Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS 1

TONSILITIS

Pembimbing :
dr. Rini Febrianti, Sp. THT- KL
dr. Tita Puspita Sari, Sp. THT - KL

Disusun oleh:

Elsa Nadia Wahyuningsih 2018730027


Rizki Novita Sari 2018730092
Muhammad Irfan Ranaputra. D 2018730129

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANJAR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PERIODE 12 FEBRUARI – 19 MARET 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus 1 yang berjudul “Tonsilitis” ini tepat
pada waktunya. Terima kasih kepada dr. Rini Febrianti, Sp. THT-KL dan dr. Tita
Puspitasari, Sp.THT-KL yang telah membimbing penulis dalam pembuatan
Laporan Kasus 1 ini sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan Laporan Kasus 1


ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca, agar kami dapat
mengkoreksi diri dan dapat membuat Laporan Kasus 1 yang lebih baik di lain
kesempatan.

Demikianlah Laporan Kasus 1 mengenai tonsilitis ini dibuat sebagai


pemenuhan tugas kelompok dari kegiatan klinis stase THT di RSU Kota Banjar,
serta untuk menambah pengetahuan bagi kami dan khususnya bagi pembaca pada
umumnya.

Wassalamualaikum wr. wb

Banjar, 23 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I STATUS PASIEN.......................................................................................1

1.1 IDENTITAS PASIEN..................................................................................1

1.2 ANAMNESIS...............................................................................................1

1.3 PEMERIKSAAN FISIK...............................................................................2

1.4 RESUME......................................................................................................5

1.5 DIAGNOSIS.................................................................................................5

1.6 TATALAKSANA.........................................................................................6

1.7 PROGNOSIS................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7

2.1 ANATOMI TONSIL....................................................................................7

2.2 TONSILITIS AKUT.....................................................................................9

2.2.1 DEFINISI...............................................................................................9

2.2.2 ETIOLOGI...........................................................................................10

2.2.3 TANDA DAN GEJALA......................................................................10

2.2.4 TATALAKSANA................................................................................11

2.2.5 KOMPLIKASI.....................................................................................12

2.3 TONSILITIS KRONIS...............................................................................13

2.3.1 DEFINISI.............................................................................................13

2.3.2 ETIOLOGI...........................................................................................13

2.3.3 KLASIFIKASI.....................................................................................14

2.3.4 DIAGNOSIS BANDING.....................................................................14

2.3.5 TATALAKSANA................................................................................14

ii
2.3.6 KOMPLIKASI.....................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17

iii
BAB I
STATUS PASIEN

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. D

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Banjar

Waktu pemeriksaan : Jumat, 17 Februari 2023

1.2 ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Nyeri menelan sejak 2 bulan yang lalu.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli THT RSUD Kota Banjar dengan keluhan
nyeri menelan sejak 2 bulan yang lalu, 1 minggu SMRS pasien sudah
berobat di tempat lain dan mengalami perbaikan terkait gejalanya dan
diminta untuk disarankan operasi . Tenggorokan dirasakan seperti ada
yang mengganjal, terasa nyeri saat menelan sehingga mengganggu nafsu
makan pasien, sehingga pasien mengalami penurunan berat badan hingga
10kg dalam 1 bulan. Keluhan tersebut mulai dirasakan pasien sejak usia 17
tahun, kekambuhannya dipicu oleh makanan pedas dan minuman dingin.
Ketika keluhannya kambuh pasien sering merasa demam, nyeri telinga,
dan nyeri saat menelan. Orang tua pasien mengatakan anaknya tidur
mendengkur. Napas berbau, batuk, pilek disangkal.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

1
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama.

E. Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan mengkonsumsi obat demam serta obat nyeri yang
diberikan oleh dokter saat konsultasi 1 minggu yang lalu, untuk namanya
pasien lupa.

F. Riwayat Alergi
Pasien memiliki alergi obat namun tidak tau obat apa, untuk alergi
makanan, debu, cuaca disangkal.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah : 110/80mmHg


Suhu : Afebris
HR : 80x/ menit
RR :19x/ menit
Antropometri :
Berat Badan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tinggi Badan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Generalisata

1) Kepala : Normocephal
a. Rambut : Rambut rontok (-)
b. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
2) Ekstremitas
a. Superior : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),
sianosis (-/-)
b. Inferior : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),
sianosis (-/-)

2
Status Lokalis

Telinga

Dekstra Sinistra
Aurikula Normotia, hematoma Normotia, hematoma (-),
(-), perikondritis (-), perikondritis (-), nyeri
nyeri tekan tragus tekan tragus (-), nyeri
(-), nyeri tarik tarik pinna (-)
pinna (-)
Preaurikula Peradangan (-), Peradangan (-), abses (-),
abses (-), nyeri tekan nyeri tekan (-), pembesaran
(-), KGB (-)
pembesaran KGB (-)
Retroaurikula Peradangan (-), abses (-), Peradangan (-), abses (-),
nyeri tekan (-), nyeri tekan (-),
pembesaran KGB (-) pembesaran KGB (-)
Kanalis Akustikus Kulit tenang, sekret (-), Kulit tenang, sekret (-),
Eksternus edema (-), serumen (+) edema (-), serumen (+)

Membran Timpani Membran timpani tidak Membran timpani tidak


dapat dinilai dapat dinilai

Hidung

Deformitas Tidak ada


Kelainan Kongenital Tidak ada
Hidung Luar
Trauma Tidak ada
Tanda – tanda radang Tidak ada
Sinus Paranasal Tanda – tanda udem Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada
Rhinoskopi Anterior

3
Sekret (-), massa Sekret (-), massa (-),
Vestibulum (-), hiperemis (-) hiperemis (-)

Eutrofi, hiperemis Eutrofi, hiperemis


Konka Inferior
(-), permukaan licin (-), permukaan licin
Sekret (-), Massa (-) Sekret (-), Massa (-)
Meatus Nasi Media

Kavum Nasi Lapang, mukosa Lapang, mukosa hiperemis


hiperemis (-), (-),
sekret (-) sekret (-)
Septum Deviasi (-)
Pasase Udara Ada (+) Ada (+)

Orofaring

Mukosa Bibir Lembab


Gigi Karies dentin superior (-/-), inferior (-/-)
Lidah Simetris, bersih
Tonsil T4/T4, hiperemis (-), detritus (-), kripta
melebar (+)
Uvula Simetris, hiperemis (-), udem (-)
Palatum Mole Simetris, hiperemis (-)
Faring Tidak dapat dilakukan
Laring (Laringoskopi Tidak dapat dilakukan
Indirek)

Pembesaran Kelenjar Getah Bening (KGB) dan Tiroid

Dekstra Sinistra
Submental Tidak Ada
Submandibular Tidak Ada Tidak Ada

4
Jugularis Superior Tidak Ada Tidak Ada
Jugularis Media Tidak Ada Tidak Ada
Jugularis Inferior Tidak Ada Tidak Ada
Supraklavikularis Tidak Ada Tidak Ada
Tiroid Tidak Ada Tidak Ada

Maksilofacial

Dekstra Sinistra
N. III, IV, VI Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. VII Tidak dilakukan
Nyeri Tekan Sinus Paranasalis
Maksila Tidak Ada Tidak Ada
Frontalis Tidak Ada Tidak Ada

1.4 RESUME
Laki-laki usia 21 tahun datang ke poli THT RSUD Kota Banjar
bersama ibunya dengan odyfagia yang sudah dirasakan sejak 2 bulan yang
lalu SMRS. Tenggorokan dirasakan seperti ada yang mengganjal serta
terdapat demam dan nyeri telinga ketika keluhannya kambuh dan terdapat
penurunan nafsu makan yang mengakibatkan terjadi penurunan berat
badan hingga 10kg.

Pada pemeriksaan fisik generalisata dalam batas normal. Pada


pemeriksaan fisik lokalis THT didapatkan tonsil hipertrofi dengan ukuran
T4/T4 dan didapatkan kripta melebar.

1.5 DIAGNOSIS
1) Diagnosis Kerja:

Tonsilitis kronis

2) Diagnosis Banding:
1. Tonsilitis Kronis

5
2. Faringitis

1.6 TATALAKSANA
Medikamentosa

Non-Medikamentosa

- Pembedahan: Rencana tonsilektomi


- Edukasi:

1) Bed rest
2) Rencana rawat inap (22 Februari 2023)
3) Menjaga kebersihan tangan dan mulut
4) Menjelaskan rencana pengobatan, indikasi operasi dan
komplikasinya
5) Menjaga jenis makanan

1.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

Quo ad functionam : malam

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI TONSIL


Terdapat dua buah Tonsil palatine. Setiap tonsil merupakan massa ovoid
jaringan limfoid yang terletak di dinding lateral orofaring antara pilar anterior
dan posterior. Ukuran tonsil yang sebenarnya lebih besar dari yang terlihat
dari permukaannya sebagai bagian dari tonsil memanjang ke atas ke langit-
langit yang lunak, ke bawah ke dasar lidah dan anterior ke lengkungan
palatoglossal. Tonsil memiliki dua permukaan medial dan lateral, dan dua
kutub bagian atas dan bawah.(1)

Permukaan medial tonsil ditutupi oleh epitel skuamosa bertingkat


nonkeratinisasi yang masuk ke dalam substansi tonsil dalam bentuk kriptus.
Pembukaan kripta dapat dilihat pada permukaan medial tonsil. Salah satu
kripta yang terletak di dekat bagian atas tonsil sangat besar dan dalam dan
disebut crypta magna atau intratonsillar cleft. (1)

Gambar 1Anatomi Kripta

Dari kripta utama muncul kripta sekunder, di dalam substansi tonsil.


Crypts dapat diisi dengan detritus yang bentuknya tampak seperti keju yang
terdiri dari sel epitel, bakteri, dan sisa makanan yang dapat diekspresikan
dengan tekanan pada pilar anterior. Terdapat kapsul berserat pada permukaan
lateral tonsil. Di antara kapsul dan dasar tonsil terdapat jaringan areolar
longgar yang membuatnya mudah untuk membedah tonsil, serta hal ini
merupakan tempat
7
pengumpulan nanah pada abses peritonsillar. Beberapa serat otot
palatoglossus dan palatopharyngeus melekat pada kapsul tonsil. (1)

Kutub atas tonsil meluas ke langit-langit lunak. Permukaan medialnya


ditutupi oleh lipatan semilunar, memanjang antara pilar anterior dan posterior
serta menutupi ruang potensial yang disebut fossa supratonsillar. Kutub
bawah tonsil melekat pada lidah. Lipatan segitiga selaput lendir memanjang
dari pilar anterior ke bagian anteroinferior tonsil dan membungkus ruang yang
disebut ruang tonsil anterior. Tonsil dipisahkan dari lidah oleh sulkus
tonsillingual yang biasanya merupakan tempat terjadinya karsinoma. (1)

Tonsillar bed (dasar tonsil) dibentuk oleh otot konstriktor superior dan
styloglossus. Saraf glossopharyngeal dan proses styloid, jika membesar
mungkin terletak pada bagian bawah fossa tonsil. Kedua struktur ini dapat
didekati dengan pembedahan melalui dasar tonsil setelah tonsilektomi. Di luar
konstriktor superior, tonsil berhubungan dengan arteri fasialis, kelenjar ludah
submandibular, perut posterior otot digastrik, otot pterigoid medial dan sudut
mandibula. (1)

Gambar 2 Letak Tonsil

8
2.2 TONSILITIS AKUT

2.2.1 DEFINISI
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cicin waldeyer. Penyebaran infeksi melalui udara (air
borne droplets), tangan dan berciuman. Dapat terjadi pada semua
umur, terutama pada anak. Secara umum, tonsil terdiri dari (i)
epitel permukaan yang menyambung dengan lapisan orofaringeal,
(ii) kriptus yang merupakan invaginasi seperti tabung dari epitel
permukaan dan (iii) jaringan limfoid. Infeksi akut tonsil dapat
melibatkan komponen-komponen ini dan dengan demikian
diklasifikasikan sebagai: (1)
1. Catarrhal akut atau tonsilitis superfisial, yang dimana
tonsilitis adalah bagian dari faringitis umum dan sebagian
besar terlihat pada infeksi virus.

Gambar 3 Tonsilitis Superficial

2. Tonsilitis folikular akut. Infeksi menyebar ke dalam kripta


yang dipenuhi dengan purulen, terdapat pada kripta yang
tampak sebagai bintik-bintik kekuningan

Gambar 4 Tonsilitis Folikular Akut

9
3. Tonsilitis parenkim akut. Di sini zat tonsil terpengaruh.
Tonsil membesar secara merata dan berwarna merah.

Gambar 5 Tonsilitis Parenkim Akut

4. Tonsilitis membranosa akut adalah tonsilitis folikular akut


yang dimana eksudasi dari kriptus menyatu membentuk
suatu membran pada permukaan tonsil.

Gambar 6 Tonsilitis Membranosa Akut

2.2.2 ETIOLOGI
Tonsilitis dapat terjadi sebagai infeksi primer dari tonsil itu
sendiri atau mungkin infeksi sekunder terjadi sebagai akibat dari
infeksi saluran pernapasan bagian atas biasanya disebabkan oleh
infeksi virus. Bakteri penyebab umum termasuk Streptococcus
hemolitik, Staphylococcus, Haemophilus influenzae dan
Pneumococcus. Kebersihan orodental yang buruk, nutrisi yang
buruk dan lingkungan yang padat merupakan faktor predisposisi.
(1)

2.2.3 TANDA DAN GEJALA


Gejalanya bervariasi dengan tingkat keparahan infeksi. Gejala
yang dominan adalah: (1)
1. Sakit tenggorokan,
2. Kesulitan menelan. Pada anak mungkin menolak untuk
makan apa pun karena terdapat rasa sakit lokal,
10
3. Demam dapat bervariasi dari 38 hingga 40 °C. Terkadang ,
seorang anak datang dengan demam yang tidak dapat
dijelaskan dan pada pemeriksaan ditemukan tonsilitis akut,
4. Sakit telinga, berupa nyeri alih dari tonsil atau akibat otitis
media akut yang dapat terjadi sebagai komplikasi,
5. Gejala konstitusional biasanya lebih jelas daripada
faringitis sederhana meliputi sakit kepala, nyeri tubuh
secara umum, malaise dan sembelit. Mungkin ada nyeri
perut karena limfadenitis mesenterika yang mensimulasikan
gambaran klinis apendisitis akut.

Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada kasus tonsilitis, yaitu: (1)


1. Sering kali napas menjadi busuk dan lidah terkesiap,
2. Terdapat hiperemia pilar, palatum molle dan uvula,
3. Tonsil berwarna merah dan bengkak dengan bintik-bintik
kekuningan dari bahan purulen yang muncul pada
pembukaan kripta (tonsilitis folikular akut) atau mungkin
ada membran keputihan pada permukaan medial tonsil yang
dapat dengan mudah dibersihkan dengan swab (tonsilitis
membranosa akut). Tonsil dapat membesar dan tersumbat
sedemikian rupa sehingga hampir bertemu di garis tengah
terkadang disertai dengan edema uvula dan langit-langit
lunak (tonsilitis parenkim akut),
4. Kelenjar getah bening jugulodigastrik membesar dan
terdapat nyeri tekan.

2.2.4 TATALAKSANA
Penatalaksanaan tonsilitis akut terutama bersifat simtomatik,
yaitu menggunakan analgesia dan hidrasi sampai gejala mereda.
Antibiotik akan mempersingkat episode penyakit dan dapat
mengurangi risiko gejala. Pada pasien yang penyakitnya tidak
menunjukkan tanda perbaikan dalam waktu 48–72 jam, antibiotik
harus diberikan, benzil-penisilin menjadi obat pilihan. Jika ada

11
kekhawatiran klinis tentang keparahan penyakit pada awalnya,
antibiotik harus segera diberikan. Bukti menunjukkan bahwa
kortikosteroid memberikan pereda nyeri simtomatik pada sakit
tenggorokan, selain terapi antibiotik, terutama pada kasus yang
parah.(2)
Analgesik (aspirin atau parasetamol) diberikan sesuai usia
pasien untuk meredakan nyeri lokal dan menurunkan demam.
Terapi antimikroba. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh
Streptococcus dan penisilin merupakan obat pilihan. Pasien yang
alergi penisilin dapat diobati dengan eritromisin. Antibiotik harus
dilanjutkan selama 7-10 hari. (1)

Gambar 7 Guideline Nyeri Tenggorokan dari NICE(3)

2.2.5 KOMPLIKASI
Tonsilitis bila tidak sedini mungkin dilakukan
penatalaksanaannya dapat bernafinestasi lanjut atau dapat memiliki
beberapa komplikasi, yaitu: (1)
1. Tonsilitis kronis dengan serangan akut berulang. Hal ini
disebabkan oleh resolusi yang tidak lengkap dari infeksi
akut. Infeksi kronis dapat menetap di folikel limfoid tonsil
dalam bentuk mikroabses,

12
2. Abses peritonsil,
3. Abses parafaring,
4. Abses serviks karena nanah kelenjar getah bening
jugulodigastrik,
5. Otitis media akut. Serangan berulang dari otitis media akut
dapat terjadi bersamaan dengan tonsilitis berulang,
6. Demam rematik dapat disebabkan karena infeksi oleh
Streptokokus beta-hemolitik grup A,
7. Glomerulonefritis akut. Tetapi jarang terjadi,
8. Endokarditis bakterialis subakut. Tonsilitis akut pada
pasien dengan penyakit katup jantung dapat menimbulkan
endokarditis. Biasanya disebabkan oleh infeksi
Streptococcus viridans.

2.3 TONSILITIS KRONIS

2.3.1 DEFINISI
Tonsilitis kronik terjadi akibat adanya infeksi akut berulang
yang tidak diterapi dengan tepat. Infeksi berulang memicu
pembentukan abses di dalam folikel limfoid. Kemudian akan
terbentuk dinding jaringan fibrosa dan dikelilingi oleh sel- sel
inflamasi. Penyebab tersering terjadinya infeksi tonsil yang berulang
adalah adanya infeksi pada hidung dan sinus paranasal. (2)

2.3.2 ETIOLOGI
Etiologi dari tonsilitis kronik adalah sebagai berikut: (1)
a. Komplikasi dari tonsilitis akut. Secara patologis, mikroabses
yang dibatasi oleh jaringan fibrosa yang terlihat pada folikel
limfoid tonsil.
b. Infeksi subklinis tonsil tanpa serangan akut.
c. Sebagian besar menyerang anak-anak dan dewasa. Jarang
terjadi setelah 50 tahun.

13
d. Infeksi kronis pada sinus atau gigi dapat menjadi faktor
predisposisi
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik ialah rangsangan
yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut
yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan
tonsilitis akut yang tidak adekuat. (1)

2.3.3 KLASIFIKASI
Tonsilitis Kronik diklasifikasikan menjadi: (1)

a. Tonsilitis folikular kronis.


Kripta tonsil yang penuh dengan terinfeksi yang ditunjukan
pada permukaan tonsil berupa bintik-bintik kekuningan.
b. Tonsilitis parenkim kronis.
Terdapat hiperplasia jaringan limfoid. Tonsil terlihat sangat
membesar dan dapat mengganggu saat bicara, degluitasi dan
sleep apnea.
c. Tonsilitis fibroid kronis.
Tonsil terlihat kecil tapi terinfeksi, dengan riwayat sakit
tenggorokan berulang

2.3.4 DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding tonsilitis meliputi faringitis infektif,non-
infektif dan neoplasia. Gejala yang muncul dari neoplasia berbeda
dari tonsilitis yaitu adanya gejala progresif unilateral, sakit
tenggorokan yang persisten, limfadenopati servikal unilateral dan
otalgia. Pada tonsilitis cenderung terjadi limfadenopati servikal
bilateral, biasanya lebih jelas disebabkan oleh EBV (Epstain Barr
Virus). Neoplasia biasanya muncul pada kelompok usia yang lebih
tua dibandingkan dengan pasien yang mengalami tonsilitis. (4)

2.3.5 TATALAKSANA
1. Perawatan konservatif terdiri dari diet, pengobatan infeksi gigi,
hidung dan sinus. (2)

14
2. Tonsilektomi diindikasikan bila mengganggu bicara, menelan
dan pernapasan atau menyebabkan serangan berulang. (2)
Indikasi Tonsilektomi (5)
1) Absolut
a. Tonsilitis kronik / kekambuhan yang berulang
− Dalam 1 tahun (> 6 x episode)
− Dalam 2 tahun (5 x episode/ tahun)
− Dalam 3 tahun (3 x episode / tahun)
− 2 minggu tidak bisa melakukan aktivitas (terjadi
dalam 1 tahun)
b. Abses peritonsil
c. Tonsilitis jika menyebabkan Kejang demam
d. Hipertrofi tonsil dapat menyebabkan :
− Tidur mendengkur
− OSAS (obstructive sleep apnea syndrome)
− Dysfagia
− Cor pulmonale
− Sulit berbicara
e. Keganasan (hipertrofi tonsil yang asimetris)
2) Relatif
a. Difteri (yang tidak ampuh dengan pemberian
antibiotic)
b. Tonsilitis kronik (jika terdapat rasa tidak nyaman)
c. Radang tenggorokan dan ISPA berulang
d. Sulit makan
e. Enurisis

2.3.6 KOMPLIKASI
Komplikasi yaitu abses peritonsillar, abses parafaring, abses
intratonsillar, kista tonsil, tonsillolith, demam rematik dan nefritis
akut.(1)

15
Tonsillolith (kalkulus tonsil) terjadi ketika kripta tersumbat
dengan retensi debris. Garam anorganik kalsium dan magnesium
kemudian diendapkan yang mengarah pada pembentukan batu
kemudian secara bertahap membesar dan mengalami ulserasi.
Tonsillolith lebih sering pada orang dewasa dan menimbulkan
ketidaknyamanan local atau sensasi benda asing seperti pasir.
Pengobatannya adalah pengangkatan batu atau tonsilektomi
sederhana, diindikasikan jika terjadi sepsis atau batu yang sangat
dalam yang tidak dapat disingkirkan.(1)

Abses intratonsil adalah akumulasi nanah didalam substansi


tonsil. Biasanya diikuti dengan obstruksi kripta pada tonsillitis
folikular akut. Ada ditandai nyeri local dan disfagia, tonsil tampak
bengkak dan merah. Pengobatannya adalah pemberian antibiotic
dan drainase abses jika diperlukan kemudian dilakukan
toksilektomi. (1)

Kista tonsil dikarenakan penyumbatan ruang dibawah tonsil


dan muncul sebagai pembengkakan kekuningan diatas tpnsil.
sangat serering tanpa gejala. (1)

Gambar 8 Kista Tonsil

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Dhingra, P., & Dhingra S. Disease of Ear, Nose and Throat & Head
and Neck Surgery. seventh. Elsevier; 2018.

2. John C. Watkinson RWC. Scott-Brown’s Otorhinolaryngology and


Head and Neck Surgery. Eight. CRC Pres; 2018.

3. National Institute for Health and Care Excellence (NICE). Sore throat
(acute): antimicrobial prescribing. NICE Guidel. 2018;(January 2018):1–
18.

4. Turner L. Disease of The Nose, Throat, and Ear: Head and Neck
Surgery. CRC Press; 2016.

5. Bansal M. Disease of Ear, Nose, and Throat. First. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher; 2016. 661 p.

17
18

Anda mungkin juga menyukai