi pelaksanaan
- Persiapan: 5 Menit
- Menyiapkan ruangan
- Menyiapkan alat
-Menyiapkan peserta

Tahap Orientasi 1) Berikan salam dan perkenalkan diri


2) Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan
3) Menanyakan kabar dan keluhan klien
4) Jelaskan tujuan, prosedur, kontrak waktu kegiatan
5) Anak yang akan bermain saling berkenal

6) Menjelaskan cara bermain


Tahap Kerja 1) Fasilitator mengajak klien bermain (menyesuaikan
dengan kondisi pasien)
2) Tidak memaksakan klien untuk segera merespon
pertanyaan dari fasilitator
3) Fasilitasi perasaan dan trauma klien dengan cara
sentuhan terapeutik seperti sentuhan pada bahu,
pelukan hangat, dan lain-lain.

4) Anak diminta untuk memilih gambar yang ingin diwarnai


yang sudah tersedia
5) Kemudian anak dianjurkan untuk mewarnai gambar
dengan warna yang disukai
6) Setelah selesai mewarnai gambar, anak dibantu untuk
melubangi bagian atas kertas gambar
7) Dipasang benang sepanjang ± 10 cm pada bagian atas yang
dilubangi
Gantungkan hasil mewarnai gambar di dekat tempat tidur
anak
Terminasi 1) Berikan reward pada ana katas hasil karyanya
2) Beri kesempatan klien jika ada yang ingin ditanyakan
3) Lakukan kontrak waktu pada klien ( keluarga) untuk
pertemuan berikutnya
Ucapkan salam penutup
Dokumentasi Catat hasil kegiatan dicatatan keperawatan
Play Therapy : Bongkar Pasang
Pengertian Permainan bongkar pasang adalah permainan menyusun
gambar yang telah di acak. Permainan selesai jika anak
mampu menyusun gambar dengan benar sesuai posisinya.

Tujuan 1) Mengetahui respon verbal , psikomotor dan emosional


2) Menghilangkan / mengurangi perasaan takut dan
kecemasan akibat bencana
3) Memenuhi kebutuhan aktifitas bermain
Pre interaksi 1) Menghubungi yayasan terkait untuk meminta izin
memberikan bantuan psikologis pada anak-anak pasca
bencana
2) Melakukan wawancara atau menanyakan kondisi anak
yang akan di terapi pada pengasuh atau orang terdekatnya
3) Melakukan observasi langsung terkait dengan kondisi
anak
4) Persiapkan alat-alat :
 Mainan Bongkar pasang
 Ruangan yang terang
Tahap orientasi 1) Berikan salam dan perkenalkan diri
2) Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan
3) Menanyakan kabar dan keluhan klien
4) Jelaskan tujuan, prosedur, kontrak waktu kegiatan
5) Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya
6) Melakukan terapi bermain bongkar pasang
Tahap kerja 1) Fasilitator mengajak klien bermain bongkar pasang
2) Meminta klien untuk menyelesaikan permainan bongkar
pasang yang disediakan tanpa paksaan
3) Gali perasaan klien tentang traumanya
4) Dengarkan dengan baik cerita klien
5) Jika klien masih sulit diajak komunikasi aktif tetap
lakukan komunikasi terapeutik
6) Berikan waktu untuk klien mengeksplore mainan yang
disediakan
7) Berikan apresiasi dan pujian jika kalian mampu
menyelesaikan permainan
terminasi 1) Tanyakan respon klien setelah bermain
2) Beri kesempatan klien jika ada yang ingin ditanyakan
3) Lakukan kontrak waktu untuk pertemuan berikutnya
4) Ucapkan salam penutup
dokumentasi Catat hasil kegiatan dicatatan keperawatan
Play therapy : bermain boneka
Pengertian Terapi boneka adalah terapi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan ketrampilan komunikasi verbal dan
mengurangi tingkat kecemasan melalui media boneka
Tujuan Untuk mengatasi kecemasan dan meningkatakn
keterampilan komunikasi pada anak

Pre interaksi 1) Menghubungi yayasan terkait untuk meminta izin


memberikan bantuan psikologis pada anak-anak pasca
bencana
2) Melakukan wawancara atau menanyakan kondisi anak
yang akan di terapi pada pengasuh atau orang terdekatnya
3) Melakukan observasi langsung terkait dengan kondisi
anak
4) Persiapkan alat-alat yang diperlukan untuk terapi boneka,
yaitu : menyiapkan ruangan, menyiapkan boneka dengan
berbagai karakter tokoh dan juga membentuk kelompok
sesuai masalah yang dialami oleh anak
Tahap orientasi 1) Berikan salam dan perkenalkan diri
2) Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan
3) Mengajak klien untuk memperkenalkan diri antar sesama
kelompok
4) Menanyakan kabar dan keluhan klien
5) Jelaskan tujuan, prosedur, kontrak waktu kegiatan
6) Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya
Menempelkan identitas nama klien
Tahap kerja 1) Memberikan boneka kepada anak sesuai tokoh yang
diminati anak
2) Mengajak anak bermain boneka disertai dengan cerita
3) Tidak memaksakan klien untuk segera merespon cerita
dari fasilitator
4) Fasilitasi perasaan dan trauma klien dengan cara
sentuhan terapeutik seperti sentuhan pada bahu,
pelukan hangat, dan lain-lain.
5) Gali perasaan klien tentang kecemasannya melalui
cerita dengan boneka
6) Dengarkan dengan baik cerita klien
7) Jika klien masih sulit diajak komunikasi aktif tetap
lakukan komunikasi terapeutik
8) Berikan apresiasi atas kemajuan klien
9) Fasilitasi klien bermain dengan kelompoknya
Berikan pujian kepada klien
Terminasi 1) Berikan apresiasi pada pasien atas yang telah dilakukan
2) Tanyakan persasaan dan respon klien
3) Beri kesempatan klien jika ada yang ingin ditanyakan
4) Lakukan kontrak waktu untuk pertemuan berikutnya
Ucapkan salam penutup
Dokumentasi Catat hasil kegiatan dicatatan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Bisson JI & Lewis C. 2009. Systematic Review of Psychological First Aid. Commissioned by
the World Health Organization (available upon request).
Brymer M, Jacobs A, Layne C, Pynoos R, Ruzek J, & Steinberg A. 2006. Psychological First
Aid: Field operations guide (2nd ed.). Los Angeles: National Child Traumatic Stress
Network and National Center for PTSD. Diakses dari http://www.nctsn.org/
content/psychological-first-aid dan http://www.ptsd.va.gov/professional/manuals/ psych-
first-aid.asp.
Freeman C, Flitcroft A, & Weeple P. 2003. Psychological First Aid: A Replacement for
Psychological Debriefing. Short-Term post Trauma Responses for Individuals and
Groups. The Cullen-Rivers Centre for Traumatic Stress, Royal Edinburgh Hospital.
Hobfoll S, Watson P, Bell C, Bryant R, Brymer M, and Friedman M. 2007. Five essential
elements of immediate and mid-term mass trauma intervention: Empirical evidence.
Psychiatry, 70(4):283-315.
Inter-Agency Standing Committee (IASC). 2007. IASC Guidelines on Mental Health and
Psychosocial Support in Emergency Settings. Geneva: IASC. Diakses dari http://www.
who.int/mental_health_psychosocial_june_2007.pdf
International Federation of the Red Cross. 2009. Module 5: Psychological First Aid and
Supportive Communication. In: Community-Based Psychosocial Support, A Training Kit
(Participant’s Book and Trainers Book). Denmark: International Federation Reference
Centre for Psychosocial Support. Diakses dari www.ifrc.org/psychosocial
Pynoos, R, Steinberg, A, Layne, C, Briggs, E, Ostrowski, S & Fairbank, J. 2009. DSM-V PTSD
Diagnostic Criteria for Children and Adolescents: A developmental perspective and
recommendations. Journal of Traumatic Stress, 22(5):391-8.

Anda mungkin juga menyukai