Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

URETHRITIS GONORHEA

Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK

Disusun Oleh :
I Ngurah Ardhi Wiratama
G4A014084

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2016
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

“URETHRITIS GONORHEA”

Disusun oleh:
I Ngurah Ardhi Wiratama G4A014084

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Margono Soekarjo
Purwokerto.

Purwokerto, Februari 2016


Pembimbing:

dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK


NIP 19790622 201012 2 001
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas berkat
rahmat dan anugerah-Nya sehingga presentasi kasus dengan judul “Urethritis
Gonorhea” ini dapat diselesaikan.
Presentasi kasus ini merupakan salah satu tugas di SMF Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK selaku dosen pembimbing.
2. Dokter-dokter spesialis kulit dan kelamin di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin di RS. Margono Soekarjo.
3. Rekan-rekan Dokter Muda Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin atas
semangat dan dorongan serta bantuannya.
Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi semua pihak yang ada di
dalam maupun di luar lingkungan RS. Margono Soekarjo.

Purwokerto, Februari 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan............................................................................................ i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
I. LAPORAN KASUS......................................................................................... 1
A. Identitas Pasien................................................................................... 1
B. Anamnesis.......................................................................................... 1
C. Pemeriksaan Fisik............................................................................... 2
D. Resume............................................................................................... 3
E. Diagnosis Banding.............................................................................. 4
F. Diagnosis Kerja.................................................................................. 4
G. Pemeriksaan penunjang...................................................................... 4
H. Terapi.................................................................................................. 4
I. Prognosis............................................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 6
A. Definisi............................................................................................... 6
B. Epidemiologi...................................................................................... 6
C. Etiologi............................................................................................... 6
D. Patogenesis......................................................................................... 7
E. Patofisiologi........................................................................................ 8
F. Gejala Klinis....................................................................................... 8
G. Diagnosis............................................................................................ 9
H. Terapi.................................................................................................. 11
I. Prognosis............................................................................................ 13
III. PEMBAHASAN............................................................................................ 14
IV. KESIMPULAN.............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 17
I. LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Sdr. PAMA
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 24 tahun
Suku : Jawa
Alamat : Bancar Kembar Rt 02/03
Pekerjaan : Pedagang
NO.RM : 00984798

B. Anamnesis
Keluhan utama : Keluar nanah dari alat kelamin.
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli kulit kelamin RS. Prof
Margono Soekarjo pada tanggal 25 Januari
2016 dengan keluhan keluar nanah dari alat
kelamin. Keluhan ini sudah dirasakan sejak
3 hari yang lalu. Pasien mengeluhan keluar
nanah setiap beberapa jam, berwarna putih
dan kental. Keluhan semakin memberat
sehingga pasien menutupinya dengan
kapas. Keluhan dirasakan hampir setiap
saat, pasien belum pernah berobat
sebelumnya. Pasien selain kencing nanah
pasien juga mengeluhkan nyeri saat
berkemih, dan terasa panas saat berkemih.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat keluhan yang sama disangkal
Riwayat sakit kulit disangkal
Riwayat alergi (makanan seperti udang,
ikan laut, telur, debu, maupun obat-obatan)
disangkal
Riwayat asma disangkal

1
Riwayat DM dan hipertensi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat menderita keluhan yang sama
disangkal
Riwayat alergi (makanan seperti udang,
ikan laut, telur, debu, maupun obat-obatan)
disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat penyakit DM dan hipertensi
disangkal
Pasien memiliki pacar yang mengeluhkan
sama dengan pasien, yang mengeluhkan
keluar cairan putih dari kelamin dan nyeri
panggul.
Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan
seorang kakak. Pasien sehari-hari
merupakan pedagan di pasar. Pasien
mengaku pernah bergonta-ganti pasangan
seksual.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36° C
Status Generalis : Dalam Batas Normal
Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)

2
Tenggorokan : T1 – T1 tenang , tidak hiperemis
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I – II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal
Kelenjar Getah Bening: Tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

Status Dermatologis
Lokasi :
Regio Genitalia eksterna
Efloresensi :
Keluar sekret putih susu dari ostium urethra eksterna.

Gambar 1.1 Sekret putih susu pada pasien

D. Resume
Pasien, laki-laki, 24 tahun dengan keluar nanah dari jalan lahir. Keluhan
ini sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengeluhan keluar nanah
setiap beberapa jam, berwarna putih dan kental. Keluhan semakin memberat
sehingga pasien menutupinya dengan kapas. Keluhan dirasakan hampir setiap
saat, pasien belum pernah berobat sebelumnya. Pasien selain kencing nanah
pasien juga mengeluhkan nyeri saat berkemih, dan terasa panas saat berkemih.

3
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal. Riwayat alergi
makanan, debu, maupun obat-obatan disangkal. Riwayat asma disangkal.
Riwayat keluarga yang mempunyai keluhan yang sama disangkal. Pasien
mempunyai pacar yang mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat alergi pada keluarga juga disangkal. Riwayat sosial, pasien mengaku
bergonta-ganti pasangan seks.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Keluar sekret putih susu dari ostium
urethra eksterna.

E. Diagnosis Banding
- Non Spesific Urethritis
F. Diagnosis Kerja
Urethritis Gonorhea

G. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, usulan pemeriksaan penunjang
adalah pewarnaan gram dan methylen blue, biakan sekret dengan media thayer
martin, tes oksidasi, tes thomson, tes iodometri, asidometri dan MIC.

H. Terapi
Medikamentosa :
1. Inj. Ceftriaxone 2gr/hari
2. Azitromisin tab 1x1gr/hari
3. Asam pipemidat caps 2x400mg/hari
4. Flavoxate HCl tab 2x200mg/hari
Non Medikamentosa :

1. Rutin minum obat.

2. Hentikan hubungan seks sementara hingga pengobatan selesai.

3. Hindari bergonta-ganti pasangan seks.

4. Jaga kebersihan dan higienitas terutama sekitar alat kelamin.

4
5. Banyak minum air dan makan makanan yang bergizi secara teratur.

6. Kontrol kembali hari ke 7 pengobatan.

I. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Gonorrhoeae adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya keluar
cairan putih kental berupa nanah dari OUE (orifisium uretra eksternum)
sesudah melakukan hubungan kelamin (Siregar, 2004).
Menurut kamus saku dorlan gonorrhoeae adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrheae yang sebagian besar kasus
ditularkan melalui hubungan seksual (Dorland, 1998).

B. Epidemiologi
Insidensi tertinggi terjadi di negara berkembang. Prevalensi disseminated
gonococcal infection (DGI) pada wanita hamil: 10% di Afrika, 5% di Amerika
Latin, 4% di Asia.10 Insiden gonorrhoeae di Amerika Serikat meningkat secara
dramatis pada tahun 1960 dan awal 1970 mencapai lebih dari 1 juta kasus
dilaporkan setiap tahun. Diperkirakan bahwa kurang dari sepertiga dari kasus
baru dilaporkan. Pada tahun 1980, terjadi penurunan lambat dalam kasus yang
dilaporkan kepada sekitar 700.000 per tahun. Penurunan bertahap terus dengan
kurang dari 400.000 kasus gonorrhoeae dilaporkan pada tahun 2000. Tren
penurunan infeksi melambat, tapi terus berlanjut sampai 1997 (Freedberg,
2003); (wolff, 2005).

C. Etiologi
Penyebab penyakit gonorrhoeae adalah Neisseria Gonorhea yang termasuk
dalam bakteri gonokokus. kuman tersebut dimasukan dalam grup Neisseria
dan pada grup ini dikenal 4 spesies dan diantaranya adalah N. gonorrhoeae, N.
meningitidis dimana kedua spesies ini bersifat patogen. Kemudian 2 spesies
lainnya yang bersifat komensel diantaranya adalah N. catarrhalis dan N.
pharyngis sicca. Keempat spesies dari grup neisseria ini sukar untuk
dibedakan kecuai dengan menggunakan tes fermentasi. Gonokokus termasuk
golongan bakteri diplokok berbentuk seperti biji kopi yang bersifat tahan

6
terhadap asam dan mempunyai ukuran lebar 0,8µ dan mempunyai panjang
1,6µ. Dalam sediaan langsung yang diwarnai dengan pewarnaan gram, kuman
tersebut bersifat gram negatif, tampak diluar dan didalam leukosit, kuman ini
tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan
terhadap suhu diatas 39oc, dan kuman ini tidak tahan terhadap zat desinfektan
(Djuanda, 2008); (Barakbah, 2005); (wolff, 2005).

D. Patogenesis
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria,
mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke
invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada
pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning dan kental,
disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral pada pria dapat menjadi
penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan
menyebar ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan mukopurulen.
Ini dapat berkembang ke tuba uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan
obliterasi tuba (Daili, 2009).
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit
(terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan,
lengan, kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi
pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh
gonococci kurang dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah.
Gonococci kadang dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata
orang dewasa; penyakit tersebut memiliki manisfestasi yang sama dengan
yang disebabkan oleh meningococci (Daili, 2009).
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum
tetapi relatif resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang
masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi yang menyebar
biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap penisilin dan obat
antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin,
hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya (Daili, 2009).

7
E. Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan adhesi pada sel mukosa ( urethra, vagina,
rectum, tenggorokan) kemudian penetrasi ke submukosa dan menyebar baik secara
langsung maupun hematogen (Daili, 2009).
1. Langsung
Pada pria menyebabkan prostatitis dan epididymitis, sedangkan pada
wanita langsung menyebar ke kelenjar Bartholin, paraserviks, tuba falopii, dst
(Daili, 2009).
2. Hematogen
Hanya 1% kasus, kebanyakan dari asymptomatic infection pada
wanita. Inidisebabkan adanya kelainan pertahanan tubuh, misalnya.
Defisiensi C6-9 atau bakteri yang kebal terhadap antibodi dan
komplemen, bakteri dengan protein porin A pada dinding sel kemudian
menginaktivasi C3b. Manifestasi berupa arthritis, lesikulit, dan
tenosynovitis (Daili, 2009).

F. Gejala Klinis
Masa tunas gonorrhoeae sangat singkat yaitu sekitar 2 hingga 5
hari pada pria. Sedangkan pada wanita, masa tunas sulit ditentukan akibat
adanya kecenderungan untuk bersifat asimptomatis pada wanita
(Manuaba, 2008).
Keluhan subjektif yang paling sering timbul adalah rasa gatal,
disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari ujung uretra yang
kadang-kadang dapat disertai darah dan rasa nyeri pada saat ereksi. Pada
pemeriksaan orifisium uretra eksternum tampak kemerahan, edema,
ekstropion dan pasien merasa panas. Pada beberapa kasus didapati pula
pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral maupun bilateral
(Manuaba, 2008).
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari
pria. Pada wanita, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak
pernah didapati kelainan objektif. Adapun gejala yang mungkin
dikeluhkan oleh penderita wanita adalah rasa nyeri pada panggul bawah,

8
dan dapat ditemukan serviks yang memerah dengan erosi dan sekret
mukopurulen (Manuaba, 2008).

G. Diagnosis
Penegakan diagnosis dilakukan dengan cara yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Daili, 2009).
1. Anamnesis
Pertanyaan yang diajukan kepada pasien dengan dugaan IMS
gonorrhoeae meliputi:
a. Keluhan dan riwayat penyakit saat ini.
b. Keadaan umum yang dirasakan.
c. Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik
dengan penekanan pada antibiotik.
d. Riwayat seksual yaitu kontak seksual baik di dalam maupun di luar
pernikahan, berganti-ganti pasangan, kontak seksual dengan
pasangan setelah mengalami gejala penyakit, frekuensi dan jenis
kontak seksual, cara melakukan kontak seksual, dan apakah
pasangan juga mengalami keluhan atau gejala yang sama.
e. Riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan IMS atau
penyakit di daerah genital lain.
f. Riwayat penyakit berat lainnya.
g. Riwayat keluarga yaitu dugaan IMS yang ditularkan oleh ibu
kepada bayinya.
h. Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS,
misalnya erupsi kulit, nyeri sendi dan pada wanita tentang nyeri
perut bawah, gangguan haid, kehamilan dan hasilnya.
i. Riwayat alergi obat.

9
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien harus
memperhatikan hal penting seperti kerahasiaan pribadi pasien. Pada
pasien pria, organ reproduksi lebih mudah diraba. Pertama inspeksi
dari daerah OUE untuk melihat sekret yang keluar, catat warna,
kekentalan, dan jumlah. Jika tidak ada sekret lakukan Milking yaitu
dengan mengurut dari pangkal penis kearah OUE. Kemudian lakukan
pemeriksaan daerah genitalia lainnya. Mula-mula inspeksi daerah
inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar dan catat konsistensi,
ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit di atasnya.
Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit sekitarnya,
adanya pedikulosis, folikulitis atau lesi kulit lainnya. Lakukan inspeksi
skrotum, apakah asimetris, eritema, lesi superfisial dan palpasi isi
skrotum dengan hati-hati. Perhatikan keadaan penis mulai dari dasar
hingga ujung. Inspeksi daerah perineum dan anus dengan posisi pasien
sebaiknya bertumpu pada siku dan lutut (Daili, 2009).
Pada pasien wanita, pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi
dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya. Untuk menilai keadaan di
dalam vagina, gunakan spekulum dengan informed consent kepada
pasien terlebih dahulu. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai
ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta
deteksi kelainan pada adneksa (Daili, 2009).
3. Pemeriksaan penunjang
Pengambilan bahan duh tubuh uretra pria, dapat dilakukan
dengan menggunakan lidi kapas yang dimasukkan ke dalam uretra.
Sedangkan pengambilan duh tubuh genital pada wanita dilakukan
dengan spekulum dan mengusapkan kapas lidi di dalam vagina dan
kemudian dioleskan ke kaca objek bersih (Daili, 2009).
a. Pemeriksaan Gram
Pemeriksaan Gram dengan menggunakan sediaan langsung
dari duh uretra memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi

10
terutama pada duh uretra pria, sedangkan duh endoserviks memiliki
sensitivitas yang tidak begitu tinggi. Pemeriksaan ini akan
menunjukkan N.gonorrhoeae yang merupakan bakteri gram negatif
dan dapat ditemukan baik di dalam maupun luar sel leukosit (Daili,
2009).
b. Kultur
Kultur untuk bakteri N.gonorrhoeae umumnya dilakukan
pada media pertumbuhan Thayer-Martin yang mengandung
vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram positif dan
kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-gram dan
nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. Pemeriksaan kultur ini
merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi, sehingga sangat dianjurkan dilakukan terutama pada pasien
wanita (Daili, 2009).
c. Tes defenitif
Tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria akan
mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang semula bening
menjadi merah muda hingga merah lembayung. Sedangkan dengan
tes fermentasi dapat dibedakan N.gonorrhoeae yang hanya dapat
meragikan glukosa saja (Daili, 2009).
d. Tes beta-laktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc dan akan tampak
perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah (Daili, 2009).
e. Tes Thomson
Tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah bangun
pagi ke dalam 2 gelas dan tidak boleh menahan kencing dari gelas
pertama ke gelas kedua. Hasil dinyatakan positif jika gelas pertama
tampak keruh sedangkan gelas kedua tampak jernih (Daili, 2009).
H. Terapi
1. Non Medikamentosa (Wilson, 2009)
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentang:
1) Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya

11
2) Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
3) Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan
seks tetapnya.
4) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai
kondom jika tidak dapat dihindarkan
5) Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa datang
a. Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya.
2. Medikamentosa (Wilson, 2009)
a. Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap
penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi
penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan.
b. Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit
ditambah 1 gr probonesid per-oral sebelum penyuntikan penicillin
merupakan pengobatan yang memadai.
c. Spectinomycin berguna untuk penderita yang alergi penisilin,
penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang juga
tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala
sifilis . Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
d. Kanamisin baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan
pengobatan penisilin dan tersangka sifilis. Dosis : 2 gr IM
3. Tindak lanjut
Kontrol dilakukan pada hari ke-7 untuk diperiksa klinis maupun
laboratoris.
4. Kriteria kesembuhan
Penderita urethritis gonorrhoeae dinyatakan sembuh bila
setelah 7 hari sesudah pengobatan tanpa hubungan seksual penderita
secara klinis maupun lab. dinyatakan baik. Bila dalam waktu kurang
dari 7 hari, disertai hubungan seksual dan ternyata dalam pemeriksaan
klinis dan laboratoris masih positif, penderita dinyatakan reinfeksi.
Sedangkan bila diluar kriteria tersebut diatas dianggap relaps.

12
I. Prognosis
Infeksi gonorrhoeae yang belum menyebar melalui aliran darah ke
daerah lain hampir selalu dapat disembuhkan dengan antibiotik. Gonorrhoeae
yang telah menyebar merupakan infeksi yang lebih serius tapi hampir selalu
dapat membaik dengan pengobatan.

13
III. PEMBAHASAN

Gonorhea adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya keluar nanah


dari OUE (Ostium Urethra Eksternum) sesudah melakukan hubungan kelamin.
Urethritis Gonorhea pada laki-laki akan mengalami disuria, pasien akan
mengeluhkan nyeri saat BAK dan terasa panas. Gonorhea dapat ditularkan dengan
kontak seksual. Gonorhrea pada perempuan cenderung asimptomatik. Masa
inkubasi Gonorhea adalah 2-5 hari. Adapun gejala yang mungkin dikeluhkan oleh
penderita wanita adalah rasa nyeri pada panggul bawah, dan dapat ditemukan
serviks yang memerah dengan erosi dan sekret mukopurulen (Manuaba, 2008).
Pada anamnesis pasien ditemukan keluhan keluar sekret putih dari alat kelamin
sejak 3 hari yang lalu dan mengeluhkan nyeri saat BAK serta terasa panas. Pasien
mengaku sering bergonta-ganti pasangan seks dan pasien memiliki pacar yang
mengeluhkan keluar sekret putih dari kemaluan dan nyeri panggul bawah.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien harus memperhatikan hal
penting seperti kerahasiaan pribadi pasien. Pada pasien pria, organ reproduksi
lebih mudah diraba. Pertama inspeksi dari daerah OUE untuk melihat sekret yang
keluar, catat warna, kekentalan, dan jumlah. Jika tidak ada sekret lakukan Milking
yaitu dengan mengurut dari pangkal penis kearah OUE. Kemudian lakukan
pemeriksaan daerah genitalia lainnya. Mula-mula inspeksi daerah inguinal dan
raba adakah pembesaran kelenjar dan catat konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa
nyeri, serta tanda radang pada kulit di atasnya. Pada waktu bersamaan, perhatikan
daerah pubis dan kulit sekitarnya, adanya folikulitis atau lesi kulit lainnya.
Lakukan inspeksi skrotum, apakah asimetris, eritema, lesi superfisial dan palpasi
isi skrotum dengan hati-hati. Perhatikan keadaan penis mulai dari dasar hingga
ujung. Inspeksi daerah perineum dan anus dengan posisi pasien sebaiknya
bertumpu pada siku dan lutut (Daili, 2009). Pemeriksaan fisik pada pasien
dilakukan inspeksi dengan hasil keluar sekret berwarna putih susu, konsentrasi
kental dengan jumlah agak banyak hingga mengisi bagian tengah kapas berukuran
± 3x3 cm. Pada pemeriksaan daerah sekitar genital, pasien tidak ditemukan

14
pembesaran kelenjar di inguinal, tanda-tanda peradangan dan lesi superficial pada
daerah pubis, maupun tanda peradangan pada scrotum.
Terapi empirik untuk Urethritis gonorhea adalah antibiotik yang termasuk
dalam golongan penisilin, kuinolon, aminoglikosida, cephalosporin, sulfonamide
dan macrolide (Wilianti, 2009). Pada pasien yang mengalami disuria dapat
diberikan analgetik dan antikolinergik untuk mengurangi nyeri serta
meningkatkan retensi urin dan mengurangi tonus m.detrussor, sehingga kapasitas
meningkat (FKUI, 2010). Menurut Prof. Dr. R.S. Siregar, pilihan antibiotik untuk
gonorhea adalah penisilin G prokain dengan dosis 2,4-4,8 juta unit+1 g
probenesid, ampisilin/amoxisilin 3,5g +1 g probenesid, tiamfenikol 2,5-3,5g IM
dosis tunggal, kanamisin 2 g dosis tunggal, dan rifampisin 900-1200 mg dosis
tunggal (Siregar, 2004). Pada pasien di berikan terapi antibiotik inj. ceftriaxone 2g
(gol. cephalosporin)+azitromicin 1g (gol. Macrolide)+ Asam pipemidat (gol.
Kuinolon). Pasien juga diberikan antikolinergik yaitu flavoxate HCl 200mg untuk
mengurangi gejala disuria pada pasien.

Diagnosis banding dari Urethritis Gonorhea pada pasien ini adalah NSU
(Non Spesifik Urethritis). Berikut ini merupakan alasan-alasan diagnosis banding
tersebut disingkirkan. Dari anamnesis biasanya pasien dengan NSU mengeluhkan
nyeri saat berkemih, sekret berwarna jernih kadang sedikit keruh pada pagi hari
gatal sepanjang saluran urethra, polakisuria, terdapat gejala sistemik seperti
demam, nyeri menjalar ke inguinal. Gejala baru timbul biasanya setelah 1-3
minggu kontak seksual dan umumnya tidak seberat gonore. Gejalanya berupa
disuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, sering kencing, dan kelurarnya duh
tubuh seropurulen. Dibandingkan dengan gonore, perjalanan penyakit lebih lama
karena masa inkubasi yang lebih lama dan ada kecenderungan kambuh kembali..
Pada pemeriksaan laboratorium, untuk laboratorium dengan fasilitas terbatas,
kriteria diagnostik berdasarkan jumlah sel leukosit PMN pada sediaan hapus duh
tubuh dengan pewarnaan gram, yakni jumlah sel PMN lebih dari 5 per lapangan
penglihatan besar dan tidak ditemukan kuman gonokok, Trichomonas vaginalis,
dan Candida albicans. Kriteria secara makroskopis ialah dapat dilihat adanya
benang-benang dalam urin (Barrakah, 2005).

15
IV. KESIMPULAN

1. Gonorhea adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya keluar nanah


dari OUE (Ostium Urethra Eksternum) sesudah melakukan hubungan
kelamin. Urethritis Gonorhea pada laki-laki akan mengalami disuria, pasien
akan mengeluhkan nyeri saat BAK dan terasa panas.
2. Gonorhea dapat ditularkan dengan kontak seksual. Pasien mengaku sering
bergonta-ganti pasangan seks dan pasien memiliki pacar yang mengeluhkan
keluar sekret putih dari kemaluan dan nyeri panggul bawah.
3. Pemeriksaan fisik pada pasien dilakukan inspeksi dengan hasil keluar sekret
berwarna putih susu, konsentrasi kental dengan jumlah agak banyak.
4. Pemeriksaan penunjang pasien gonorhea dapat dilakukan Pemeriksaan Gram,
kultur bakteri (media Thayer martin), tes oksidasi, Tes beta-laktamase, dan
tes thompson.
5. Terapi empirik untuk Urethritis gonorhea adalah antibiotik yang termasuk
dalam golongan penisilin, kuinolon, aminoglikosida, cephalosporin,
sulfonamide dan macrolide

16
DAFTAR PUSTAKA

Barakbah, J. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Daili, S.F., 2009. Gonore. In: Daili, S.F., et al., Infeksi Menular Seksual. 4th ed.
Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 65-76.

Djuanda, A. et al., 2008. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: FKUI.

Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 702, 1003.

Manuaba, IBG. 2008. Gawat Darurat Obstetric-Ginekologi Dan Obstetric-


Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. Hlm: 296-299.
Siregar,R.S.2004. Sari Pati Penyakit Kulit. EGC : Jakarta, hal : 299
Wilson, Walter R. 2009. Current Diagnosis & Treatment In Infectious Diseases.
USA: The McGraw- -Hill Companies.

Wolff K, Richard AJ, Dick S. 2005. fitzpatrick's color atlas and synopsis of
clinical dermatology. English: McGraw-Hill Professional.

17

Anda mungkin juga menyukai