Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
MINUMAN BERKARBONASI TINGGI ANTIOKSIDAN DARI BUAH BIT
(Beta vulgaris L.) DENGAN PERISA JAMBU BIJI (Psidium guajava)

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN EKSAKTA

Diusulkan oleh:
Philena Nisivian (Ketua Kelompok) Angkatan 2018
Risma Dewi Sujana (Anggota) Angkatan 2018

UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2020
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : Minuman Berkarbonasi Tinggi


Antioksidan Dari Buah Bit Dengan
Perisa Jambu Biji
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Philena Nisivian
b. NIM : B.1810340
c. Jurusan : Teknologi Pangan & Gizi
d. Universitas : Universitas Djuanda Bogor
e. Alamat Rumah dan No. Telp./HP : Cilebut Timur (0895-2500-1958)
f. Alamat Email : nisivian.philen@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : Risma Dewi Sujana
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Aji Jumiono, S.TP, M.Si
b. NIDN : 0403116402
c. Alamat Rumah dan No. Telp./HP : Jl. Haji Abas Kel. Caringin Mukti
(0852-1003-8520)
6. Biaya kegiatan total
a. Dikti :
b. Sumber Lain :
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 Bulan
Bogor, 23 Januari 2020
Menyetujui,
Ketua Program Studi Ketua Pelaksana Kegiatan

Tiana, S. Si, M.Si Philena Nisivian


NIP. 213 870 020 NIM. B.1810340

Wakil Rektor III Bidang Dosen Pendamping


Kemahasiswaan

Ir. H. Himmatul Miftah, M. Si Dr. Aji Jumiono, S.TP, M.Si


NIP. 132 062 237 NIDN. 0403116402
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan kekayaan alam, rempah-
rempah, dan termasuk wisata kulinernya. Berbagai macam sayur, buah,
rempah-rempah dimasak dengan berbagai cara menghasilkan rasa yang
disukai oleh berbagai kalangan di seluruh dunia. Namun memasak sayur dan
buah-buahan juga punya cara tersendiri agar manfaat di dalamnya tetap
terjaga. Sehingga banyak orang yang mudah terserang penyakit walau sudah
seringkali memakan sayur dan buah-buahan.
Untuk menjaga kesehatan selain memasak dengan benar, lebih baik lagi
jika kita mengonsumsi buah secara langsung dengan rutin. Namun dengan
perkembangan zaman, anak maupun remaja sulit untuk makan buah, sayur,
daging, maupun susu. Data yang didapat dari Riset Kesehatan Dasar
menyatakan bahwa kurang lebih 93 persen anak-anak di Indonesia tidak
cukup makan sayur-sayuran dan buah-buahan (Riskesdas,2013).
Sayur dan buah adalah komponen penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi.
Tapi nyatanya, data menunjukkan bahwa jumlah anak yang kurang dalam
mengonsumsi sayur dan buah, sangatlah tinggi (Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS,
Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, 2014). Untuk mencegah hal ini terus
berlangsung. Banyak perusahaan yang menghasilkan produk suplemen dalam
bentuk vitamin maupun minuman yang disukai semua kalangan dari anak-
anak sampai orang dewasa.
Minuman yang digemari anak-anak dan remaja biasanya dalam bentuk cair
dan serbuk. Seperti halnya minuman serbuk, yang biasa digemari oleh semua
kalangan dengan rasa yang menyegarkan contohnya adalah Effervescent.
Buah bit adalah sejenis umbi yang masuk dalam kelas Beta vulgaris dan
termasuk dalam subspesies Vulgaris Conditiva. Buah bit memiliki warna
merah keunguan dan biasanya buah bit digunakan campuran makanan,
pewarna makanan alami serta juga dapat dimanfaatkan sebagai obat. Dengan
baunya yang khas membuat umbi-umbian ini jarang dikonsumsi oleh anak-
anak maupun kalangan remaja. Sedangkan, buah ini mengandung begitu
banyak manfaat.
Salah satu manfaat dari buah bit adalah memberikan warna alami dalam
pembuatan produk pangan. Pigmen yang terdapat pada bit merah adalah
Betalain. Betalain merupakan golongan antioksidan. Pigmen Betalain sangat
jarang digunakan dalam produk pangan dibandingkan dengan Antosianin dan
Betakaroten (Wirakususmah, 2007). Kandungan vitamin dan mineral yang
ada dalam bit merah seperti vitamin B dan kalsium, fosfor, nutrisi, besi
merupakan nilai lebih dari penggunaan bit merah.
Pada penelitian ini digunakan buah bit dalam pembuatan minuman serbuk
sebagai bahan baku. Karena buah bit memiliki bau yang khas, maka pada
produk ini dicampur dengan perisa alami dari buah jambu biji merah untuk
menutupi bau khas tersebut. Selain untuk memberikan rasa manis, buah
jambu biji ini ditambahkan karena buah bit tidak boleh dikonsumsi secara
rutin tanpa bahan campuran dari buah lain. Dengan kandungan vitamin C
yang tinggi pada kedua buah ini termasuk dari buah bit membuat minuman
ini akan memiliki kandungan antioksidan yang baik untuk tubuh. Sehingga
selain untuk menyegarkan tubuh tapi untuk menjaga kesehatan dari dalam
tubuh.
Kemajuan teknologi saat ini menjadikan berbagai macam kebutukan
manusia semakin dipermudah. Pemanfaatan secara bijaksana yaitu
memanfaatkan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian sumber
daya alam dan lingkungan sekitar. Kreatif yaitu memanfaatkan sumber daya
alam dengan kreasi-kreasi baru dikombinasikan dengan pemanfaatan
teknologi tertentu sehingga dihasilkan produk yang lebih menarik dan bernilai
ekonomi tinggi.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu:
1. Berapa banyak betalain yang dapat dihasilkan dari ekstraksi buah bit (Beta
vulgaris L.)?
2. Berapa perbandingan terbaik antara buah bit dengan jambu biji sebagai
perisa agar didapatkan minuman dengan rasa yang pas?
1.3 Tujuan
1. Untuk menghasilkan minuman tinggi antioksidan yang dapat mencegah
radikal bebas
2. Untuk memperbaiki gizi dan vitamin
3. Sebagai suplemen tubuh
4. Memperkenalkan manfaat buah bit pada masyarakat
1.4 Luaran yang Diharapkan
Diharapkan melalui penelitian ini, hasil dapat diterima dan
dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah produk yang dapat meningkatkan
nilai ekonomis dari buah bit dan juga dapat menjadi satu peluang usaha yang
memiliki prospek yang baik.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan mengenai
manfaat buah bit serta meningkatkan kreativitas untuk mencari tahu dan
meneliti lebih lanjut mengenai kandungan antioksidan betalain. Manfaat ini
berlaku untuk pemerintah, masyarakat, dan akademis, dimana pemerintah
sebagai media penyalur informasi wawasan, masyarakat dapat menambah
wawasan dengan cepat, dan akademis dapat meningkatkan kreativitasnya
dalama mengaplikasikan ilmunya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minuman Serbuk


Pangan instan merupakan pangan yang dengan cepat dapat segera
dikonsumsi. Pangan instan dapat diartikan sebagai pangan yang secara cepat
dapat diubah menjadi pangan yang siap dikonsumsi. Penyajiannya dapat
dengan menambahkan air panas ataupun susu sesuai dengan selera. Pada
dasarnya, untuk membuat makanan instan dilakukan dengan menghilangkan
kadar airnya sehingga mudah ditangani dan praktis dalam penyediannya
(Fitriani, 2015) Pamurlarsih (2006) menyatakan bahwa produk instan dapat
dihasilkan dari modifikasi pemasakan sehingga dapat diubah menjadi produk
yang siap dikonsumsi dengan cepat, yaitu dengan cara merehidrasi
menggunakan air panas selama beberapa saat.
Pembuatan produk pangan yang memiliki sifat instan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu perlakuan pemukaan dengan modifikasi sifat kimia
bahan dan pembuatan zat aditif. Dengan perlakuan panas / lembaban akan
membuat partikel bubuk diperbesar menjadi aglomerat berstruktur pori.
Penggunaan zat aditif dilakukan dengan menambahkan zat tertentu untuk
membuat sifat produk lebih mudah dibasahi, aglomerat tidak terlalu keras,
partikel mudah mekar (Hartomo dan Widiatmoko, 1993).
Pangan instan yaitu produk pangan yang dibuat untuk mengatasi masalah
penggunaan produk pangan yang sering dihadapi seperti halnya masalah
penyimpanan, transportasi, dan tempat. Bentuk pangan instan biasanya
mudah ditambah air (dingin/panas) dan mudah larut sehingga mudah
disantap.
Syarat agar pangan mudah dibuat menjadi instan, pangan harus mudah
larut, mudah didispersikan dalam media berair. Sifat instan produk pangan
yang baik ditentukan oleh beberapa kriteria tertentu antara lain : 1) Sifat
hidrofilik, bila bahan pangan mengandung lemak/minyak, bubuk hidrofobik,
maka perlu dilakukan peningkatan affinitasnya terhadap air, 2) Tidak
memiliki lapisan gel yang tak permeabel agar pembasahan tidak tertunda, 3)
Waktu pembasahan yang tepat, yaitu harus segera turun (tenggelam tanpa
menggumpal), 4) Mudah terdispersi yaitu tidak membentuk endapan
(Hartomo dan Widiatmoko, 1993).
2.2 Minuman Berkarbonasi
Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron
(elektron donor). Sedangkan secara biologis, pengertian antioksidan adalah
senyawa yang dapat menangkal atau meredam dampak negatif oksidan.
Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada
senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut
dapat di hambat (Winarti, 2010).
Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas. Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen kimia yang
dalam kadar atau jumlah tertentu mampu menghambat atau memperlambat
kerusakan akibat proses oksidasi. Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan
antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga apabila terbentuk banyak radikal
maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Adanya kekhawatiran
kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik
menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan.
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber antioksidan penting, dan
telah dibuktikan bahwa pada orang yang banyak mengkonsumsi sayuran dan
buah-buahan memiliki resiko yang lebih rendah menderita penyakit kronis
dibandingkan dengan yang kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
(Hennekens, 1986; Van Poppel et all., 1994; Colditz et all., 1985).
Menurut Wildman (2001) antioksidan merupakan agen yang dapat
membatasi efek dari reaksi oksidasi dalam tubuh. Secara langsung efek yang
diberikan oleh antioksidan dalam tubuh, yaitu dengan mereduksi radikal
bebas dalam tubuh, dan secara tidak langsung, yaitu dengan mencegah
terjadinya pembentukan radikal. Antioksidan pertama kali digunakan sebelum
Perang Dunia II yang digunakan untuk pengawetan makanan.
Aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kandungan
lipid, konsentrasi antioksidan, suhu, tekanan oksigen, dan komponen kimia
dari makanan secara umum seperti protein dan air. Proses penghambatan
antioksidan berbeda-beda tergantung dari struktur kimia dan variasi
mekanisme. Dalam mekanisme ini yang paling penting adalah reaksi dengan
radikal bebas lipid, yang membentuk produk non-aktif (Gordon, et al. 2001).
2.3 Antioksidan
Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron
(elektron donor). Sedangkan secara biologis, pengertian antioksidan adalah
senyawa yang dapat menangkal atau meredam dampak negatif oksidan.
Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada
senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut
dapat di hambat (Winarti, 2010).
Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas. Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen kimia yang
dalam kadar atau jumlah tertentu mampu menghambat atau memperlambat
kerusakan akibat proses oksidasi. Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan
antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga apabila terbentuk banyak radikal
maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Adanya kekhawatiran
kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik
menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan.
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber antioksidan penting, dan
telah dibuktikan bahwa pada orang yang banyak mengkonsumsi sayuran dan
buah-buahan memiliki resiko yang lebih rendah menderita penyakit kronis
dibandingkan dengan yang kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
(Hennekens, 1986; Van Poppel et all., 1994; Colditz et all., 1985).
Menurut Wildman (2001), antioksidan merupakan agen yang dapat
membatasi efek dari reaksi oksidasi dalam tubuh. Secara langsung efek yang
diberikan oleh antioksidan dalam tubuh, yaitu dengan mereduksi radikal
bebas dalam tubuh, dan secara tidak langsung, yaitu dengan mencegah
terjadinya pembentukan radikal. Antioksidan pertama kali digunakan sebelum
Perang Dunia II yang digunakan untuk pengawetan makanan.
Aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kandungan
lipid, konsentrasi antioksidan, suhu, tekanan oksigen, dan komponen kimia
dari makanan secara umum seperti protein dan air. Proses penghambatan
antioksidan berbeda-beda tergantung dari struktur kimia dan variasi
mekanisme. Dalam mekanisme ini yang paling penting adalah reaksi dengan
radikal bebas lipid, yang membentuk produk non-aktif (Gordon, et al. 2001).
2.4 Betasianin
Menurut Coultate (1996), bahwa betalain dibagi menjadi dua kelompok
yaitu betasianin dengan warna pigmen merah keunguan (λmax 534-555 nm)
dan betaxantin dengan warna pigmen kuning (λmax 480 nm). Pada
pemanasan jus pitaya, nilai ho hanya meningkat sedikit (336-338).
Peningkatan intensitas warna ini terjadi disertai dengan degradasi betasianin
yang berkaitan dengan formasi warna kuning pada kerusakan produk
(Herbach et al., 2006). Betasianin adalah zat warna yang berfungsi
memberikan warna merah dan berpotensi menjadi pewarna alami untuk bahan
pangan yang lebih aman bagi kesehatan dibanding pewarna sintetik.
Betasianin dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam bentuk ekstrat,
akan tetapi penggunaan pelarut air dalam proses pemekatan dengan panas
dapat mengakibatkan kerusakan karena titik didih air cukup tinggi (100 oC)
sedangkan stabilitas betasianin semakin menurun pada pemanasan suhu 70
dan 80 oC (Havlikova et al., 1983).

Gambar 1 Rumus struktur betasianin

Senyawa betasianin pada Gambar 1 di atas merupakan senyawa fenol yang


tersubstitusi oleh gugus glikosida pada posisi orto dan mempunyai gugus
kromofor. Gugus-gugus fungsional yang ada dapat berinteraksi dengan anion
yang mampu menghasilkan perubahan warna. Selain itu senyawa ini memiliki
kegunaan sebagai senyawa chemosensor dalam indikator asam-basa, sensor
anion, sensor beberapa senyawa basa, dan reagen dalam deteksi kerusakan
bahan pangan.
2.5 Umbi Bit
Spesies liar bit diyakini berasal dari sebagian wilayah Mediterania dan
Afrika Utara dengan penyebaran ke arah timur hingga wilayah barat India dan
ke arah barat Eropa yang meliputi Kepulauan Inggris dan
Denmark. Teori yang ada sekarang menunjukkan bahwa bit segar mungkin
berasal dari persilangan B. vurgaris var. maritime (bit laut) dengan B. patula.
Spesies liar sekerabatnya adalah B. atriplicifolia dan B. macrocarpa.
Awalnya, bit merah mungkin adalah jenis yang terutama digunakan sebagai
sayuran daunan, dan ketertarikan menggunakan umbinya terjadi kemudian,
mungkin setelah tahun 1500 (Rubatzky, 1998).
Dalam taksonomi tumbuhan, Beta vulgaris L diklasifikasikan sebagai
berikut (Splittstoesser, 1984):
Kingdom :Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi :Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :Magnoliospida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas :Hamamelidae
Ordo :Caryophyllales
Famili :Chenopodiaceae
Genus :Beta
Spesies :Beta vulgaris

Gambar 2 Buah bit


Lembar daun bit berbentuk oblong atau segitiga. Kultivar daun dapat
memiliki sembir daun bergelombang atau lurus, dan rata atau keriting.
Tangkai daun bit ramping dan panjangnya beragam. Sistem perakaran bit
sangat efisien dan menyebabkan tanaman agak toleran terhadap kekeringan
(Rubatzky, 1998).
Tanaman bit dapat dipanen pada umur 2,5-3 bulan. Semakin tua tanaman
bit, semakin banyak kandungan gula sehingga rasanya bertambah manis.
Begitu pula dengan kadar vitamin C yang semakin tinggi, tetapi jika terlalu
tua umbinya menjadi agak keras atau mengayu (Setiawan, 1995).
Tabel 1 Kandungan gizi dalam buah bit
Kandungan Gizi Kadar(%)
Asam Folat 25-34
Kalium 10-15
Serat 8-14,5
Vitamin C 7,5-11
Magnesium 7-10
Triptofan Min 1,4
Zat Besi 5-8
Bit merupakan salah satu bahan pangan yang sangat bermanfaat. Salah
satu manfaatnya adalah memberikan warna alami dalam pembuatan produk
pangan. Pigmen yang terdapat pada bit merah adalah betalain. Betalain
merupakan golongan antioksidan. Pigmen betalain sangat jarang digunakan
dalam produk pangan dibandingkan dengan antosianin dan betakaroten
(Wirakusumah, 2007). Kandungan vitamin dan mineral yang ada dalam bit
merah seperti vitamin B dan kalsium, fosfor, nutrisi, besi merupakan nilai
lebih dari penggunaan bit merah. Antioksidan merupakan substansi yang
diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan
yang ditimbulkan oleh radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron
yang memiliki radikal bebas. Antioksidan akan menghambat terjadinya reaksi
berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres
oksidatif. Antioksidan banyak terdapat pada buahbuahan dan sayur-sayuran
(Escribanoet al., 1998). Nilai pH untuk betalain adalah pH 4 - 6 (Stinzing dan
Carle, 2007). Antioksidan dari bit merah juga mempengaruhi oleh suhu dan
pH (Stinzing dan Carle, 2007).
Tabel 2 Sumber zat pewarna beserta pigmennya

Warna Sumber Utama Senyawa Zat Warna


Kubis ungu (Brassica oleracea ),
Merah ubi ungu (Ipomea batatas ), bunga
Antosianin
keunguan rosella (Hibiscus sabdariffa), bunga
sepatu (Hibiscus rosasinensis)
Merah Umbi bit Merah (Beta Vulgaris) Betalain
Orange Biji Kesumba kling(Bixa ollerana) Biksin
Orange Kayu secang(Caesalpinia sappan) Brazilin

2.6 Buah Jambu Biji


Buah jambu biji (Psidium guajava) merupakan tanaman buah jenis perdu,
dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tanaman jambu ini berasal dari
Brazilia Amerika Tengah, lalu menyebar ke Thailand dan ke negara Asia
lainnya seperti Indonesia.Jambu biji sering disebut juga Jambu Klutuk, Jambu
Siki, atau Jambu Batu (Kuntarsih, 2006). Banyak sekali macam-macam jenis
buah jambu yang ada di Indonesia.
Secara botanis tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Nama Lokal : Jambu Biji

Gambar 3 Buah jambu biji


Tanaman jambu bukan merupakan tanaman asli indonesia. Dari berbagai
sumber pustaka menyebutkan bahwa tanaman jambu biji diduga berasal dari
Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis.
Buah jambu berbentuk bulat, bulat agak lonjong, lonjong, dan daging buah
berwarna putih ada yang merah tergantung pada varietasnya. Buah memiliki
kulit tipis dan permukaannya halus sampai kasar. Buah yang telah masak
dagingnya lunak, sedangkan yang belum masak dagingnya agak keras dan
renyah. Buahberasa manis, kurang manis, dan hambar, tergantung dari
varietasnya (Bambang, 2010).
Jambu biji perdu atau pohon kecil, tinggi 2-10 m, percabangan banyak.
Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas, berwarna cokelat
kehijauan. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda
berambut halus, permukaan atas daun tua licin. Helaian daun berbentuk bulat
telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak melekuk
ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, berwarna
hijau. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3
bunga, berwarna putih. Buahnya buah buni, berbentuk bulat sampai bulat
telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang
masak bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau merah jambu. Biji
buah banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil, keras, berwarna kuning
kecoklatan (Hapsoh, 2011).
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian


Pada penelitian kali ini ada beberapa tahapan yang akan dilakukan, yaitu:
3.1.1Tahapan pembuatan ekstrak bit dalam bentuk serbuk
3.1.2Tahapan perancangan formula
3.1.3Tahapan analisa kandungan minuman serbuk
3.1.4Tahapan pembuatan kesimpulan dari analisa minuman serbuk ini layak
atau tidaknya dikonsumsi.
3.2 Prosedur Pembuatan
Didalam pembuatan prdouk ini dilakukan dua tahap, yaitu pengolahan
ekstrak buah bit dan proses pembuatan, effervescent. Berikut ini merupakan
penjelasan proses pembuatan effervescent dari buah bit:
3.4.1Ekstrak buah bit
3.2.1.1 Disiapkan buah bit segar yang telah dicuci
3.2.1.2 Dihaluskan menggunakan blender
3.2.1.3 Dimasukkan ke dalam piala gelas berisi 500 ml alkohol 70%
3.2.1.4 Dimasukkan ke dalam botol coklat, kocok selama 15 menit dan
diamkan selama 24 jam
3.2.1.5 Kemudian disaring, ampasnya direndam kembali dengan 500 ml
ethanol 70% dan filtratnya disimpan di wadah lain (filtrat I)
3.2.1.6 Dimasukkan ke dalam botol coklat, kocok selama 15 menit dan
diamkan selama 24 jam
3.2.1.7 Disaring hingga didapatkan filtrat II
3.2.1.8 Dari kedua filtrat dicampurkan kemudian diuapkan menggunakan
evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
3.2.1.9 Ditimbang bobot ekstrak kental
3.2.1.10 Ditambahkan dekstrin sebanyak 2⁄(3 ) volume ekstrak kental
3.2.1.11 Dioven 60-800C hingga kering
3.2.1.12 Diperoleh ekstrak buah bit yang berupa serbuk
3.4.2Pembuatan minuman serbuk
3.2.2.1 Dicampurkan NaHCO3, ekstrak buah bit, dan perisa jambu biji
kemudian dikeringkan pada suhu 35 - 40 0C selama 24 jam
(serbuk I)
3.2.2.2 Dicampurkan asam sitrat dan asam tatrat kemudian dikeringkan
pada suhu 35-400C selama 24 jam (serbuk II)
3.2.2.3 Serbuk I dan II dicampurkan hingga tercampur sempurna
3.2.2.4 Kemudian segera dikemas
Diagram alir pembuatan minuman serbuk buah bit

Direndam ethanol 70%


Disiapkan buah bit segar

Diblender buah bit

Tabel 3 Formulasi pembuatan minuman serbuk


Komponen Formula
Dimasukkan ke dalam botol
Formulasi Formula 1 Formula 2 Formula 3
coklat, kocok selama 15 menit
(mg) (mg) (mg) selama 24 jam
dan diamkan
Ekstrak Kering 2100 2100 2100
NaHCO3 1650 1650 1650
Asam Sitrat 770 770 770
Asam Tatrat 980 ampasnya
Disaring, 980direndam 980
Sukrosa 500 70% dan600
ethanol filtratnya di 700
Perisa Jambu Biji simpan
1000di wadah 900
lain (filtrat I) 800
Jumlah 7000 7000 7000

Disaring hingga didapatkan (filtrat II)

Kedua filtrat dicampurkan, diupkan dengan evaporator

Ditimbang bobot ekstrak kental

2
Ditambahkan dekstrin sebanyak volume ekstrak kental
3

Dikeringkan dengan oven suhu 60-700C

Dicampurkan NaHCO3, ekstrak


buah bit, dan perisa jambu biji

Dicampurkan asam sitrat dan asam Dikeringkan pada suhu 35-400C


tatrat selama 24 jam

Segera dikemas

Gambar 4 Diagram alir pembuatan minuman serbuk buah bit

3.3 Luaran Dan Indicator Capaian Yang Terukur Setiap Tahapan


Tabel 4 Indikator pencapaian
No Tahapan Indikator Capaian Luaran
1 Preparasi buah bit Buah bit bersih dari Buah bit yang bersih
pengotor dari pengotor berupa
partikel halus
2 Proses ekstraksi Ekstraksi dengan pelarut Betalain rendeman
ethanol ekstrak dengan
konsentrasi ethanol
70%
3 Analisis Pengujian dilakukan Mendapatkan hasil
Organoleptik, sesuai dengan standar yang memenuhi
fisika serta kimia minuman serbuk instan standar SNI
(SNI 01-4320-1996) minuman serbuk
4 Analisis Pengujian tambahan Mendapatkan hasil
antioksidan keluar senyawa aktif senyawa aktif
antioksidan antioksidan betalain.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Analisis terhadap produk minuman serbuk dilakukan secara kuantitatif dan
kuantitatif dengan menggunakan beberapa metode yang dicantumkan dalam
tabel.
Metode untuk menganalisis minuman serbuk dari buah bit :
3.4.1Analisis Fisika
Tabel 5 Parameter Analisis Fisika
No Metode Analisis Parameter
1 Organoleptik Rasa
Warna
Bau

3.4.2Analisis Kimia
Tabel 6 Parameter Analisis Kimia
No Metode Analisis Parameter
1 Gravimetri Kadar Air
Kadar Abu
2 Proksimat Kadar Gula
3 Spektrofotometer Serapan Atom Kadar Pb
Kadar Zn
Kadar Cu
Kadar Sn
Kadar Hg
Kadar As

3.4.3Analisis Mikrobiologi
Tabel 7 Parameter Analisis Mikrobiologi
No Metode Analisis Parameter
1 Total Plate Count Jumlah Bakteri
2 Angka Paling Mungkin Uji Bakteri
Patogen

Metode analisis tersebut dijelaskan secara terperinci dalam uraian berikut :


3.4.1Analisis Organoleptik
Dalam analisis ini dilakukan uji sensorik, yaitu pengujian terhadap
rasa, tekstur, aroma, dan warna.
3.4.2Uji rasa
Dasar :
Panelis mencicipi air minuman serbuk yang telah di sediakan oleh
penyaji. Setelah itu panelis mengisi data penilaian yang sudah ditentukan
dan diinginkan oleh penyaji.

Cara Kerja :
3.4.2.1 Siapkan gelas kaca sesuai dengan jumlah panelis
3.4.2.2 Timbang dan simpan minuman serbuk
3.4.2.3 Tambahkan air kedalam gelas
3.4.2.4 Sajikan kepada panelis dan berikan daftar penilaian kepada
panelis
3.4.2.5 Kumpulkan data penilaian
3.4.2.6 Lakukan pengolahan data pada data yang diberikan oleh panelis
3.4.3Uji aroma
Dasar :
Panelis menilai aroma dari minuman serbuk sebelum dan setelah
ditambah air. Panelis memberikan penilaian tentang aroma minuman
serbuk tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penyaji oada data
penilaian yang diberikan oleh penyaji.
Cara Kerja :
3.4.3.1 Siapkan gelas kaca sesai dengan jumlah panelis
3.4.3.2 Timbang dan simpan serbuk minuman serbuk
3.4.3.3 Tambahkan air kedalam gelas
3.4.3.4 Sajikan kepada panelis dan berikan daftar penilaian kepada
panelis
3.4.3.5 Kumpulkan data penilaian
3.4.4Uji warna
Dasar :
Panelis menilai warna serbuk penulis yang di sediakan penguji.
Panelis memberikan nilai terhadap komoditi yang diuji, sesuai dengan
apa yang diminta oenguji dalam data penilaian.
Cara Kerja :
3.4.4.1 Siapkan gelas kaca sesuai dengan jumlah panelis
3.4.4.2 Timbang dan simpan minuman serbuk
3.4.4.3 Tambahkan air kedalam gelas
3.4.4.4 Sajikan kepada panelis dan berikan daftar penilaian kepada
panelis
3.4.4.5 Kumpulkan data penilaian
3.4.5Penetapan Kadar Air
Dasar :
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode pemanasan langsung.
Air yang terkandung dalam contoh tidak terikat sebagai senyawa kimia,
sehingga mudah menguap pada suhu 100-105oC
Reaksi :

Contoh ↑ Contoh + Air ↑
Cara Kerja :
3.4.5.1 Dihaluskan contoh dengan lumpang porselin
3.4.5.2 Ditimbang contoh sebanyak 5 gram ke dalam kotak timbang yang
telah diketahui bibit kosongnya
3.4.5.3 Dimasukkan ke dalam oven suhu 105oC sampai kering
3.4.5.4 Didinginkan dalam desikator
3.4.5.5 Ditimbang
3.4.5.6 Dilakukan proses pemanasan, pendinginan dan penimbangan
berulang hingga diperoleh bobot tetap
Perhitungan :
b Bobot air yang hilang
( )
Kadar Air % =
b Bobot contoh
×100 %

3.4.6Penetapan Kadar Abu


Dasar :
Abu merupakan logam atau mineral yang tertinggal bila suatu contoh
dipjarkan. Abu diperoleh dari hasil pemijaran contoh yang kemudian
ditimbang hingga bobot tetap. Temperatur pengabuan harus benar-benar
dipastikan dan diperhatikan, karena banyak elemen abu yang menguap
pada suhu tinggi.
Reaksi :
Contoh 500−600° C LxOy(Oksida Logam) + H2O ↑

Cara Kerja :
3.4.6.1 Ditimbang 5 gram contoh dalam cawan porselin yang sudah
diketahui bobot kosongnya
3.4.6.2 Diperarang, kemudian diabukan
3.4.6.3 Didinginkan dalam desikator lalu timbang
3.4.6.4 Dilakukan pengeringan, pendinginan, dan penimbangan berulang
hingga diperoleh bobot tetap
Perhitungan :
Bobot abu
Kadar Abu= × 100 %
Bobot contoh
3.4.7Penetapan Kadar Gula Total
Dasar :
Sampel yang mengadung monosakarida dan disakarida (sakarosa)
dihidrolisis dengan bantuan asam sehingga terbentuk monosakarida
pereduksi. Monosakarida yang terbentuk akan mereduksikan larutan luff
yang ditambahkan secara berlebih terukur menjadi endapan merah bata
Cu2O. Sisa larutan luff mengoksidasi KI menjadi I2 bebas kemudian
dititrasi dengan tio hingga kuning muda seukaks kemudian ditambahkan
kanji sebagai indikator, kemudian dititar kembali hingga titik akhir
larutan tak berwarna dan endapan putih susu.
Reaksi :
C12H22O11 + H2O → C6H12O6 + C6H12O6
C6H12O6 + CuO → Cu2O + CuO
CuO sisa + 2KI + H2SO4 → Cu2O + CuI2
2CuI2 Cu2I2 + CuI2
Cara Kerja :
3.4.7.1 Timbang ± 10 gram sampel effervescent
3.4.7.2 Masukkan sampel ke dalam labu ukur 250ml
3.4.7.3 Tambahkan ± 5 ml Pb-asetat setengah basa (sedikit demi sedikit
dengan pipet tetes). Lalu goyangkan labu ukur secara perlahan
3.4.7.4 Tambahkan 1 tetes (NH4)2HPO4 10% untuk test kelebihan Pb.
Jika terbentuk endapan putih maka Pb-asetat sudah berlebih
3.4.7.5 Tambahkan ± 15 ml (NH4)2HPO4 10% sampai tidak terbentuk
lagi endapan putih
3.4.7.6 Goyangkan labu secara perlahan. Simpan larutan induk 1 didalam
kulkas selama ± 30 menit

3.4.7.7 Saring lartan induk 1 ke dalam piala gelas 400 ml menggunakan


kertas saring berabu berlipat
3.4.7.8 Pipet 50,00 ml filtrat larutan induk 1 ke dalam labu ukur 100 ml
3.4.7.9 Tambahkan ± 5 ml HCl 25 %, termometer dan sedikit batu didih
3.4.7.10 Hidrolisis larutan dalam penangan air, pertahankan suhu
pemanasan 60-70 oC selama 10 menit
3.4.7.11 Dinginkan larutan
3.4.7.12 Tambahkan indikator PP ± 2 tetes, netralkan larutan dengan
NaOH 30% sampai warna larutan merah muda seulas
3.4.7.13 Himpitkan larutan dengan air sulng dan homogenkan (larutan
induk 2)
3.4.7.14 Pipet 10,00 ml larutan induk 2 ke dalam erlenmeyer asah
3.4.7.15 Tambahkan 15,00 ml air suling, 25,00 ml larutan luff, dan sedikit
batu didih
3.4.7.16 Reflux larutan, usahakan dalam waktu 3 menit mendidih dan
pertahankan selama 10 menit
3.4.7.17 Dinginkan larutan
3.4.7.18 Tambahkan kurang lebih 25 ml H2SO4 25% dan 10 ml KI 20%,
kocok
3.4.7.19 Titar dengan tio sulfat 0,1 N sampai warna larutan kuning muda
seulas
3.4.7.20 Tambahkan 1 ml indikator kanji, kocok kuat
3.4.7.21 Titar kembali dengan tio sampai hilangnya warna biru
3.4.7.22 Lakukan blanko untuk mengetahui banyaknya larutan luff yang
bereaksi dengan sampel dengan 25,00 ml air suling da 25,00 ml
larutan luff
Perhitungan :
(Vb−Vp ) × N tio sebenarnya
Volume tio ( penitar )=
N tio
mg glukosa× 0,90 × fp
Kadar Gula Total= ×100 %
mg contoh
3.4.8Penetapan Kadar Cu, Pb, Zn, dan Sn
Dasar :
Penetapan kadar Cu, Pb, Zn, Ca dan Sn dengan metode
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) berdasarkan absorpsi sinar oleh
atom atom bebas. Oksida logam diperoleh dengan pengabuan contoh.
Abu dilarutkan denga HNO3, kemudian larutan diperiksa pada λ masing-
masing dengan SSA.

Reaksi :
MX MX ∆ H MX ∆ H MX

Larutan Aerosol → Padatan → Gas

Cu2+ + 2e-

M X
+
Gas Gas
Cu −EHv

Cu* +Ehv

M*
Cara Kerja Pembuatan Deret Standar:
3.4.8.1 Dipepet larutan standar 100 ppm masing-masing logam sebanyak
0, 2, 4, 6, 8 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
3.4.8.2 Ditambahkan 20 ml HCl 4N, dihimpitkan sampai tanda garis
dengan air suling (sebagai larutan deret standar)
3.4.8.3 Dibaca absorbansi deret standar
Cara Kerja Persiapan Contoh:
3.4.8.1 Timbang ± 5 gram sampel, lalu dimasukkan ke dalam piala gelas,
ditambahkan asam nitrat pekat sebanyak 25 ml
3.4.8.2 Dipanaskan di atas hotplate hingga asap coklat atau larutan jernih
3.4.8.3 Disaring jika ada zat yang tidak larut, lalu dilarutkan di dalam
labu ukur 100 ml
Catatan :
Konsentrasi logam ditetapkan dalam contoh yang telah dikurangi
dengan blanko pereaksi (jika digunakan blanko pereaksi)
Perhitungan:
|−Intercept| V .labu 1
ppm Pb ,Cu , Zn , Sn= × fp× × ×10 6
Slope 1000 mg sampel
3.4.9Penetapan Kadar Arsen
Dasar :
Penetapan kadar As dengan metode Spektrofotomotri Serapa Atom
(SSA) berdasarkan absorpsi sinar oleh atom-atom bebas. Sampel
didestruksi dalam suasana asam kuat HNO3 panas kemudian laruan
diperiksa pada λ masing-masing dengan SSA.
Reaksi :
M+
M+ + NO3- → MNO3 → M

M + + e-

Cara Kerja :
3.4.9.1 Pembuatan Deret Standar
3.4.9.2 Larutan Standar Arsen 100 ppm
3.4.9.3 Dipipet 10 ml larutan standar As 1000 ppm kedalam labu ukur
100 ml, dihimpitkan dengan HCl 1N dan dihomogenkan
3.4.9.4 Larutan Standar Arsen 10 ppm
3.4.9.5 Dipipet 10 ml larutan standar As 100 ppm kedalam labu ukur 100
ml, dihimpitkan dengan HCl 1N dan dihogenkan
3.4.9.6 Larutan Standar Arsen 1000 ppb
3.4.9.7 Dipipet 10 ml larutan standar As 10 ppm kedalam labu ukur 100
ml, dihimpitkan dengan HCl 1N dan dihogenkan
3.4.9.8 Larutan deret standar arsen 10, 20, 30, 40, 50 ppb
3.4.9.9 Dipipet 1,0 ; 2,0 ; 3,0 ; 4,0 ; 5,0 ml larutan standar As 1000 ppm
ke dalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan KI 20% sebanyak 10%
volume labu, dihimpitkan dengan HCl 1N dan dihomogenkan
Persiapan Contoh
3.4.9.1 Ditimbang 5 gram
3.4.9.2 Didestruksi dengan 25 ml HNO3 pekat hingga 1⁄2 volume awal
3.4.9.3 Diencerkan dengan HCl 1N, masukkan ke delam labu ukur 100
ml
3.4.9.4 Diencerkan dan dihimpitkan
3.4.9.5 Dibuat deret standar dari laruan induk Arsen
3.4.9.6 Diukur absorbansi menggunakan SSA
Perhitungan :
|−Intercept| V .labu 1
ppb As= × fp× × ×10 6
Slope 1000 mg sampel
3.4.10 Penetapan Kadar Merkuri
Dasar :
Cemaran logam Hg metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
berdasarkan absorbsi sinar oleh atom Hg. Ion Hg dalam contoh dapat
direduksi oleh SnCl2 menjadi Hg0, kemudian serapannya diukur pada λ
253,7 nm.
Reaksi :
HgCl2 + 2SnCl2 → Hg0 + SnCl4

Cara Kerja :
3.4.10.1 Pembuatan Deret Standar
3.4.10.2 Larutan Standar Merkuri 100 ppm
3.4.10.3 Dipipet 10 ml larutan standar Hg 1000 ppm kedalam labu ukur
100 ml, dihimpitkan dengan HCl 1N dan dihomogenkan
3.4.10.4 Larutan Standar Merkuri 10 ppm
3.4.10.5 Dipipet 10 ml larutan standar Hg 100 ppm kedalam labu ukur 100
ml, dihimpitkan dengan HCl 1N dan dihogenkan
3.4.10.6 Larutan Standar Merkuri 1000 ppb
3.4.10.7 Dipipet 10 ml larutan standar Hg 10 ppm kedalam labu ukur 100
ml, dihimpitkan dengan HCl 1N dan dihogenkan
3.4.10.8 Larutan deret standar Merkuri 10, 20, 30, 40, 50 ppb
3.4.10.9 Dipipet 1,0 ; 2,0 ; 3,0 ; 4,0 ; 5,0 ml larutan standar Hg 1000 ppm
ke dalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan KI 20% sebanyak 10%
volume labu, dihimpitkan dengan HCl 1N dan dihomogenkan
Persiapan Contoh
3.4.10.1 Ditimbang 5 gram
3.4.10.2 Didestruksi dengan 25 ml HNO3 pekat hingga 1⁄2 volume awal
3.4.10.3 Dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml
3.4.10.4 Diencerkan dengan HCl 1N dan dihimpitkan
3.4.10.5 Diukur absorbansi menggunakan SSA
Perhitungan :
|−Intercept| V .labu 1
ppb Hg= × fp × × ×10 6ppb
Slope 1000 mg sampel
3.4.11 Penetapan Angka Lempeng Total
Dasar :
Contoh berupa produk dilakukan pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3
dimana contoh dari tiap pengenceran dipipet sebanyak 1 ml lalu
diteteskan kedalam cawan petri steril kemudian dituangkan media Plate
Count Agar (PCA) bersuhu 450C. Disiapkanpula sebuah cawan petri
untuk blanko. Diinkubasi selama 24-48 jam pada 370C. Hasil inkubasi
dihitung dalam satuan koloni.
Cara Kerja :
3.4.11.1 Diisi tabung reaksi steril dengan BPW sebanyak 9,00 ml dan
diberi labe 10-1, 10-2, 10-3, dan balnko
3.4.11.2 Dipipet contoh (yang telah ditimbang 1,0000 gram dan dilarutkan
dalam larutan fisiologis sebanyak 9 ml) sebanyak 1,00 ml dan
dimasukkan ke dalam tabung pengenceran 10-2 lalu
dihomogenkan. Dari tabung pengenceran 10-2 dipipet 1 ml dan
dimasukkan ke dalam tabung pengeceran 10-3 lalu
dihomogenkan.
3.4.11.3 Dipipet 1,00 ml dari setiap pengenceran ke dalam cawan petri
steril secara aseptic
3.4.11.4 Dituangkan media Plate Count Agar (PCA) bersuhu 450C ke
setiap cawan petri sebnyak 15,00 ml secara aseptic
3.4.11.5 Dihomogenkan lalu dibiarkan hingga membeku
3.4.11.6 Diinkubasi pada suhu 370C selama 24-48 jam
3.4.11.7 Dihitung jumlah bakteri dengan menggunakan alat Colony
Counter
Perhitungan :
Jumlah bakteri rata−rata
Angka Lempeng Total=
ml contoh

3.4.12 Angka Paling Mungkin (Bakteri Coliform)


Dasar :
Sampel di timbang, dilarutkan dan diblender. Lalu di encerkan dan
dimasukkan ke dalam tabung ulir dengan ditambahkan media. Inkubasi
selama 48 jam, dan catat hasil sampel yang mengeluarkan gas.
Cara Kerja :
3.4.12.1 Timbang 50 gram contoh ke dalam kantong plastik steril
3.4.12.2 Tuangkan 450 ml larutan pengencer (pepton water 0,1%) dengan
cara aseptic
3.4.12.3 Blender dengan stomacher selama 2 menit
3.4.12.4 Masukkan ke dalam botol steril (pengenceran 10-1)
3.4.12.5 Dibuat pengenceran 10-2, 10-3 dikocok 25 kali, dengan busur 30
cm selama 7 detik
3.4.12.6 Tiga tabung dengan lauryl sulfate trptose broth masing-masing
diinokulasi sebanyak 1 ml dari setiap pengenceran
3.4.12.7 Inkubasi tabung-tabung tersebut selama 48 jam, 350
3.4.12.8 Catat tabung yang membentuk gas
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
Berikut ini ditampilkan banyaknya bahan dan alat serta harga yang
diperkirakan untuk kebutuhan dalam sintesis dan analisis minuman serbuk
antioksidan dengan berbahan baku buah bit dengan perisa jambu biji :
4.1 Anggaran Pembuatan
Tabel 8 Anggaran Bahan Untuk Sintesis
No Bahan Jumlah Anggaran
1 Buah Bit 2 Kg Rp54.000,00
2. Perisa Jambu Biji 1 Kg Rp16.000,00
3. Natrium Bikarbonat 100 g Rp8.000,00
4. Asam Sitrat 100 g Rp25.000,00
5. Asam Tatrat 5g Rp32.500,00
6. Ethanol 70% 1L Rp300.000,00
7. Dekstrin 50 g Rp17.000,00
Jumlah Rp452.500,00

Tabel 9 Anggaran Alat Untuk Sintesis


No Alat Jumlah Anggaran
1 Pisau 2 Buah Rp10.000,00
2. Mixer 1 Buah Rp119.000,00
3. Wadah kaca 1 Buah Rp15.000,00
4. Botol coklat 1 Buah Rp45.000,00
5. Oven 1 Buah Rp1.650.000,00
6. Saringan 1 Buah Rp46.500,00
Jumlah Rp1.188.500,00
4.2 Anggaran Analisis
Tabel 10 Anggaran Untuk Analisis
No Parameter Uji Tarif Analisis
1 Uji Organoleptik Rp15.000,00
2. Uji Kadar Air Rp30.000,00
3. Uji Kadar Abu Rp45.000,00
4. Uji Gula Total Rp85.000,00
5. Uji Cemaran Logam Tembaga (Cu) Rp60.000,00
6. Uji Cemaran Logam Timbal (Pb) Rp60.000,00
7. Uji Cemaran Logam Seng (Zn) Rp60.000,00
8. Uji Cemaran Logam Timah (Sn) Rp60.000,00
9 Uji Cemaran Logam Arsen (As) Rp100.000,00
10. Uji Cemaran Logam Merkuri (Hg) Rp75.000,00
11. Uji Angka Lempeng Total Rp125.000,00
12. Uji Angka Paling Mungkin Rp125.000,00
13. Uji Tambahan - Uji Antioksidan Rp315.000,00
Jumlah Rp1.150.000,00

4.3 Anggaran Total


Tabel 11 Anggaran Total
No Parameter Uji Tarif Analisis
1 Anggaran Bahan Pembuatan Rp452.500,00
2. Anggaran Alat Pembuatan Rp1.188.500,00
3. Anggaran Analisis Rp1.150.000,00
4. Biaya Tak Terduga (10%) Rp895.000,00
Jumlah Rp3.686.000,00
4.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan PKM yang berjudul “Minuman Berkarbonasi Tinggi
Antioksidan dari Ekstrak Buah Bit (Beta Vulgaris) Dengan Perisa Jambu Biji
(Psidium Guajava)” kelompok yang terdiri dari:
Ketua : Philena Nisivian
Anggota : Risma Dewi Sujana
4.6
No. Bulan
Kegiatan
4.5 Waktu Pelaksanaan

Desember Januari Februari Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyuluhan Tugas dan Pembagian Kelompok

2 Pencarian Bahan dan Judul

3 Konsultasi dengan Pembimbing

4 Penyerahan Judul

5 Pembuatan Proposal

6 Pembuatan dan Analisis Produk

7 Pengolahan data dan analisis

laporan8 Analisis pembahasan, kesimpulan , dan pembuatan


DAFTAR PUSTAKA
Coultate, T.P. 1996. Food The Chemistry Of Its Components. 3rd Edition. The Royal
Society And Chemistry Company. Cambridge.
Escribano, J., Pedreno, M.A., Garcia-Carmona, F., Munoz, R. 1998. Characterization Of
The Antiradical Activity Of Betalains From Beta Vulgaris L. Roots. Phytochem. Anal.
9:124-127.
Havlikova, L.K., Mikova, K. 1983.Heat Stability Of Betacyanins. Lebensm Unters
Forsch 177: 247-250.
Herbach, K.M., Stinizing, F.C., Carle, R. 2006. Betalain Stability And Degradation
Structural And Chromatic Aspects. J. Sci. Of Food. Vol. 71.Nr.4.
Martinus A.W.S., Erik K.N., Lydia N.L., 2015. Ekstraksi Betasianin Dari Kulit Umbi
Bit(Beta Vulgaris) Sebagai Pewarna Alami. Diponegoro : Universitas Kristen Satya
Wacana
Philena N., M. Ardha, Panji L. 2017.Minuman Berkarbonasi Tinggi Antioksidan Dari
Buah Bit (Beta Vulgaris L.) Dengan Perisa Jambu Biji (Psidium Guajava). Bogor :
Smk-Smakbogor
Putri, Stephanie Mutiara Novatama Purwanto. 2016. Identifikasi Dan Uji Antioksidan
Senyawa Betasianin Dari Ekstrak Buah Bit Merah (Beta Vulgaris L). Semarang :
Universitas Negeri Semarang
Rubatzky,Vincent E., (1998), Sayuran Dunia 2, Penerbit Itb, Bandung.S. M. Khopkar.
2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press.Jakarta.
Stintzing, F.C., Carle, R. 2007. Betalainsemerging Prospects For Food Scientists. Tends
Food Sci. Technol. 18: 514 – 525.
Wirakusumah, E. 2007. Cantik Awet Muda Dengan Buah Sayur Dan Herbal. Jakarta:
Penebar Swadaya.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing


1.1 Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Philena Nisivian
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Teknologi Pangan dan Gizi
4 NIM/NIDN B.1810340
5 Tempat dan Tanggal Lahir Sumedang, 24 Juni 1998
6 E-mail Nisivian.philen@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 0895-2500-1958

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN Polisi 2 SMPN 7 Bogor SMK-
Bogor SMAKBogor
Jurusan Sekolah Dasar Sekolah Kimia Analis
Menengah
Tahun Masuk- 2005-2011 2011-2014 2014-2018
Lulus

C. Pengalaman Organisasi
No Nama Instansi Jabatan Tahun
.
1 Pendaki Gunung (Pawaska) Anggota 2015-2017
2
3

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi


atau institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
.
1

1.2 Biodata Anggota


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Risma Dewi Sujana
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Teknologi Pangan dan Gizi
4 NIM/NIDN B.1810209
5 Tempat dan Tanggal Lahir Bogor, 1 April 1998
6 E-mail rismaadewii@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 0878-8857-1006
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN Harjasari 1 SMPN 3 Bogor SMK SMAK
Bogor
Jurusan - - Analis Kimia
Tahun Masuk- 2004-2010 2010-2013 2013-2017
Lulus

C. Pengalaman Organisasi
No Nama Instansi Jabatan Tahun
.
1 PMR Anggota 2014
2 PMR Anggota 2016
3

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi


atau institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
.
1

1.3 Biodata Dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai