Anda di halaman 1dari 26

TUGAS FARMASI SOSIAL

SWAMEDIKASI

Disusun oleh :

1. Chintya Rahmadhani (16330007)


2. Gregorius Yudhistira (16330025)
3. Nurul Ramadhani (16330027)
4. Rafa Kamilah (16330036)
5. Lengkawati Risnaputri (16330038)

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI
NASIONAL JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, yang atas rahmat-nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Farmasi Sosial di Institut Sains dan Teknologi Nasional
Jakarta. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak- pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Jakarta, November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................2
C. TUJUAN MASALAH.......................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1. Definisi Swamedikasi......................................................................................................3
2.2. Faktor yang Melatarbelakangi Swamedikasi...................................................................4
2.3. Kriteria Penggunaan Obat Swamedikasi.........................................................................4
2.4. Jenis Obat yang Digunakan dalam Swamedikasi............................................................6
2.5. Jenis Penyakit yang Ditangani dengan Swamedikasi......................................................7
2.6.Keuntungan & Kerugian Swamedikasi..........................................................................19
BAB III....................................................................................................................................20
PENUTUP...............................................................................................................................20
A. Kesimpulan......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Swamedikasi merupakan salah satu elemen penting dalam usaha peningkatan
kesehatan masyarakat. Definisi swamedikasi menurut Departemen Kesehatan (Depkes)
(1993) adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala penyakit tanpa konsultasi dengan
dokter terlebih dahulu. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk
meningkatkan keterjangkauan pengobatan, dan biasanya dilakukan untuk mengatasi
keluhankeluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri,
pusing, batuk, influenza, sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit, dan lain-lain (Muchid
dkk., 2006).
Swamedikasi yang baik dan bertanggungjawab dapat memberikan banyak manfaat
bagi pasien. Selain dari efek produk obat yang digunakan pasien, pasien akan mendapatkan
ketersediaan obat dan perawatan kesehatan yang lebih luas. Peran aktif pasien dalam
perawatan kesehatannya sendiri juga akan meningkat. Secara ekonomi, petunjuk atau
guideline dari World Health Organization (WHO) tahun 2000 menyatakan bahwa
swamedikasi juga memberikan manfaat, karena dapat mengurangi biaya konsultasi medis
pasien. Maka dari itu, biaya medis pasien dapat lebih difokuskan kepada produk farmasi yang
digunakan untuk merawat kesehatannya.
Pasar produk farmasi secara keseluruhan merupakan salah satu pasar yang cukup
besar. Total pasar farmasi di Indonesia mencapai 7,6 miliar dolar 2 AS (Pharma Boardroom,
2013). Tingginya angka ini merupakan indikator bahwa bisnis farmasi merupakan salah satu
bidang yang cukup tinggi aktivitasnya. Tiga puluh delapan persen dari pasar tersebut
merupakan produk obat bebas atau Over-The-Counter (OTC) (World Bank, 2009). Banyak
sekali variasi produk obat bebas yang dapat ditemukan di Indonesia, mulai dari suplemen
makanan hingga obat untuk gejala-gejala penyakit ringan.
Berolahraga, mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi dan rendah kalori serta
membiasakan meminum air putih 8 gelas sehari merupakan contoh dari self care. Salah satu
unsur dari self care adalah self medication yang lebih dikenal dengan istilah swamedikasi
atau Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS).

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Swamedikasi?


2. Apa faktor penyebab yang melatarbelakangi adanya Swamedikasi?
3. Kriteria penggunaan obat Swamedikasi?
4. Jenis obat yang digunakan dalam Swamedikasi?
5. Jenis Penyakit yang ditangani dengan Swamedikasi?
6. Apa keuntungan dan kerugian dari Swamedikasi?

C. TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui apa itu Swamedikasi


2. Mengetahui faktor penyebab yang melatarbelakangi adanya Swamedikasi
3. Mengetahui kriteria penggunaan obat Swamedikasi
4. Mengetahui jenis obat yang digunakan dalam Swamedikasi
5. Mengetahui jenis penyakit yang ditangani dengan Swamedikasi
6. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari Swamedikasi
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Definisi Swamedikasi

Pengobatan sendiri atau swamedikasi merupakan kegiatan pemilihan dan


penggunaan obat modern, herbal dan obat tradisional oleh seseorang individu untuk
mengatasi penyakit dan gejala penyakit yang dialaminya. Menurut Departemen
Kesehatan RI (1993) swamedikasi didefinisikan sebagai upaya seseorang dalam
mengobati gejala penyakit tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Swamedikasi juga berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-
obatan sederhana yang dibeli bebas di apotek atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa
nasehat dokter (Tan & Rahardja, 2010).

Swamedikasi menjadi alternatif bagi masyarakat untuk meningkatkan


keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber
terjadi kesalahan pengobatan (Medication Error), karena keterbatasan pengetahuan
masayrakat akan obat dan penggunaannya.

Dalam hal ini, Apoteker dibantu oleh Asisten Apoteker dituntut untuk dapat
memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat
terhindar dari penyalahgunaan obat (Drug Abuse) dan penggunasalahan obat (Drug
Misuse), karena masyarakat cenderung hanya tahu merek dagang obat tanpa tahu zat
berkhasiatnya. Dan mendukung swamedikasi yang bertanggung jawab (Responsible
self medication) untuk menegaskan penggunaan obat bebas yang tepat oleh pasien
dengan bpengiantuan tenaga kesehatan bila diperlukan.

Sedangkan untuk obat-obat yang harus diberikan dengan resep dokter, informasi
dibatasi hanya pada cara pengunaan serta cara pemakaian obat untuk mencapai
penggunaan obat yang rasional, guna mencegah penggunaan yang tidak tepat oleh
pasien karena tanpa pengawasan oleh dokter.
2.2 Faktor Penyebab yang Melatarbelakangi Adanya Swamedikasi
Selain pengobatan sendiri atau swamedikasi, saat ini juga berkembang perawatan
sendiri atau self care. Perawatan sendiri ini lebih bersifat pencegahan terjadinya
penyakti melalui perubahan gaya hidup, pola makan, menjaga kebersihan, dan lain-lain.

Peningkatan kesadaran untuk swamedikasi diakibatkan oleh beberapa faktor


dibawah ini :

a) Faktor sosial ekonomi; eningkatkan tingkat sosial masyarakat menyebabkan


tingkat ketertarikan masyarakat pada masalah kesehatan semakin tinggi,
sehingga terjadi peningkatan pengambilan keputusan dalam pemilihan
pengobatan sendiri.

b) Gaya hidup; perubahan gaya hidup membuat masyarakat semakin peduli untuk
menjaga kesehatannya daripada mengobati bila sudah terjangkit penyakit.

c) Kemudahan memperoleh produk obat; Saat ini pasien lebih suka dan nyaman
membeli obat yang bisa diperoleh dimana saja dibandingkan harus menunggu
lama di rumah sakit.

d) Faktor kesehatan lingkungan; adanya peningkatan sanitasi yang baik, nutrisi


yang tepat serta lingkunagn perumahan yang sehat serta meningkatnya
kemampuan masyrakat untuk dapat menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya
penyakit.

2.3 Kriteria Penggunaan Obat Swamedikasi

Dasar hukum swamedikasi adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 919/MENKES/PER/X/1993 tentang Kriteria Obat Yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep. Resep yang dimaksud adalah permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi dan dokter hewan kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 1993, obat yang dapat diserahkan tanpa resep
harus memenuhi kriteria:

a) Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah


usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun

b) Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit
c) Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan

d) Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia

e) Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat


dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Pada tindakan pengobatan sendiri atau swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat


yang rasional. Menurut WHO (1985) pengobatan yang rasional adalah bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat
dengan harga yang paling murah untuk pasien dan masyarakat. Secara praktis
penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria, tepat diagnosis, tepat
indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat interval
waktu pemberian, tepat lama pemberian, waspada terhadap efek samping, tepat
penilaian kondisi pasien, tepat informasi, tepat tindak lanjut (follow up), tepat
penyerahan obat (dispensing) (Menteri Kesehatan RI, 2011).

a. Tepat indikasi

Tepat indikasi adalah adanya kesesuaian antara diagnosis pasien dengan obat yang
diberikan.

b. Tepat obat

Tepat obat adalah pemilihan obat dengan memperhatikan efektivitas, kemanan,


rasionalitas dan murah, Tepat obat meliputi ketepatan kelas terapi dan jenis terapi,
kemanfaatan, kemudahan mendapatkan.

c. Tepat dosis regimen

Tepat dosis regimen adalah pemberian obat yang tepat dosis (takaran obat), tepat
rute (cara pemberian), tepat saat (waktu pemberian), tepat interval (frekuensi) dan
tepat lama pemberian (durasi).

d. Tepat Pasien

Tepat pasien adalah obat yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien yang
meliputi umur, faktor genetik, kehamilan, alergi dan penyakit lain.

e. Waspada Efek Samping

Waspada terhadap resiko efek samping yang dimiliki oleh setiap obat dan dikaitkan
pula dengan keadaan riwayat klinis pasien.
2.4 Jenis Obat yang Digunakan dalam Swamedikasi

Obat-obat yang dapat digunakan dalam swamedikasi meliputi obat-obat yang


dapat diserahkan tanpa resep, obat tersebut meliputi obat bebas (OB), obat bebas
terbatas (OBT) dan obat wajib apotek (OWA) (Depkes RI, 2008).

a. Obat bebas adalah obat yang dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam (Menteri Kesehatan RI, 2007)
b. Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna merah. Tanda peringatan selalu
tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang
berwarna hitam berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan
berwarna putih sebagai berikut:

(Menteri Kesehatan RI, 2007)

c. Obat wajib apotek adalah obat-obatan yang dapat diserahkan tanpa resep dokter,
namun harus diserahkan oleh apoteker di apotek. Terdapat daftar obat wajib
apotek yang dikeluarkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI, yang
hingga saat ini sudah ada 3 daftar obat yang diperbolehkan diserahkan tanpa resep
dokter. Peraturan mengenai daftar obat wajib apotek tercantum dalam
- Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 yang berisi
Daftar Obat Wajib Apotek No. 1.
- Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 2
- Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 3.

2.5 Jenis Penyakit yang ditangani dengan Swamedikasi

Berdasarkan beberapa penelitian, penyakit-penyakit yang paling sering diobati


secara swamedikasi, antara lain demam, batuk, flu, nyeri, diare, dan gastritis

1. Demam

Demam bukan merupakan suatu penyakit, tetapi hanyalah merupakan gejala dari
suatu penyakit. Suhu tubuh normal adalah 37 0C, apabila suhu tubuh lebih dari 37 0C
beerarti dapat dikatakan demam. Kenaikan suhu diatas 38 0C pada anak dibawah 5
tahun dapat menyebabkan kejang hingga hilang kesadaran. Gejala demam antara lain :
kepala, leher, dan tubuh akan terasa panas sedangkan kaki dan tangan dingin dan bila
suhu meningkat cepat, tubuh akan menggigil dan merasa kedinginan. Demam
umumnya disebabkan oleh infeksi dan non infeksi. Penyebab infeksi antara lain
kuman, virus, parasit, atau mikroorganisme lain. Contoh : radang tenggorokan, cacar
air, campak, dan lain-lain. Penyebab non infeksi antara lain dehidrasi pada anak dan
lansia, alergi, stres, trauma, dan lain-lain (Depkes RI., 2007).

 Penanggulangan dengan terapi non obat untuk mengatasi demam ringan dapat diatasi
dengan :

 Istirahat yang cukup,

 Usahakan makan seperti biasa meskipun nafsu makan berkurang dan


minum banyak air,

 Periksa suhu tubuh setiap 4 jam,

 Kompres dengan air hangat, dan

 Hubungi dokter bila suhu sangat tinggi (diatas 380C), terutama pada anak-
anak.

Terapi obat yaitu dengan menggunakan obat penurun panas (antipiretik)


dan hanya dianjurkan digunakan jika dengan cara terapi non obat demam tidak
dapat diatasi. Obat penurun panas (antipiretik) yang dapat digunakan adalah
Parasetamol (Asetaminofen), Asetosal (Aspirin), dan Ibuprofen (Golongan
AINS).
2. Nyeri

Nyeri merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguan-gangguan di


tubuh seperti peradangan, infeksi dan kejang otot. Contoh : nyeri karena sakit kepala,
nyeri haid, nyeri otot, nyeri karena sakit gigi, dan lain-lain. Obat nyeri adalah obat
yang mengurangi nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri disebabkan oleh
rangsangan pada ujung syaraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma akibat benda tajam, benda tumpul, bahan kimia, dan lain-lain serta proses
infeksi atau peradangan.

 Penanggulangan dengan terapi non obat adalah :

 Tetap aktif fokuskan pada pekerjaan anda

 Kompres hangat pada nyeri otot

 Gunakan obat penghilang nyeri (analgetika)

 Bila nyeri berlanjut hubungi dokter


Obat yang dapat digunakan adalah
:

 Analgetika atau Antipiretika : Parasetamol dan Asetosal

 Golongan AINS : Ibuprofen

3. Batuk

Batuk merupakan refleks yang terangsang oleh iritasi paru-paru atau saluran
pernapasan. Bila terdapat benda asing selain udara yang masuk atau merangsang
saluran pernapasan, otomatis akan batuk untuk mengeluarkan atau menghilangkan
benda tersebut. Batuk biasanya merupakan gejala infeksi saluran pernapasan atas
(misalnya batuk-pilek, flu) dimana sekresi hidung dan dahak merangsang saluran
pernapasan. Batuk juga merupakan cara untuk menjaga jalan pernapasan tetap bersih.
Ada dua jenis batuk yaitu batuk berdahak dan batuk kering. Batuk berdahak adalah
batuk yang disertai dengan keluarnya dahak dari batang tenggorokan. Batuk kering
adalah batuk yang tidak disertai keluarnya dahak.

Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain; infeksi (flu, bronkitis,
pneumonia, TBC, dan kanker paru-paru), alergi dan penyempitan saluran pernafasan.

 Penanggulangan dengan terapi non obat adalah:

 Minum banyak cairan (air atau sari buah) akan menolong


membersihkan tenggorokan, jangan minum soda atau kopi.

 Hentikan kebiasaan merokok


 Hindari makanan yang merangsang tenggorokan (makanan dingin atau
berminyak) dan udara malam.
 Madu dan tablet hisap pelega tenggorokan dapat menolong
meringankan iritasi tenggorokan dan dapat membantu mencegah batuk
kalau tenggorokan anda kering atau pedih.
 Hirup uap air panas (dari semangkuk air panas) untuk mencairkan sekresi
hidung yang kental supaya mudah dikeluarkan. Dapat juga ditambahkan
sesendok teh balsam/minyak atsiri untuk membuka sumbatan saluran
pernapasan
 Minum obat batuk yang sesuai
 Bila batuk lebih dari 3 hari belum sembuh segera ke dokter
 Pada bayi dan balita bila batuk disertai napas cepat atau sesak harus
segera dibawa ke dokter atau pelayanan kesehatan.

Obat batuk dibagi menjadi :

a) Obat Batuk Berdahak (Ekspektoran) seperti Gliseril Guaiakolat,


Bromheksin, Kombinasi Bromheksin dengan Gliseril Guaiakolat dan Obat
Batuk Hitam (OBH).

b) Obat Penekan Batuk (Antitusif) seperti Dekstrometorfan HBr,


Difenhidramin HCl

4. Flu

Flu adalah suatu infeksi saluran pernapasan atas. Orang dengan daya tahan tubuh
yang tinggi biasanya sembuh sendiri tanpa obat. Pada anak-anak, lanjut usia dan
orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah lebih cenderung menderita komplikasi
seperti infeksi bakteri sekunder. Flu ditularkan melalui percikan udara pada saat
batuk, bersin, dan tangan yang tidak dicuci setelah kontak dengan cairan
hidung/mulut. Infeksi saluran pernafasan bagian atas disebabkan oleh virus influenza.

 Penanggulangan dengan terapi non obat adalah:


 Istirahat yang cukup
 Meningkatkan gizi makanan dengan protein dan kalori yang tinggi
 Minum air yang banyak dan makan buah segar yang banyak mengandung
vitamin
 Minum obat flu untuk mengurangi gejala/keluhan
 Periksa ke dokter bila gejala menetap sampai lebih dari 3 hari

Obat flu hanya dapat meringankan keluhan dan gejala saja, tetapi tidak
dapat menyembuhkan. Obat flu yang diperoleh tanpa resep dokter umumnya
merupakan kombinasi dari beberapa zat berkhasiat, yaitu:

a) Antipiretik-analgetik untuk menghilangkan rasa sakit dan menurunkan


demam, contoh : Parasetamol

b) Antihistamin, untuk mengurangi rasa gatal di tenggorokan atau reaksi


alergi lain yang menyertai flu. Bekerja dengan menghambat efek histamin
yang dapat menyebabkan alergi . Contoh: CTM dan difenhidramin HCl.

c) Dekongestan, untuk meredakan hidung yang tersumbat. Contoh:


fenilpropanolamin, fenilefrin, pseudoefedrin dan efedrin.

d) Antitusif, ekspektoran dan mukolitik untuk meredakan batuk yang


menyertai flu.

5. Gastritis

Gastritis atau yang disebut dengan sakit maag adalah peningkatan produksi asam
lambung sehingga terjadi iritasi lambung. Maag atau sakit lambung memiliki gejala
khas berupa rasa nyeri atau pedih pada ulu hati meskipun baru saja selesai makan.
Namun kalau rasa pedih hanya terjadi sebelum makan atau di waktu lapar dan hilang
setelah makan, biasanya karena produksi asam lambung berlebihan dan belum
menderita sakit maag.

Penyakit maag akut umumnya lebih mudah ditangani daripada maag kronis. Pada
maag akut biasanya belum ada gejala kerusakan yang jelas pada dinding lambung;
mungkin hanya disebabkan oleh berlebihnya produksi asam lambung sesaat atau
akibat makanan yang merangsang terlalu banyak. Sedangkan pada maag kronis
penderita bisa mengalami pembengkakan atau radang pada dinding lambung, luka
sampai perdarahan. Peningkatan produksi asam lambung dapat terjadi karena :

a) Makanan atau minuman yang merangsang lambung yaitu makanan yang


pedas atau asam, kopi, alkohol, Faktor stres baik stres fisik (setelah
pembedahan, penyakit berat, luka bakar) maupun stres mental.

b) Obat-obat tertentu yang digunakan dalam jangka waktu lama (misal obat
rematik, anti inflamasi)
c) Jadwal makan yang tidak teratur

Terapi obat untuk gastritis pada pengobatan sendiri dapat diobati dengan
antasida. Antasida adalah obat yang bekerja dengan cara menetralkan asam
lambung yang berlebih, dan melindungi selaput lendir lambung. Antasida yang
beredar di pasaran biasanya terdiri dari campuran garam aluminium dan garam
magnesium agar tidak menimbulkan sembelit ataupun diare. Kandungan lain
antasida adalah simetikon, yaitu zat yang berkhasiat membantu pengeluaran
gas yang berlebih di dalam saluran cerna.

Dosis pemakaian antasida untuk dewasa umumnya tiga hingga empat


kali sehari. Batas pemakaian antasida pada pengobatan sendiri tidak boleh
lebih dari 2 minggu kecuali atas saran dokter. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh pasien pada penggunaan antasida, antara lain:

a) Antasida dalam bentuk tablet harus dikunyah terlebih dahulu sebelum


ditelan

b) Antasida diminum satu jam sebelum makan. Penggunaan terbaiknya


adalah saat gejala timbul pada waktu lambung kosong dan menjelang tidur
malam.

c) Antasida dapat mengganggu absorbsi obat-obat tertentu, misalnya


antibiotik. Beri jarak minimal satu jam bila digunakan bersamaan.

6. Diare d) Antasida tidak dianjurkan untuk penggunaan rutin atau jangka panjang

Diare adalah buang air besar dalam bentuk cair lebih dari lima kali sehari biasanya
disertai dengan sakit dan kejang perut. Diare yang hanya sekali-sekali tidak berbahaya
dan biasanya sembuh sendiri. Tetapi diare yang berat bisa menyebabkan dehidrasi dan
bisa membahayakan jiwa. Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan
cairan tubuh yang dapat berakibat kematian, terutama pada anak/bayi jika tidak segera
diatasi. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat
menyebabkan kematian, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah umur lima
tahun.

 Penyebab dapat timbul karena :

a) Cemas saat bepergian

b) Keracunan makanan (makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun


kimia)
c) Infeksi virus didalam usus (kolera, disentri, tipus abdominalis)

d) Kekurangan gizi (kelaparan, kekurangan makanan)

Hal yang harus dilakukan :

 Minum banyak cairan, bila bayi maka ASI diteruskan

 Menghindari makanan padat, sebaiknya konsumsi makanan yang tidak


berasa seperti bubur, roti dan pisang

 Minum cairan rehidrasi oralit atau larutan gula garam

 Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan

 Menutup makanan untuk menghindari lalat

 Menyimpan secara terpisah makanan mentah dengan makanan matang


dalam kulkas

 Menggunakan air bersih untuk memasak makanan dan minuman

 Menjaga kebersihan lingkungan

 Bila diare masih berlanjut, sebaiknya ke dokter


Obat yang dapat digunakan antara lain :

 Oralit (kombinasi antara gula dan garam ) untuk mencegah dehidrasi

 Obat golongan adsorben dan obat pembentuk massa seperti Norit (karbo
adsorben), kombinasi Kaolin-Pektin dan attapulgit). Kegunaannya adalah
untuk mengurangi frekuensi buang air besar, memadatkan tinja, menyerap
racun pada penderita diare

7. Kecacingan

Adalah penyakit dimana ditemukan cacing pada usus yang dengan atau
tanpa gejala. Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu
penanganan serius terutama karena kita hidup di daerah tropis dengan banyak
penduduk yang padat. Kecacingan menyebabkan turunnya daya tahan tubuh,
terhambatnya tumbuh kembang anak, kurang gizi dan anemia karena
kekurangan zat besi.

Gejala penyakit kecacingan antara lain :

 Mengeluarkan cacing pada saat buang air besar atau muntah


 Badan kurus dan perut buncit

 Kehilangan nafsu makan, lemas, lelah, pusing, dan nyeri kepala, gelisah
dan sukar tidur

 Gatal-gatal disekitar dubur, terutama malam hari (cacing kremi)

 Dapat terjadi anemia (cacing pita, tambang dan


cambuk) Hal yang dapat dilakukan :

 Menjaga kebersihan diri dengan memotong kuku, cuci tangan dengan sabun
sebelum makan, setelah buang air besar dan pada waktu mandi

 Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih bahan
makanan untuk menghindari telur cacing yang mungkin ada serta biasa
memasak makanan dan minuman.

 Menggunakan karbol di kamar mandi.

 Menggunakan alas kaki untuk menghindari sentuhan langsung dengan


tanah saat bekerja di halaman, perkebunan, pertanian dan pertambangan

Obat yang dapat digunakan antara lain obat anthelmintika seperti


Pyrantel Pamoat, Mebendazol dan Piperazin.

8. Biang Keringat

Adalah masalah kulit yang biasa terjadi pada cuaca panas dan lembab,
tetapi tidak berbahaya. Penyebabnya adalah kontak langsung yang lama
dengan kulit dan kotoran. Gejala yang timbul antara lain timbul bintil halus
kemerahan terutama pada daerah lipatan tubuh seperti leher, siku tangan, paha,
lipatan kulit bayi disertai dengan gatal. Hal yang dapat dilakukan :

 Mengenakan pakaian yang nyaman dan tidak sempit

 Mandi dua kali sehari

 Mengeringkan tubuh sesudah mandi dengan benar terutama daerah lipatan


kulit.

 Mengoleskan cairan kalamin atau krim anti gatal lainnya

 Tidak menggaruk daerah yang gatal untuk mencegah infeksi dan luka pada
kulit
Obat yang dapat digunakan dengan Salisilat talc dan sediaan yang
mengandung kalamin baik dalam bentuk bedak maupun lotio.

9. Jerawat

Adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia
remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak
minyak, sehingga menyumbat kelenjar oleh keratin pada kulit. Bila terkena
infeksi maka akan bernanah. Keadaan ini tidak berbahaya dan cenderung
diturunkan. Tetapi pada beberapa orang menjadi kasus berat dan sampai saat
ini belum ada pengobatan yang tuntas. Gejala yang timbul antara lain bintik
merah menonjol dan sakit kadang berisi nanah pada wajah, leher, kulit kepala,
punggung dan dada, serta bintik putih atau hitam yang menonjol dan tidak
sakit.

Hal yang dapat dilakukan adalah menjaga kulit tetap bersih dan jangan
memencet atau menusuki jerawat agar tidak terjadi luka parut.

Obat yang digunakan untuk mengurangi gangguan jerawat adalah obat


yang mengandung sulfur, resorcinol, asam salisilat, benzoil peroksida dan
triklosan dalam bentuk bedak, krim atau gel.

10. Kadas/ Kurap dan Panu

Kadas atau kurap adalah suatu infeksi jamur pada kulit yang biasa
mengenai semua bagian kulit tetapi biasanya ditemukan pada kulit kepala,
kuku, daerah lipatan kulit. Sedangkan panu merupakan suatu infeksi jamur
pada kulit meskipun tidak memberikan keluhan yang berarti, ditandai
munculnya bercak putih dan bersisik halus hingga kecoklatan didaerah seluruh
tubuh. Penyebabnya adalah infeksi kulit oleh jamur seperti kurap : Tinea
capitis pada kepala, Tinea corporis pada tubuh, Tinea ensis pada lipatan paha
dan Tinea pedis pada kaki; sedangkan panu penyebabnya adalah Tinea color.

Hal yang dapat dilakukan adalah :

 Menjaga kebersihan dengan mandi 2 kali sehari dan menggunakan pakaian


bersih.

 Jangan menggaruk karena akan menimbulkan infeksi

 Mengoleskan krim atau shampo anti jamur

 Bila menyerang kuku dengan gejala menetap, sebaiknya ke dokter.


Obat yang dapat digunakan adalah :

 Obat anti jamur golongan Imidazol, seperti Klortrimazol dan Mikonazol


Nitrat

 Obat anti jamur golongan asam seperti Asam Undesilenat, Seng


Undesilenat, Kalium Propionat dan Natrium Propionat

11. Ketombe

Adalah pengelupasan kulit kepala dalam jumlah kecil yang kelihatan


normal. Ketombe tidak berbahaya tapi dapat menyebabkan kerontokan rambut.
Pada keadaan lain penyebab pengelupasan kulit eksema, psoriasis, dan infeksi
jamur lain tetapi bukan ketombe. Penyebabnya adalah sejenis jamur
Pityrosporum yang menyebabkan dermatitis seboroika meskipun masih
menajdi perdebatan. Gejala yang terjadi antara lain kepala gatal dan terdapat
pengelupasan kulit berwarna putih.

Hal yang dapat digunakan adalah tidak menggaruk untuk mencegah


infeksi, mengolesi kulit kepala dengan minyak zaitun, menjaga kebersihan
rambut dengan mencucinya 3-4 hari sekali, berolahraga teratur dan memakai
shampo anti ketombe sampai jamur hilang.

Obat yang digunakan adalah :

 Shampo yang mengandung Selenium atau Zinc Pyritone

 Shampo yang mengandung Mundidone (Povidone Iodine 4%)

 Resorcinol dalam bentuk salep dengan kadar 1-2% dan lotion (cairan),
digunakan sebagai antibakteri, anti jamur, anti iritan lokal dan keratolitik.

12. Kudis

Merupakan suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit. Meskipun


tidak berbahaya tetapi rasa gatal yang hebat akan mengganggu serta dapat
menular melalui sentuhan langsung maupun tidak langsung dengan penderita.
Penyebabnya adalah parasit kecil yang disebut tungau kudis yaitu Sarcoptis
scabei. Gejala yang timbul terdapat bintil kecil berwarna merah pada lipatan
kulit, sekitar alat kelamin, timbul garis berwarna putih atau merah (merupakan
liang pada kulit yang dibuat oleh tungau untuk meletakkan telurnya), rasa gatal
yang hebat dan luka atau koreng yang disebabkan garukan.
Hal yang dapat dilakukan adalah :

 Merendam pakaian dan alat yang habis dipakai penderita

 Untuk memastikan jenis penyakit ini sebaiknya ke dokter

 Membalurkan cairan anti kudis ke seluruh tubuh, jangan mengenai mata


dan mulut dan biarkan selama 24 jam lalu mengulanginya seminggu
kemudian

Obat yang dapat digunakan adalah :

 Sediaan mengandung Gamaheksan (Lindane) 0,5%, Triklorokarbanalida


0,5%, Asam Salisilat 2%, dalam bentuk salep dan digunakan untuk
mengatasi kudis, kutu rambut, kurap dan infeksi kulit lainnya.

 Sediaan mengandung Lindane 1% dan Asam Usnat 1%, dalam bentuk salep
untuk mengurangi gejala kudis.

13. Kutil

Adalah jaringan yang tumbuh disebabkan oleh virus dan dapat tumbuh
dimana saja. Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki.
Bukan penyakti berbahaya tapi cukup mengganggu, bahkan ada yang berubah
menjadi gana. Penyebabnya adalah infeksi virus pada sel kulit menyebabkan
sel tersebut tumbuh dengan cepat dan menonjol. Kutil dapat disebarkan
melalui kontak langsung dan berulang. Gejala yang timbul antara lain : adanya
penebalan jaringan kulit, permukaan tidak rata, bila daerah kaki terasa sakit
bila tertekan atau berjalan. Komplikasinya dapat menyebar ke bagian kulit lain
seperti jari tangan, siku, lutut, dan alat kelamin.

Hal yang dapat dilakukan :

 Menjaga agar kutil tidak menyebar dan berdarah.

 Melakukan pengobatan sendiri dan bila tidak sembuh sebaiknya ke


dokter Obat yang dapat digunakan adalah :

 Obat mengandung Asam Salisilat 2 gram, Asam Laktat 0,5 gram dan
Polidokanol 0,2 gram digunakan untuk penebalan kulit yang mengeras di
jari
– jari kulit, kutil, mata ikan dan kapalan. Perlu diperhatikan tidak mengenai
kulit yang sehat, mata dan mulut. Jangan dioleskan pada tanda lahir, kulit
yang berambut, kulit di bawah kemaluan atau di muka. Pemakaian
dioleskan 1 tetes pada pagi dan malam hari.
 Asam Salisilat karena memiliki efek keratolitik. Pemakaian dioleskan 1
tetes 2 kali sehari.

 Asam Laktat karena memiliki efek kaustik. Pemakaian dapat dioleskan 1


tetets 2 kali sehari

14. Luka Bakar

Adalah cedera pada jaringan kulit yang disebabkan oleh api (panas kering)
ataupun oleh cairan panas (panas basah). Derajat rasa sakit tidak berhubungan
dengan derajat cedera. Luka bakar dilapisan permukaan kulit mungkin lebih
terasa sangat sakit dibandingkan luka bakar dalam karena kemungkinan ujung
saraf sudah rusak. Lokasi dan luas bagian kulit yang terbakar sangat penting
untuk menentukan apakah luka bakar harus dirawat dokter atau tidak.

 Penyebab luka bakar antara lain :

 Luka bakar kering disebabkan oleh api, gas panas, (menghisap asap
sehingga tenggorokan dan paru-paru terbakar, benda panas, gesekan,
senyawa kimia, listrik termasuk sambaran petir atau paparan radiasi.

 Luka bakar basah disebabkan oleh cairan panas dan uap panas

 Gejala-gejala yang timbul tergantung pada derajat kegawatan luka bakar antara lain :

 Luka bakar permukaan : kemerahan dan sangat kesakitan

 Luka bakar sedang : kulit melepuh, terkelupas, bengkak dan sangat kesakitan

 Luka bakar dalam : kulit berwarna putih dan seperti lilin atau hitam dan
hangus serta tidak terasa sakit

 Komplikasi : terjadi renjatan atau shock akibat gagalnya sistem peredaran


darah dan infeksi bakteri

Hal yang dapat dilakukan adalah :

 Segera celupkan luka bakar dalam air dingin atau dibawah aliran air selama
15 menit atau sampai kering sesering mungkin.

 Luka bakar tidak perlu dibalut dan jangan diolesi dengan berbagai macam
bahan seperti mentega atau kecap

 Kulit melepuh jangan dipecahkan untuk mencegah infeksi bakteri

 Bila terjadi demam, peradangan dan pembentukan nanah, segera ke dokter


 Segera bawa ke UGD bila terjadi hal berikut :

 Luka bakar pada muka, jari, sendi atau alat kelamin

 Luka bakar sedang yang luasnya lebih besar dari telapak tangan

 Semua jenis luka bakar dalam

 Renjatan/ shock (pucat, keringat dingin, kulit lembab, ritme napas dan
nadi cepat, mengantuk atau pingsan)

 Menghisap asap

 Luka bakar karena senyawa kimia, tersetrum listrik atau radiasi.

Obat yang dapat digunakan adalah :

 Obat yang mengandung Perak Sulfadiazin dalam bentuk krim atau salep,
digunakan 2 kali sehari atau sesering mungkin bila diperlukan dan ditutup
dengan perban. Tetapi obat ini tidak boleh diberikan pada bayi prematur,
bayi yang baru lahir maupun ibu yang sedang hamil.

 Obat yang mengandung Oleum Iecoris Asseli (Minyak Ikan) dalam bentuk
salep 10%, untuk membantu penyembuhan luka bakar digunakan 2 sampai
3 kali sehari tetapi tidak boleh dipakai pada luka bakar yang sudah
mengalami infeksi.

15. Luka iris dan Luka serut

Luka iris adalah luka karena benda tajam dengan pinggir – pinggir luka yang rapi,
sedangkan luka serut (gesek atau aberasi) adalah suatu cedera pada permukaan
kulit. Kedua jenis luka ini banyak terjadi dan tidak berbahaya sehingga dapat
dirawat sendiri di rumah. Penyebabnya adalah benda tajam maupun benda dengan
permukaan kasar yang bergesekan dengan kulit. Gejala yang terjadi antara lain
sobekan pada kulit sampai pendarahan baik sedikit maupun sedang dan
menyebabkan sakit atau nyeri. Komplikasi dapat terjadi apabila luka terbuka,
banyak pendarahan, dan infeksi bakteri (ditandai dengan demam, radang dan
pembentukan nanah.
2.6 Keuntungan dan Kerugian Swamedikasi

Menurut Anief (1997) kelebihan dari tindakan swamedikasi adalah lebih mudah,
cepat, tidak membebani pelayanan kesehatan dan dapat dilakukan oleh diri sendiri.
Selain itu dapat menghemat biaya ke dokter, menghemat waktu dan segera dapat
beraktivitas kembali. Kelebihan lainnya menurut Supardi dkk (2005) meliputi aman
apabila digunakan sesuai dengan petunjuk (efek samping dapat diperkirakan), efektif
untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit yang bersifat self limiting, sembuh
sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan, biaya pembelian obat relatif lebih murah
daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu menggunakan
fasilitas atau profesi kesehatan, kepuasan karena ikut berperan serta dalam sistem
pelayanan kesehatan, menghindari rasa malu atau stres apabila harus menampakkan
bagian tubuh tertentu di hadapan tenaga kesehatan, dan membantu pemerintah untuk
mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kesehatan pada masyarakat.
Namun kekurangan dan resiko dalam swamedikasi antara lain, obat dapat
membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan
biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan kecil dapat timbul
reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya sensitifitas, efek samping atau resistensi,
penggunaan obat yang salah akibat salah diagnosis dan pemilihan obat dipengaruhi oleh
pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya (Supardi dkk,
2005). Selain itu dampak negatif swamedikasi adalah masyarakat keyakinan
pengobatan swamedikasi dapat dilakukan untuk setiap penyakit.
Menurut Ruiz (2010) terdapat potensi resiko dalam swamedikasi antara lain kesalahan
dalam diagnosis diri (self-diagnosis), penundaan dalam mencari nasihat medis ketika
kondisi diri telah berada pada status parah dan merugikan, interaksi obat yang
berbahaya, salah cara penggunaan obat, kesalahan dosis obat, pemilihan obat yang
tidak tepat, adanya penyakit berat yang tertutupi (masking of a severe disease), resiko
ketergantungan dan penyalahgunaan obat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengobatan sendiri atau swamedikasi merupakan kegiatan pemilihan dan


penggunaan obat modern, herbal dan obat tradisional oleh seseorang individu untuk
mengatasi penyakit dan gejala penyakit yang dialaminya.

Swamedikasi juga berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-
obatan sederhana yang dibeli bebas di apotek atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa
nasehat dokter Swamedikasi dilakukan masyarakat untuk mengatasi gejala penyakit ringan
yang dapat dikenali sendiri

Berbagai macam hal seperti faktor penyebab adanya Swamedikasi, Kriteria


Penggunaan Obat Swamedikasi, Jenis obat dan penyakit dalam Swamedikasi diharapkan
dapat menjadi pedoman bagi masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan dengan
cara Swamedikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, J., Walbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Weels, B.G., Posey, L.M., 2011. Pharmacothrrapy
a Pathophysiologic Approach 8th ed. Mc Graw Hill Companies.

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Supardi, S., Sampurno,

O.D., Notosiswoyo, M., 2004. Pengaruh Penyuluhan Obat Terhadap Peningkatan Perilaku Pengobatan
Sendiri Yang Sesuai Dengan Aturan. Buletin Penelitian Kesehatan Volume 32 nomer 4 page 178-187.
Jakarta: Depkes RI.

http://www.mipa-farmasi.com/2016/05/swamedikasi.html

Anda mungkin juga menyukai