Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN

SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 6 :

ABDUL MAZID ETETA SEBAYANG 5172122005


LAMTUPA SIMBOLON 5172122008
KURNIAWAN DEDY SAPUTRA GULO 5171122004
RIO BARISTA SEMBIRING 5173322008

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Pemeriksaan Sistem Pengapian Konvensioal dengan baik. Makalah ini
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Listrik dan Elektronika Otomotif
yang wajib dikerjakan oleh siswa.
Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu
pengetahuan tentang Pemeriksaan Sistem Pengapian Konvensioal, jenis, serta
kerusakan yang terjadi pada Pemeriksaan Sistem Pengapian Konvensioal.
Dalam penulisan makalah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, arahan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi
dalam menyelesaikan makalah ini.
Sebelumnya penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
dalam penulisan makalah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun. Demikianlah makalah ini penulis buat, mudah-mudahan dapat
bermanfaat untuk kita semua.

Medan,3 Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................             
DAFTAR ISI......................................................................................             

BAB I Pendahuluan

Latar Belakang.............................................................................          
Tujuan.................... ..................................................................... 
Manfaat.....................................................................................

BAB II Pembahasan
Pemeriksaan Busi.........................................................................
Pemeriksaan Unit Distributor.......................................................
Pemeriksaan Koil.........................................................................
Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi..........................................
Pemeriksaan dan Penyetelan Saat Pengapian ..............................

BAB III Penutup

         Kesimpulan...........................................................................          
         Saran....................................................................................          

Daftar Pustaka.....................................................................................            


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Motor pembakaran dalam menghasilkan tenaga dengan jalan membakar capuran udara
dan bahan bakar di dalam silinder. Pada motor bensin, loncatan bunga api pada busi
diperlukan untuk menyalakan campuran udara dan bahan bakar yang telah di
kompresikan oleh piston di dalam silinder. Sedangkan pada motor diesel udara
dikompresikan dengan tekanan yang tinggi sehingga menjadi sangat panas, dan bila
bahan bakar di injeksikan ke dalam silinder, maka akan terbakar secara serentak.

Karena pada motor bensin proses pembakaran di mulai oleh loncatan bunga api pada busi,
maka diperlukan suatu sistem yang berfungsi menghasilkan loncatan bunga api pada busi,
untuk beberapa metode diperlukan untuk menghasilkan arus tegangan tinggi yang
diperlukan untuk proses pembakaran. Sistem pengapian (ignition sistem) pada automobile
berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai menjadi 10KV atau lebih dengan
mempergunakan ignition coil dan kemudian oleh distributor di bagi bagi ke busi melalui
kabel tegangan tinggi.

Sistem pengapian konvensional adalah salah satu sistem pengapian baterai pada motor
bensin yang masih menggunakan platina untuk memutus hubungkan arus primer koil,
yang nantinya bertujuan untuk menghasilkan induksi tegangan tinggi pada kumparan
skunder yang akan disalurkan ke masing masing busi.
B. TUJUAN
 Mengetahui cara pemeriksaan pada sistem pengapian konvensional
 Mengatahui apa saja yang akan dipriksa kerusakannya
 Mengetahui tindak lanjut setelah melakukan pemeriksaan

C. MANFAAT
 Mampu melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengapian konvensional
 Mengetahui teknik pemeriksaan sistem pengapian konvensional
 Mampu memperbaiki kerusakan pada sistem pengapian konvensional
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMERIKSAAN BUSI
Tegangan tinggi dari ignition coil membangkitkan loncatan api listrik antara elektroda
tengah (elektroda positif) dan elektroda sisi (elektroda negatif) busi untuk membakar
campuran udara dan bahan bakar yang dimampatkan dalam ruang bakar. Busi harus
menjaga kemampuan pengapiannya dalam periode yang cukup lama  dalam
menghadapi pembakaran dan tekanan temperatur yang tinggi. Bila busi kotor atau
rusak akan berakibat tenaga engine kurang, putaran engine tidak dapat idel, pincang
dan sulit distarter.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menangani busi adalah (1) pada
saat melepas kabel busi (high tension cable) tariklah bagian ujung fittingnya, dan
jangan menarik kabel busi secara kasar, (2) pada waktu melepaskan busi gunakan
kunci busi, posisikan dengan tepat dan jangan miring karena kedudukan kunci busi
yang tidak tepat akan merusak insulator busi, (3) pada saat memasang busi putarlah
ujung kunci dengan tangan, yakinkan bahwa ulir telah masuk dengan tepat, baru
kemudian kencangkan dengan menggunakan stang.
a.    Pemeriksaan Insulator
Dengan menggunakan lap bersihkan elektroda busi, dan periksalah apakah insulator
elektroda ada keretakan, gantilah busi bila terdapat keretakan pada busi
b.    Pemeriksaan Ulir Busi
Bersihkan (dengan bensin) ulir busi, dan periksalah apakah ulirnya telah rusak / aus
c.    Periksa Keausan dan Warna Elektroda Busi
Bersihkan busi dan periksalah keausan (akibat terbakar) elektroda dan warnanya.
Warna abu-abu muda menandakan pembakaran baik, warna putih menunjukan engine
terlalu panas (over heat), warna hitam basah menunjukan minyak pelumas ikut
terbakar, warna hitam kering menandakan campuran yang terlalu kaya.
d.   Periksa Gasket Busi
Periksa keausan gasket, kebocoran gas sering terjadi gasket antara insulator dan
rumah busi (plug housing) aus atau rusak.
e.    Periksa Celah/Gap Elektroda Busi
Periksa celah busi dengan memasukkan alat pengukur (feeler gauge) antara elektroda
tengah dan elektroda sisi. Celah busi disetel dengan membengkok-kan elektroda
massa dan celahnya disesuaikan dengan petunjuk yang tertera pada buku pedoman.
Catatan:
-       Jangan menggunakan pembersih busi terlalu lama.
-       Hembuskan kompoun dan karbon pembersih dengan udara tekan.
-       Bersihkan ulir dan permukaan luar isolator.

B. MEMERIKSA UNIT DISTRIBUTOR


Gangguan pada distributor akan berakibat kinerja sistem pengapian tidak sempurna,
yang akhirnya akan mengganggu kinerja engine : engine sulit distart, tenaga kurang,
panas berlebihan dan komponen-komponen utama engine cepat rusak. Adapun
perawatannya meliputi:
a.    Memeriksa Distributor Cup
Periksa tutup distributor dari kemungkinan :
1)   Retak, berkarat, kotor atau terbakar.
2)   Terminal-terminal kotor atau terbakar.
3)   Pegas karbon terminal tengah lemah atau macet
b.   Memeriksa Rotor Distributor
Rotor berfungsi untuk meneruskan tegangan tinggi dari ignition coil ke masing-
masing busi.
1)   Periksa contact plate rotor dari kemungkinan aus atau terbakar
2)   Periksa rotor dari kemungkinan retak atau bocor
3)   Periksa klem / pegas pengunci rotor dari kemungkinan patah
c.    Memeriksa Vaccum Advancer
1) Lepas tutup distributor
2) Lepas slang vaccum yang menuju distributor pada karburator. Hisap slang
dengan mulut dan perhatikan plat dudukan kontak pemutus harus bergerak.
d.   Memeriksa Governor / Centrifugal Advancer
 1)  Lepas tutup distributor
 2)   Putar rotor dengan tangan sesuai dengan arah putarannya, rotor harus dapat
berputar 10 – 150 terhadap pegas governor dan dapat kembali sendiri ke posisi
semula. Jika tidak, governor harus diperbaiki atau diganti baru.
e.    Memeriksa dan Menyetel Breaker Point Atau Celah Udara
Breaker point berfungsi untuk memutus-hubungkan aliran arus
listrik dari primary coil ke  massa. Periksa breaker point setiap 5000 km dan gantilah
setiap 20.000 km. Periksa breaker point dan bersihkan apabila terlihat kotoran / kerak
yang bisa menghambat aliran arus listrik.  Jika breaker point aus, rusak atau terbakar
ganti dengan yang baru. Apabila breaker point diganti maka condensator juga harus
diganti.
1)   Memeriksa Breaker Point
a)    Memeriksa pointer (titik kontak) dari kemungkinan aus / terbakar.
b)   Memeriksa persinggungan dan posisi pointer.
c)    Memeriksa insulator pointer (+) dari kemungkinan retak atau bocor.
2)   Mengganti Breaker Point
a)    Kendorkan mur 8 mm pengikat terminal kabel di samping luar bodi
distributor
b)   Lepaskan kabel breaker point bagian dalam
c)    Kendorkan 2 buah baut pengikat breaker point
d)   Perhatikan jangan sampai baut lepas dan masuk ke dalam rumah distributor
e)    Lepaskan breaker point

3)   Memeriksa / Menyetel Celah Breaker Point / Celah Udara


Celah breaker point atau disebut juga celah pointer (point gap) adalah celah antara
pointer (+) dan pointer (-) pada sistem pengapian konvensional. Sedangkan celah
udara adalah celah antara rotor signal generator dengan pick up coil pada sistim
pengapian transistor.
a)   Pastikan bahwa silinder I pada posisi Top Kompresi dengan cara melihat posisi
katup, jika kedua katup pada silinder I (intake valve dan exhaust valve) sedang
menutup, berarti posisi piston silinder I pada posisi Top Kompresi.a)    Posisikan
piston silinder I pada posisi Top Kompresi dengan cara memutar crank shaft sehingga
tanda / alur pada pulley crank shaft satu garis lurus dengan angka “0” yang terdapat di
timing cover.
b)    Periksa celah breaker point / point gap dengan menggunakan feeler gauge (0,20 –
0,30 mm, lihat manual book).
c)   Jika celahnya tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, stel celah breaker
point.
d)    Kendorkan baut pengikat dan baut penyetel breaker point.
e)    Stel pointer dengan cara mengungkit pointer ke kanan atau kiri dengan
menggunakan obeng.
4)   Memeriksa / Menyetel Celah Rubing Block
Celah Rubing Block adalah celah antara rubing block dengan sisi datar cam shaft
pada sistem pengapian konvensional. Metode ini sering digunakan untuk menghindari
menempelnya minyak pelumas yang kemungkinan ada pada feeler gauge ke contact
point.
a)    Bersihkan breaker point dari kotoran/minyak
b)   Putar crank shaft sehingga sisi rata dari cam shaft sejajar dengan rubing
block breaker point.
c)    Dengan menggunakan feeller (0.4-0.5 mm) ukur celah antara cam shaft dan sisi
datar cam shaft.
d)   Keraskan baut pengikat breaker point
e)    Periksa rotor menghadap busi no. 2 pada saat silinder no 1 Top Kompresi

5)   Menyetel Saat Pengapian (Ignition Timing)


a)     Posisikan piston silinder I atau silinder IV pada posisi Top Pengapian dengan
cara memutar crank shaft sehingga tanda / alur pada pulley crank shaft satu garis lurus
dengan Timing Mark yang terdapat di timing cover (umumnya antara 10º BTDC
sampai dengan 2º ATDC, spesifikasi lihat manual book).
b)     Kendorkan baut pengikat unit distributor sehingga unit distributor dapat diputar.
c)     Penyetelan bisa dilakukan dengan beberapa alat bantu, yaitu:

d)   Penyetelan Ignition Timung Menggunakan Test Lamp


-   Hubungkan satu kabel test lamp ke massa dan kabel lainnya ke terminal (-) ignition
coil atau ke terminal input distributor.
-   Posisikan switch contact pada posisi ON, perhatikan test lamp.
-   Jika pada saat switch contact ON test lamp menyala, putar unit distributor beberapa
derajat searah dengan arah putaran rotor, sehingga lampu mati.
-   Putar unit distributor berlawanan dengan arah putaran rotor sampai lampu mulai
menyala.
-   Pada saat test lamp mulai menyala, tahan posisi unit distributor dan kencangkan
kembali baut pengikat unit distributor.
e)   Menyetel Ignitinon Timing Menggunakan Volt Meter
-   Hubungkan probe negatif volt meter ke massa dan probe positif ke terminal (-)
ignition coil atau ke terminal input distributor.-   Posisikan switch contact pada posisi
ON, perhatikan volt meter.
-   Jika pada saat switch contact on jarum volt meter menunjukkan adanya tegangan,
putar unit distributor beberapa derajat searah dengan arah putaran rotor, sehingga volt
meter menunjuk angka “0”.
-   Putar kembali unit distributor berlawanan dengan arah putaran rotor sampai volt
meter menunjukkan adanya tegangan.
-   Pada saat volt meter menunjukkan adanya tegangan, tahan posisi unit distributor
dan kencangkan kembali baut pengikat unit distributor.

C. PEMERIKSAAN KOIL 
Pada dasarnya sebuah koil tidak memerlukan pemeliharaan yang rumit karena bagian-
bagiannya tidak banyak. Walaupun demikian pada kondisi tertentu koil perlu
diperiksa agar kemampuannya bisa 
diketahui. Dewasa ini pada sistem pengapian konvensional, selain menggunakan koil
biasa, juga terdapat sistem pengapian yang koilnya dilengkapi dengan external
resistor (ballast resistor), 
dengan demikian tahanan koilpun berbeda, oleh karena itu dalam pemeriksaan koil
harus selalu merujuk pada buku petunjuk. Satu hal yang harus diperhatikan sebelum
melakukan pemeriksaan 
koil yakni temperatur koil harus dalam suhu normal (tidak dingin) dengan langkah-
langkah sebagai berikut : 
a. Memeriksa kumparan primer 
Periksa kumparan primer dengan menggunakan ohmmeter pada skala “X satu” ohm.
Hubungkan kedua kabel ohmmeter pada terminal (-) dan (+) koil. Baca penunjukkan
pada ohmmeter dan bandingkan dengan spesifikasi pabrik.
b. Memeriksa kumparan sekunder 
Untuk memeriksa tahanan kumparan sekunder gunakan skala 1000 (kilo)ohm.
Hubungkan salah satu kabel ohmmeter pada terminal (-) koil dan kabel yang lain
dihubungkan pada terminal tegangan tinggi. Baca ohmmeter dan bandingkan dengan
spesifikasi pabrik.

c. Memeriksa tahanan isolasi 


Hubungkan salah satu kabel ohmmeter pada terminal (+) koil dan kabel yang lain
pada badan koil. Bila koil dalam keadaan baik maka penunjukkan jarum pada
ohmmeter ke arah tidak terhingga.

d. Memeriksa external resistor (ballast resistor) 


Untuk memeriksa external resistor, gunakan skala “X satu ohm”Hubungkan kabel
ohmmeter seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini. Baca penunjukkan tahanan
pada ohmmeter dan bandingkan dengan spesifikasi pabrik.
D. PEMERIKSAAN KABEL TEGANGAN TINGGI 
Resistansi kabel tegangan tinggi dan tutup distributor diperiksa dengan
menggunakana ohmmeter.

Rentang nilai resistansi kabel tegangan tinggi biasanya berkisar antara 10 – 25 K ohm,
tergantung panjangnya. 
Kabel yang diidentifikasi mempunyai resitansi tinggi harus dilepas dari distributor.
Terminalnya harus dilepas, periksa dan uji kembali jika terdapat permasalahan karat.
Tutup distributor harus diperiksa secara visual untuk mengetahui keretakan, terminal
yang berkarat atau rusak.
E. PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN SAAT PENGAPIAN
Saat pengapian pada kendaraan harus tepat karena  saat pengapian yang tidak tepat
dapat menimbulkan masalah . Penyetelan saat pengapian perlu dilakukan, jika saat
pengapian tidak tepat.  Untuk kendaraan toyota kijang seri 5k, spesifikasi atau nilai
standar saat pengapiannya adalah 5 o ± 2o sebelum TMA. Prosedur penyetelan saat
pengapian dapat dilakukan pada saat mesin mati atau pada saat mesin hidup.
Sebelum melakukan penyetelan saat pengapian, maka siapkan peralatan-peralatan
kerja terlebih dahulu yaitu tool box 1 set dan timing light.

a. Pemeriksaan Saat Pengapian

1. Pertama-tama periksa posisi oktan selektor, posisi oktan selektor harus tepat pada
standar. Stel posisi oktan selektor seperti pada gambar dibawah ini :

2. Lepaskan selang kevakuman yang menuju ke vacum diafragma di distributor,


kemudian sumbatlah ujung dari selang vakumnya.

3. Nyalakan mesin, biarkan mesin berputar idle.


4. Pasangkan timing light dengan benar. Pada gambar A, kabel 1 dipasangkan ke
kabel busi no. 1 (sebagai pendeteksi signal tegangan) sedangkan pada gambar B, kabel 1
dipasangkan ke kabel busi no. 1 (sebagai pendeteksi signal tegangan), kabel 2 dan 3 ke
sumber tegangan, yaitu kabel 2 ke positif baterai (bisa juga ke positif koil) dan kabel 3 ke
negatif baterai (bisa juga ke massa body mesin).
5. Arahkan timing light ke arah puli poros engkol.

6. Periksa saat pengapian (untuk kendaraan toyota kijang seri 5k saat pengapiannya
adalah 5o ± 2o sebelum TMA)
7. Hubungkan kembali selang vakum ke vakum diafragma di distributor.
8. Matikan mesin

b. Penyetelan Saat Pengapian Pada Saat Mesin Hidup

1. Lakukan pemeriksaan saat pengapian seperti langkah diatas.


2. Bila saat pengapian tidak tepat maka setel saat pengapian dengan cara kendorkan
terlebih dahulu baut pengikat distributor, setelah itu putar distributor sambil mengarahkan
timing light ke arah puli poros engkol, putar sampai saat pengapian tepat.
3. Setelah pengapian sudah tepat, kencangkan kembali baut pengikat distributor.
4. Pasangkan kembali komponen-komponen yang telah dilepas seperti pada keadaan
semula.

c. Penyetelan Saat Pengapian Pada Saat Mesin Mati

1. Putar puli poros engkol, dan tempatkan tanda cowakan pada posisi saat pengapian
5o ± 2o pada Top 1 akhir langkah kompresi.

2. Buka tutup distributor, dan kemudian lepaskan rotor.


3. Kendorkan baut pengikat distributor.
4. Putar kunci kontak pada posisi On.
5. Putarkan secara pelan-pelan distributor sampai terlihat percikkan bunga api pada
platina.

6. Jika sudah terlihat percikkan bunga api pada platina, putar kunci kontak ke posisi
Off kemudian kencangkan kembali baut pengikat distributor.
7. Pasang kembali rotor dan tutup distributor dengan benar.
8. Periksa kembali saat pengapian menggunakan timing light dengan cara yang sama
seperti langkah pemeriksaan saat pengapian diatas.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem pengapian konvensional adalah salah satu sistem yang sangat rentan
dengan kerusakan pada komponen-komponennya sehingga secara berkala
harus melakukan pemeriksaan terhadap komponen-komponen tertentu.
Sistem pengapian konvensional memiliki perbaikan yang sangat rumit tetapi
dengan harga komponen yang terjangkau sehingga jenis ini masih terus di
pertahankan tetapi tidak di produksi lagi.
B. SARAN
Demi kelancaran dan perbaikan dari makalah yang telah kami buat ini maka
kami mengharapkan kritik dan sarang dari pembaca agar makalah ini dapat
disempurnakan kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Astra Daihatsu Motor (2001, Training Manual Intermediate 1. Jakarta: PT. Astra
Daihatsu Motor
Astra Daihatsu Motor (2001, Training Manual Intermediate 2. Jakarta: PT.  Astra
Daihatsu Motor
Buntarto (1993). Cara Pemeriksaan, Penyetelan dan Perawatan Kelistrikan
Mobil. Yogyakarta: Andi Offset
Toyota Astra Motor (1981), Pedoman Reparasi Toyota 2K,3K,4K,5K. Jakarta: PT.
Toyota  Astra  Motor.
Toyota Astra Motor (1995), Training Manual New Step 1. Jakarta: PT.
Toyota  Astra  Motor.
Toyota Astra Motor (1981), Pedoman Reparasi Toyota 2K,3K,4K,5K. Jakarta: PT.
Toyota  Astra  Motor.

Anda mungkin juga menyukai