Makalah Swamedikasi Farsos PDF Free
Makalah Swamedikasi Farsos PDF Free
SWAMEDIKASI
Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI
NASIONAL JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, yang atas rahmat-nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Farmasi Sosial di Institut Sains dan Teknologi Nasional
Jakarta. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak- pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................2
C. TUJUAN MASALAH.......................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1. Definisi Swamedikasi......................................................................................................3
2.2. Faktor yang Melatarbelakangi Swamedikasi...................................................................4
2.3. Kriteria Penggunaan Obat Swamedikasi.........................................................................4
2.4. Jenis Obat yang Digunakan dalam Swamedikasi............................................................6
2.5. Jenis Penyakit yang Ditangani dengan Swamedikasi......................................................7
2.6.Keuntungan & Kerugian Swamedikasi..........................................................................19
BAB III....................................................................................................................................20
PENUTUP...............................................................................................................................20
A. Kesimpulan......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Swamedikasi merupakan salah satu elemen penting dalam usaha peningkatan
kesehatan masyarakat. Definisi swamedikasi menurut Departemen Kesehatan (Depkes)
(1993) adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala penyakit tanpa konsultasi dengan
dokter terlebih dahulu. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk
meningkatkan keterjangkauan pengobatan, dan biasanya dilakukan untuk mengatasi
keluhankeluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri,
pusing, batuk, influenza, sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit, dan lain-lain (Muchid
dkk., 2006).
Swamedikasi yang baik dan bertanggungjawab dapat memberikan banyak manfaat
bagi pasien. Selain dari efek produk obat yang digunakan pasien, pasien akan mendapatkan
ketersediaan obat dan perawatan kesehatan yang lebih luas. Peran aktif pasien dalam
perawatan kesehatannya sendiri juga akan meningkat. Secara ekonomi, petunjuk atau
guideline dari World Health Organization (WHO) tahun 2000 menyatakan bahwa
swamedikasi juga memberikan manfaat, karena dapat mengurangi biaya konsultasi medis
pasien. Maka dari itu, biaya medis pasien dapat lebih difokuskan kepada produk farmasi yang
digunakan untuk merawat kesehatannya.
Pasar produk farmasi secara keseluruhan merupakan salah satu pasar yang cukup
besar. Total pasar farmasi di Indonesia mencapai 7,6 miliar dolar 2 AS (Pharma Boardroom,
2013). Tingginya angka ini merupakan indikator bahwa bisnis farmasi merupakan salah satu
bidang yang cukup tinggi aktivitasnya. Tiga puluh delapan persen dari pasar tersebut
merupakan produk obat bebas atau Over-The-Counter (OTC) (World Bank, 2009). Banyak
sekali variasi produk obat bebas yang dapat ditemukan di Indonesia, mulai dari suplemen
makanan hingga obat untuk gejala-gejala penyakit ringan.
Berolahraga, mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi dan rendah kalori serta
membiasakan meminum air putih 8 gelas sehari merupakan contoh dari self care. Salah satu
unsur dari self care adalah self medication yang lebih dikenal dengan istilah swamedikasi
atau Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS).
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
Dalam hal ini, Apoteker dibantu oleh Asisten Apoteker dituntut untuk dapat
memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat
terhindar dari penyalahgunaan obat (Drug Abuse) dan penggunasalahan obat (Drug
Misuse), karena masyarakat cenderung hanya tahu merek dagang obat tanpa tahu zat
berkhasiatnya. Dan mendukung swamedikasi yang bertanggung jawab (Responsible
self medication) untuk menegaskan penggunaan obat bebas yang tepat oleh pasien
dengan bpengiantuan tenaga kesehatan bila diperlukan.
Sedangkan untuk obat-obat yang harus diberikan dengan resep dokter, informasi
dibatasi hanya pada cara pengunaan serta cara pemakaian obat untuk mencapai
penggunaan obat yang rasional, guna mencegah penggunaan yang tidak tepat oleh
pasien karena tanpa pengawasan oleh dokter.
2.2 Faktor Penyebab yang Melatarbelakangi Adanya Swamedikasi
Selain pengobatan sendiri atau swamedikasi, saat ini juga berkembang perawatan
sendiri atau self care. Perawatan sendiri ini lebih bersifat pencegahan terjadinya
penyakti melalui perubahan gaya hidup, pola makan, menjaga kebersihan, dan lain-lain.
b) Gaya hidup; perubahan gaya hidup membuat masyarakat semakin peduli untuk
menjaga kesehatannya daripada mengobati bila sudah terjangkit penyakit.
c) Kemudahan memperoleh produk obat; Saat ini pasien lebih suka dan nyaman
membeli obat yang bisa diperoleh dimana saja dibandingkan harus menunggu
lama di rumah sakit.
Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 1993, obat yang dapat diserahkan tanpa resep
harus memenuhi kriteria:
b) Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit
c) Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan
a. Tepat indikasi
Tepat indikasi adalah adanya kesesuaian antara diagnosis pasien dengan obat yang
diberikan.
b. Tepat obat
Tepat dosis regimen adalah pemberian obat yang tepat dosis (takaran obat), tepat
rute (cara pemberian), tepat saat (waktu pemberian), tepat interval (frekuensi) dan
tepat lama pemberian (durasi).
d. Tepat Pasien
Tepat pasien adalah obat yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien yang
meliputi umur, faktor genetik, kehamilan, alergi dan penyakit lain.
Waspada terhadap resiko efek samping yang dimiliki oleh setiap obat dan dikaitkan
pula dengan keadaan riwayat klinis pasien.
2.4 Jenis Obat yang Digunakan dalam Swamedikasi
a. Obat bebas adalah obat yang dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam (Menteri Kesehatan RI, 2007)
b. Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna merah. Tanda peringatan selalu
tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang
berwarna hitam berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan
berwarna putih sebagai berikut:
c. Obat wajib apotek adalah obat-obatan yang dapat diserahkan tanpa resep dokter,
namun harus diserahkan oleh apoteker di apotek. Terdapat daftar obat wajib
apotek yang dikeluarkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI, yang
hingga saat ini sudah ada 3 daftar obat yang diperbolehkan diserahkan tanpa resep
dokter. Peraturan mengenai daftar obat wajib apotek tercantum dalam
- Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 yang berisi
Daftar Obat Wajib Apotek No. 1.
- Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 2
- Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 3.
1. Demam
Demam bukan merupakan suatu penyakit, tetapi hanyalah merupakan gejala dari
suatu penyakit. Suhu tubuh normal adalah 37 0C, apabila suhu tubuh lebih dari 37 0C
beerarti dapat dikatakan demam. Kenaikan suhu diatas 38 0C pada anak dibawah 5
tahun dapat menyebabkan kejang hingga hilang kesadaran. Gejala demam antara lain :
kepala, leher, dan tubuh akan terasa panas sedangkan kaki dan tangan dingin dan bila
suhu meningkat cepat, tubuh akan menggigil dan merasa kedinginan. Demam
umumnya disebabkan oleh infeksi dan non infeksi. Penyebab infeksi antara lain
kuman, virus, parasit, atau mikroorganisme lain. Contoh : radang tenggorokan, cacar
air, campak, dan lain-lain. Penyebab non infeksi antara lain dehidrasi pada anak dan
lansia, alergi, stres, trauma, dan lain-lain (Depkes RI., 2007).
Penanggulangan dengan terapi non obat untuk mengatasi demam ringan dapat diatasi
dengan :
Hubungi dokter bila suhu sangat tinggi (diatas 380C), terutama pada anak-
anak.
3. Batuk
Batuk merupakan refleks yang terangsang oleh iritasi paru-paru atau saluran
pernapasan. Bila terdapat benda asing selain udara yang masuk atau merangsang
saluran pernapasan, otomatis akan batuk untuk mengeluarkan atau menghilangkan
benda tersebut. Batuk biasanya merupakan gejala infeksi saluran pernapasan atas
(misalnya batuk-pilek, flu) dimana sekresi hidung dan dahak merangsang saluran
pernapasan. Batuk juga merupakan cara untuk menjaga jalan pernapasan tetap bersih.
Ada dua jenis batuk yaitu batuk berdahak dan batuk kering. Batuk berdahak adalah
batuk yang disertai dengan keluarnya dahak dari batang tenggorokan. Batuk kering
adalah batuk yang tidak disertai keluarnya dahak.
Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain; infeksi (flu, bronkitis,
pneumonia, TBC, dan kanker paru-paru), alergi dan penyempitan saluran pernafasan.
4. Flu
Flu adalah suatu infeksi saluran pernapasan atas. Orang dengan daya tahan tubuh
yang tinggi biasanya sembuh sendiri tanpa obat. Pada anak-anak, lanjut usia dan
orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah lebih cenderung menderita komplikasi
seperti infeksi bakteri sekunder. Flu ditularkan melalui percikan udara pada saat
batuk, bersin, dan tangan yang tidak dicuci setelah kontak dengan cairan
hidung/mulut. Infeksi saluran pernafasan bagian atas disebabkan oleh virus influenza.
Obat flu hanya dapat meringankan keluhan dan gejala saja, tetapi tidak
dapat menyembuhkan. Obat flu yang diperoleh tanpa resep dokter umumnya
merupakan kombinasi dari beberapa zat berkhasiat, yaitu:
5. Gastritis
Gastritis atau yang disebut dengan sakit maag adalah peningkatan produksi asam
lambung sehingga terjadi iritasi lambung. Maag atau sakit lambung memiliki gejala
khas berupa rasa nyeri atau pedih pada ulu hati meskipun baru saja selesai makan.
Namun kalau rasa pedih hanya terjadi sebelum makan atau di waktu lapar dan hilang
setelah makan, biasanya karena produksi asam lambung berlebihan dan belum
menderita sakit maag.
Penyakit maag akut umumnya lebih mudah ditangani daripada maag kronis. Pada
maag akut biasanya belum ada gejala kerusakan yang jelas pada dinding lambung;
mungkin hanya disebabkan oleh berlebihnya produksi asam lambung sesaat atau
akibat makanan yang merangsang terlalu banyak. Sedangkan pada maag kronis
penderita bisa mengalami pembengkakan atau radang pada dinding lambung, luka
sampai perdarahan. Peningkatan produksi asam lambung dapat terjadi karena :
b) Obat-obat tertentu yang digunakan dalam jangka waktu lama (misal obat
rematik, anti inflamasi)
c) Jadwal makan yang tidak teratur
Terapi obat untuk gastritis pada pengobatan sendiri dapat diobati dengan
antasida. Antasida adalah obat yang bekerja dengan cara menetralkan asam
lambung yang berlebih, dan melindungi selaput lendir lambung. Antasida yang
beredar di pasaran biasanya terdiri dari campuran garam aluminium dan garam
magnesium agar tidak menimbulkan sembelit ataupun diare. Kandungan lain
antasida adalah simetikon, yaitu zat yang berkhasiat membantu pengeluaran
gas yang berlebih di dalam saluran cerna.
6. Diare d) Antasida tidak dianjurkan untuk penggunaan rutin atau jangka panjang
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cair lebih dari lima kali sehari biasanya
disertai dengan sakit dan kejang perut. Diare yang hanya sekali-sekali tidak berbahaya
dan biasanya sembuh sendiri. Tetapi diare yang berat bisa menyebabkan dehidrasi dan
bisa membahayakan jiwa. Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan
cairan tubuh yang dapat berakibat kematian, terutama pada anak/bayi jika tidak segera
diatasi. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat
menyebabkan kematian, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah umur lima
tahun.
Obat golongan adsorben dan obat pembentuk massa seperti Norit (karbo
adsorben), kombinasi Kaolin-Pektin dan attapulgit). Kegunaannya adalah
untuk mengurangi frekuensi buang air besar, memadatkan tinja, menyerap
racun pada penderita diare
7. Kecacingan
Adalah penyakit dimana ditemukan cacing pada usus yang dengan atau
tanpa gejala. Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu
penanganan serius terutama karena kita hidup di daerah tropis dengan banyak
penduduk yang padat. Kecacingan menyebabkan turunnya daya tahan tubuh,
terhambatnya tumbuh kembang anak, kurang gizi dan anemia karena
kekurangan zat besi.
Kehilangan nafsu makan, lemas, lelah, pusing, dan nyeri kepala, gelisah
dan sukar tidur
Menjaga kebersihan diri dengan memotong kuku, cuci tangan dengan sabun
sebelum makan, setelah buang air besar dan pada waktu mandi
Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih bahan
makanan untuk menghindari telur cacing yang mungkin ada serta biasa
memasak makanan dan minuman.
8. Biang Keringat
Adalah masalah kulit yang biasa terjadi pada cuaca panas dan lembab,
tetapi tidak berbahaya. Penyebabnya adalah kontak langsung yang lama
dengan kulit dan kotoran. Gejala yang timbul antara lain timbul bintil halus
kemerahan terutama pada daerah lipatan tubuh seperti leher, siku tangan, paha,
lipatan kulit bayi disertai dengan gatal. Hal yang dapat dilakukan :
Tidak menggaruk daerah yang gatal untuk mencegah infeksi dan luka pada
kulit
Obat yang dapat digunakan dengan Salisilat talc dan sediaan yang
mengandung kalamin baik dalam bentuk bedak maupun lotio.
9. Jerawat
Adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia
remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak
minyak, sehingga menyumbat kelenjar oleh keratin pada kulit. Bila terkena
infeksi maka akan bernanah. Keadaan ini tidak berbahaya dan cenderung
diturunkan. Tetapi pada beberapa orang menjadi kasus berat dan sampai saat
ini belum ada pengobatan yang tuntas. Gejala yang timbul antara lain bintik
merah menonjol dan sakit kadang berisi nanah pada wajah, leher, kulit kepala,
punggung dan dada, serta bintik putih atau hitam yang menonjol dan tidak
sakit.
Hal yang dapat dilakukan adalah menjaga kulit tetap bersih dan jangan
memencet atau menusuki jerawat agar tidak terjadi luka parut.
Kadas atau kurap adalah suatu infeksi jamur pada kulit yang biasa
mengenai semua bagian kulit tetapi biasanya ditemukan pada kulit kepala,
kuku, daerah lipatan kulit. Sedangkan panu merupakan suatu infeksi jamur
pada kulit meskipun tidak memberikan keluhan yang berarti, ditandai
munculnya bercak putih dan bersisik halus hingga kecoklatan didaerah seluruh
tubuh. Penyebabnya adalah infeksi kulit oleh jamur seperti kurap : Tinea
capitis pada kepala, Tinea corporis pada tubuh, Tinea ensis pada lipatan paha
dan Tinea pedis pada kaki; sedangkan panu penyebabnya adalah Tinea color.
11. Ketombe
Resorcinol dalam bentuk salep dengan kadar 1-2% dan lotion (cairan),
digunakan sebagai antibakteri, anti jamur, anti iritan lokal dan keratolitik.
12. Kudis
Sediaan mengandung Lindane 1% dan Asam Usnat 1%, dalam bentuk salep
untuk mengurangi gejala kudis.
13. Kutil
Adalah jaringan yang tumbuh disebabkan oleh virus dan dapat tumbuh
dimana saja. Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki.
Bukan penyakti berbahaya tapi cukup mengganggu, bahkan ada yang berubah
menjadi gana. Penyebabnya adalah infeksi virus pada sel kulit menyebabkan
sel tersebut tumbuh dengan cepat dan menonjol. Kutil dapat disebarkan
melalui kontak langsung dan berulang. Gejala yang timbul antara lain : adanya
penebalan jaringan kulit, permukaan tidak rata, bila daerah kaki terasa sakit
bila tertekan atau berjalan. Komplikasinya dapat menyebar ke bagian kulit lain
seperti jari tangan, siku, lutut, dan alat kelamin.
Obat mengandung Asam Salisilat 2 gram, Asam Laktat 0,5 gram dan
Polidokanol 0,2 gram digunakan untuk penebalan kulit yang mengeras di
jari
– jari kulit, kutil, mata ikan dan kapalan. Perlu diperhatikan tidak mengenai
kulit yang sehat, mata dan mulut. Jangan dioleskan pada tanda lahir, kulit
yang berambut, kulit di bawah kemaluan atau di muka. Pemakaian
dioleskan 1 tetes pada pagi dan malam hari.
Asam Salisilat karena memiliki efek keratolitik. Pemakaian dioleskan 1
tetes 2 kali sehari.
Adalah cedera pada jaringan kulit yang disebabkan oleh api (panas kering)
ataupun oleh cairan panas (panas basah). Derajat rasa sakit tidak berhubungan
dengan derajat cedera. Luka bakar dilapisan permukaan kulit mungkin lebih
terasa sangat sakit dibandingkan luka bakar dalam karena kemungkinan ujung
saraf sudah rusak. Lokasi dan luas bagian kulit yang terbakar sangat penting
untuk menentukan apakah luka bakar harus dirawat dokter atau tidak.
Luka bakar kering disebabkan oleh api, gas panas, (menghisap asap
sehingga tenggorokan dan paru-paru terbakar, benda panas, gesekan,
senyawa kimia, listrik termasuk sambaran petir atau paparan radiasi.
Luka bakar basah disebabkan oleh cairan panas dan uap panas
Gejala-gejala yang timbul tergantung pada derajat kegawatan luka bakar antara lain :
Luka bakar sedang : kulit melepuh, terkelupas, bengkak dan sangat kesakitan
Luka bakar dalam : kulit berwarna putih dan seperti lilin atau hitam dan
hangus serta tidak terasa sakit
Segera celupkan luka bakar dalam air dingin atau dibawah aliran air selama
15 menit atau sampai kering sesering mungkin.
Luka bakar tidak perlu dibalut dan jangan diolesi dengan berbagai macam
bahan seperti mentega atau kecap
Luka bakar sedang yang luasnya lebih besar dari telapak tangan
Renjatan/ shock (pucat, keringat dingin, kulit lembab, ritme napas dan
nadi cepat, mengantuk atau pingsan)
Menghisap asap
Obat yang mengandung Perak Sulfadiazin dalam bentuk krim atau salep,
digunakan 2 kali sehari atau sesering mungkin bila diperlukan dan ditutup
dengan perban. Tetapi obat ini tidak boleh diberikan pada bayi prematur,
bayi yang baru lahir maupun ibu yang sedang hamil.
Obat yang mengandung Oleum Iecoris Asseli (Minyak Ikan) dalam bentuk
salep 10%, untuk membantu penyembuhan luka bakar digunakan 2 sampai
3 kali sehari tetapi tidak boleh dipakai pada luka bakar yang sudah
mengalami infeksi.
Luka iris adalah luka karena benda tajam dengan pinggir – pinggir luka yang rapi,
sedangkan luka serut (gesek atau aberasi) adalah suatu cedera pada permukaan
kulit. Kedua jenis luka ini banyak terjadi dan tidak berbahaya sehingga dapat
dirawat sendiri di rumah. Penyebabnya adalah benda tajam maupun benda dengan
permukaan kasar yang bergesekan dengan kulit. Gejala yang terjadi antara lain
sobekan pada kulit sampai pendarahan baik sedikit maupun sedang dan
menyebabkan sakit atau nyeri. Komplikasi dapat terjadi apabila luka terbuka,
banyak pendarahan, dan infeksi bakteri (ditandai dengan demam, radang dan
pembentukan nanah.
2.6 Keuntungan dan Kerugian Swamedikasi
Menurut Anief (1997) kelebihan dari tindakan swamedikasi adalah lebih mudah,
cepat, tidak membebani pelayanan kesehatan dan dapat dilakukan oleh diri sendiri.
Selain itu dapat menghemat biaya ke dokter, menghemat waktu dan segera dapat
beraktivitas kembali. Kelebihan lainnya menurut Supardi dkk (2005) meliputi aman
apabila digunakan sesuai dengan petunjuk (efek samping dapat diperkirakan), efektif
untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit yang bersifat self limiting, sembuh
sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan, biaya pembelian obat relatif lebih murah
daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu menggunakan
fasilitas atau profesi kesehatan, kepuasan karena ikut berperan serta dalam sistem
pelayanan kesehatan, menghindari rasa malu atau stres apabila harus menampakkan
bagian tubuh tertentu di hadapan tenaga kesehatan, dan membantu pemerintah untuk
mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kesehatan pada masyarakat.
Namun kekurangan dan resiko dalam swamedikasi antara lain, obat dapat
membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan
biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan kecil dapat timbul
reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya sensitifitas, efek samping atau resistensi,
penggunaan obat yang salah akibat salah diagnosis dan pemilihan obat dipengaruhi oleh
pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya (Supardi dkk,
2005). Selain itu dampak negatif swamedikasi adalah masyarakat keyakinan
pengobatan swamedikasi dapat dilakukan untuk setiap penyakit.
Menurut Ruiz (2010) terdapat potensi resiko dalam swamedikasi antara lain kesalahan
dalam diagnosis diri (self-diagnosis), penundaan dalam mencari nasihat medis ketika
kondisi diri telah berada pada status parah dan merugikan, interaksi obat yang
berbahaya, salah cara penggunaan obat, kesalahan dosis obat, pemilihan obat yang
tidak tepat, adanya penyakit berat yang tertutupi (masking of a severe disease), resiko
ketergantungan dan penyalahgunaan obat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Swamedikasi juga berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-
obatan sederhana yang dibeli bebas di apotek atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa
nasehat dokter Swamedikasi dilakukan masyarakat untuk mengatasi gejala penyakit ringan
yang dapat dikenali sendiri
Dipiro, J., Walbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Weels, B.G., Posey, L.M., 2011. Pharmacothrrapy
a Pathophysiologic Approach 8th ed. Mc Graw Hill Companies.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Supardi, S., Sampurno,
O.D., Notosiswoyo, M., 2004. Pengaruh Penyuluhan Obat Terhadap Peningkatan Perilaku Pengobatan
Sendiri Yang Sesuai Dengan Aturan. Buletin Penelitian Kesehatan Volume 32 nomer 4 page 178-187.
Jakarta: Depkes RI.
http://www.mipa-farmasi.com/2016/05/swamedikasi.html