Anda di halaman 1dari 18

SUARA JANTUNG DAN DENYUT NADI

LAPORAN PRAKTIKUM

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Fisiologi Hewan dan Manusia
yang dibina oleh Ibu Sri Rahayu Lestari

Oleh
Kelompok 3/ Offering A
1. Aisyatur Robia (150341600791)
2. Koko Murdianto (150341605345)
3. Lelly Luckitasari (150341600339)
4. Regia Ilmahani (150341600415)
5. Shela Emilia P. (150341603981)
6. Siti Nurhalizah (150341607130)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2016
SUARA JANTUNG DAN DENYUT NADI

A. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa
sebagai berikut.
(1) Mendefinisikan sistol, diastol, dan siklus jantung
(2) Menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara jantung dan
menghubungkan suara jantung dengan siklus jantung
(3) Menentukan panjang normal siklus jantung, perubahan tekanan relatif
yang terjadi di dalam atria dan ventrikel selama siklus, dan waktu
ketika katup menutup
(4) Menentukan tempat pada toraks dimana suara jantung pertama dan
kedua secara jelas dapat didengarkan
(5) Mengukur tekanan darah subyek secara teliti dengan menggunakan
sphygmomanometer

B. Dasar Teori
Denyut jantung (denyut apikal) adalah bunyi yang terdengar melalui
stetoskop selama kontraksi jantung. Ada dua suara jantung yang jelas dapat di
dengar pada setiap siklus jantung. Suara jantung biasanya digambarkan dengan
lub dan dup, dan urutannya adalah: lub-dup, istirahat, lub-dup, istirahat, dan
seterusnya. Lub (S1) adalah bunyi akibat tertutupnya katup trikuspidalis dan
mitral (katup atrio ventrikular) pada permukaan sistole. Sedangkan S2 adalah
bunyi akibat tertutupnya katup semilunar yang bertepatan dengan akhir sistole
(Tim pengajar fisiologi hewan, 2014).
Bunyi timbul karena getaran yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri-
arteri besar ketika katup menutup, bukan oleh derik penutupan katup. Karena
penutupan katup AV terjadi pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan ventrikel
pertama kali melebihi tekanan atrium, bunyi jantung pertama menandakan awitan
sistol ventrikel. Penutupan katup semilunaris terjadi pada awal relaksasi ventrikel
ketika tekanan ventrikel kanan dan kiri turun di bawah tekanan aorta dan arteri
pulmonalis. Dengan demikian, bunyi jantung kedua menandakan permulaan
diastole ventrikel (Lauralee, 2001).
Secara normal, katup mitral terbuka sedikit lebih cepat sebelum katup
trikuspidalis. Katup mitral dapat di dengar lebih jelas bila stetoskop ditempatkan
di ruang inter kostal V sebelah kiri sternum di atas apeks jantung. Sedangkan
suara katup trikuspidalis paling jelas dapat di dengar bila stetoskop digeser ke
daerah agak tengah di sebelah kiri sternum. Demikian juga pada katup semilunar
terdapat desinkronisasi penutupan katup. Katup semiluar aortik secara normal
mengatup dengan bunyi keras lebih dulu daripada katup semilunar pulmonari
(Tim pengajar fisiologi hewan, 2014)
Suara jantung pertama, S1 terjadi saat katup atrio ventrikula rmenutup. S1
bernada rendah dan redup yang disebut dengan lub. Setelah itu katup semilunaris
menutup menghasilkan suara jantung kedua, S2, disebut sebagai dup yang
bernada lebih tinggi dan lebih pendek dari S1. S1 dan S2 (lub-dup) terjadi dalam 1
detik atau kurang, bergantung pada frekuensi jantung. S1 dan S2 dinamakan bunyi
systole dan diastole. Sistole adalah periode kontraksi ventrikel. Diawali saat bunyi
jantung pertama dan diakhiri saat bunyi jantung kedual. Sistole normalnya lebih
pendek daripada diastole. Diastole adalah periode relaksasi ventrikel. Dimulai saat
bunyi jantung kedua dan diakhiri saat bunyi jantung pertama berikutnya (Berman
et al, 2009).
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung
seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi.
Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan
struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi,
apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang
diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).
Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan
titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis,
arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis
posterior (Michael, 2006).
Arteri berkontraksi dan berelaksasi secara periodik, kontraksi dan relaksasi
arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung seiring dengan
dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian, pulse rate juga
dapat mewakili detak jantung per menit atau yang dikenal dengan heart rate
(Guyton, 2007).
Dalam keadaan sehat, tekanan sistol dan diastol seseorang adalah 120/80.
Artinya tekanan sistol=120 mmHg, sedangkan tekanan diastol 80 mmHg.
Perbedaan antara besaranya tekanan sistol dan diastol disebut tekanan denyutan
yang rata-ratanya adalah 40 mmHg (Soewolo, 2005). Nilai tekanan darah yang
sehat untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun keatas adalah bertekanan sistolik
kurang dari 121mmHg. Bila nilai sistoliknya berkisar antara 121 – 139 mmHg,
maka orang tersebut mengalami Prehypertansion, dimana tekanan darahnya lebih
tinggi dari tekanan darah yang dianjurkan. Tekanan darah tinggi (Hypertension)
dibagi menjadi dua tahap, yaitu tekanan darah tinggi tahap 1 dan tahap 2. Bila
nilai tekanan sistolik berada diantara 140 – 159 mmHg maka disebut tekanan
darah tinggi tahap 1 (Stage 1 Hypertension). Kondisi dimana nilai sistolik lebih
tinggi dari 159 mmHg disebut dengan tekanan darah tinggi tahap 2 (Stage 2
Hypertension) (Kumboyono dkk, 2012). Sedangkan tekanan normal vena
bervariasi antara 30-90 mmHg; tekanan vena pada tangan antara 30-40 mmHg
(Soewolo dkk, 2001).

C. Alat dan Bahan


- Alat
1. Stetoskop
2. Sphygmomanometer
3. Penggaris milimeter
4. Kapas
- Bahan
1. Alkohol 70 %
D. Cara Kerja
1. Mendengarkan Suara Jantung

Dibersihkan bagian stetoskop yang akan dipasang di telinga dengan


alkohol 70%, dibiarkan kering dulu, kemudian dipasang dengan cara
pemasangan yang benar

Ditempelkan bel stetoskop pada dada subyek, pada ruang sela iga 5 di
sebelah kiri sternum dekat puting susu kiri. Daerah ini merupakan daerah
untuk mendengarkan katup mitral dengan baik. Didengarkan baik-baik
suara jantung, dimana suara pertama lebih panjang, lebih keras daripada
suara kedua yang lebih pendek namun lebih nyaring.
5

Setelah mendengarkan beberapa menit, coba dihitung waktu istirahat


antara suara kedua dari satu denyut jantung dan suara pertama dari denyut
jantung berikutnya. Dicatat hasilnya dalam detik. Bagaimana interval
waktu ini bila dibandingkan dengan interval waktu antara suara pertama
dan kedua dari suatu denyut jantung tunggal.

Sekarang dilakukan pengamatan pada katup semilunar. Untuk


mendengarkan katup semilunar aortik lebih jelas, ditempelkan bel
stetoskop pada ruang sela iga ke 2, tepat di kanan sternum. Bila sudah
didengarkan oleh Anda, subyek diminta menarik nafas dalam-dalam
dengan pelan. Kemudian dipindahkan stetoskop secara horizontal ke kiri
sternum untuk mendengarkan katup pulmonari.

2. Palpasi Denyut Nadi Radialis

Subyek diminta duduk tenang, dicari posisi arteri radial di permukaan


pergelangan tangan, persis pada pangkal ibu jari

Dilakukan palpasi, mula-mula arteri radial ditekan dengan ujung jari ke 2


dan ke 3. Kemudian dikendorkan tekanan pelan-pelan sampai denyut nadi
dirasakan oleh Anda. Dilakukan perhitungan denyut nadi per menit.
Diulangi 2 kali diambil rata-ratanya
3. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi

Perbandingan antara kecepatan denyut jantung (bagian apeks) dan denyut


nadi radial, dapat dilakukan secara simultan pada keduanya. Didiskusikan
apakah perbedaan antara kecepatan denyut jantung apikal tersebut dengan
denyut nadi radial
4. Tekanan Arteri
Subyek dibiarkan duduk dengan tenang dan rileks

Lengan subyek diletakkan di atas meja dengan posisi menekuk dan posisi
telapak tangan menghadap ke atas sampai setinggi jantung

Manset dipasang pada lengan atas, dengan batas bawah manset 2 – 3 cm


dari lipatan siku dan diperhatikan posisi pipa manset yang akan menekan
tepat di atas denyutan arteri di lipatan siku (arteri brankhialis)

Diletakkan stetoskop tepat di atas arteri brankhialis

Dipompa manset hingga manometer air raksa mencatat 140 mmHg

Katup manset dibuka dan dibiarkan tekanan manset turun perlahan


dengan kecepatan 2 – 3 mmHg/detik

Diingat dan dicatat bunyi pertama yang terdengar sebagai tekanan


sistolik, dan dicatat pula bunyi terakhir yang masih terdengar sebagai
tekanan diastolik

Diturunkan tekanan manset sampai 0 mmHg dan manset dilepaskan


5. Tekanan Vena

Dibuat garis lurus di papan tulis

Subyek berdiri dengan sisi tubuh sebelah kanan dekat papan tulis

Tangan dinaikkan sampai vena superfisial menghilang

Diukur dan dicatat jarak vertikalnya dalam mm

E. Data Pengamatan
1. Mendengarkan Suara Jantung

Perlakuan Waktu (detik)

Lup-dup 00: 41

Dup-lup 00: 63

Lup-lup 00 : 98

Dup-dup 01 : 17
2. Palpasi Denyut Nadi Radialis
Subyek : Regia

Denyut nadi per


Perlakuan
menit
Palpasi ke-1 75/menit
Palpasi ke-2 75/menit
Rata-rata : 75/menit

3. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi

Denyut jantung (apeks) Denyut nadi radial


60/menit 80/menit
4. Tekanan Arteri
Subyek : Aisyatur
Tekanan arteri = 120/80 mmHg
5. Tekanan Vena
Subyek : Shela
Jarak vena tidak terlihat = 3 cm = 30 mm

1,056 x X
Pv= mmHg
13,6

1,056 x 30
Pv= mmHg
13,6

31, 68
Pv= mmHg
13,6

Pv=2 ,33 mmHg

Keterangan:

1,056 = gaya berat khusus darah

13,6 = gaya berat khusus Hg

X= 30 = jarak vertical antara ketinggian atrium dengan menghilangnya vena

F. Analisis Data
1. Mendengarkan Suara Jantung
Praktikum kali praktikan mengamati suara jantung dengan cara
mendengarkan suara detak yang berbunyi lup dan dup, serta mengukur waktu
antara lup ke dup, dup ke lup, lup ke lup, dan dup ke dup. Subjek yang diamati
berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh waktu lup ke
dup adalah 0,41 detik. Waktu dup ke lup adalah 0,63 detik. Waktu lup ke lup
adalah 0,98 detik. Sedangkan waktu untuk jarak dup ke dup adalah 1,17. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa waktu lup ke dup, dup ke lup, lup ke lup, dan
dup ke dup berbeda pada waktu.
2. Palpalasi Denyut Nadi Radialis
Pada pengamatan denyut nadi radialis, pengamatan dilakukan dengan cara
palpasi pada permukaan pergelangan tangan, pada pangkal ibu jari. Kemudian
dilakukan perhitungan denyut nadi per menit. Perhitungan dilakukan dua kali
sebagai ulangan. Perhitungan ulangan pertama dan kedua sama yaitu sebesar 75
kali per menit. Oleh Karena itu, hasil rata-rata dari jumlah denyut nadi radialis per
menit subyek adalah sebesar 75 kali per menit.
3. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan perbedaan antara
denyut jantung apikal dan denyut nadi radial. Percobaan dilakukan pada waktu
bersamaan dan subyek yang sama. Percobaan pertama mengukur jumlah denyut
jantung bagian apeks pada subyek selama satu menit dengan menggunakan
stetoskop didapatkan hasil 60 kali dalam satu menit. Sedangkan pada percobaan
mengukur jumlah denyut pada arteri radial dengan cara menekan arteri yang lurus
dengan jempol tangan subek didapatkan hasil 80 kali permenit.
4. Tekanan Arteri
Berdasarkan data pengamatan hasil pengukuran tekanan pembuluh darah
sistol dan diastol subyek menggunakan sphygmomanometer adalah 120/80
mmHg. Tekanan sistol sebesar 120 mmHg mewakili tekanan ventrikel pada aorta
yang menjadi dorongan atau tekanan awal darah agar menyebar keseluruh tubuh,
sedangkan 80 mmHg mewakili tekanan diastol dimana tekanan akhir pada arteri
yang lebih lemah. Diketahui tekanan sistol dan diastol dapat menjadi petunjuk
beasr tekanan arteri/nadi. Tekanan rata-rata arteri dapat ditarik dari selisih nilai
sistol 120 mmHg dengan diastol 80 mmHg yaitu sebesar 40mmHg pada subjek.
5. Tekanan Vena
Untuk memperkirakan menghitung tekanan vena maka dapat dilakukan
pengukuran terhadap jarak vertikal antara atrium kiri dengan menghilangnya
vena. Pertama subjek berdiri disamping papan tulis dengan sisi tubuh sebelah kiri
mengahadap ke papan tulis dengan lengan tergantung pada sisi tubuh. Kemudian
subyek dengan pelan-pelan menaikkan lengan kirinya dan mengamati vena
superfisial pada bagain dorsal lengan pada saat subjek mengangkat tangannya.
Saat diukur diperoleh jarak vertical antara ketinggian atrium dengan
menghilangnya vena adalah 30 mm. Angka tersebut kemudian dimasukkan dalam
rumus untuk mencari tekanan vena dan diperoleh hasil bahwa tekanan vena subjek
adalah 2, 33 mmHg.

G. Pembahasan
1. Mendengarkan Suara Jantung
Mendengarkan suara dalam tubuh dengan menggunakan stetoskop
disebut juga auskultasi (Guyton, 2006). Suara denyut jantung yang dating
terutama dari bergejolaknya darah yang disebabkan oleh menutupnya katub-katub
jantung. Selama setiap siklus jantung suara jantung yang dapat didengarkan
dengan jelas adalah suara pertama yaitu “lup”, lebih keras dan sedikit lebih
panjang dari suara kedua. Suara “lup” dihasilkan oleh gerak balik darah atau
menutupnya katub atrio vascular segera setelah sistol ventrikel mulai. Suara kedua
lebih pendek dan tidak sekeras suara pertama tetapi lebih jelas, terdengar “dub”.
Suara “dub” ini akibat gerak balik darah yang menutup katub semilunar pada awal
diastol semilunar (Guyton, 2006). Pada seseorang yang sedang istirahat, waktu
antara suara jantung kedua dengan suara jantung yang pertama berikutnya kira-
kira dua kali lebih lama dari pada waktu antara suara jantung pertama dan suara
jantung kedua dalam satu siklus (Soewolo, 2005)

Pada kegiatan praktikum yang dilakukan, suara pertama yang lebih


panjang dan lebih keras adalah suara yang terdengar “lup”, dan suara kedua yang
terdengar lebih jelas yaitu “dub”. Pada kegiatan penghitungan suara denyut
jantung yang pertama dilakukan adalah menghitung jeda antara suara lup ke dup,
dup ke lup lup ke lup dan dup ke dup dari jantung. Berdasarkan hasil pengamatan,
diperoleh waktu Lup ke Dup adalah 0,41 detik. Waktu Dup ke Lup adalah 0,63
detik. Waktu Lup ke Lup adalah 0,98 detik. Sedangkan waktu untuk jarak Dup ke
Dup adalah 1,17 detik.
Suara pertama (lup) menandakan katup atrio ventricular menutup
sedangkan suara kedua (dup) mengasosiasikan katup semilunar tertutup.
Berdasarkan siklus jantung, selama 0.1 detik atrium mengalami sistol, ini adalah
saat semua darah yang tersisa dalam atrium dipaksa masuk ke dalam ventrikel.
Kemudian 0.3 detik kemudian ventrikel yang mengalami sistol, ini adalah saat
ventrikel memompa darah menuju arteri besar dan sisanya 0.4 detik atrium dan
ventrikel mengalami diastol, disebut juga fase relaksasi, darah yang kembali dari
vena besar mengalir ke atrium dan ventrikel (Soewolo, 2005).
Berdasarkan analisa data, telah diketahui bahwa pada praktikum
mendengarkan suara jantung ini terdapat ketidak sesuaian dengan teori. Akan
sesuai bila interval antara lup dan dup adalah kurang lebih 0.25-0.3 detik,
sedangkan interval antara dup ke lup adalah 0.45-0.5 detik dan interval antara lup
ke lup adalah penambahan dari interval lup ke dup dan dup ke lup sebesar 0,8
detik (Pococket al , 2006). Ketidak sesuaian ini dikarenakan praktikan kurang
teliti dalam mendengarkan suara jantung, dan kurang cepatnya praktikan dalam
menekan stopwatch menyebabkan ketidak tepatan dalam mengambil data.
2. Palpasi Denyut Nadi Radialis
Arteri yang digunakan untuk mendeteksi denyut nadi terletak dekat
dengan kulit. Sebagian besar diberi nama beradasarkan tulang di mana arteri
berada. Tempat denyut nadi secara kolektif disebut denyut perifer (peripheral
pulse) karena terletak jauh dari jantung. Dari semua denyut perifer, arteri radial,
yang terletak di bagian dalam pergelangan tangan adalah tempat yang paling
sering digunakan untuk mendeteksi denyut nadi (Timby, 2009).
Salah satu cara untuk mendektesi denyut jantung pada arteri radial adalah
dengan palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau
merasakan struktur dengan ujung-ujung jari, sedangkan pemeriksaan dikatakan
auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara
alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).
Asal denyut arteri adalah transmisi tekanan darah ventrikel kiri ke sistem
arteri perifer setelah katup aorta dibuka selama sistol jantung. Setelah katup aorta
membuka, kecepatan aliran darah di aorta meningkat dengan cepat, mengarah ke
anacrotic. Tekanan puncak terjadi sedikit lambat, kemudian jatuh di bagian akhir
sistol sampai katup aorta menutup. Penutupan katup secara tiba-tiba
menghentikan darah mengalir ke aorta, sehingga diikuti oleh gelombang kecil
positif yang disebabkan oleh elastisitas dari aorta. Tekanan kemudian turun
sepanjang diastole dan darah berjalan ke arteri radialis (Crawford, 1983).
Denyutandalamarteriradialis tidak serupa dengan kontraksi ventrikel namun
sedikit mengikuti setiap kontraksi ventrikel dengan interval yang cukup besar
(Soewolo, 2003).
Untuk membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara
periodik, kontraksi dan relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi
jantung seiring dengan dipompanya darah menuju arteri. Oleh karena itu, denyut
nadi dapat mewakili detak jantung per menit atau heart rate (Crawford, 1983).
Untuk orang dewasa dan remaja, ketika beristirahat, rata-rata denyut nadi
60 sampai 100 denyut per menit (denyut per menit) (Pritchard dan Mallett, 2001).
Pada subyek didapatkan perhitungan denyut nadi sebesar 75 per menit. Hal
tersebut menunjukkan bahwa subyek memiliki keadaan jantung yang normal. Jika
seseorang memiliki denyut jantung melebihi 100 atau kurang dari 60 denyut per
menit maka orang tersebut mengalami gangguan pada jantungnya. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh pengaruh obat-obatan, stress, atau penyakit jantung.
Menurut Pritchard dan Mallett (2001) denyut nadi yang normal bervariasi sesuai
dengan usia yaitu sebagai berikut.
 Setelah lahir : 120 –160 denyut per menit
 1 – 12 bulan : 80 – 140 denyut per meni
 12 bulan – 2 tahun : 80 – 130 denyut per menit
 2 – 6 tahun : 75 – 120 denyut per menit
 6 – 12 tahun : 75 – 110 denyut per menit
3. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh terdapat perbedaan yang
signifikan antara denyut jantung apikal dengan denyut nadi radial subyek.
Perbedaan jumlah atau interval antara denyut nadi dan denyut jantung yaitu
sejumlah 20 denyut. Denyut jantung (apeks) merupakan bunyi yang terdengar
melalui stetoskop selama kontraksi jantung. Sedangkan denyut nadi merupakan
frekuensi irama denyut atau detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba)
dipemukaan kulit di tempat-tempat tertentu seperti arteri radial yang letaknya
lurus dengan jempol tangan manusia.Ketika darah yang mendapat tekanan
dipompa dari ventrikel kiri, aorta dan areri mengembang untuk
mengakomodasinya. Ketika ventrikel berelaksasi dan katup seminular menutup ,
dinding arteri yang elastis akan kembali ke bentuk semula (daya regang),
mendorong darah ke distal menuju arteri yang lebih kecil dan arteriola. Di dalam
aorta akan terjadi desakan darah kedalam arteri yang disebut dengan denyut nadi
(Silverthorn, 2014). Dalam keadaan normal, frekuensi denyut nadi sama dengan
frekuensi denyut jantung. Pada keadaan tertentu (penyakit) dapat terjadi pulsus
deficit, yaitu adanya selisih frekuensi denyut jantung dan denyut nadi (Murtiati,
2005). Pulsus defisit disebabkan oleh denyut jantung yang lemah sehingga
menyebabkan denyut nadi tidak terasa. Berdasarkan hasil pengamatan, denyut
nadi lebih besar dari pada denyut jantung, hal ini bertolak belakang dengan teori
baik teori pulsus defisit maupun teori mekanisme terjadinya denyut nadi yang
dapat dirasakan, karena tidak mungkin terjadi gesekan / gelombang nadi yang
lebih dari jumlah kontraksi jantung karena kontraksi jantung merupakan sebab
dari adanya gelombang nadi itu sendiri. Faktor perbedaan denyut tersebut
disebabkan adanya kesalahan pengamatan saat menghitung nadi dan denyut
jantung disebabkan kurang telitinya praktikan.

4. Tekanan Arteri
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah
ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama,
tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup,
tanpa tekanan ini, otot dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat
seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ
tersebut dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh telalu tinggi sehingga
menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningktkan resiko
kerusakan pembuluh serta kemungkinan lupturnya pembuluh-pembuluh halus
(Lauralee, 2001).
Pada pengamatan pengukuran tekanan nadi dibantu dengan alat
sphygmomanometer dan stetoskop dengan metode auskultasi. Auskultasi adalah
metode untuk menentukan tekanan nadi yang menggunakan stetoskop dan
sphygmomanometer yang terdiri dari sebuah inflatable (riva rocci) spontan
ditempatkan di sekitar lengan atas di sekitar yang sama vertikal tinggi sebagai
jantung, terlampir ke air raksa atau aneroid manometer. Cara auskultasi untuk
menentukan tekanan arteri sistolik dan diastolik dibantu sebuah stetoskop
diletakkan pada arteri antecubiti, dan disekeliling lengan atas dipasang sebuah
manset tekanan darah yang digembungkan. Selama manset menekan lengan
dengan sedikit sekali tekanan sehingga arteri tetap terdistensi dengan darah, tidak
ada bunyi yang terdengar melalui stetoskop ,walaupun sebenarnya darah alam
arteri tetap berdenyut . Apabila tekanan dalam manset itu cukup besar untuk
menutup arteri selama sebagian siklus tekanan arteri, pada setiapa denyutan akan
terdengar bunyi. Bunyi-bunyi ini di sebut bunyi korotkoff. (Guyton, 2007)
Pada subyek menggunakan metode auskultasi didapatkan bunyi korotkoff
pertama dapat didengar pada saat raksa menunjukkan pada angka 120, sedangkan
bunyi terakhir yang terdengar dari stetoskop pada angka 80, sehingga tekanan
arteri tergolong normal dengan besar 120/80 mmHg. Nilai 120/80 mmHg
menunjukkan tekanan darah di aorta dan di brakial dan arteri besar lainnya pada
tekanan sitolik sebesar 120 mmHg selama siklus jantung dan turun menjadi
minimum (tekanan diastole) sekitar 80 mmHg. Takanan darah arteri biasanya
ditulis dengan tekanan systole per tekanan diastole, 120/80 mmHg. Tekanan nadi,
berbeda antara tekanan sistole dan diastole, yaitu sebesar 40 mmHg pada subyek.
Tekanan rata-rata nadi mewakili tekanan rata-rata seluruh siklus jantung, karena
systole lebih singkat daripada diastole, tekanan rata-rata merupakan nilai tengah
antara tekanan systole dan diastole, sehingga pada subyek selisih tekanan sistolik
120mmHg dengan tekanan diastolik 80 mmHg didapatkan nilai tekanan rata-rata
nadi sebesar 40mmHg. Hal ini sebenarnya bisa hanya ditentukan oleh luas
integritas dari kurva tekanan, bagaimanapun sabagai perkiraan, tekanan rata-rata
sebanding dengan tekanan diastole ditambah satu-tiga dari tekanan nadi (Ganong,
2000).
Pada pengukuran tekanan nadi terdapat kemungkinan kemungkinan
perbedaan hasil, hal ini dikarenakan terdapat faktor faktor yang diluar penanganan
yang selalu bergantung pada kondisi tubuh subyek. Faktor-faktor yang dapat
mempertahan aliran darah adalah sebagai berikut.
(1) Kekuatan jantung memompakan darah membuat tekanan yang dilakukan
jantung sehingga darah bisa beredar ke seluruh bagian tubuh dan darah
dapat kembali lagi ken jantung
(2) Visikositas atau kekentalan darah, disebabkan oleh protein plasma dan
jumlah sel darah ang beredar dalam aliran darah
(3) Elastisitas dinding aliran darah. Didalam arteri tekanan lebih besar
daripada di dalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis
dari pada vena
(4) Tahanan tepi. Tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalkir dalam
pembuluh darah dalam sirkulasi darah besar yang berda dalam arterial.
Turunnya tekanan mengakibatkan denyut jantung pada kapiler dan vena
tidak teraba (Guyton, 2007).
5. Tekanan Vena
Setelah dilakukan percobaan diperoleh jarak vertical antara ketinggian
atrium dengan menghilangnya vena adalah 30 mm, kemudian angka tersebut
dimasukkan dalam rumus untuk mencari tekanan vena dan diperoleh hasil bahwa
tekanan vena subjek adalah 2, 33 mmHg. Sedangkan menurut Soewolo dkk
(2001), tekanan normal vena bervariasi antara 30-90 mmHg dan tekanan vena
pada tangan antara 30-40 mmHg. Jika dibandingkan dengan teori, subjek yang
diukur tekanan darah pada venanya memiliki nilai yang jauh dibawah batas
normal. Tekanan vena dari subjek mungkin tidak normal.
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kesalahan
mengukur ketinggian vena dan kesalahan dalam mengukur jarak ketinggian
atrium kiri dengan letak menghilangnya vena. Faktor lain yang mempengaruhi
tekanan vena adalah jenis kelamin, usia, pekerjaan, asupan nutrisi/makanan, gaya
hidup dll.
Hasil pengamatan tekanan vena lengan sebesar 2,33 mmHg memang kecil
dibandingkan dengan tekanan arteri adalah sistole sebesar 120 mmHg dan diastole
sebesar 80 mmHg. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan atrium yang relaksasi setelah
melakukan kontraksi yang mengosongkan darah dalam atrium, sehingga tekanan
darah yang sampai ke vena lengan yang posisinya semakin menjauhi jantung
semakin kecil. Kemudian darah yang telah sampai ke vena tersebut ditahan untuk
kembali ke arteri karena setiap otot rangka yang berkontraksi mengakibatkan
terjadi pemenjetan vena oleh berkas otot yang berkontraksi sehingga darah
terdorong kearah jantung dan tidak sebaliknyasebab pada vena ada katup
semilunar yang mencegah aliran darah bergerak balik. Ketika otot relaks, aliran
darah balik di dalam vena dihalangi oleh katup semilunar. (Soewolo, 2005).

H. Simpulan
1. Sistole adalah periode kontraksi ventrikel. Diastole adalah periode relaksasi
ventrikel. Siklus jantung adalah terdiri dari periode sistol (kontraksi dan
pengosongan isi) dan diastole (relaksasi dan pengisian jantung).
2. Suara pertama yaitu“ lup”, lebih keras dan sedikit lebih panjang dari suara
kedua. Suara “lup” dihasilkan oleh gerak balik darah atau menutupnya katub
atriovaskular segera setelah sistol ventrikel mulai. Suara kedua lebih pendek
dan tidak sekeras suara pertama tetapi lebih jelas, terdengar “dub”. Suara
“dub” ini akibat gerak balik darah yang menutup katub semilunar pada awal
diastol semilunar.
3. Interval antara lup dan dup adalah kurang lebih 0.25- 0.3 detik, sedangkan
interval antara dup ke lup adalah 0.45- 0.5 detik dan interval antara lup ke lup
adalah penambahan dari interval lup ke dup dan dup ke lup sebesar 0,8 detik.
4. Suara jantung pertama (S1) dapat didengarkan pada ruang interkostal V
sebelah kiri sternum di atas apeks jantung. Suara jantung ke dua (S2) dapat
didengarkan pada ruang interkostal II sebelah kanan sternum.
5. Tekanan nadi pada siklus peredaran darah dapat diwakili dengang tekanan
rata-rata nadi yang didapatkan dari selisih besar sistol dan diastol. Tekanan
sistol diastol subyek diukur dengan bantuan alat shpygmomanometer dan
stetoskop dengan metode auskultasi dengan nilai perbandingan sistol dengan
diastol sebesar 120/80 mmHg. Sehingga dengan selisihnya didapatkan besar
nilai tekanan rata-rata nadi subyek yang mengedarkan darah sebesar 40
mmHg.

I. Saran
1. Berhati-hati dalam menggunakan alat maupun bahan
2. Lebih teliti dalam melakukan praktikum
3. Memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan
Daftar Pustaka

Audrey Berman, Shirlee J, Barbara K., et al. 2009. Pengkajian Kesehatan Pada
Orang Dewasa. Available from:
http//books.google.co.id/books?
id=9tLaDcEaV7wC&pg=PA133&lpg=PA133&dq=pembagian+4+kuadra
n+bagi+payudara&source (Accessed: 29 March 2010)
Crawford, Michael. 1978. Inspection and Palpation of Venous and Arterial
Pulses. USA: American Heart Association
F. ganong, William. 2001. Review of Medical Pghysiology. New York: Lange
Medical Books
Guyton, Arthur C. 2006. Textbook of medical physiology / Arthur C. Guyton, John
E. Hall.—11th ed.
Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Kumboyono. 2012. Tekanan Darah Arteri. Available from:
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/download/702/pdf
(Online) diakses pada 3 November 2016
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human
Physiology; From cells to systems) Edisi II. Jakarta: EGC
Michael, dkk. 2006. KecepatanDenyutNadiSiswa SMA Kelas X. Jakarta: Mahatma
Gading School
Murtiati, Tri. 2005. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: UNJ.
Pocock, Gillian; Richards, Christopher D. 2006.Human Physiology: The basis of
Medicine 3rd Edition. Oxford University Press
Pritchard, A.P., Mallett, J. 2001. The Royal Marsden Hospital Manual of Clinical
Nursing Procedures. Oxford: Blackwell Science
Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function,
Third Edition. New-York: McGraw-Hill
Soewolo, dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia. Malang: JICA
Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UMPress
Silverthorn, Dee unglaub. 2014. FISIOLOGI MANUSIA. Jakarta. EGC
Tim pembina matakuliah fisiologi hewan. 2014. Petunjuk praktikum fisiolo gi
hewan. Malang: UM press

Anda mungkin juga menyukai