Anda di halaman 1dari 6

“ AGNOSTO THEO ” ATAU “ AGNOSTOUS THEOUS

”, APAKAH KISAH RASUL 17:23 SALAH?: CATATAN


REFLEKSI DARI ATHENA *)
 2019.05.18  483  Text to Speech

ET’PATAH ISCS
Jum’at, 10 Mei 2019

Tulisan Kedua dari Tiga Tulisan

*) Bahan Re eksi Ziarah dalam rangka “ Greece-Turkey: Seven Churches and Cappadocia Biblical
Trip ”, 19-29 April 2019.

3. MELACAK JEJAK “ AGNOSTO THEO ” KE AREOPAGUS, ATHENA

3.1. FILSUF EPIMENIDES DI BALIK PLEDOI ST. PAULUS

Ketika dituduh memberitakan dewa-dewa asing, St. Paulus justru memuji ketekunan religius
rakyat Athena, lalu mencari “titik temu” dalam dialog: “... aku menjumpai juga sebuah mezbah
dengan tulisan kepada Allah yang tidak dikenal ” (ΑΓΝΩΣΤΩ ΘΕΩ, “Agnosto Theo”). Orang-orang
Athena tidak asing dengan pledoi St. Paulus, karena mereka mengenal lsuf besar mereka,
Epimenides, yang pernah memberikan nasehat ketika kota ini diserang Κυλώνειον αγος “kulóneion
agos” (wabah sampar). Kisah Epimenides ini ternyata juga dicatat dalam sumber-sumber sejarah
kuno, antara lain oleh Diogenes Laertius (200-250 M), yang menulis:

“Karena itu, pada saat warga Athena diserang wabah sampar, seorang peramal wanita dari Pythia
memerintahkan untuk membersihkan kota, dan kemudian atas perintah Nikias putra Neceratus,
mereka mengirim sebuah kapal ke Kreta untuk meminta nasehat kepada Epimenides. Epimenides pun
tiba pada tahun ke-46 Olimpiade, untuk memurnikan kota mereka, dan menghentikan wabah tersebut
dengan cara diambilnya domba-domba, sebagian hitam dan lainnya putih, lalu membawa domba-
domba itu ke Areopagus. Di sana domba-domba itu dibiarkan pergi merumput kemana suka, lalu
memerintahkan penduduk kota itu mengikuti domba-domba tersebut dan menandainya di tempat
dimana masing-masing domba berbaring, lalu mereka mempersembahkan kurban kepada seorang ilah
di tempat itu. Dengan demikian, konon, setelah itu wabah reda. Karena alasan tersebut, bahkan
sampai hari ini, altar tanpa tertulis nama di atasnya, bisa ditemukan di berbagai bagian Athena
sebagai peringatan atas pendamaian kota ini.” (Diogenes Laertius 1.110).

Kapankah Epimenides mengunjungi Athena? Ada perbedaan antara Plato dan Aristoteles dalam
hal ini. “Epimenides pria ilahi yang baik itu, telah mengunjungi kotamu”, tulis Plato dalam bukunya
Nomos (Hukum), Vol. I, 642 D, “sepuluh tahun sebelum perang Persia” (ελθών δε προ των περσικών
δέκα ετεσιν πρότερον, “elthón de pro tón Persikón déka etesin próteron”, sekitar tahun 500 SM.
Sedangkan menurut Aristoteles, Epimenides tiba di Athena setelah terjadinya kudeta Cylon, dan
kudeta itu terjadi kira-kira pada tahun 600 SM (Anna Stratarodaki, 1998:210).

Perlu dicatat, kisah Epimenides dan pembebasan Athena dari wabah sampar oleh ilah yang tidak
dikenal nama-Nya ini, rupanya terus hidup dalam “memori kolektif” rakyat Athena selama ratusan
tahun. Dan ketika St. Paulus berdiri di Areopagus, tempat semua peristiwa itu dahulu benar-benar
terjadi, pledoi sang rasul begitu menggugah kerinduan mereka akan Allah yang benar yang wajah-
Nya selama ini terkaburkan oleh konsep-konsep pagan mereka. ΑΓΝΩΣΤΩ ΘΕΩ, “Agnosto Theo”
(Allah yang tidak dikenal), tegas Sang Rasul laksana menyibak tirai yang selama itu menutup mata
rohani mereka, “Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.”
(Kis. 17:23).

3.2. “AGNOSTO THEO” ATAU “AGNOSTOUS THEOUS”?

Beberapa pengritik Alkitab mempersoalkan, bahwa ternyata yang ditemukan di Athena adalah
altar-altar yang dipersembahkan “kepada para dewa yang tidak dikenal” (Yunani: ἀγνώστους θεους,
“agnóstous theous” ). Jadi, bukan kepada θεῷ “theo” atau θεος “theos” (God) bentuk tunggal, tetapi
θεους “theous” (gods) dalam bentuk jamak. Padahal yang dimaksudkan St. Paulus dengan Ἀγνώστῳ
θεῷ, “Agnosto theo” (Allah yang tidak dikenal) adalah salah satu ilah yang tidak dikenal diantara
banyak ilah tidak dikenal yang disembah di Athena, dan salah satu ilah ini pernah menyelamatkan
kota para lsuf ini dari Κυλώνειον ἄγος, “kulóveion agos” (wabah sampar), seperti yang dicatat juga
oleh Diogenes Laertius.

Fakta sejarah membuktikan bahwa pada zaman itu selain dewa-dewa utama mereka, orang-orang
Yunani juga menyembah kepada ilah-ilah yang tidak dikenal. Pausanias (110-180 M) dalam
bukunya “Elladós Periegesis” (Deskripsi soal Yunani), ketika mendeskripsikan Munychia, salah satu
pelabuhan di kota Athena, mencatat demikian:
ἐνταῦθα καὶ Σκιράδος Ἀθηνᾶς ναός ἐστι καὶ Διὸς ἀπωτέρω, βωμοὶ δὲ θεῶν τε ὀνομαζομένων
Ἀγνώστων καὶ ἡρώων καὶ παίδων τῶν Θησέως καὶ Φαληροῦ.
“Entautha kai Skirados Athena naos esti kai Dios apóteró, bómoi de theón te onomazomenón Agnóstón
kai mróón kai paidón tón Theseós kai Phalerou”.
Artinya: “Di sini ada juga sebuah Kuil Athena Sciras, dan salah satu dari Kuil Zeus yang agak jauh, juga
altar-altar dari ilah-ilah yang tanpa nama, dari seorang pahlawan, dan dari anak-anak Theseos dan
Phaleros” (Pausanias, Elladós Periegesis, 1.4).

Ungkapan Pausanias βωμοὶ δὲ θεῶν τε ὀνομαζομένων Ἀγνώστων “bómoi de theón te onomazomenón


agnóstón” (altar-altar bagi ilah-ilah yang namanya tidak diketahui), jelas merujuk kepada berbagai
altar yang masing-masing dipersembahkan kepada seorang ilah yang tidak dikenal, bukan altar
yang dipersembahkan secara bersamaan untuk ilah-ilah atau lebih dari satu ilah yang tidak
dikenal. Ungkapan ini paralel dengan bagian-bagian lain dalam tulisan Pausanias yang menyebut
altar untuk “seorang pahlawan yang namanya tidak diketahui” (Pausanias, Elladós Periegesis, 6.20
dan 10.33).

Menurut Peter Willem Van der Horst, ketika para penulis Yunani kuno berbicara tentang βωμοι
θεών “Bómoi theón” atau penulis Latin kuno menyebut “Arae Deorum”, biasanya yang mereka
maksudkan adalah altar-altar ( bentuk jamak: βωμοι, “bómoi” ) yang dipersembahkan kepada
masing-masing ilah secara Individual, seperti misalnya Homer dalam karyanya Iliad, dan bukan
altar bagi banyak dewa. Bahkan dalam karya yang sama, Pausanias menyebut αγνωστων θεων
βωμός “agnóstón theón bómos” (altar bagi masing-masing ilah yang tidak dikenal), paralel dengan
ungkapan St. Paulus: βωμὸν ἐν ᾧ ἐπεγέγραπτο Ἀγνώστῳ θεῷ “bómon en ho epegegrapto Agnóstó
Theó” ( Kis. 17:23, “sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal” ).

Lagi pula, dalam menilai beragam paham yang ada di Athena pada zaman kuno tersebut,
tentunya tidak bisa dipahami menurut logika theistik dalam makna “Personal God”, sebagaimana
pandangan Yahudi, Kristen dan Islam pada masa sekarang. Beragam corak keyakinan, mulai dari
theisme (baik itu politheisme, henotheisme, yang kemudian meningkat menjadi “semacam”
monotheisme, maupun panteisme), monisme, bahkan non-theisme, semuanya dijumpai di “pasar
raya” Athena. Karena itu, kata-kata seperti θεος “theos”, θεών “theó”, θεούς “theous”, θεών “theón”,
dan sebagainya, yang kini menjadi kata kunci dalam kajian lsafat ketuhanan, pada zaman kuno
dimaknai secara sangat longgar.

“Saya tidak merasa pantas mencapai ketenangan”, tulis Philostratus (110-174 M), dalam bukunya
_The Life of Apollonius of Tyana, “sebab bukti kebijaksanaan dan ketenangan yang lebih besar
adalah berbicara tentang semua ilah, khususnya di Athena, dimana altar-altar didirikan untuk
menghormati bahkan kepada sosok-sosok adikodrati yang tidak dikenal”_ Yunani: “...
σωφρνεστερον γαρ το περί πάντων θεών εν λέγειν και ταύτα 'Αθήνησιν, ου και αγνώστων δαιμόνων
βωμοι ιδρνται.” “... sóphresteron gar to perí pánton theón en légein kai táuta 'Athenesin, ou kai
agnóston daimónon bomoi idrentai.” (Philostratus, Appolonius Tyana, 6:3).

Di sini, kata θεών “theon” pada frasa το περί πάντων θεών, “to peri panton theon” (di atas semua
ilah), sejajar dengan “δαιμόνων” (daimonón) dalam frasa αγνώστων δαιμόνων βωμοι, “agnoston
daimonon bomoi” (altar-altar bagi daimon-daimon yang tidak dikenal). Kita tidak bisa serta merta
menerjemahkan δαιμόνων “daimonon” sebagai “demons” atau “setan-setan” menurut bahasa Yunani
Perjanjian Baru (Mat. 9:33, Yak. 2:19), sebab alam pikiran antara keduanya memang jauh berbeda.
Karena itu, kata δαιμόνων “daimonon” di sini lebih netral diterjemahkan “gods”, atau paling banter
“sosok-sosok adikodrati”.

Nah, merujuk keterangan Diogenes Laertius, dapat disimpulkan bahwa diantara banyak ilah yang
tidak dikenal itu, ada satu yang paling dikenang dalam “memori kolektif” rakyat Athena, mereka
menyebutnya dalam bentuk tunggal θύειν τῷ προσήκοντι θεῷ “thuein tó prosíkonti theó” (Allah di
tempat itu), yang “altarnya tanpa tertulis nama di atasnya” (Yunani: βωμοὺς ἀνωνύμους, ὑπόμνημα,
“bomoús anónimous upómnena” ). Jadi, fakta adanya penyembahan kepada satu ilah, al-ilah atau
Allah ( θεῷ, “theo” dalam bentuk tunggal ), yang altarnya tanpa nama di Areopagus, seperti yang
disebut dalam Kis. 17:23, secara har ah tepat, cocok dengan keterangan Diogenes Laurtius dan
penulis-penulis kuno lainnya, bahkan terbukti sampai tingkat yang paling rinci, tidak berbeda
dengan sumber-sumber sejarah non-biblikal lainnya.

Sedangkan tentang catatan Pausanias, ungkapan dalam bentuk jamak ἀγνώστους θεους
“agnostous theous” (ilah-ilah yang tidak dikenal), dalam makna ilah-ilah tanpa nama yang serempak
disembah di sebuah altar, justru tidak dijumpai dalam naskah asli dalam bahasa Yunani klasik. Di
Athena, kota para lsuf ini, saya laksana dibimbing oleh “tangan yang tidak kelihatan”,
menemukan karya Pausanias dalam teks asli Yunani kuno dengan terjemahan bahasa Yunani
modern. Kata ἀγνώστους θεους, “Agnostus Theous”, malahan dijumpai dalam terjemahan Yunani
modern, bukan dalam naskah Yunani klasik.

Sekali lagi, bunyi frasa teks asli βωμοὶ δὲ θεῶν τε ὀνομαζομένων Ἀγνώστων “bómoi de theón te
onomazomenón Agnóstón” (altar-altar bagi ilah-ilah yang namanya tidak dikenal), konteksnya
merujuk kepada θεῷ “seorang ilah” ( bentuk tunggal ), yaitu Allah di tempat ini yang pernah
menyelamatkan rakyat Athena. Sedangkan istilah dalam bentuk jamak Άγνωστους θεούς “Agnostus
Theous” justru dijumpai dalam terjemahan Yunani modern Cactus Editions: βωμοι αφιερωμένοι
στους λεγόμενους 'Άγνωστους θεούς “bómoi aphierómenoi stous legomenous Agnóstous Theous”).
Artinya: “Altar-altar yang didedikasikan kepada ilah-ilah yang tidak dikenal” (Cactus, 1992:25).

Athena, 21 April 2019

Oleh : Dr. Bambang Noorsena


2019 © ISCS All Rights Reserved

Artikel sebelumnya bisa diakses di sini: http://bit.ly/2UUfeap (http://bit.ly/2UUfeap)

Tulisan ini juga bisa di akses di www.bambangnoorsena.com

Category:  Teologi (/index/blog/teologi/)

 @denipark_

         

Categories

Kebangsaan (/index/blog/kebangsaan/)

Kebudayaan (/index/blog/kebudayaan/)

Premium Artikel (/index/blog/premium-artikel/)

Teologi (/index/blog/teologi/)

2020
January (/index/blog/2020/01/)
2019
November (/index/blog/2019/11/)
October (/index/blog/2019/10/)
September (/index/blog/2019/09/)
August (/index/blog/2019/08/)
July (/index/blog/2019/07/)
June (/index/blog/2019/06/)
May (/index/blog/2019/05/)
April (/index/blog/2019/04/)
March (/index/blog/2019/03/)
February (/index/blog/2019/02/)
January (/index/blog/2019/01/)
2018
December (/index/blog/2018/12/)

CONNECT WITH US

Instagram (https://www.instagram.com/voiceofpancasila/)

Facebook (https://www.facebook.com/pro le.php?id=100008861776812)

Fanspage (https://www.facebook.com/pro le.php?id=100008861776812)

Twitter (https://www.facebook.com/pro le.php?id=100008861776812)

YouTube Channel (https://www.youtube.com/channel/UCsdZ5oe_YgEJFAy_6tCBG-g)

POPULAR POSTS
4.Feb.2019
IMAN YANG MEMINDAHKAN GUNUNG: ALQIDIS SAM'AN AL-KHARAJ DAN MUKJIZAT BUKIT MUQATAM
CAIRO (/index/blog/teologi/iman-yang-memindahkan-gunung-alqidis-sam-an-al-kharaj-dan-mukjizat-
bukit-muqatam-cairo.html)

24.Aug.2019
SALIB, KA'BAH DAN BUTA LOCAYA (Catatan Kecil untuk Ustadz Abdul Somad) (/index/blog/teologi/salib-
ka-bah-dan-buta-locaya-catatan-kecil-untuk-ustadz-abdul-somad.html)

31.Dec.2018
Sekilas Mengenal Dr. Bambang Noorsena (/index/blog/kebudayaan/sekilas-mengenal-bambang-
noorsena.html)

Ziarah ke Tanah Suci bersama Dr. Bambang Noorsena

Bagi Anda yang berminat untuk tour ziarah ke Tanah Suci Israel bersama Bapak Dr. Bambang Noorsena
dapat menghubungi Contact Person di bawah ini :
087771659955 (Bu Dini - WA/Call)
085859042229 (Bu Shafa - WA/Call)

Info yer untuk jadwal ziarah berikutnya dapat dilihat di link berikut ini : INFO ZIARAH
(/index/html/ziarah-ke-tanah-suci.html)

Pemesanan Buku Dr. Bambang Noorsena

Bagi Anda yang berminat untuk membeli Buku-Buku Karya Bapak Dr. Bambang Noorsena dapat
menghubungi Contact Person di bawah ini :
085859042229 (Bu Shafa Erna Noorsena) 

Judul Buku yang Tersedia : ORDER BOOK (/index/html/pemesanan-buku.html)

© 2020 Bambang Noorsena Center (contacts). All Rights Reserved. | Design By Deni Park
(https://instagram.com/denipark_/)

Anda mungkin juga menyukai