Modul Pemandu SPKKT Mhs Pembekalan Angk 2013-1
Modul Pemandu SPKKT Mhs Pembekalan Angk 2013-1
Kompetensi Utama :
1. Melakukan pemeriksaan sistem stomatognatik dengan melakukan pemeriksaan
ekstra oral dan intra oral, guna mengevaluasi kondisi medik pasien.
2. Mampu menentukan klasifikasi ortodonti menurut Angle modifikasi Dewey.
3. Mampu menentukan diagnosis ortodonti berdasarkan Ackerman-Proffit.
Kompetensi Penunjang :
1. Melakukan pemeriksaan ekstra dan intra oral dengan memperhatikan kondisi
klinis
2. Menentukan klasifikasi ortodonti menurut Angle modifikasi Dewey.
3. Mampu menentukan diagnosis ortodonti berdasarkan Ackerman-Proffit.
Bahan Kajian :
1. Pemeriksaan ekstra oral di bidang ortodonti
2. Pemeriksaan intra oral di bidang ortodonti
3. Penentuan klasifikasi ortodonti menurut Angle modifikasi Dewey.
4. Penentuan diagnosis ortodonti berdasarkan Ackerman-Proffit.
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan pelatihan keterampilan klinik ini mahasiswa harus :
1. Mampu melakukan pemeriksaan obyektif berupa pemeriksaan ekstra oral
secara benar
2. Mampu melakukan pemeriksaan obyektif berupa pemeriksaan intra oral secara
benar
3. Mampu menentukan klasifikasi menurut Angle modifikasi Dewey.
4. Mampu menentukan diagnosis ortodonti berdasarkan Ackerman-Proffit.
Catatan : semua alat disiapkan masing-masing oleh mahasiswa kecuali model studi
Kegunaan Kasus
Kasus ini digunakan agar mahasiswa dapat melakukan pelatihan keterampilan klinik
pemeriksaan obyektif ekstra oral dan pemeriksaan intra oral, menentukan klasifikasi
menurut Angle modifikasi Dewey dan menentukan diagnosis ortodonti berdasarkan
Ackerman-Proffit.
Kontributor Kasus :
TOPIK 1 : Melakukan Pemeriksaan Ekstra Oral di Bidang Ortodonti
POKOK PELATIHAN KETERAMPILAN
1. Tipe Muka
Morphologic Facial Height adalah jarak vertikal dari titik Nasion ke titik
Gnation.
Nasion titik paling anterior dari perpotongan tulang nasal dengan tulang
frontal. (Proffit, 2007, page 205)
Gnation pertengahan dari titik inferior simfisis mandibular. (Proffit, 2007,
page 205)
Bizygomatic width adalah jarak antara titik zigoma kiri dan kanan.
Klasifikasi:
§ Hypereuryprosop x – 78,9
§ Euryprosop 79,0 – 83,9
§ Mesoprosop 84,0 – 87,9
§ Leptoprosop 88,0 – 92,9
§ Hyperleptoprosop 93,0 – x
2. Simetrisasi Muka
Menggunakan tiga bidang yang terdiri dari :
1. Bidang Vertikal = bidang midsagital/ tengah wajah = bidang yang
menghubungkan titik Nasion jaringan lunak ke titik Subnasal jaringan
lunak
2. Bidang Horizontal Atas = bidang bipupillary = bidang yang
menghubungkan pupil kanan dan pupil kiri
3. Bidang Horizontal Bawah = bidang melalui Stomion/ sudut bibir (Rakosi,
Cephalometric Radiography, 1982, page 177)
Subnasal : titik pertemuan pada jaringan lunak antara septum nasal mesial
3. Profil Wajah
Menggunakan tiga titik referensi terdari dari :
1. Glabella adalah titik terdepan dari tulang frontalis yang terletak pada
bidang midsagital setinggi orbital ridge superior
2. Tepi anterior bibir atas
3. Pogonion adalah titik paling anterior dari jaringan lunak dagu pada bidang
median
Glabella : titik terdepan dari tulang frontalis yang terletak pada bidang
midsagital setinggi orbital ridge superior
(Soemantri, 1999, page 13; Rohen, JW et.al, 2011, page 21)
Pogonion’ : titik paling anterior dari jaringan lunak dagu pada bidang median
(Rakosi, Cephalometric Radiography, 1982, page 37)
Profil dibentuk dari dua garis
1. Garis atas : garis yang menghubungkan titik glabella dengan tepi anterior
bibir atas
2. Garis bawah : garis yang menghubungkan tepi anterior bibir atas dengan
jaringan lunak pogonion
4. Tonus Bibir
Pemeriksaan ketegangan otot bibir, pasien diintruksikan untuk oklusi sentrik
dan bibir dalam keadaan istirahat.
a b c
Gambar 7. (a) Bibir normal, (b) Bibir Hipotonus dan (c) Bibir hipertonus
5. Relasi Bibir
Pemeriksaan hubungan bibir atas dan bibir bawah, pasien diintruksikan untuk
bibir dalam keadaan rileks.
a b
Gambar 8. Bibir relasi normal (a), bibir relasi terbuka (b)
Rahang Bawah : molar (bonjol bukal), premolar (bonjol bukal), kaninus dan
insisif (insisal)
Torsiversi/rotasi
Dimana gigi bergerak pada kedua sisi dengan arah berlawanan, misalnya
mesial in distal out
Tinggi Palatum
Jarak vertikal titik terdalam palatum pada garis median tegak lurus ke garis
khayal (fosa sentral gigi 16-26)
Gambar 16. Garis pertemuan insisif sentral rahang atas sesuai dengan garis
Tengah wajah, garis pertemuan insisif sentral rahang bawah
bergeser kanan 0.5 mm terhadap garis median ekstra oral
e. Pemeriksaan Overjet
NO. PROSEDUR
3 Tuliskan nilai over jet. Apabila cross bite, nilai over jetnya negatif.
Normal
Laki-laki 2,2 mm + 0,8 mm
Perempuan 2,5 mm + 1,1 mm
Reference:
1. Bishara,
S.E.
2001.
Textbook
of
Orthodontics.
W.B.
Saunders
company.
Philadelphia.
Halaman
109.
2. Rakosi,
T.,
dkk.
1993.
Orthodontic
Diagnosis.
Thieme
medical
publishers,
inc.
Newyork.
Halaman
47.
f. Pemeriksaan Openbite
NO. PROSEDUR
Apabila insisal insisif rahang atas dan insisal insisif rahang bawah tidak
bertemu, maka disebut open bite anterior.
Reference:
1. Bishara,
S.E.
2001.
Textbook
of
Orthodontics.
W.B.
Saunders
company.
Philadelphia.
Halaman
110.
2. Rakosi,
T.,
dkk.
1993.
Orthodontic
Diagnosis.
Thieme
medical
publishers,
inc.
Newyork.
Halaman
132.
g. Pemeriksaan Overbite
NO. PROSEDUR
Tandai posisi insisal rahang atas pada permukaan labial insisif rahang
bawah.
Pasien/model studi diinstrusikan untuk membuka mulut.
Nilai normal:
Laki-laki 45%+20%
Perempuan 36%+13%
Reference:
1. Bishara,
S.E.
2001.
Textbook
of
Orthodontics.
W.B.
Saunders
company.
Philadelphia.
Halaman
110.
2. Rakosi,
T.,
dkk.
1993.
Orthodontic
Diagnosis.
Thieme
medical
publishers,
inc.
Newyork.
Halaman
132.
h. Pemeriksaan Disatema
NO. PROSEDUR
Periksa celah diantara gigi yang bersebelahan, tapi bukan pada gigi yang
hilang atau agenesi
Tuliskan hasil pemeriksaan
Reference:
Proffit, W.R. dan Henry W.F. 2000. Contemporary Orthodontics. Edisi Ke-3. Mosby
year Book. Inc. St. Louis, Missouri. Halaman 10.
i. Pemeriksaan Crossbite
NO. PROSEDUR
Periksa pada bidang sagital untuk mencari cross bite anterior (gambar D).
Reference:
NO. PROSEDUR
Reference:
NO. PROSEDUR
2 Tandai puncak bonjol mesiobukal molar pertama tetap rahang atas di kedua
sisi
3 Tandai bukal goove molar pertama tetap rahang bawah di kedua sisi
4 Tuliskan klasifikasi Angle berdasarkan relasi molar tetap (memakai angka
romawi).
Kelas I Angle:
Puncak bonjol mesiobukal molar 1 tetap rahang atas berada pada buccal
groove molar 1 tetap rahang bawah.
Kelas II Angle:
Puncak bonjol mesiobukal molar 1 tetap rahang atas berada lebih ke anterior
dari buccal groove molar 1 tetap rahang bawah.
Pada Kelas II Angle penuh Puncak bonjol distobukal molar 1 tetap rahang
atas berada pada buccal groove molar 1 tetap rahang bawah.
Tipe 1
Gigitan anterior "edge to edge". Pada rahang bawah edge to edge ini
disebabkan oleh adanya gigi-gigi yang berjejal dan inklinasi rahang bawah
condong ke lingual.
Tipe 2
Hubungan gigi-gigi insisif rahang atas dengan rahang bawah
tampak normal. Hubungan gigi insisif bawah lebih condong ke lingual
dibandingkan tipe 1 disertai gigi-gigi insisif dan kaninus rahang bawah yang
berjejal.
Tipe 3
Tipe ini merupakan gambaran khas mandibula yang besar. Bentuk
profil muka cekung, dagu menonjol ke depan dan gigitan bersilang gigi
anterior (cross bite anterior).
NO. PROSEDUR
Reference:
Graber,
L.W.,
R.L.
Vanarsdall,
Katherine
W.L.
Orthodontic:
Currents
Principles
and
Technique.
5th
edition.
USA:
Elsevier
Mosby,
2012.
20-‐26
p.