Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


PENGENALAN KEAKURATAN ALAT-ALAT GELAS
LABORATORIUM (GLASSWARE) SEBAGAI PENGUKUR
VOLUME LARUTAN

Herlianah
05031181722045

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengenalan keakuratan alat sangat penting pada prosedur penggunaan karena
jika praktikan mau mengambil suatu bahan untuk penelitian yang membutuhkan
ketelitian yang tinggi dalam pengukurannya, praktikan harus bisa memilih alat ukur
laboratorium apa yang sesuai untuk digunakan dan memiliki keakuratan yang
tinggi. Hal itu disebabkan karena banyaknya alat ukur yang biasa digunakan dan
setiap alat ukur itu memiliki fungsi dan nilai keakuratan yang berbeda-beda.
Sebagai contonya yaitu, beaker glass yang juga dapat digunakan sebagai alat ukur,
namun lebih sering digunakan sebagai alat wadah sementara suatu bahan karena
nilai keakuratannya yang tidak terlalu akurat (Adisendjaja, 2009).
Selain keakuratannya, praktikan juga penting dalam mengetahui perawatan dan
kebersihan alat-alat praktikum itu sendiri. Karena dengan alat-alat yang bersih dan
terawat juga merupakan hal penting dalam berjalannya sebuah praktikum yang
diharapkan sesuai dengan hasil akhirnya. Pengenalan berbagai macam alat beserta
fungsinya yang ada di laboratorium sangat penting bagi praktikan sebelum memulai
praktikum atau suatu penelitian agar dapat melakukan peelitian dengan lancar dan
aman. Praktikum biasanya dilakukan di dalam laboratorium yang merupakan tempat
praktikan untuk melakukan sebuah penelitian atau percobaan (Subamia, 2017).
Pada Praktikum kali ini, Praktikan di wajibkan untuk mengenal dan mengetahui
alat-alat yang di gunakan dalam laboratorium Kimia Analitik, hal ini di maksudkan
agar praktikan tidak salah dalam penggunaan alat dan bahan di dalam laboratorium.
Selain itu, dengan mengenal dan mengetahui nama, fungsi, dan cara kerja alat-alat
laboratorium tersebut, kemungkinan salah dalam melakukan praktikum tersebut
sangatlah kecil karena pemahaman tentang alat-alat praktikum tersebut telah
dikuasai oleh praktikan. (Sumintono, 2010).

1.2. Tujuan
Praktikan dapat mengetahui keakuratan alat-alat gelas laboratorium (glassware)
sebagai pengukur volume larutan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aquadest
Air murni (aquadest) merupakan suatu pelarut yang penting dan memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik sehingga aquadest disebut
sebagai pelarut universal. Aquadest berada dalam kesetimbangan dinamis antara
fase cair dan padat dibawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion,
aquadest dapat dideskripsikan sebagai asosiasi ikatan antara sebuah ion hidrogen
(H+) dengan sebuah ion hidroksida (OHˉ) (Cahyono et al, 2016).
Aquadest merupakan air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan aquadest aman bagi kesehatan apabila
telah memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radiaktif.
Aquadestilata (aquadest) adalah air dari hasil penyulingan (diuapkan dan
disejukkan kembali) dan memiliki kandungan murni H2O. Aquadest juga memiliki
rumus kimia yaitu, H2O yang berarti dalam 1 molekul terdapat 2 atom hidrogen
kovalen dan atom oksigen tunggal. Aquadest bersifat tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak berbaupada kondisi standar yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan
temperatur 273,15°K (0°C). Dalam arti lain, aquadest juga memiliki sifat-sifat
fisika viskositas diantaranya yaitu 1.002 centripoise pada 20°C (Cahyono et al,
2016).

2.2. Alat Ukur Volume (Volumetrik)


Alat ukur adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu. Alat
ukur ini banyak macamnya, seperti alat ukur massa, alat ukur panjang, alat ukur
berat, alat ukur volume, dan sebagainya. Beberapa alat ukur voume biasa digunakan
dilaboratorium-laboratorium penelitian, baik itu laboratorium fisika maupun kimia.
Alat ukur volume ada yang digunakan untuk menampung zat dan ada yang
digunakan untuk mengukur volume larutan. Penggunaan alat ukur pada setiap
pengukuran sangat ditentukan oleh macam kegunaan, batas ukur dan ketelitian alat
ukurnya. Kalibrasi alat ukur volume dilakukan dengan mengukur volume air alat
ukur volume tersebut kemudian dibandingkan dengan bobot jenis air , sehingga
dapat ditentukan nilai ketepatannya. (Sumintono, 2010).

2.3. Gaya Antar Molekul


Gaya kohesi adalah gaya tarik-menarik antar molekul yang sama jenisya. Gaya
ini menyebabkan antara zatyang satu dengan zat yang lainnyatidak dapat terikat
karena molekulnya saling tolak menolak. Gaya kohesi antar partikel zat padat
memiliki kekuatan paling besar, kemudian zat cair dan gas paling besar, kemudian
zat cair dan gas. Contoh kohesi adalah ikatan partikel--partikel zat untuk partikel zat
untuk tetap menyatu membentuk suatu benda. Gaya kohesi yang besar
menyebabkan zat padat sulit di potong atau dipatahkan. Gaya tarik kohesi
menyebabkan partikel cenderung berkumpul dengan zat sejenis. Gaya adhesi adalah
gaya tarik-menarik antar molekul yang berbeda jenisnya. Gaya ini menyebabkan
antara zat yang satu dengan zat yang lainnya dapat terikat dengan baik karena
molekulnya saling tarik-menarik (Subamia, 2017).

2.4. Meniskus
Pada umumnya zat cair memiliki permukaan mendatar, tetapi apabila zat cair
bersentuhan dengan zat padat atau dinding bejana, maka permukaan bagian tepi
yang bersentuhan dengan dinding akan melengkung. Gejala melengkungnya
permukaan zat cair ini disebut dengan meniskus. Untuk menjelaskan memahami
peristiwa tersebut, kita harus mengingat kembali konsep gaya adhesi dan gaya
kohesi. Ada dua jenis meniskus yaitu meniskus cekung dan meniskus cembung
(Subamia, 2017).
Meniskus cekung adalah permukaan zat cair yang berbentuk cekung. Hal ini
disebabkan karena gaya adhesi antar partikel zat dengan partikel tabung reaksi lebih
besar daripada gaya kohesi antar partikel zat. Partikel zat yang bersentuhan dengan
dinding lebih tertarik ke dinding lebih tertarik ke dinding , oleh karena itu posisi
permukaan zat di dinding tabung lebih tinggi dari pada posisi permukaan air di
tengah tabu. Meniskus cembung adalah permukaan zat cair yang berbentuk
cembung. Hal ini disebabkan karena gaya kohesi antar partikel zat lebih besar dari
pada gaya adhesi. Akibatnya partikel air cenderung menjauhi dinding tabung reaksi,
permukaan air di dinding lebih rendah daripada permukaan air (Subamia, 2017).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Februari 2018
pukul 10.00 WIB s/d 12.00 WIB di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian, Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1) buret, 2) beaker
glass, 3) erlenmeyer, 5)klem, 6) labu ukur, 7) pipet tetes, 8)pipet ukur, 9) pipet
volume, dan 10) statif.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) aquadest.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja pada praktikum ini ada dua sebagai berikut:
Membandingkan akurasi Buret, Gelas beaker dan Erlenmeyer.
1. Ambil Buret 50 mL dan isilah dengan aquadest sebanyak 50 mL. Hilangkan
udara yang ada pada ujung buret apabila terlihat ada gelembung udara dengan
cara membuka kran dan mengalirkan aquadest ke beker glass.
2. Alirkan aquadest di dalam Buret semuanya di dalam gelas Beaker 50 mL.
3. Lakukan hal yang sama dengan Erlenmeyer.
4. Amati apakah 50 mL aquadest tepat berada di garis tanda 50 mL baik pada
Gelas beaker atau Erlenmeyar.
Membandingkan akurasi Labu, Gelas beaker dan Erlenmeyer.
1. Ambil Labu ukur 50 mL dan isilah dengan aquadest sampai mencapai garis
tanda.
2. Tuangkan semua aquadest kedalam Gelas beaker ukuran 50 mL.
3. Lakukan hal yang sama untuk Erlenmeyer.
4. Amati apakah 50 mL aquadest tepat digaris tanda 50 mL baik pada Gelas
beaker atau Erlenmeyer.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
  Jumlah Volume
Kelompok
  Volume Awal (mL) Beaker Glass Erlenmeyer
1 dan 4 Buret 50 52 55
Gelas Ukur 50 51 52
  Labu Ukur 50 50 53
2 dan 3 Buret 50 52 51
Gelas Ukur 50 52 55
  Labu Ukur 50 54 51

4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang keakuratan dari beberapa alat ukur volume
yang mempunyai fungsi yang sama namun terdapat keakuratan yang berbeda pada
masing-masing alat. Ketika menuangkan suatu senyawa kimia, hendaknya
ditampung sementara menggunakan beaker glass terlebih dahulu untuk
memperkecil kecelakaan di laboratorium. Hal itu disebabkan karena ada beberapa
senyawa kimia pekat yang berbahaya bila mengenai bagian tubuh. Percobaan yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa 50 ml larutan di dalam buret tidak sama
jumlahnya apabila dipindahkan ke beaker glass dan erlenmeyer yang sama-sama
berkapasitas 50 ml.
Faktor perbedaan tersebut adalah yang pertama yaitu nilai keakuratan masing-
masing alat. Dalam hal ini, alat ukur volume yang memiliki skala yang lebih banyak
merupakan alat ukur yang lebih akurat, dan alat ukur yang semakin kerucut bagian
atasnya juga merupakan penanda semakin akuratnya alat ukur volume tersebut.
Berdasarkan ciri-cirinya, alat ukur volume yang memiliki nilai keakuratan dari yang
paling tinggi adalah buret, gelas ukur, labu ukur, erlenmeyer dan beaker glass.
Praktikan juga dikenalkan cara membandingkan tiga alat ukur volume lain
berupa pipet tetes, pipet ukur dan pipet volume. 1 ml setara dengan 20 tetes
menggunakan pipe tetes, namun pipet tetes ini kurang tepat bila digunakan sebagai
alat ukur volume karena tingkat keakuatannya yang rendah. Pipet tetes biasa
digunakan untuk menambahkan senyawa yang kurang desikit mencapai ketepatan
pengukuran. Alat ukur volume yang tepat diantara ketiga alat ukur tersebut adalah
pipet volume.
Faktor kedua adalah dari proses penuangan senyawa yang masih meninggalkan
sisa pada alat ukur sebelumnya dan juga kesalahan lainnya yang bisa berasal dari
praktikan itu sendiri seperti tertumpah karena praktikan yang tidak hati-hati dalam
menuangkan senyawa kimia maupun pengukuran praktikan saat mengambil
senyawa yang tidak tepat pada garis ukur baik itu kekurangan maupun kelebihan
dari jumlah senyawa yang diinginkan sehingga menyebabkan tidak akuratnya
volume suatu senyawa kimia yang dibutuhkan. Dalam penelitian, untuk
mendapatkan volume yang akurat, ketika praktikan memasukan senyawa kurang
pas maka harus ditambahkan dengan pipet tetes sedangkan ketika praktikan
memasukan kelebihan senyawa kimia maka proses tersebut harus diulangi dan
senyawa yang telah diambil harus dibuang karena senyawa tersebut bisa saja
terkontaminasi dengan senyawa kimia yang masih tertinggal pada alat digunakan
karena proses pencucian alat yang tidak bersih dan masih meninggalkan senyawa
didalamnya.
Pengukuran volume harus memperhatikan meniskus suatu senyawa yang
digunakan. Meniskus suatu zat cair dipengaruhi oleh gaya antar molekul. Gaya
antar molekul sejenis disebut dengan gaya kohesi sedangkan gaya antar molekul
tidak sejenis disebut dengan gaya adhesi. Gaya kohesi yang lebih besar dibandingan
gaya adhesinya menyebabkan senyawa memiliki meniskus cembung pada bejana
atau wadah yang digunakan sedangkan gaya adhesi yang lebih besar dibandingkan
gaya kohesinya menyebabkan senyawa memiliki meniskus cekung pada bejana atau
wadah yang digunakan.
Pelarut yang biasa digunakan dalam praktikum di laboratorium adalah aquadest
karena aquadest adalah air suling atau air yang telah dimurnikan satu kali dan
hanya terdapat sedikit sekali mineral didalamnya sedangkan aquabidest adalah air
suling yang telah mengalami proses pemurnian sebanyak dua kali dan tidak terdapat
mineral didalamnya sama sekali. Penghilangan mineral didalamnya bertujuan untuk
mengurangi kesalahan hasil pengamatan pada percobaan maupun penelitian karena
kandungan mineral ini juga dapat bereaksi dengan senyawa yang diujikan sehingga
berakibat hasil pegamatan menjadi kurang tepat atau tidak sesuai dengan hasil yang
diinginkan.
BAB 5
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah:.


1. Meniskus cekung disebabkan karena gaya kohesi senyawa tersebut lebih besar
dibandingkan gaya adhesinya.
2. Meniskus cembung disebabkan karena gaya adhesi senyawa tersebut lebih
besar dibandingkan gaya kohesinya.
3. Pemurnian aquadest dari mineral di dalamnya karena mineral dikhawatirkan
ikut bereaksi dengan senyawa lain.
4. Alat ukur volume yang paling rendah keakuratannya adalah beaker glass dan
pada jenis alat ukur pipet adalah pipet volume.
5. Alat ukur volume yang paling akurat adalah buret dan pada jenis pipet adalah
pipet volume.
DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y. 2009. Peranan Praktikum dalam Mengembangkan Keterampilan


Proses dan Kerja Laboratorium. Jurnal Bio-UPI. 3(2): 1-7.

Cahyono, B. E., Misto dan Hasanah, F. 2016. Karakterisasi Sensor Kapasitif


Untuk Penentuan Level Aquades. Jurnal R.E.M (Rekayasa, Energi,
Manufaktur). 1(2), 9-13, ISSN: 2528-3723.

Masri, T.,P. 2013. Kalibrasi Internal Pipet Volumetrik 10 mL pada Laboratorium


Kimia Dasar. Jurnal Alat Ukur dan Ketelitian. 1(1), 1-4.

Subamia, D.P., Wahyuni, S., dan Widiasih, N. 2017. Pelatihan Keterampilan 4M


(Menata, Menyimpan, Mempersiapkan, dan Memodifikasi) Alat/Bahan
Praktikum. Journal of Community Service Learning. 1(1), 10-16.

Sumintono, Bambang. 2010. Pengajaran Sains dengan Praktikum Laboratorium.


Jurnal Pengajaran MIPA. Vol.15(2): 120-127.

Anda mungkin juga menyukai