Anda di halaman 1dari 20

PRINSIP – PRINSIP DISIPLIN KELAS

DOSEN PENGAMPU : Dra. SORTA SIMANJUNTAK, M.S.


MATA KULIAH : MANAJEMEN KELAS
KELAS : I EKSTENSI 2019

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4

 AJIJAH (1193311084)
 SITI NURHALIZAH (1193311105)
 KIKI NATASYA (1193311076)
 MARWAH SOPIAH (1193311077)
 VIVI SHELVIA SINAGA (1193311080)
 NOVIA ALVIANI NUR (1193311169)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan Makalah “ Prinsip – Prinsip Disiplin Kelas ”
ini dengan baik dan lancar sehingga dapat dikumpul dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan, akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak masalah itu bisa teratasi. Maka dalam kesempatan ini
penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Sorta Simanjuntak, M.S, selaku Dosen mata kuliah Manajemen Kelas yang
memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
2. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun hingga
terselesaikannya makalah ini dengan tepat waktu.

Penulis juga sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca mengenai Prinsip – Prinsip Disiplin Kelas.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak sekali kekurangan-
kekurangan, baik pada cara penulisan maupun materi yang tertulis di dalamnya, mengingat akan
kemampuan yang penulis miliki masih sangat kurang dan masih perlu banyak latihan dan juga
bimbingan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.

Medan, 19 Februari 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...4
A. Latar Belakang…………………………………………………………....................................4
B. Rumusan Masalah………………….…………………………………………………………..5
C. Tujuan penulisan…………………………………………………….........................................5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………6

A. Pengertian Disiplin Kelas……………………………………………………………………..6


B. Factor – Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kelas…………………………………………8
C. Jenis – Jenis Pola Penanaman Disiplin………………………………………………………...9
D. Teknik – Teknik Pembinaan Disiplin Kelas……………………………….…………………13
E. Tahap – Tahap Dsiplin Kelas.………………………………………………………………..14
F. Upaya Menegakkan Disiplin Kelas…………………………………………………………..16

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..19


A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………...19
B. Saran………………………………………………………………………………………….19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit untuk di pelajari sebab di siplin
merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya yaitu berkait antara pengetahuan, sikap dan
perilaku. Kebenaran, kejujuran tanggung jawab, kebebasan, rasa kasih sayang, tolong menolong,
dan sebagainya adalah beberapa aturan di siplin kemasyarakatan yagn harus di pelajari / di
ketahui, di sikapi, dan di tegakkan oleh para siswa.

Peserta didik belajar beberapa hal dengan cara mendengarkan misalnya, tetapi mereka
lebih suka mengingat dan bertindak dengan kata – kata dan gagasan mereka sendiri. Dari sini
peserta didik akan belajar lebih cepat apabila mereka terlibat dalam menyusun tata tertip mereka
itu. Walaupun demikian, guru harus mengarahkan dan menetukan tindakan – tindakan apa yang
akan di ambil bila tata tertip di langgar, sehingga di siplin tetap dapat di tegakkan.

Terpeliharanya di siplin tidak lepas dari terpenuhinya kepentingan atau kebutuhan para
pihak. Peserta didik memiliki banyak kepentingan, guru memiliki banyak kepentingan, demikian
pula sekolah. Permasalahannya adalah bagaimana kepentingan – kepentingan dari masing –
masing pihak dapat terpenuhi dan dapat di selaraskan agar tidak jadi bentrokan.

Tidak terpenuhi kepentingan / kebutuhan oleh para pihak akan timbul gangguan yang
mengganggu tatanan hidup dalam berinteraksi atau dalam berproses misalnya, dalam proses
pembelajaran. Di samping itu, para guru / sekolah perlu mencermati kepentingan / kebutuhan
dalam memahami sumber – sumber pelanggaran disiplin. Dengan di ketahuinya sumber
gangguna disiplion maka akan diketahui pula secara teroritis cara penanggulangan.

Disiplin yang baik adalah terjelmanya aktivitas yang mampu mengatur diri kepada
terciptanya pribadi dan potensi social berdasar pengalaman – pengalamannya sendiri.
Pemeliharaan disiplin dewasa ini pada dasarnya adalah bagai mana membantu anak
mengembangkan disiplin dan menerima pusat pengendalian disiplin.

Dalam hal ini perlu diingat bahwa (1) di siplin di pertimbangkan sebagai kecendrungan
dari para peserta didik menyetujui harapan para guru, (2) disiplin merupakan alat bantu

4
menumbuhkan gagasan mukhtahir dan seleksi praktik – praktik baru, dan (3) pelayanan yang
lanyak cenderung menumbuhkan kualitas disiplin.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Disiplin Kelas ?
2. Apa saja Factor – Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kelas ?
3. Apa saja Jenis – Jenis Pola Penanaman Disiplin ?
4. Apa saja Teknik – Teknik Pembinaan Disiplin Kelas ?
5. Apa saja Tahap – Tahap Dsiplin Kelas ?
6. Bagaimana Upaya Menegakkan Disiplin Kelas ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Apa dimaksud dengan Disiplin Kelas.
2. Untuk mengetahui berbagai Factor – Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kelas.
3. Untuk mengetahui berbagai Jenis – Jenis Pola Penanaman Disiplin.
4. Untuk mengetahui Apa saja Teknik – Teknik Pembinaan Disiplin Kelas.
5. Untuk mengetahui Apa saja Tahap – Tahap Dsiplin Kelas.
6. Untuk mengetahui apa saja Upaya Menegakkan Disiplin Kelas.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Disiplin Kelas


Kata disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang merujuk kepada belajar dan
mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan istilah “disciple” yang berarti mengikuti
orang belajar di bawa pengawasan seorang impinan. Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan
sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun (AsyMas’udi, Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (Yogyakarta: PT TigaSerangkai, 2000). Sedangkan The Liang Gie
(1972) memberikan pengertian disiplin sebagai suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang
tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa
senang.

Adapun menurut kamus umum Bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta, istilah disiplin
mengandung pengertian sebagai berikut :

 Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata
tertib di sekolah.

 Ketaatan pada aturan dan tata tertib.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka dapatlah penulis katakan bahwa disiplin
adalah rasa tanggung jawab dari pihak murid berdasarkan kematangan rasa sosial untuk
mematuhi segala aturan dan tata tertib di sekolah sehingga dapat belajar dengan baik. Dan juga
disiplin bukan hanya suatu aspek tingkah laku siswa di dalam kelas/sekolah saja, melainkan juga
di dalam kehidupannya di masyarakat sehari-hari. Dengan demikian anak yang tidak mengenal
disiplin akan cenderung menjadi anak nakal/pembangkang, oleh karena itu pembentukan disiplin
adalah sejalan dengan pendidikan watak. Pokok utama disiplin adalah peraturan.

Sebelum membicarakan defenisi disiplin kelas terlebih dahulu perlu diketahui apa yang
dimaksud dengan kelas. Kelas dalam arti sempit yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding
tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan kelas dalam

6
arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang
sabagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.

Selanjutnya, disiplin kelas adalah keadaan tertib dalam satu kelas yang didalamnya
tergabung guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Hadari Nawawi disiplin kelas adalah suasana tertib dan teratur akan
tetapi penuh dengan dinamika dalam melaksanakan program belajar. Disiplin kelas dalam
penelitian ini adalah sikap siswa yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan dan keteraturan berdasarkan acuan nilai moral individu siswa di
dalam kelas.

B. Factor – Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kelas


Dalam proses penanaman disiplin kelas tentu tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhi strategi penanaman disiplin kelas itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi tersebut
tentu faktor dari dalam (internal) dan faktor luar (eksternal).
1. Faktor Internal
a. Faktor Fisiologis
yang termasuk faktor fisiologis antara lain : pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani,
keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur, dan sakit yang di derita. Faktor fisiologis ikut berperan
dalam menentukan disiplin belajar siswa.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses disiplin kelas antara lain :
1) Minat
Seseorang yang tinggi minatnya dalam mempelajari sesuatu akan dapat meraih hasil yang
tinggi pula. Apabila siswa memiliki minat yang tinggi terhadap pelajaran akan cenderung disiplin
dalam belajar.
2) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar peranannya dalam proses belajar. Dan apabila peserta
didik mempelajari sesuatu yang kurang sesuai dengan bakatnya, tingkat kedisiplinannya juga
rendah.
7
3) Motivasi
Fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk memberikan semangat pada seseorang dalam
belajar untuk mencapai tujuan.
4) Konsentrasi
Konsentrasi dapat diartikan sebagai suatu pemusatan energi psikis yang dilakukan untuk
suatu kegiatan tertentu secara sadar terhadap suatu obyek (materi pelajaran).
5) Kemampuan kognitif
Tujuan belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Namun
kemampuan kognitif lebih diutamakan, sehingga dalam mencapai hasil belajar faktor kemampuan
kognitif lebih diutamakan.

c. Faktor Perorangan
Faktor perorangan adalah sikap seseorang terhadap suatu peraturan. Walaupun sudah
mengetahui tentang ketentuan atau peraturan yang sudah ada masih juga dilanggar atau bersikap
acuh tak acuh terhadap ketentuan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari murid-murid yang mau
mengindahkan peraturan di gariskan baik guru atau wali kelas maupun sekolah.

2. Faktor Eksternal
a. Faktor Sosial
Faktor sosial di sini adalah faktor manusia sebagai makhluk sosial yang berkaitan
dengan keluarga, sekolah, dan masyrakat. Sebagai makhluk sosial maka manusia mempunyai
kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut :
1. Manusia didalam kelompoknya selalu ingin diikut sertakan.
2. Manusia didalam kelompoknya ingin berhasil dan dihargai kelompoknya.
3. Manusia didalam kelompoknya selalu ingin diperhatikan.
4. Manusia didalam kelompoknya memerlukan penghargaan dan perasaan diperlukan oleh
orang lain.
5. Manusia didalam kelompoknya memerlukan sesuatu yang dapat membebaskan diri dari
keterikatan waktu dan ruang.

8
b. Faktor non sosial
1. Lingkungan fisik
Dalam hal ini lingkungan fisik berkaitan dengan suasana kelas atau sekolah, dan
sarana prasarana yang ada. Lingkungan kelas yang baik dapat membangkitkan
semangat peserta didik maupun pengajar untuk melaksanakan disiplin kelas
dengan baik.

C. Jenis – Jenis Pola Penanaman Disiplin


Hadisubrata (1988 : 58-62) mengemukakan bahwa : “Disiplin dapat dibagi menjadi tiga
macam yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif, disiplin demokratis.” Ketiga hal tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :

a. Disiplin otoriter

Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan tekanan,


dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang. Hukuman dan ancaman kerap kali dipakai untuk
memaksa, menekan, mendorong seseorang mematuhi dan mentaati peraturan.

Orang patuh dan taat pada aturan yang berlaku, tetapi merasa tidak bahagia, tertekan dan
tidak aman. Siswa kelihatan baik, tetapi dibaliknya ada ketidakpuasan, pemberontakan dan
kegelisahan atau bisa juga menjadi stres. Sebenarnya semua perbuatannya hanya karena
keterpaksaan dan ketakutan menerima sanksi, bukan berdasarkan kesadaran diri. Mereka perlu
dibantu untuk memahami arti dan manfaat disiplin itu bagi dirinya, agar ada kesadaran diri yang
baik tentang disiplin.

Penanaman disiplin yang cenderumg otoriter ditandai dengan hubungan yang bersifat
otoriter, menguasai, kurang menghargai, merasa paling tahu dan benar, bersikap tertutup, dan
masa bodoh terhadap keragaman yang ada.

Tipe otoriter memiliki ciri-ciri yaitu:

1. Guru menetapkan peraturan tanpa kompromi.


Dalam tipe ini guru menujukkan perilaku seperti mendominasi atau menguasai siswa,
menentukan dan mengatur kelakuan siswa, merasa berkuasa dan berhak memberikan
perintah, larangan, atau hukuman.

9
2. Guru menghukum siswa yang tidak mentaati peraturan.
Jika ada siswa yang membuat kesalahan atau melanggar peraturan, tanpa meminta
penjelasan terlebih dahulu dari siswa yang bersangkutan, guru memberikan hukuman
kepadanya.
3. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat atau
meminta bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Situasi yang seperti ini, guru menujukkan perilaku-perilaku seperti tidak mau menerima
permohonan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya terutama dalam kesulitan
belajar, dan menolak pendapat atau pertanyaan siswa.
Dampak penanaman pola disiplin otoriter ini seperti yang diungkapkan oleh S.D Singgih
Gunarsa (1983 : 83) adalah sebagai berikut :
1) Lemahnya daya inisiatif dan kreatif dalam berpikir dan berperilaku.
2) Kepribadiannya kurang matang seperti pemalu, mudah tersinggung, menaruh dendam,
kurang mampu mengambil keputusan, mudah khawatir atau cemas, kurang memiliki
kepercayaan diri, bersifat kaku dan tidak toleran.
3) Dalam berperilaku atau mematuhi suatu peraturan tidak berdisiplin atau tergantung kontrol
dari luar.
4) Cenderung berperilaku nakal seperti senang bertengkar, kurang bisa menyesuaikan diri
dengan kehidupan sosial.

b. Disiplin permisif

Disiplin permisif merupakan protes terhadap disiplin yang kaku dan keras. Disiplin
permisif ini seseorang dibiarkan bertindak menurut keinginannya, kemudian dibebaskan untuk
mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu.
Seseorang yang berbuat sesuatu dan ternyata membawa akibat melanggar norma atau aturan
yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman.

Sebagai contoh kegiatan belajar mengajar yang ditandai dengan hubungan antara guru dan
siswa yang bersifat permisif ini adalah suasana berlangsung tanpa partisipasi apapun dari guru,
karena guru akan lebih berperan sebagai penonton.

10
Suasana belajar yang demikian tidak akan efektif dalam pencapaian tujuannya, sebab
kekacauan diantara siswa akan sering lebih muncul terjadi walaupun para siswa akan lebih
berusaha mengerjakan dan mempelajari materimateri pelajaran, tetapi dalam dirinya selalu
timbul kekhawatiran takut salah dan merasa tidak tenang. Timbul perasaan tidak puas pada
diri sendiri yang disebabkan antara lain karena tidak ada pegangan atau pedoman yang pasti
dalam kegiatan belajar mengajar mereka. Guru tidak berinteraksi ataupun memberi saran-
saran lainnya kepada siswa sehingga siswa tidak mengetahui kesalahan atau kekurangan
dirinya.

Ciri-ciri penanaman disiplin permisif ini adalah :

1. Guru bersikap acuh tak acuh terhadap kepentingan siswa misalnya adalah guru bersikap
masa bodoh terhadap siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, khususnya
adalah masalah belajar; guru kurang memperhatikan kegiatan belajar siswa; guru kurang
memperhatikan apakah siswa memahami cara-cara belajar efektif atau tidak.
2. Pengawasan guru bersifat longgar yaitu orang tua atau guru tidak menetapkan peraturan
bagi anak tetapi membiarkannya untuk mengontrol dirinya sendiri.

Dampak disiplin ini adalah berupa kebingungan dan kebimbangan, penyebabnya karena
tidak tahu mana yang dilarang dan mana yang tidak dilarang, atau bahkan menjadi takut,
cemas dan dapat juga menjadi agresif serta liar tanpa terkendali.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh S.D Gunarsa (1983 : 83) mengenai
dampak penanaman disiplin permisif atau laissez faire ini adalah :

1. Berkembang sifat egosentrisme yang berlebihan.


2. Mudah bingung atau mengalami kesulitan, jika dihadapkan oleh batasan-batasan norma
yang berlaku dalam lingkungna sosialnya.
3. Merasa tidak aman seperti cenderung suka merasa takut, cemas, dan agresif yang
berlebih-lebihan.
4. Kurang menaruh perhatian atau kasih sayang terhadap orang lain.

11
c. Disiplin Demokratis

Disiplin demokratis ini dilakukan dengan memberikan penjelasan, diskusi, dan penalaran
untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan mematuhi dan mentaati peraturan yang
ada. Sanksi atau hukuman diberikan kepada yang menolak atau melanggar tata tertib, tetapi
hukuman dimaksud untuk menyadarkan, mengoreksi dan mendidik.

Disiplin demokratik menggunakan hukuman dan penghargaanpenghargaan dengan


penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya
hukuman tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman hanya dapat digunakan jika terdapat
bukti bahwa anak secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka.

Disiplin ini bertujuan untuk mengajarkan anak untuk mengendalikan perilaku mereka
sendiri sehingga mereka akan melakukan apa yang benar, meskipun tidak ada orang lain yang
menekan atau mengancam mereka dengan hukuman bila mereka melakukan sesuatu yang
tidak dibenarkan.

Disiplin demokratis ini berusaha mengembangkan disiplin yang muncul dari


kesadarandiri sendiri sehingga siswa memiliki disiplin yang kuat dan mantap, karena itu bagi
yang mematuhi dan melaksanakan disiplin diberikan pujian dan penghargaan. Siswa patuh dan
taat karena didasari kesadaran dirinya. mengikuti peraturan-peraturan bukan karena terpaksa
tapi atas kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.

Tipe demokratis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Guru mengadakan dialog dengan siswa dalam menetapkan atau melaksanakan


peraturan.

Guru dalam hal ini cenderung menunjukkan perilaku seperti : mau bekerjasama
dengan siswa, mendiskusikan tentang peraturan belajar yang ditetapkan, meminta
penjelasan kepada siswa jika pada suatu saat siswa dipandang melanggar peraturan,
memberikan penjelasan mengenai manfaat peraturan yang diberikan.

2. Memberikan bantuan kepada siswa yang menghadapi masalah.


Hal ini guru mau memperhatikan dan menanggapi persoalanpersoalan yang
dihadapi siswa.

12
3. Guru menghargai siswa.
Guru menunjukkan perilaku seperti : memperlakukan siswa sesuai dengan
kemampuannya; memahami kelebihan dan kekurangan siswa; tidak mencemooh siswa
apabila suatu saat siswa tersebut berbuat kekeliruan.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
Ciri ini dimaksudkan bahwa guru mau menerima pendapat siswa dan mau
merespon pertanyaan siswa tentang sesuatu yang belum dipahaminya.
Dampak penanaman disiplin demokratis ini seperti yang diungkapkan oleh
Schneiders (1960 : 236) adalah sebagai berikut :
1. Memiliki disiplin diri yaitu memiliki rasa tanggung jawab dan
kontrol diri.
2. Memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan sosial dengan baik,
dalam arti mampu berperilaku yang sesuai dengan norma.
3. Memiliki kemandirian dalam berpikir dan berperilaku.
4. Bersikap positif terhadap kehidupan.
5. Memiliki konsep diri (self-consept) yang tepat.

D. Teknik – Teknik Pembinaan Disiplin Kelas


Terdapat beberapa teknik membina disiplin kelas, antara lain:
1. Teknik keteladanan guru, yaitu guru hendaknya memberi contoh teladan sikap dan
perilaku yang baik kepada siswanya.
2. Teknik bimbingan guru, yaitu diharapkan guru senantiasa memberikan bimbingan dan
penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan para siswanya.
3. Teknik pengawasan bersama, yaitu dalam disiplin kelas yang baik mengandung pula
kesadaran akan tujuan bersama, guru dan siswa menerimanya sebagai pengendali,
sehingga situasi kelas menjadi tertib.
Dalam mewujudkan tujuan bersama tersebut, beberapa usaha yang dapat dilakukan
dalam pembinaan disiplin kelas adalah:
1. Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.
2. Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.
3. Membina organisasi kelas secara demokratis.

13
4. Membiasakan agar siswa dapat berdiri sendiri atau mandiri dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya.
5. Membiasakan siswa untuk berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya.
6. Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.

E. Tahap – Tahap Dsiplin Kelas


Memelihara disiplin adalah suatu proses. Karena ia proses, maka memelihara disiplin
akan terdiri dari serangkaian tahapan yang harus diperhatikan oleh para penegak disiplin. Adapun
tahapan-tahapan dalam memelihara disiplin yang dikemukakan oleh Rachman (1999:210-212)
adalah sebagai berikut :
1. Pencegahan
Pada tahap pencegahan, para guru perlu menciptakan suasana kelas yang disiplin,
ketepatan instruksional, dan perencanaan pendidikan yang disiplin.Hal yang perlu
diperhatikan pada tahap ini adalah :
a. Penciptaan suasana kelas, ketepatan perencanaan dan Intruksional.
b. Mengenal identitas, misalnya nama, sifat dan kesukaan peserta didik, dsb, adalah hal-hal
yang penting dalam penciptaan suasana kelas.
c. Pemberian catatan yang bersifat memberi dorongan pada pekerjaan peserta didik.
d. Merencanakan pengajaran dan mengajar peserta didik dengan penuh variatif dan dengan
hal-hal aktual melalui topik-topik yang relevan.
e. Penguasaan akan disiplin akademik, yang akan menambah kredibilitas guru yang
diperlukan dalam proses pembelajarannya.

2. Pemeliharaan
Pada tahap pemeliharaan disiplin, para guru perlu melakukan hubungan sosial
emosional dengan peserta didik dalam menunjukkan perilaku disiplin di dalam
kelas.Pemeliharaan perilaku pada umumnya harus sejalan dengan pedoman yang telah
ditetapkan agar peserta didik tetap dapat menjalankan tugas-tugasnya. Pedoman itu harus
memenuhi kepatuhan, kebermaknaan, dan kepraktisan ke arah belajar aktif.

14
Pertemuan pertama misalnya adalah saat yang penting dalam memelihara perilaku-
perilaku yang diharapkan. Tumbuhkan kesan positif dengan mengemukaan program atau
perencanaan pembelajaran dengan langkah-langkah seperti berikut ini:
a. Mulailah dengan saling berkenalan secara tepat;
b. Informasikan gambaran umum, latar belakang, garis besar perhatian dan aktivitas yang
relevan dari bidang studi yang akan ditempuh peserta didik;
c. Informasikan harapan-harapan akademis dan kebijakan penilaian secara rasional;
d. Beri kesempatan peserta didik menyatakan harapan-harapan mereka dengan
kemungkinan-kemungkinan yang saling menguntungkan.

3. Campur tangan (Intervensi)


Campur tangan merupakan usaha guru untuk menyetop perilaku tidak pantas dari peserta
didik. Ini dilakukan bila teknik-teknik yang diterapkan dalam fase pencegahan dan
pemeliharaan fisik tidak berhasil. Dalam teknik ini hendaknya dicari teknik yang efektif fan
dilaksanakan secara hemat dan penuh pertimbangan.
Pada tahap campur tangan, para guru perlu menangani perilaku peserta didik yang
melanggar disiplin kelas dengan mempelajari gejalanya dan mencari akar permasalahannya
dengan teknik-teknik yang berbasis psikologi pendidikan berupa pemberian sanksi/hukuman.
Campur tangan lebih dilakukan pada gejala utamanya dari pada kepada perilaku
menyimpangnya. Guru melakukan terapi situasi daripada peraturan disiplinnya. Guru
hendaknya menggunakan pendekatan ilmu dan seni mendidik dalam fase ini. Guru
memerlukan keahlian dalam langkah-langkah ini seperti bertanya, menatap mata peserta
didik, memberi isyarat dengan tangan atau kepad agar peserta didik tidak berprilaku tidak
pantas.
Jika cara ini tidka berhasil mintalah peserta didik dengan menyebut namanya untuk
diam atau memindahkan tempat duduknya, atau melakukan apa saja yang tepat untuk situasi
seperti itu. Hal itu semua harus dilakukan dengan tenang dan tidak emosional. Hindari segala
jenis tindakan yang menimbulkan konfrontasi.

4. Pengaturan
Pada tahap pengaturan, para guru perlu mengatur perilaku peserta didik yang
menyimpang dari disiplin kelas dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang

15
mendidik, persuasif, dan demokratis agar peserta didik menyadari perilakunya yang
menyimpang dan kembali mematuhi disiplin kelas.
Tujuan dari pengaturan perilaku adalah untuk mengurangi kesalahan pelaksanaan
pengembangan kecakapan peserta didik. Fase ini merupakan fase penting demi tercapainya
tujuan peserta didik. Guru harus memiliki kesabaran, potensi mempengaruhi sikap dan
perilaku dengan cara yang tidak merugikan. Guru dapat membantu peserta didik menyadari
bahwa perilaku memiliki konsekuensi dengan kehidupan mereka. Guru dapat
mempertimbangkan alternatif aktivitas ke arah pengembangan perilaku positif melalui cara
yang efektif.
Bossone menyatakan bahwa disiplin kelas banyak tergantung pada keberhasilan guru
mengelola kelas agar suasana kelas menyenangkan dan diharapkan efektif sebagai sarana
belajar. Beberapa saran bagi guru untuk menangani disiplin di dalam kelas :
1. Kenalilah siswa-siswa.
2. Rencanakan dan persiapkan pelajaran dengan sebaik-baiknya.
3. Libatkan siswa-siswa dalam membuat aturan-aturan bagi kelas.
4. Bertindak arif.
5. Usahakan agar pelaksanaan kegiatan rutin kelas berlangsung secara efisien.

F. Upaya Menegakkan Disiplin Kelas


Upaya menegakan disiplin didalam kelas dapat dilakukan dengan meminta dukungan
berbagai pihak terkait, misalnya dari pihak guru, siswa dan orang tua. Pihak-pihak tersebut
selayaknya diajak bekerja sama dengan baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk
menciptakan disiplin siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak adalah
sebagai berikut:
1. Pihak guru
Disiplin banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai kewibawaan
sehingga disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami kesulitan dalam menciptakan suasana
disiplin dalam kelasnya walaupun tanpa menggunakan tindakan atau hukuman yang ketat.
Adapula guru yang tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak
disegani siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan yang keras. Akhirnya
hukuman dan tindakan tidak efektif. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara
lain:
16
a. Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk patuh terhadap
segala sesuatu yang diperintahkan, karena sikap guru yang otoriter membuat suasana kelas
menjadi tegang dan sering diliputi rasa takut.
b. Guru harus percaya diri bahwa ia mampu menegakan disiplin bagi dirinya dan siswanya.
Jangan tunjukan kelemahan dan kekurangannya pada siswa sebab pada dasarnya siswa perlu
perlindungan dan rasa aman dari gurunya.
c. Guru jangan memberikan janji-janji yang tidak mungkin dapat ditepati. Juga tidak memaksa
siswa berjanji untuk memperbaiki perilakunya seketika sebab mengubah perilaku tidak
mudah, memerlukan waktu dan bimbingan.
d. Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan terlampau bersahabat
erat sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya. Akibatnya siswa menanggap guru
sebagai teman dekat, sehingga cenderung akan hilang kewibawaanya.

2. Pihak siswa
Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah pentingnya,
karena faktor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam pembelajaran. Oleh
karena itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin di
kelasnya. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan
disiplin dalam kelas, anatara lain:
a. Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta menciptakan suasana
disiplin di dalam kelas.
b. Siswa hendaknya memiliki kesadaran untuk mentaati aturan dan tata tertib sekolah bukan
karena rasa takut atau karena merasa terpaksa.
c. Siswa hendaknya bertindak sebagai pengontrol atau pengawas dirinya sendiri tanpa harus
diawasi oleh orang lain.
d. Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus berjanji pada dirinya sndiri
untuk tidak mengulanginya.

3. Pihak Orang Tua Siswa


Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya dirumah, akan sangat
membantu penegakan disiplin kelas. Karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
orang tua dalam rangka turut menegakan disiplin, antara lain:

17
a. Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan putra
putrinya ketika disekolah.
b. Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra putrinya dengan cara turut serta
mengawasinya.
c. Orang tua hendaknya turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila ia melanggar
tata tertib atau aturan sekolah.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Disiplin kelas adalah keadaan tertib dalam satu kelas yang didalamnya tergabung guru
dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan.

Dalam proses penanaman disiplin kelas tentu tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhi strategi penanaman disiplin kelas itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi tersebut
tentu faktor dari dalam (internal) dan faktor luar (eksternal).
Hadisubrata (1988 : 58-62) mengemukakan bahwa : “Disiplin dapat dibagi menjadi tiga
macam yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif, disiplin demokratis.”

Terdapat beberapa teknik membina disiplin kelas, antara lain:


1. Teknik keteladanan guru, yaitu guru hendaknya memberi contoh teladan sikap dan perilaku
yang baik kepada siswanya.
2. Teknik bimbingan guru, yaitu diharapkan guru senantiasa memberikan bimbingan dan
penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan para siswanya.
3. Teknik pengawasan bersama, yaitu dalam disiplin kelas yang baik mengandung pula
kesadaran akan tujuan bersama, guru dan siswa menerimanya sebagai pengendali, sehingga
situasi kelas menjadi tertib.

Upaya menegakan disiplin didalam kelas dapat dilakukan dengan meminta dukungan
berbagai pihak terkait, misalnya dari pihak guru, siswa dan orang tua. Pihak-pihak tersebut
selayaknya diajak bekerja sama dengan baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk
menciptakan disiplin siswa.

B. Saran

Demikianlah penjabaran dari makalah ini dan kami sadari masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Agar makalah ini menjadi lebih bermanfaat kami meyarankan agar
teman-teman dalam forum diskusi untuk dapat berpartisipasi aktif  sehingga kelemahan dan
kekuarangan  yang dimaksud dapat diperbaiki Bersama,dan dapat dimengerti oleh pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uin-suska.ac.id/12454/7/7.%20BAB%20II_2018181PAI.pdf
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/11/prinsip-prinsip-disiplin-kelas.html

20

Anda mungkin juga menyukai