Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kesalahan berbahasa merupakan penggunaan bahasa yang menyimpang dari


kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu namun, tidak dipandang sebagai
suatu pelanggaran berbahasa. Kesalahan berbahasa terjadi pada mahasiswa yang
sedang belajar bahasa. Kesalahan berbahasa cenderung diabaikan dalam analisis
kesalahan berbahasa karena sifatnya tidak acak, individual, tidak sistematis, dan
tidak permanen (bersifat sementara). Analisis kesalahan berbahasa difokuskan
pada kesalahan berbahasa berdasarkan penyimpangan kaidah bahasa yang berlaku
dalam bahasa itu.

Mahasiswa dengan kemampuan penguasaan bahasanya kurang baik sering


mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa yang sedang dipelajari.
Mahasiswa sering melakukan kesalahan berbahasa dalam menerapkan bahasa
yang dipelajari. Kesalahan itu disebabkan oleh pengetahuannya terhadap sistem
atau kaidah bahasa yang dipelajari memang rendah. Namun, bisa saja mahasiswa
itu sudah mengetahui kaidah bahasa yang dipelajari dan ketika mahasiswa
menerapkan kaidah bahasa itu dalam pemakaiannya masih kurang terampil.

Pembelajaran bahasa tidak berlangsung secara baik apabila pembelajaran


bahasa dilaksanakan dengan berbagai kondisi yang berbeda-beda. Perbedaan
kondisi itu dapat terkait dengan peserta didik, dosen, dan bahan ajarnya. Terkait
dengan peserta didik, pembelajaran bahasa diikuti oleh mahasiswa yang beragam
kemampuannya dan latar belakang bahasa yang dikuasai atau bahasa ibunya.

Dengan berbagai latar belakang kemampuan akan menyebabkan mahasiswa


tidak seragam dalam menguasai bahasa yang dipelajarinya. mahasiswa yang
memiliki kemampuan bahasa tinggi akan segera menguasai bahasa yang sedang
dipelajarinya.

1
2

Kesalahan berbahasa sering dialami mahasiswa dalam hal menulis


makalah. Kesalahan berbahasa tulis dalam linguistik dibedakan atas kesalahan
bidang fonologi dan morfologi. Penelitian terhadap kesalahan berbahasa bidang
fonologi dan morfologi sangat menarik untuk dilakukan karena belum ada yang
membahasnya secara khusus. Selain itu, dari makalah yang ditulis mahasiswa
berdasarkan sumber yang dilihat atau dibaca dapat ditemukan berbagai macam
kesalahan berbahasa terutama di bidang fonologi dan morfologi.

1.2 Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini ada masalah yang perlu dianalisis kesalahannya yaitu,
bagaimana wujud kesalahan berbahasa bidang fonologi dan morfologi pada
makalah mahasiswa Fakultas Teknik prodi Teknik Sipil tingkat 3 Universitas
Galuh Ciamis.

1.3 Tujuan Penelitian

Ada 1 tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini.

1. Mendeskripsikan wujud kesalahan berbahasa bidang fonologi dan


morfologi pada makalah yang dibuat oleh mahasiswa Fakultas Teknik
prodi Teknik Sipil tingkat 3 Universitas Galuh Ciamis.

1.4 Metode Penelitian

Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja. Sebagai suatu


prosedur kerja atau metode, analisis kesalahan berbahasa memiliki langkah -
langkah kerja. Trigan (1997) mengajukan modifikasi langkah - langkah analisis
kesalahan berbahasa sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data kesalahan berbahasa yang dibuat oleh mahasiswa.

2. Mengidentifikasi kesalahan berdasarkan tataran kebahasaan misalnya :


kesalahan fonologi dan morfologi.
3

3. Menjelaskan keadaan, menjelaskan apa yang salah, penyebab


kesalahan, dan cara memperbaikinya.

4. Mengoreksi kesalahan, memperbaiki kesalahan yang ada, mencari cara


yang tepat untuk mengurangi dan kalau dapat menghilangkan
kesalahan itu.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat.

1. Manfaat Teoretis

Untuk menambah pengetahuan tentang kesalahan berbahasa bidang fonologi


dan morfologi pada makalah, mata pelajaran bahasa Indonesia, ilmu analisis
kesalahan berbahasa, dan sebagai sarana perbaikan yang diperlukan dalam
pengajaran menulis.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini ada 2.

a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan ajar bagi


mahasiswa maupun dosen.

b. Bagi peneliti lain dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam memberi


gambaran untuk dilanjutkan pada penelitian yang akan datang.
4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang


dihasilkan alat ucap manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-
kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu, hubungan
abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili
Kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau
menurut urutan abjad,disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi
sebuah kamus atau leksikon. Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata
yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitusaja, melainkan mengikuti
aturan yang ada.

Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan, kita harus memilih


kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai dengan aturan bahasa.
Seperangkataturan yang imendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan
sebagai pedoman berbahasa inilah yang disebut tata bahasa. Pada bab berikutnya,
sehubungan dengan tata bahasa akan kita bicarakan secara terperincif onol ogi,
morfologi, sintaksis, semantikdan etimologi. Fonologi ialah bagian tata bahasa
yang membahas atau mempelajari bunyi bahasa. Morfologi mempelajari proses
pembentukan kata secara gramatikal besertaunsur-unsur dan bentuk-bentuk kata.
Sintaksis membicarakan komponen-komponen kalimat dan proses
pembentukannya. Bidang ilmu bahasa yang secara khusus menganalisis arti atau
makna kata ialah semantik, sedang yang membahas asal-usul bentuk kata adalah
etimologi.

4
5

2.2 Arti Kesalahan Bahasa

Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit


kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem
kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang
menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana
dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan[1].S. Piet
Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistik menjelaskan bahwa
kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran ini
disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan pengetahuan terhadap
kode. Kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh mahasiswa yang mempelajari
B2 (bahasa yang dipelajari mahasiswa), tetapi juga dibuat mahasiswa yang belajar
B1 (bahasa ibu).

Sedangkan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja
yang biasa digunakan oleh peneliti atau dosen bahasa untuk mengumpulkan data,
mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan
dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa[2].

Kesalahan berbahasa biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan.


Apakah bahasa (ujaran atau tulisan) si pembelajar bahasa itu berterima atau tidak
bagi penutur asli atau pengajarnya. Jadi, jika pembelajar bahasa Indonesia
membuat kesalahan, maka ukuran yang digunakan adalah apakah kata atau
kalimat yang digunakan pembelajar benar atau salah menurut penutur asli bahasa
Indonesia. Jika kata atau kalimat yang digunakan pembelajar bahasa tadi salah,
dikatakan pembelajar bahasa membuat kesalahan. Ukuran berbahasa yang baik
ini adalah ukuran intrabahasa atau intralingual. Ukuran kesalahan dan
ketidaksalahan intrabahasa adalah ukuran kebahasaan. Ukuran kebahasaan
meliputi :

 Fonologi(tata bunyi)

 Morfologi(tata kata)
6

 Sintaksis(tata kalimat)

 Semantic(tata makna)

Seorang pakar linguistik Noam Comsky membedakan antara kesalahan


berbahasa(error) dengan kekeliruan berbahasa(mistake), keduanya memang sama-
sama pemakaian bentuk tuturan yang menyimpang, akan tetapi kesalahan
berbahasa terjadi secara sistematis karena belum dikuasainya kaidah bahasa yang
benar. Sedangkan kekeliruan berbahasa bukan terjadi secara sistematis, melainkan
dikarenakan gagalnya merealisasikan kaidah bahasa yang sebenarnya sudah
dikuasai.

Kekeliruan dalam berbahasa disebabkan karena faktor performansi, sedangkan


kesalahan berbahasa disebabkan faktor kompetensi. Faktor performansi meliputi
keterbatasan ingatan atau kelupaan sehingga menyebabkan kekeliruan dalam
melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat. Kekeliruan
ini bersifat acak, maksudnya dapat terjadi pada berbagai tataran linguistik.
Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh mahasiswa yang bersangkutan
dengan cara lebih mawas diri dan lebih memusatkan perhatian pada pembelajaran.
Sedangkan kesalahan yang di sebabkan faktor kompetensi adalah kesalahan yang
disebabkan mahasiswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang
digunakannya. Kesalahan berbahasa akan sering terjadi apabila pemahaman
mahasiswa tentang sistem bahasa kurang. Kesalahan berbahasa dapat berlansung
lama apabila tidak diperbaiki. Dosen dapat melakukan perbaikan dengan melalui
remedial, latihan, praktik, dan lain sebagainya.

Sebab-sebab terjadinya kesalahan berbahasa diantaranya :

 Pengertian kacau

 Interferensi

 Logika yang belum masak


7

 Analogi

 Sembrono

2.3 Objek Analisis Kesalahan Bahasa

Menganalisis kesalahan berbahasa makalah “Analisis Praktikum Teknologi


Bahan Kontruksi” Karya Dian Herdiana. Objek analisis kesalahan pada bidang :

1. Bidang Fonologi

Ejaan fonemik (EYD), penulisan nama orang, penulisan huruf capital,


penulisan kata dasar, penulisan kata depan, penulisan gabungan kata,
penulisan angka dan lambang bilangan, penulisan kata ulang, tanda
baca.

2. Bidang Morfologi (Kosa Kata)


Kata baku dan kata tidak baku, tata bentuk kata, tata kalimat.

2.4 Ruang Lingkup Analisis Kesalahan Bahasa

Ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa sebenarnya tidak jauh


berbeda dengan ilmu yang digunakan sebagai dasar analisis berbahasa, yaitu
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Jadi ruang lingkup analisis
kesalahan berbahasa adalah pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Objek analisis kesalahan berbahasa tidak berbeda dengan objek
linguistik. Artinya yang dijadikan objek analisis kesalahan berbahasa adalah
secara umum pemakaian bahasa yang dilakukan oleh peserta didik. Namun
bukan semua jenis pemakaian bahasa menjadi objek analisis kesalahan
berbahasa, melainkan hanya pemakaian bahasa yang bersifat formal atau
resmi, antara lain pemakaian bahasa tulis pada laporan penelitian, karya ilmiah
(skripsi, tesisi, disertasi, dan makalah), laporan kegiatan(seperti kegiatan
workshop, loka karya,seminar, praktik kerja lapangan, dll).
8

2.5 Tujuan Analisis Kesalahan Bahasa

Dulay, dkk menyebutkan bahwa Anakes mempunyai dua tujuan utama, yaitu
1) memberikan data yang dari data-data tersebut inferensi tentang hakikat proses
belajar bahasa dapat dibuat, dan 2) ia akan dapat memperlihatkan kepada guru-
guru dan pengembang bagian mana dari bahasa sasaran yang paling sukar
dipelajari oleh si pembelajar secara tepat dan jenis kesalahan apa yang paling
mengganggu si pembelajar untuk mampu secara efektif (Dulay, dkk, 1982:183).

Tujuan Anakes sebagaimana yang dirumuskan Dulay, dkk tersebut menurut


Sridar (1975) yang dikutip Diah pada intinya adalah pragmatik yang bermuara
pada perancangan bahan-bahan pengajaran dan strategi belajar mengajar yang
secara pedagogis lebih baik karena dengan mengidentifikasi hal-hal yang sukar
bagi si pembelajar guru dan/atau pengembang kurikulum akan dapat: 1)
menentukan urutan penyajian butir-butir kebahasaan yang akan diajarkan di dalam
buku teks dan/atau di dalam kelas dengan menempatkan butir-butir yang sukar
setelah butir-butir yang lebih mudah, 2) menentukan tingkat penekanan yang
diberikan, bentuk penyajian dan latihan yang kesemuanya akan membantu si
pembelajar memahami berbagai butir kebahasaan bahasa sasaran, 3) merancang
pelajaran-pelajaran dan latihan-latihan yang bersifat remedial, dan 4) menyeleksi
butir-butir untuk keperluan menguji kemampuan si pembelajar (Diah, tt:3).

Tujuan Anakes versi Dulay, dkk tersebut cenderung bersifat aplikatif, yakni
memperbaiki dan mengurangi kesalahan berbahasa mahasiswa dan mengabaikan
tujuan yang bersifat teoritis, yaitu tujuan yang berupa penyusunan atau
pengembangan teori penjelasan mengenai performansi mahasiswa. Padahal
menurut Tarigan dan Tarigan tujuan Anakes seharusnya tidak hanya bersifat
aplikatif tetapi juga bersifat teoritis.
9

Pengkajian kesalahan para mahasiswa dalam B2 yang sedang dipelajarinya


menghasilkan pemahaman mendalam tentang:

a. Hakikat strategis belajar bahasa

b. Hipotesis yang digunakan oleh mahasiswa

c. Hakikat sistem komunikasi fungsional atau bahasa yang disusun mahasiswa

Oleh karena itu, aspek teoritis Anakes sama pentingnya dengan pengkajian
itu sendiri, yakni pemerolehan bahasa anak-anak tersebut pada gilirannya dapat
memberikan pemahaman ke arah proses pemerolehan bahasa secara umum.

Para pakar sependapat bahwa tujuan Anakes yang bersifat aplikatif kurang
memadai. Tujuan ini memang cocok dengan konsep yang memandang pengajaran
bahasa dari sudut pandang guru. Kini pengajaran bahasa harus pula dilihat dari
sudut pandang mahasiswa. Dengan perkataan lain, reorientasi tujuan Anakes
menghasilkan rumusan bahwa tujuan Anakes haruslah meliputi 1) tujuan yang
bersifat teoritis,dan 2) tujuan yang bersifat aplikatif (1990:77).

2.6 Jenis Kesalahan Bahasa

2.6.1 Kesalahan Acuan

Kesalahan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari – hari, kesalahan


acuan berkaitan dengan realisasi benda, proses, atau peristiwa yang tidak sesuai
dengan acuan yang dikehendaki pembicara atau penulis. Untuk menghindari agar
kesalahan acuan tidak terjadi, sebaiknya pesan yang kita sampaikan harus jelas
dan tidak menimbulkan berbagai tafsiran. . Dapat kita katakan, makin khusus
yang dikatakan makin terang pesan yang kita sampaikan dan makin kecil
kesalahan yang dibuat oleh si pendengar.
10

2.6.2 Kesalahan Register

Kesalahan register berhubungan dengan variasi bahasa yang berkaitan


dengan pekerjaan seseorang. Dengan demikian kesalahan register, register error
adalah kesalahan yang berhubungan dengan bidang pekerjaan seseorang. Dalam
bahasa Indonesia terdapat kata operasi. Bagi seorang dokter, kata operasi selalu
dihubungkan dengan usaha menyelamatkan nyawa seseorang dengan jalan
membedah tubuh atau bagian tubuh. Misalnya, kita dengar dari kalimat dokter
yang berbunyi “operasi usus buntu anak Bapak, insyallah akan dilaksanakan
besok”, terdengar pula kalimat, “operasi jantung Pak Koko berjalan lancar ”. bagi
seorang petugas pemerintahan, kata operasi biasanya dihubungkan dengan
pemungutan pajak, penertiban keamanan, ajakan membersihkan selokan, sehingga
muncul kalimat “operasi IPEDA akan dilaksanakan hari Jumat”. Adapula kalimat,
“operasi pembersihan sampah berhasil dengan baik karena ada partisipasi para
pegawai”. Bagi seorang militer, kata operasi selalu dikaitkan dengan usaha
penumpasan musuh sehingga munculah kalimat, “operasi kami kelambung
pertahanan musuh berhasil baik”.

2.6.3 Kesalahan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak mungkin hidup sendiri dalam


kenyataan seperti itu, ia harus berkomunikasi dengan orang lain. Dalam sosial
linguistik dikenal variasi bahasa yang dikaitkan dengan latar belakang
sosialpembicara dan pendengar. Yang dimaksud dengan latar belakang sosial
disini, misalnya yang berhubungan dengan jenis kelamin, pendidikan, umur,
tempat tinggal, dan jabatan. Latar belakang sosial ini mengharuskan kita untuk
pandai-pandai memilih kata kalimat yang sesuai dengan latar belakang orang
yang diajak bicara. Kesalahan memilih kata yang dikaitkan dengan status
sosial dengan orang yang diajak berbicara menimbulkan kesalahan yang
disebut kesalahan sosial, ‘social errors’ (Pateda, 1989:41).
11

2.6.4 Kesalahan Tekstual

Kesalahan tekstual, ‘textual errors’ muncul sebagai akibat salah


menafsirkan pesan yang tersirat dalam kalimat atau wacana. (Pateda, 1989:42).
Jelas disini bahwa kesalahan tekstual mengacu pada jenis kesalahan yang
disebabkan oleh tafsiran yang keliru terhadap kalimat atau wacana yang kita
dengar atau yang kita baca. Misalnya kalimat “anak dokter Ahmad Ali sakit”
memperlihatkan berbagai kemungkinan tafsiran. Seandainya yang dimaksud ada
dua orang yang sakit dan orang lain berpendapat bahwa ada empat orang yang
sakit maka tafsiran orang lain itu dapat digolongkan ke dalam kesalahan tekstual.

2.6.5 Kesalahan Penerimaan

Kesalahan penerimaan, ‘receptive errors’, biasanya berhubungan dengan


keterampilan menyimak atau membaca. Dihubungkan dengan menyimak
kesalahan penerimaan disebabkan oleh, (1) pendengar yang kurang
memperhatikan pesan yang disampaikan oleh pembicara, (2) alat dengar
pendengar, (Kesalahan Acuan

Di dalam bidang makna, disinggung pula apa yang disebut makna acuan
(Pateda, 1986). Dalam kaitannya dengan jenis kesalahan, terdapat pula istilah
kesalahan acuan ‘referential errors’. Corder (dalam Allen dan Corder, Ed.
1974:123) mengatakan:

“... where the speaker uses a term with the intention of refering to some feature of
the world to which it is conventionally inaplicalbe”.

2.6.6 Kesalahan Pengungkapan

Kesalahan pengungkapan, ‘expressive errors’, berkaitan dengan pembicara.


Pembicara atau penulis salah mengungkapkan atau menyampaikan apa yang
dipikirkannya, dirasakannya, atau yang diinginkannya. Misalnya petugas bandar
udara mengungkapkan fifteen, padahal yang dimaksud fifty. Akibat salah
12

pengungkapan itu pilot segera menukikkan pesawat nya dan tentu saja kecelakaan
tidak dapat dihindari.

2.6.7 Kesalahan Perorangan

Kesalahan perorangan, ‘errors of individuals’, jelas menggambarkan yang


dibuat oleh seseorang dan diantara kawan-kawannya sekelas. Kalau kita mengajar,
pelajaran yang kita berikan tentunya ditunjukan untuk sekelompok terdidik yang
terdapat dalam sebuah kelas namun yang belajar sesungguhnya individu-individu
itu sendiri. misalnya, semuanya menulis huruf kapital diawal kalimat dan hanya
seorang yang tidak. Kesalahan seperti ini disebut kesalahan perorangan.
Memperbaiki kesalahan perorangan tentu bersifat perorangan pula.

2.6.8 Kesalahan Kelompok

Mempelajari kesalahan kelompok, ‘errors of group’, hanya berarti apabila


kelompok itu homogen, misalnya menggunakan bahasa ibu yang sama dan
semuanya mempunyai latar belakang yang sama, baik intelektual maupun sosial.
Murid yang menggunakan bahasa yang berbeda-beda, kesalahannya lebih banyak
daripada murid-murid yang homogen. Guru yang menyuruh si terdidik berbicara,
membaca atau menulis pasti akan menemukan kesalahan. Kesalahan itu, ada yang
berulang-ulang dibuat oleh kelompok. Kesalahan seperti itu, disebut kesalahan
kelompok.Kesalahan Menganalogi

2.6.9 Kesalahan Menganalogi

Kesalahan menganalogi, “errors of overgeneralization” atau “analogic


errors” adalah sejenis kesalahan pada si terdidik yang menguasai suatu bentuk
bahasa yang dipelajari lalu menerapkannya dalam konteks, padahal bentuk itu
tidak dapat diterapkan. Si terdidik melakukan proses pemukulrataan, tetapi proses
pemukulrataan yang berlebihan. Si terdidik menggunakan kata atau kalimat yang
berpola pada kata atau kalimat yang didengarnya padahal bentuk itu tidak dapat
diterapkan.
13

Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata tobat, topan, torat,


yang berasal dari bahasa Arab taubat, taufan, taurat (Badudu, 1974:32).
Berdasarkan bentuk taubat, taufan, dan taurat, muncul kata anggauta, sentausa,
tauladan, yang tentu saja salah. Yang benar, anggota, sentosa, teladan. Kesalahan
dengan jalan menganggap kata anggota, sentosa, teladan, dapat diubah menjadi
anggauta, sentausa, tauladan, termasuk kesalahan menganalogi.

Dengan demikian pula, dalam bahasa Indonesia terdapat kata maha


mahasiswa, mahasiswi, mahasiswa, mahasiswi yang sebenarnya menganalogi
pada bahasa Sansekerta, dewa, dewi, putera, puteri. Tetapi kalau si terdidik
mengatakan ketua, ketui, kepala, kepali, ini menandakan adanya kesalahan
analogi. Oleh karena akhiran-I itu tidak dapat diletakkan begitu saja pada bentuk-
bentuk kata bahasa Indonesia.

Tugas guru menunjukkan bentuk yang benar. Bentuk yang benar adalah
ketua, kepala, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tidak mungkin kita
mengatakan ketui meskipun ketua itu adalah perempuan.

2.6.10 Kesalahan Transfer

Kesalahan transfer, ‘transfer errors’ terjadi apabila kebiasaan-kebiasaan


pada bahasa pertama diterapkan pada bahasa yang dipelajari. Misalnya, dalam
bahasa Indonesia tidak mempunyai bunyi /Ѳ/ seperti dalam kata inggris “Thank,
think”. Orang Indonesia sering menggantikan bunyi tadi dengan /t/ atau /s/. Proses
penggantian semacam ini yang disebut transfer (Pateda, 1989:45). Corder (dalam
Allen dan Corder. Ed. 1974:130) berkata:

“this observation has led to the widely accepted theory of transfer which
states that a learner of a second language transfers into his performance in the
second language the habits of his mother-tounge”.
14

2.6.11 Kesalahan Guru

Kesalahan guru sebenarnya berhubungan dengan teknik dan metode


pengajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Kesalahan guru, ‘teaching-
induced’ adalah kesalahan yang dibuat si terdidik karena metode atau bahan yang
diajarkan salah. Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat sisipan –el- dan –er-.
Guru yang kurang hati-hati mengatakan, sisipan –el- dan –er- dapat di letakan
pada beberapa kata yang dikiranya mungkin. Itu sebabnya ia berkata, sisipan –el-
terdapat pada kata belebas dan gelas, sisipan –er- terdapat pada kata beras, dan
sisipan –em- terdapat pada pemakai.

2.6.12 Kesalahan Lokal

Kesalahan global, ‘global errors’ adalah kesalahan karena efek makna


seluruh kalimat (Norrish, 1983:127). Kesalahan jenis ini menyebabkan pendengar
atau pembaca salah mengerti suatu pesan atau menganggap bahwa suatu kalimat
tidak dapat dimengerti. Valdman (1975) yang dikutip Ruru dan Ruru (1985:2)
mengadakan modifikasi terhadap batasan yang dikemukakan diatas. Valdman
mendefinisikan kesalahan global sebagai kesalahan komunikatif yang
menyebabkan seorang penutur yang mahir dalam suatu bahasa asing, salah tafsir
terhadap pesan lisan atau yang tertulis.

Kesalahan lokal, ‘local errors’ adalah kesalahan yang tidak menghambat


komunikasi yang pesannya diungkapkan dalam sebuah kalimat. Menurut
Valdman (1975) yang dikutip oleh Ruru dan Ruru (1985:2), kesalahan lokal
adalah suatu kesalahan lungistis, ‘linguistic errors’ yang menyebabkan suatu
bentuk ‘form’ atau struktur dalam sebuah kalimat tampak canggung, tetapi bagi
seorang penutur yang mahir bahasa asing hampir tidak ada kesulitan untuk
mengerti apa yang dimaksud dalam kalimat itu.
15

2.7 Daerah dan Sifat Kesalahan Bahasa

2.7.1 Daerah Kesalahan Fonologi

Kesalahan fonologi berhubungan degan pelafalan, dalam bahasa Indonesia


hanya dikenal /s/ dan /sy/ yang dalam bahasa Arab dikenl sin, syin, tsa dan shod.

Berdasarkan kenyataan itu, sering orng mengatakan:

Insyaf yang seharusnya insaf

Syurga yang seharusnya surga

Dalam hal ini Setyawati mangungkapkan hal serupa bahwa kesalahan


berbahsa dapat terjadi di bidam fonologimenurut Setyawati kesalahan bahasa
tataran fonologi terbagi menjadi tiga yaitu:

1) Kesalahan pelafalan karena perubahan fonem


2) Kesalahan pelafalan karena penghilangan fonem
3) Kesalahan pelafalan karena penambahan fonem

2.7.2 Daerah Kesalahan Morfologi

Kesalahan morfologi berhubungan dengan tata bentuk kata, dalam bahasa


Indonesia kesalahan pada bidang morfologi menyangkut pada derivasi, diksi,
kontaminasi, dan pleonasme.

Contoh : “ Di sekolah kami dipelajarkan beberapa kepandain wanita”


harusnya kata dipelajai diubah menjadi diajarkan.

“Tas ini harganya amat mahal sekali” seharusnya kata amat dan mahal
sekali jangan dijadikan satu kalimat karena kata amat sudah mewaki kata sanngat
yang sama maknanya dengan mahal sekali. Sehingga kalimat yang baik adalah “
Tas ini harganya mahal sekali” atau “ Tas ini harganya amat mahal”.
16

2.7.3 Daerah Kesalahan Sintaksis

Kesalahan ini berhubungan erat dengan kesalahan pada bidang morfologi,


karena kalimat berunsurkan kata-kata. Kesalahan sintaksis berhubungan dengan
kalimat yang berstruktur tidak baku, kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak
jelas, diksi yang tidak tepat dan membentuk kalimat, kontaminasi kalimat,
koherensi dan logika kalimat.

Contoh : Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri.

Tunggu sedikit, saya ganti baju dulu.

2.7.4 Daerah Kesalahan Semantik

Kesalahan ini berhubungan dengan makna, misalnya “siapakah pemuda


itu?” pertanyaan tersebut memiliki banyak makna yang ditafsirkan oleh pendengar
maupun pembaca. Bisa bermakna menanyakan alamat asal pemuda, menanyakan
nama pemuda, maupun menanyakan tampangnya.

Sedangkan dalam buku markhamah membahas mengenai kepaduan dan


ketetapan makna, ini berkaitan dengan kalimat efektif. Berikut beberapa ketentuan
yang perlu diperhatikan supaya pemakai bahasa dapat menyusun kalimat yang
padu:

1. Tidak meletakkan keterangan yang berupa klausa diantara S (subjek)


dan P (predikat)
2. Tidak meletakkan keterangan aspek di depan subjek
3. Tidak menempatkan keterangan aspek di antara pelaku dn pokokbkata
kerja yang merupakan kata-kata kerja pasif bentuk diri.
4. Tidak menyisipkan kata depan di antara P dan O (objek)
17

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis

a. Kesalahan penggunaan tanda baca, misalnya doa, saran dan kritik


b. Kesalahan penggunaan tanda baca, misalnya akhirnya saya berharap
c. Kesalahan penulisan huruf capital, misalnya ruang Lingkup
d. Kesalahan penulisan huruf capital, misalnya Berat jenis
e. Kesalahan penulisan huruf capital, misalnya Bobot isi agregat
f. Kesalahan penulisan huruf capital, misalnya Berat jenis
g. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya paragfraf
h. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya bahhsanya
i. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya berltih
j. Kesalahan penulisan angka, misalnya No n16
k. Kesalahan kata tidak baku, misalnya cover
l. Kesalahan kata tidak baku, misalnya Sample
m. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya nsuhu
n. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya 100 derajat c
o. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya palingb
p. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya terkecikl
q. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya danm
r. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya saaringan
s. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya isinnya

3.2 Daerah Kesalahan

a. Bidang Fonologi yaitu penggunaan tanda baca.


b. Bidang Fonologi yaitu penggunaan tanda baca.
c. Bidang Fonologi yaitu penulisan huruf capital.
d. Bidang Fonologi yaitu penulisan huruf capital.
e. Bidang Fonologi yaitu penulisan huruf capital.

17
18

f. Bidang Fonologi yaitu penulisan huruf capital.


g. Bidang Morfologi yaitu tata bentuk kata.
h. Bidang Morfologi yaitu tata bentuk kata.
i. Bidang Morfologi yaitu tata bentuk kata.
j. Bidang Fonologi yaitu penulisan angka.
k. Bidang Morfologi yaitu kata tidak baku.
l. Bidang Morfologi yaitu kata tidak baku

3.3 Pembetulan Kesalahan

a. Doa, saran, dan kritik


b. Akhirnya, saya berharap
c. Ruang Lingkup
d. Berat Jenis
e. Bobot Isi Agregat
f. Berat Jenis
g. Paragraf
h. Bahasannya
i. Berlatih
j. No. 16
k. Penutup
l. Contoh splitter
m. Suhu
n. 100 derajat C
o. Paling
p. Terkecil
q. Dan
r. Saringan
s. Isinya
19

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk bentuk tuturan yang


meliputi kata, kalimat, paragfraf yang menyimpang dari sistem kaidah Bahasa
Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan
sebagaimana dinyatakan dalam buku ‘Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan’.

Kesalahan berbahasa yang relatif dilakukan dalam proses berkomunikasi


dengan orang lain. Antara lain dapat disebabkan dari segi fonologi dan morfologi.
Kesalahan dalam bidang morfologi relatif dalam bentuk afiksasi, proses
reduplikasi, dan proses kemajemukan.

4.2 Saran

Untuk meminimalkan kesalahan berbahasa dalam karangan, hal hal yang


dapat dilakukan dosen, mahasiswa, maupun perguruan tinggi antara lain:

1. Mahasiswa hendaknya memperluas pengetahuan tentang kaidah bahasanya,


aktif bertanya kepada dosen jika mengalami kesulitan dan sering berlatih
menulis.
2. Dosen hendaknya memberikan pengetahuan tentang kaidah Bahasa kepada
mahasiswa disetiap proses pembelajaran menulis, menggunakan pendekatan
proses dalam pembelajaran menulis, dan senantiasa meperluas kosa kata dan
memberi contoh terkait dengan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar baik secara lisan maupun tertulis

19
20

DAFTAR PUSTAKA

http://analisiskesalahanbahasa.blogspot.co.id/2015/10/daerah-kesalahan-
berbahasa-bab-3.html?m=1

http://kepompong.xyz/analisis-kesalahan-berbahasa-sintaksis-dan-semantik/

https://massofa.wordpress.com/2008/08/27/permasalahan-dalam-analisis-
kesalahan-berbahasa-dan-analisis-kontrastif/

http://forumlingkarbahasa.blogspot.co.id/2009/09/tujuan-analisis-kesalahan.html?
m=1

Buku Cermat Berbahasa Indonesia/ E. Zaenal Arifin/ S. Amran Tasai

20
21

Anda mungkin juga menyukai