Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK DURING/LURING

(LKPD)

Satuan Pendidikan : SMP/MTs


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IX/Ganjil
Materi Pokok : Struktur Teks Cerpen
Alokasi Waktu : 3 x 30 menit
Pertemuan ke- : 13 (tiga belas)

1. Kompetensi Dasar
3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau didengar.
2. Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca contoh teks cerpen peserta didik mampu menelaah struktur teks cerpen dengan tepat.

3. Materi Ajar
Di samping memiliki unsur pembangun, teks cerita pendek juga memiliki struktur yang pada hakikatnya
merupakan penataan dari unsur-unsur intrinsik yang termuat dalam teks tersebut seperti tema, latar, alur, dan amanat,
sebagaimana teks narasi sejenisnya yang juga memiliki struktur. Namun sedikit yang membedakan struktur teks cerpen
dengan struktur teks narasi lainnya adalah struktur teks cerpen urutannya tidak selalu runtut. Adakalanya cerpen di awali
dengan komplikasi kemudian orientasi baru terakhir Resolusi, tergantung pada kreatifitas pengarangnya. Hanya saja yang
perlu ananda ingat bahwa struktur ideal cerita pendek adalah sebagai berikut:
1. Orientasi
Penentuan peristiwa, menciptakan gambaran visual latar, atmosfer, dan waktu kisah. Pengenalan karakter dan arah
menuju komplikasi.
2. Rangkaian Peristiwa
Kisah berlanjut melalui serangkaian peristiwa tak terduga.
3. Komplikasi
Cerita bergerak seputar konflik atau masalah yang memengaruhi latar waktu dan karakter. Tokoh utama mengarah
ke solusi.
4. Resolusi
Solusi untuk masalah atau tantangan dicapai berhasil. Cara pengarang mengakhiri cerita.

Contoh:
Unsur Teks Cerpen
Latar Tempat KETIKA JANJI BATAL TERUS
(Sylvana Toemon)
“Ini benar-benar mencurigakan,” pikir Kezia. Ia datang ke sekolah dan mendapati dua
sahabatnya, Marni dan Amelia, sedang asyik bercakap-cakap dengan Iin. Ini sudah terjadi tiga hari
berturut-turut.
“Kita, kan, tiga sekawan. Kenapa, sih, si Iin selalu ngobrol dengan kalian?” tanya Kezia
ingin tahu.
“Dia juga datang ke sekolah pagi-pagi, sama seperti aku dan Amelia. Kadi, ya kami ajak
bergabung aja,” jawab Marni. “Kamu, kan selalu datang siang, menjelang bel berbunyi,”
sambungnya lagi.
“Iya, aku selalu bangun kesiangan. Jadi sampai sekolah juga siang,” sahut Kezia.
Latar Waktu “Datangnya lebih pagi, dong. Supaya kita bisa ngobrol sebelum sekolah mulai,” saran
Amelia.
………pagi hari
“Ini benar-benar mencurigakan,” pikir Kezia. Ia datang ke sekolah dan mendapati dua
sahabatnya, Marni dan Amelia, sedang asyik bercakap-cakap dengan Iin. Ini sudah terjadi tiga hari
berturut-turut.
“Kita, kan, tiga sekawan. Kenapa, sih, si Iin selalu ngobrol dengan kalian?” tanya Kezia
ingin tahu.
“Dia juga datang ke sekolah pagi-pagi, sama seperti aku dan Amelia. Kadi, ya kami ajak
bergabung aja,” jawab Marni. “Kamu, kan selalu datang siang, menjelang bel berbunyi,”
sambungnya lagi.
“Iya, aku selalu bangun kesiangan. Jadi sampai sekolah juga siang,” sahut Kezia.
“Datangnya lebih pagi, dong. Supaya kita bisa ngobrol sebelum sekolah mulai,” saran
Amelia.
Kezia berusaha datang lebih pagi, tetapi ternyata susah. Suatu hari, Marni dan Amalia
mengajak Kezia belajar bersama di rumah Amelia, tetapi Kezia tidak bisa datang.
“Maaf, ya, supir tidak bisa mengantarku,” begitu alasan Kezia.
Komplikasi Lain hari, kedua sahabatnya mengajak Kezia menengok Susi, yang sedang sakit tipus.
Mereka membuat janji untuk bertemu pukul 5 sore di rumah marni karena letaknya paling dekat
dengan rumah sakit. Pada pukul 4 sore, Kezia membatalkan janji karena mau berenang dengan
sepupunya. Kejadian membatalkan janji itu terus berulang.
Suatu hari, Kezia mengajak Marni dan Amelia untuk makan es krim di toko yang baru buka.
“Es krimnya ada macam-macam, lo. Dan ada bonus selama seminggu ini. Beli satu dapat
gratis satu. Jadi, kita beli dua saja dan kita mendapat empat,” kata Kezia. Ia sudah membayangkan
lezatnya es krim cokelat.
Marni dan Amelia bertukar pandang.
“Maaf, ya, Kezia. Aku tidak bisa. Lain kali saja, ya,” Marni menolak.
“Iya, soalnya aku sudah janji. Tidak enak membatalkan janji, kan?” kata Amelia.
Kezia terdiam. Ia ingat dirinya sendiri yang suka membatalkan janji.
“Kalau perginya nanti, es krimnya sudah enggak diskon. Sudahlah. Aku akan pergi dengan
adikku saja,” kata Kezia kurang senang.
Sore itu, Kezia dan adiknya pergi ke toko es krim. Sementara Marni bersama dengan
Amelia dan Iin ke toko buku.
“Di sebelah toko buku ada toko es krim baru buka. Yuk, kita coba. Tadi kulihat
spanduknya, beli satu dapat satu gratis,” kata Amelia.
“Ooo, itu rupanya toko es krim yang dikatakan Kezia tadi pagi,” kat Marni.
“Ehh, tetapi kalau bertemu Kezia di sana jadi tidak enak. Tadi dia mengajak kita ke toko es
krim, kit atidak mau. Sekarang kita malah pergi ke sana,” kata Amelia.
“Ah, jangan dipikirkan. Dia, kan, tukang membatalkan janji. Aku tidak yakin ia ada di toko
es krim,” sahut Marni.
Marni, Ameli, dan Iin masuk ke toko es krim. Baru saja masuk, mereka sangat terkejut
melihat Kezia dan adiknya ada di meja sebelah.
“Hai, es krimnya enak, ya? Kami dari toko buku sebelah. Sebenarnya Marni dan Amelia
tidak berniat ke sini tetapi aku yang mengajak mereka,” kata Iin menjelaskan kepada Kezia.
“Ooo, kalian ke toko buku? Kok, tidak mengajakku?” tanya Kezia dengan nada jengkel dan
kecewa.
“Maaf, Kezia. Kamu sering membatalkan janji, sih. Jadi aku malas berjanji denganmu,”
jawab Marni.
“Lain kali kami akan mengajakmu tetapi buang dulu kebiasaan burukmu yang suka
membatalkan janji,” kata Amelia tegas.
“Yuk, kita pesan es krimnya,” ajak Iin.
Resolusi Tiba-tiba Kezia merasa es krim yang dimakannya berkurang kelezatannya. Ternyata
kebiasaannya membatalkan janji dapat membuatnya kehilangan sahabat. Tampaknya Marni dan
Amelia sudah membentuk persahabatan baru dengan Iin. Iin bisa datang ke sekolah pagi-pagi.
Mereka bisa pergi bersama tanpa khawatir ada yang membatalkan janji melulu.
“Kalau masih mau berteman dengan Amelia dan Marni, aku harus membuang kebiasaan burukku,”
gumam Kezia. Pikiran itu membuatnya sedikit lega.

4.Evaluasi
Untuk meningkatkan pemahaman Ananda mengenai simpulan teks cerpen, kerjakanlah latihan berikut ini!
Perhatikan Teks Cerita Pendek di bawah ini!
Jeritan yang Tersampaikan
Karya Andra Gresantina
Tes…
Bulir airmata jatuh begitu saja mengenai pipi gadis cantik itu. Perkataan orang yang dihadapannya sungguh
membuatnya terperanjat kaget. Dia melangkah mundur seraya membekap mulutnya tak percya. Hingga kemudian, gadis itu
sudah terduduk di lantai. Seakan-akan tidak mempunyai tenaga lagi untuk berdiri.
“Green, ini bukan akhir dari semuanya,” Rena ikut-ikutan duduk di samping Green. Ia merangkul sahabatnya itu
dengan erat.
“Mana pernah aku mendapatkan nilai serendah itu, Rena. Nilaiku biasanya tertinggi di antara semuanya,” ucap
Green frustasi.
“Iya, aku tau Green. Semua orang pun tau kalau kamu murid terpintar di sekolah ini,”
“Tapi kenapa nilai tryoutku terendah kali ini?” Green masih menuntut penjelasan dari Rena. Padahal sahabatnya itu
sama sekali tidak tau, kenapa nilainya bisa menurun sebegitu drastisnya. Akan tetapi, Rena tidak protes dengan perkataan
Green yang terlihat lebih memojokkannya itu. Kalau seandainya, dia yang di posisi Green saat ini. Pastilah dia akan berbuat
demikian pula
“Apa kamu sedang ada masalah dengan Mamamu?” pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Rena. Dan
pertanyaan itu sukses membuat tangis Green terhenti. Yang kemudian tergantikan tatapan tak percayaa dari gadis itu. Apa
mungkin gara-gara itu? tanya Green kepada dirinya sendiri.
Pertengkarannya dengan Mamanya beberapa minggu yang lalu kembali berputar di dalam ingatannya. Pertengkaran
yang membuat Papanya marah besar karena ketidak-sopanannya itu. Tanpa pernah mau tau apa penyebab dari pertengkaran
mereka. Itulah Papanya, selalu saja mempercayai perkataan Mamanya. Yang terkadang terdengar lebih memojokkannya.
Seolah-olah memang dia yang memicu pertengkaran itu.
“Untuk apa kamu menyesali nilaimu yang kecil itu Green. Toh, tanpa nilai yang tinggi pun kamu bisa kuliah di
universitas manapun yang kamu mau. Zaman sekarang apa yang tidak bisa dibeli dengan uang,” ucap Tante Mera seperti
biasa, tidak pernah ambil pusing akan suatu masalah. Green yang ada di hadapan Mamanya, memalingkan wajahnya
lantaran kesal. Cengkraman tangannya di sofa semakin kuat, takut kalau nantinya emosinya akan meledak.
“Kamu tidak terima dengan perkataan Mama?” Tante Mera kembali bersuara. Namun kali ini terdengar ketus.
Amarah Green yang memang sudah sampai ke ubun-ubun, tidak bisa lagi ditahannya sewaktu mendengar ucapan Mamanya.
“Aku selama ini selalu diam, Ma. Setiap kali Mama merendahkanku seperti itu,” suara Green masih terdengar wajar,
“Tapi kalau aku boleh jujur, aku memng tidak terima dengan perkataan Mama barusan. Mama selalu saja mengandalkan
segala sesuatu dengan uang. Iya sekarang, kelurga kita masih diberi uang yang banyak. Nantinya? kita tidak pernah tau apa
yang terjadi,”
“Kamu masih bocah ingusan. Tidak sepantasnya kamu menasehati Mama seperti itu.
“Aku memang bocah ingusan. Akan tetapi, pikiranku tidak pernah sekolot Mama,” suara Green mulai meninggi.
Tante Mera yang mendengar itu spontan terdiam. Ternyata anak semata wayangnya itu sudah berani membentaknya. Belum
sempat Tante Mera berkata, Green sudah lebih dahulu mengambil alih pembicaraan.
“Cukup, Ma. Jangan katakan apa-apa lagi. Mulai sekarang aku akan memulai semuanya sendiri. Tentunya tanpa
dukungan Papa dan Mama,”
Apa yang dikatakan Green kepada Mamanya, bukanlah omongan belaka. Dia membuktikan semuanya di tryout
selanjutnya. Meskipun nilainya tidak sebagus dulu, tapi setidaknya dia tidak berada di peringkat terakhir lagi. Namanya naik
sepuluh tingkat. Semenjak kejadian itu semangat belajarnya semakin kuat. Tak lupa juga di dalam shalatnya, Green
menyelipkan sepotong doa untuk keberhasilan ujian nasionalnya nanti.
Hari yang ditunggu-tunggu Green tiba. Saatnya penerimaan kelulusan. Ia berharap kali ini, ia yang menjadi juara
pertama seperti tahun-tahun sebelumnya. Untuk usaha dan doa, dia merasa sudah sempurna. Jadi sekarang, hanya
menunggu hasilnya saja.
“Green, kamu berhasil. Kamu menjadi juara pertama,” teriak Rena dari kejauhan. Perkataan sahabatnya itu, membuat
Green menghentikan langkahnya. Ia memang terlambat dataag, dikarenakan terjebak macet di jalan. Makanya, dia tidak
sempat mendengar peraih juara ujian nasional kali ini. Saat sadar dengan apa yang diucapkan oleh Rena, gadis itu langsung
memeluk sahabatnya itu. Mereka berteriak penuh kegirangan.
Dari kejauhan, Tante Mera memperhatikan kebahagiaan anak gadisnya itu. Diam-diam beliau tersenyum. Apa yang
dikatakan Green memang benar adanya, segala sesuatu itu tidak harus dibeli dengan uang. Dimulai sejak hari itu, Tante
Mera tidak lagi berpikiran kolot seperti yang dikatakan Green.
Simpulkanlah teks cerpen di atas berdasarkan tabel berikut!
No Unsur Kutipan Cerpen Simpulan dan Bukti
1 Latar tempat……………..
2 Latar Waktu ………………
3 Latar Sudut Pandang ……………..
4 Karakter Tokoh
1. ….…………………
2. ….…………………
3. dst
5 Alur….…………
Catatan :
1. Kerjakan dalam kertas dobelfolio serta tulis nama dan kelas.
2. Tugas harus dikirimkan tepat waktu, sesuai dengan jadwal mata pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Bagi yang sudah selesai fotolah tugas tersebut, kemudian silahkan kirimkan melalui WA pribadi guru.
4. Bagi yang tidak memiliki WA, tugas boleh diantarkan ke sekolah sesuai dengan jadwal.

Anda mungkin juga menyukai