Disusun oleh:
I Gede Pande Wahyu Widiastana
42190342
1
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama Pasien : An, P A.
No RM : 020288**
B. ANAMNESIS
Anamnesis dan pemeriksaan dilakukan pada 21 Februari 2020 di poliklinik THT kartini.
Keluhan Utama
Pasien datang ke poliklinik THT Kartini RS Bethesda dengan keluhan telinga kanan sakit sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan lainnya berupa pilek dikedua hidung. Sudah sempat
dibawa ke IGD 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan diberikan obat flu dan obat nyeri. Keluhan
pilek sudah cukup membaik namun pada pagi hari sebelum masuk rumah sakit telinga kanan pasien
2
Ayah pasien mengatakan bahwa sakit pada telinga kanan pasien dirasakan terus menerus tanpa
disertai sekret yang keluar, rasa pusing berputar, telinga berbunyi, serta penurunan pendengaran.
Pasien tidak mengeluhkan adanya masalah pada hidung seperti sumbatan hidung, sekret di hidung
dan tenggorok, bersin, rasa nyeri di daerah muka dan kepala, perdarahan dari hidung dan gangguan
penghidu. Keluhan pada tenggorokan seperti nyeri tenggorok, nyeri menelan, dahak di tenggorokan,
sulit menelan, rasa sumbatan di leher juga tidak dikeluhkan oleh pasien.
Keluhan telinga sakit baru pertama kali dirasakan oleh pasien, riwayat pilek 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Riwayat pemeriksaan ke dokter spesialis THT yaitu cerumen prop pada tanggal
3/8/2019 dan riwayat pemeriksaan ke dokter spesialis anak yaitu rhinofaringitis akut 8/12/2019,
Riwayat Pengobatan
Lifestyle
Pasien adalah seorang siswa, banyak melakukan aktivitas di sekolah dan di rumah. Pasien tidak
memiliki hewan peliharaan. Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol. Pasien mengaku
3
tidak memiliki alergi makanan tertentu dan makanan yang dikonsumsi sehari-hari memiliki porsi
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis E4V5M6 Tanda
Vital
Nadi : 86x/menit Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,5 ºC BB : 30 kg
Telinga
Canalis Auditory Serumen(-) Edem (-) Hiperemis Serumen(-) Edem (-) Hiperemis (-)
Externa (-)
4
Hidung dan Sinus Paranasal
HIDUNG
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Dorsum nasi Deformitas (-), krepitasi (-), jejas (-), nyeri tekan (-)
Cavum nasi Discharge (-) Discharge (-)
Rhinoskopi
Rhinoskopi anterior: cavum nasi tak tampak sempit, mukosa hiperemis, sekret encer
D. DIAGNOSIS BANDING
Rhinofaringitis
Rhinitis
Faringitis
5
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. DIAGNOSIS KERJA
AD Otitis Media Akut stadium supurasi, AS Otitis Media Akut stadium oklusi tuba eustachius
dengan rhinofaringitis.
G. TATALAKSANA
S 0 6 h gtt II RD et RS
H. EDUKASI
- Jenis obat yang diberikan serta fungsi dan cara minum obat
- Kontrol 1 minggu
I. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
6
BAB II
A. DEFINISI
Otitis Media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Dikatakan akut karena proses
B. ETIOPATOFISIOLOGI
Telinga tengah biasanya streril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan
dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi.
Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu.
Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media.
Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kumat ke dalam telinga
tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi
peradangan.
Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran nafas
atas. Pada anak, semakin sering anak terserang infeksi saluran nafas, semakin besar
kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena
7
C. STADIUM OMA
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5
stadium: (1) stadium oklusi tuba Eustachius, (2) stadium hiperemis, (3) stadium
supurasi, (4) stadium perforasi, (5) stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada
kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak
dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang
2) Stadium Hiperemis
membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem.
Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa
3) Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
Pada kelainan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum
timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-
kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa
8
dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah
yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan
sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak
perdarahan akibat trauma pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran,
trauma pada fenestra rotundum, trauma pada n. fasialis, trauma pada bulbus
jugulare (bila ada anomali letak). Bila terapi yang diberikan sudah adekuat,
sebetulnya miringotomi tidak perlu dilakukan kecuali bila jelas tampak adanya
selain aman, dapat juga untuk menghisap sekret dari telinga tengah sebanyak-
4) Stadium Perforasi
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang
tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat
tertidur nyenyak.
9
5) Stadium Resolusi
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret
akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi
kumat rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA
berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar
terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa
(sequele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di cavum timpani
Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam
telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat batuk pilek
sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat
pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar.
Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai
39,5oC (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit
waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang
sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga,
E. DIAGNOSIS
sesuai stadium OMA yang sedang dialami. Pemeriksaan fisik OMA yaitu suhu dapat
1
meningkat, otoskopi didapatkan gambaran membran timpani sesuai stadium, tes
F. TATALAKSANA
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi
tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCl
Efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCl Efedrin 1% dalam
larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa.
penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi. Terapi pada stadium
hiperemis ialah antibiotika, obat tetes hidung, dan analgetika. Antibiotika yang
dianjurkan ialah dari golonan penisilin atau ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin
sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila
1
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB per hari, dibagi
eritromisin 40mg/kgBB/hari.
dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-
Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat
sekret keluar secara berdenyut (pulasasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci
telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan
hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi
resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi
membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa
minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan
terjadi mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3
minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi
menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka
G. TIMPANOMETRI
Timpanometri merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui fungsi dari
pemeriksaan timpanometri adalah dengan memberikan tekanan pada liang telinga luar.
1
Tekanan yang diberikan berbeda-beda antara +200mmH20 sampai - 400mmH20.
menghubungkan compliance dari membrane tympani, middle ear pressure (MEP) dan
ear canal volume. Gangguan pada telinga tengah dapat teridentifikasi melalui grafik
(Puncak pada 0 daPa) mengindikasikan telinga tengah normal, tidak ada cairan atau
kelainan fisiologis yang menghambat masuknya suara dari telinga tengah menuju
patologis pada telinga tengah yang menghambat gerak membran timpani, misal
karena adanya cairan atau infeksi telinga tengah. Pada beberapa kasus timpanogram
tipe B muncul pada kasus perforasi membran timpani. Perbedaanya terletak pada ear
canal volume (ECV) yang mana ECV pada perforasi membrane timpani akan lebih
1
Timpanogram tipe C berbentuk menyerupai timpanogram tipe A, namun
kurva tipe C bergeser kearah kiri atau negatif yang menunjukan adanya tekanan
1
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke- 7. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Martinus, I., Hadisaputro, S., & Munasik, M. 2019. Berbagai Faktor yang Berpengaruh
Postgraduate).
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di