Kimia Analitik Keakuratan
Kimia Analitik Keakuratan
Herlianah
05031181722045
1.2. Tujuan
Praktikan dapat mengetahui keakuratan alat-alat gelas laboratorium (glassware)
sebagai pengukur volume larutan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aquadest
Air murni (aquadest) merupakan suatu pelarut yang penting dan memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik sehingga aquadest disebut
sebagai pelarut universal. Aquadest berada dalam kesetimbangan dinamis antara
fase cair dan padat dibawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion,
aquadest dapat dideskripsikan sebagai asosiasi ikatan antara sebuah ion hidrogen
(H+) dengan sebuah ion hidroksida (OHˉ) (Cahyono et al, 2016).
Aquadest merupakan air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan aquadest aman bagi kesehatan apabila
telah memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radiaktif.
Aquadestilata (aquadest) adalah air dari hasil penyulingan (diuapkan dan
disejukkan kembali) dan memiliki kandungan murni H2O. Aquadest juga memiliki
rumus kimia yaitu, H2O yang berarti dalam 1 molekul terdapat 2 atom hidrogen
kovalen dan atom oksigen tunggal. Aquadest bersifat tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak berbaupada kondisi standar yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan
temperatur 273,15°K (0°C). Dalam arti lain, aquadest juga memiliki sifat-sifat
fisika viskositas diantaranya yaitu 1.002 centripoise pada 20°C (Cahyono et al,
2016).
2.4. Meniskus
Pada umumnya zat cair memiliki permukaan mendatar, tetapi apabila zat cair
bersentuhan dengan zat padat atau dinding bejana, maka permukaan bagian tepi
yang bersentuhan dengan dinding akan melengkung. Gejala melengkungnya
permukaan zat cair ini disebut dengan meniskus. Untuk menjelaskan memahami
peristiwa tersebut, kita harus mengingat kembali konsep gaya adhesi dan gaya
kohesi. Ada dua jenis meniskus yaitu meniskus cekung dan meniskus cembung
(Subamia, 2017).
Meniskus cekung adalah permukaan zat cair yang berbentuk cekung. Hal ini
disebabkan karena gaya adhesi antar partikel zat dengan partikel tabung reaksi lebih
besar daripada gaya kohesi antar partikel zat. Partikel zat yang bersentuhan dengan
dinding lebih tertarik ke dinding lebih tertarik ke dinding , oleh karena itu posisi
permukaan zat di dinding tabung lebih tinggi dari pada posisi permukaan air di
tengah tabu. Meniskus cembung adalah permukaan zat cair yang berbentuk
cembung. Hal ini disebabkan karena gaya kohesi antar partikel zat lebih besar dari
pada gaya adhesi. Akibatnya partikel air cenderung menjauhi dinding tabung reaksi,
permukaan air di dinding lebih rendah daripada permukaan air (Subamia, 2017).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1. Hasil
Jumlah Volume
Kelompok
Volume Awal (mL) Beaker Glass Erlenmeyer
1 dan 4 Buret 50 52 55
Gelas Ukur 50 51 52
Labu Ukur 50 50 53
2 dan 3 Buret 50 52 51
Gelas Ukur 50 52 55
Labu Ukur 50 54 51
4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang keakuratan dari beberapa alat ukur volume
yang mempunyai fungsi yang sama namun terdapat keakuratan yang berbeda pada
masing-masing alat. Ketika menuangkan suatu senyawa kimia, hendaknya
ditampung sementara menggunakan beaker glass terlebih dahulu untuk
memperkecil kecelakaan di laboratorium. Hal itu disebabkan karena ada beberapa
senyawa kimia pekat yang berbahaya bila mengenai bagian tubuh. Percobaan yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa 50 ml larutan di dalam buret tidak sama
jumlahnya apabila dipindahkan ke beaker glass dan erlenmeyer yang sama-sama
berkapasitas 50 ml.
Faktor perbedaan tersebut adalah yang pertama yaitu nilai keakuratan masing-
masing alat. Dalam hal ini, alat ukur volume yang memiliki skala yang lebih banyak
merupakan alat ukur yang lebih akurat, dan alat ukur yang semakin kerucut bagian
atasnya juga merupakan penanda semakin akuratnya alat ukur volume tersebut.
Berdasarkan ciri-cirinya, alat ukur volume yang memiliki nilai keakuratan dari yang
paling tinggi adalah buret, gelas ukur, labu ukur, erlenmeyer dan beaker glass.
Praktikan juga dikenalkan cara membandingkan tiga alat ukur volume lain
berupa pipet tetes, pipet ukur dan pipet volume. 1 ml setara dengan 20 tetes
menggunakan pipe tetes, namun pipet tetes ini kurang tepat bila digunakan sebagai
alat ukur volume karena tingkat keakuatannya yang rendah. Pipet tetes biasa
digunakan untuk menambahkan senyawa yang kurang desikit mencapai ketepatan
pengukuran. Alat ukur volume yang tepat diantara ketiga alat ukur tersebut adalah
pipet volume.
Faktor kedua adalah dari proses penuangan senyawa yang masih meninggalkan
sisa pada alat ukur sebelumnya dan juga kesalahan lainnya yang bisa berasal dari
praktikan itu sendiri seperti tertumpah karena praktikan yang tidak hati-hati dalam
menuangkan senyawa kimia maupun pengukuran praktikan saat mengambil
senyawa yang tidak tepat pada garis ukur baik itu kekurangan maupun kelebihan
dari jumlah senyawa yang diinginkan sehingga menyebabkan tidak akuratnya
volume suatu senyawa kimia yang dibutuhkan. Dalam penelitian, untuk
mendapatkan volume yang akurat, ketika praktikan memasukan senyawa kurang
pas maka harus ditambahkan dengan pipet tetes sedangkan ketika praktikan
memasukan kelebihan senyawa kimia maka proses tersebut harus diulangi dan
senyawa yang telah diambil harus dibuang karena senyawa tersebut bisa saja
terkontaminasi dengan senyawa kimia yang masih tertinggal pada alat digunakan
karena proses pencucian alat yang tidak bersih dan masih meninggalkan senyawa
didalamnya.
Pengukuran volume harus memperhatikan meniskus suatu senyawa yang
digunakan. Meniskus suatu zat cair dipengaruhi oleh gaya antar molekul. Gaya
antar molekul sejenis disebut dengan gaya kohesi sedangkan gaya antar molekul
tidak sejenis disebut dengan gaya adhesi. Gaya kohesi yang lebih besar dibandingan
gaya adhesinya menyebabkan senyawa memiliki meniskus cembung pada bejana
atau wadah yang digunakan sedangkan gaya adhesi yang lebih besar dibandingkan
gaya kohesinya menyebabkan senyawa memiliki meniskus cekung pada bejana atau
wadah yang digunakan.
Pelarut yang biasa digunakan dalam praktikum di laboratorium adalah aquadest
karena aquadest adalah air suling atau air yang telah dimurnikan satu kali dan
hanya terdapat sedikit sekali mineral didalamnya sedangkan aquabidest adalah air
suling yang telah mengalami proses pemurnian sebanyak dua kali dan tidak terdapat
mineral didalamnya sama sekali. Penghilangan mineral didalamnya bertujuan untuk
mengurangi kesalahan hasil pengamatan pada percobaan maupun penelitian karena
kandungan mineral ini juga dapat bereaksi dengan senyawa yang diujikan sehingga
berakibat hasil pegamatan menjadi kurang tepat atau tidak sesuai dengan hasil yang
diinginkan.
BAB 5
KESIMPULAN