Anda di halaman 1dari 7

RESUME DIKLAT SUPERVISI KONSTRUKSI TRANSMISI

BOGOR, 8 – 12 JUNI 2015

MATERI : PENGANTAR SUPERVISI KONSTRUKSI


INSTRUKTUR : HERU CAHYONO, Ir. , MM.
HARI : SENIN, 8 JUNI 2015

Manajemen konstruksi di lapangan adalah mengatur pelaksanaan pembangunan di lapangan agar


hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Kontrator secara kontraktual dipenuhi sesuai
kontrak dengan memperhatikan prinsip dasar konstruksi : Biaya, Mutu, Waktu dapat dicapai
sesuai yang direncanakan serta memuaskan para stakeholder.

Hal-hal yang memengaruhi proyek terlambat:

1. Faktor Sumber Daya Manusia (kompetensi dan perencanaan jumlah pekerja),


2. Faktor gangguan (seperti : cuaca),
3. Perencanaan yang buruk,

Kompleksitas proyek ditunjukan berdasarkan skala Proyek, modal/nilai pembiayaan yang


dikelola, sumber daya, tingkat keunikan,hubungan internal dan eksternal yag mempengaruhi.

Tahapan kegiatan pada siklus Proyek diawali dengan Study Kelayakan; Engineering/Detail
design ; Pengadaan; Procurement dan tahap Implementasi/Konstruksi.

PENGENDALIAN KUALITAS PEKERJAAN :

 Berhasil tidaknya Pengoperasian hasil Proyek sangat tergantung pada kualitas Pekerjaan
pada saat Kontruksi.
 Pengawas harus sangat memahami syarat syarat teknis/ Spesifikasi Kontrak sebelum
dilakukan supervisi di lapangan.
 Pengawas setiap saat harus selalu membandingkan Drawing Approval dengan yang terlulis
pada Kontrak.
 Di Lapangan apabila terjadi perbedaan dengan Drawing segera meminta Kontraktor untuk
mengoreksi dan mengikutinya
 Apabila terjadi penyimpangan dengan Spesifikasi, Pengawas harus segera meminta kepada
Kontraktor untuk mengoreksi dan menyimpang Spesifikasi Kontrak.
 Apabila terjadi perbedaan dengan Kontraktor, segera melaporkan perbedaan tersebut dengan
Manajer Atasannya dan segera menyiapkan konsep dokumen secara Tertulis dan
mengingatkan Owner untuk mengambil langkah koordinasi dengan Desainer, Pengawas dan
Kontraktor lebih lanjut.
MATERI : PEKERJAAN SIPIL PROYEK JARINGAN TRANSMISI DAN GI
INSTRUKTUR : HERU CAHYONO, Ir. , MM.
HARI : SELASA, 9 JUNI 2015

Obyek supervisi pekerjaan sipil jaringan transmisi adalah pondasi tower sedangkan selebihnya
merupakan pekerjaan E/M. Ada dua klasifikasi pondasi tower, yaitu:

1. Pondasi dangkal (tanah keras berada antara 0,50 s/d 1,50 meter dari permukaan tanah)
2. Pondasi dalam (kondisi tanah keras > 1,50 meter dari permukaan tanah).

Erection tower dilakukan jika umur pondasi sudah cukup 28 hari (hasil tes benda uji beton sudah
memenuhi syarat).

Obyek supervise pekerjaan Sipil Gardu Induk adalah pekerjaan Gedung Gardu Induk yang
terdiri:

1. Gedung Utama,
2. Gedung Fasilitas Bantu (bia diperlukan),
3. Pembuatan desain semua pekerjaan sipil lengkap dengan gambar detail,
4. Pematangan, penimbunan, dan pemadatan tanah,
5. Pembuatan pagar keliling GI dan Switchyard,
6. Pembuatan jalan masuk lingkungan,
7. Pembuatan drainase jalan (saluran air limbah dan saluran air di area switch yard),
8. Pembuatan pondasi GI dan Switchyard (Trafo, PMT [CB}, PMS [DS], CT, LA, PS, PT),
9. Pemasangan system pembumian,
10. Pembuatan Cable Duct,
11. Hamparan kerikil (gravel di area Switchyard)

Stub setting adalah melakukan pengaturan terhadap stub tower sebelum dilakukan pengecoran
pondasi sesuai dengan rencana. Stub setting dilakukan sesuai data (panjang back to back,
diagonal dan sudut kemiringan tower/slop). Toleransi kesalahan untuk stub setting tower adalah
max 5 mm.

Sondir adalah pengujian yang sangat berguna untuk memperoleh nilai variasi kepadatan tanah
pasir yang tidak padat. Pada tanah pasir yang padat dan tanah-tanah berkerikil dan berbatu,
penggunaan alat sondir menjadi tidak efektif, karena mengalami kesulitan dan menembus tanah.

Pengujian kalendering dilakukan untuk mengetahui daya dukung tiang panang secara kasar, cara
ini dilakukan hanya untuk pondasi tiang pancang dan pada saat pemancangan berlangsung, yaitu
pada 10 (sepuluh) pukulan terakhir. Selain sondir dan kalendering ada juga pengujian beban
langsung, PDA (Pile Dynamic Analysis), PIT (Pile Integrity Tester).
MATERI : SUPERVISI PEKERJAAN TRANSMISI JARINGAN
INSTRUKTUR : HERU CAHYONO, Ir. , MM.
HARI : RABU, 10 JUNI 2015

Saluran udara berdasarkan tegangan :

1. Saluran udara tegangan rendah (SUTR) : 220 V – 380 V


2. Saluran udara tegangan menengah (SUTM) : 20 kV
3. Saluran udara tegangan tinggi (SUTT) : 70 kV – 150 kV
4. Saluran udara teganga ekstra tinggi (SUTET) : 275 - 500 kV

Pekerjaan konstruksi :

1. Pekerjaan persiapan
a. Pemeriksaan gambar referensi (persiapkan gambar tower secara detail, periksa jenis
tower, dan periksa kembali besi siku utama, besi skunder yang ada di lokasi dan di
gambar).
b. Pemeriksaan lokasi kerja (survey lokasi tapak tower untuk mencari jalan masuk
peralatan dan operasional pekerjaan, menghubungi perangkat desa/penduduk setempat
untuk meminta izin ke lokasi dan transportasi material, membuat situasi di sekitar lokasi
pekerjaan tetap kondusif).
2. Penyiapan material tower (Tipe dan Jenis)
3. Pemasangan sistem pembumian
a. Pondasi tower harus ditimbun ulang sebelum pekerjaan pendirian tower di mulai.
b. Kabel earthing tower harus dipasang sesuai dengan gambar.
c. Yakinkan bahwa tower earthing sudah dipasang sebelum erection.
d. Tower earthing dapat diukur sesudah erection dengan menggunakan format pengukuran.
4. Erection tower, dalam pengawasannya: Gambar Referensi (Gambar Tower), Tower
Schedule, Tools (Peralatan Erection)

Prosedur erection tower:

1. Perakitan tower dilakukan per bagian tower.


2. Pada saat pemasangan besi-besi bagian tower pada awalnya baut tidak boleh dipasang terlalu
kencang.
3. Penyetelan ke empat besi siku utama (main member) di atas Leg yang sudah terpasang.
4. Kemudian penyetelan bagian bawah tower (Body extention).
5. Setelah body extentention terpasang dilanjutkan penyetelan Body Part (common part).
6. Bagian-bagian cross arm dirangkai terlebih dahulu di bawah kemudian setelah selesai baru
di angkat ke atas dan dipasang pada body part.
7. Pemasangan cross arm dimulai dari yang paling atas (peak) kemudian berturut-turut
kebagian bawah (Upper, Midle dan terakhir lower).
8. Setelah bagian-bagian terpenting terpasang semua baru dilengkapi dengan pemasangan
kelengkapan tower lainnya (Accessories Tower).
9. Setelah tower terpasang secara komplit baru semua baut-baut dikencangkan kembali
10. Erection tower dinyatakan selesai….

Pemeriksaan terakhir tower:

1. Cek kelengkapan tower (member tower, mur & baut, step bolt, accessories tower terpasang
dengan baik).
2. Cek hasil pemasangan dan pengukuran grounding.

Stringing adalah suatu metoda di mana konduktor dipertahakan pada kondisi tegang selama
pekerjaan penarikan konduktor tersebut berlangsung. Kawat konduktor dijaga bebas dari gesekan
tanah dan rintangan yang dapat merusak permukaan konduktor dan bebas dari kawat tenaga yang
bertegangan.

Jumlah renteng isolator untuk besaran tegangan yang digunakan sebagai berikut:

1. 70 kV = 6-7 piringan isloator


2. 150 kV = 11-12 piringan isolator
3. 500 kV = 30x2 = 60 piringan isolator (tergantung type tower)

Tahapan-tahapan stringing:

1. Pekerjaan Persiapan Pelaksanaan (Spektek & gambar, ROW, Jadwal pelaksanaan stringing)
2. Pekerjaan Persiapan.
3. Penempatan dan Pemasangan Peralatan Stringing.
4. Pelaksanaan Penarikan Kawat.
5. Sagging dan Clamping.
Sagging konduktor tidak boleh dilaksanakan pada kondisi angin kencang karena dapat
mengakibatkan terangkatnya konduktor akibat tekanan angin.
6. Pemasangan Jumper (Jumpering).
7. Pemasangan Accessoris.

Umumnya hal – hal yang perlu mendapat perhatian adalah :

1. Tanaman dan tegakan dibawah jalur ROW


2. Pemasangan material transmisi meliputi accesories, clearence jumper, clearence konduktor
ke body tower, pemasangan pin pada baut-baut accessories
3. Kekencangan dan kelengkapan member tower
4. Grounding
MATERI : SUPERVISI PEKERJAAN GI
INSTRUKTUR : DAYAT SURYANA
HARI : KAMIS, 11 JUNI 2015

Jenis gardu induk :


1. Gardu induk konvensional
Adalah kumpulan peralatan-peralatan listrik tegangan tinggi yang berfungsi untuk
menyalurkan daya listrik baik pembagian beban atau pengaturan pembagian beban
(switching). Bangunan konstruksi serandang, struktur dan peralatan tegangan tinggi
dipasang tempat tertutup (inddor) atau tempat terbuka (outdor).

2. Gardu induk berisolasi gas SF 6


adalah gardu induk yang menggunakan isolasi gas SF6 sebagai penyekat antara bagian
bertegangan dengan kompartemen. Batang konduktor merupakan sarana untuk mengalirkan
arus dipasang pada kompartemen yang dipegang oleh isolator. Kompartemen sebagai
tempat/wadah konduktor diisi dengan gas SF6 yang bertekanan. Jenis gardu induk SF6 dapat
menggunakan kompartemen single phase atau three phase.

Pembumian peralatan adalah penghubungan bagian bagian peralatan listrik yang pada keadaan
normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan antara bagian bagian
peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian bagian ini dengan tanah sampai pada suatu
harga yang aman untuk semua kondisi operasi baik kondisi normal maupun saat terjadi
gangguan.
Lightning arrester adalah peralatan untuk mengamankan peralatan lainya didalam gardu induk
dari surja petir atau surja hubung.
Disconnecting Switch (DS) adalah peralatan gardu induk yang berfungsi memasukan atau
mengeluarkan tegangan dari peralatan gardu induk.
Tranformator tegangan atau VT berfungsi untuk pengukuran dan pengaman pada sistem
tegangan tinggi/extra tinggi).
Tranformator tegangan atau CT berfungsi untuk pengukuran dan pengaman pada sistem
tegangan tinggi/extra tinggi).

Pemutus tenaga adalah peralatan induk yang berfungsi untuk menghubungkan atau
memutuskan daya dalam keadaan normal atau dalam kondisi gangguan. Yang membedakan
dengan pemisah adalah bahwa pemutus tenaga dilengkapi dengan pemadam busur listrik.
MATERI : KOMISIONING DAN SLO
INSTRUKTUR : DAYAT SURYANA
HARI : JUMAT, 12 JUNI 2015

Menurut IEC, pengujian produk dapat dibagi menjadi 5, yaitu:


a. Pengujian Jenis (Type Test)
b. Pengujian Rutin (Routine Test)
c. Pengujian Contoh (Sample Test)
d. Pengujian Khusus (Special Test)
e. Uji Sesudah Instalasi (Test After Installation)

Komisioning ialah suatu kegiatan inspeksi, umumnya dilakukan oleh suatu organisasi (tim) atau
badan penguji resmi. Didalamnya terdapat kegiatan pengukuran, pengujian dan pembuktian
terhadap karakteristik tertentu dari suatu obyek atau aktivitas. Umumnya hasilnya akan
dibandingkan terhadap persyaratan standar atau khusus untuk menentukan apakah hasil uji
tersebut sesuai.
Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan, untuk mewujudkan kondisi aman, andal dan akrab lingkungan (A3), maka
setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki sertifikat laik operasi.(SLO).

Komisioning SLO

Tujuan utamanya untuk memenuhi Tujuan utamanya untuk memenuhi


kewajiban kontraktor terhadap pemilik kepatuhan tehadap perundang-undangan,
instalasi sesuai yang tertulis dalam buku peraturan dan standar dengan tujuan agar
kontrak berdasarkan peraturan-peraturan, instalasi penyedia tenaga listrik beroperasi
standar dan ketentuan lain yang disepakati secara aman, andal dan akrab lingkungan
bersama serta

Produk akhir kegiatan komisioning adalah Produk akhir kegiatan SLO adalah
Laporan Teknik Komisioning Sertifikat Laik Operasi

Dibutuhkan untuk serah terima proyek Dibutuhkan sebagai syarat untuk


beroperasi secara komersial
MATERI : K2, K3, LH
INSTRUKTUR : DAYAT SURYANA
HARI : JUMAT, 12 JUNI 2015

Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) adalah segala upaya atau langkah-angkah pengamanan


instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi
andal bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia, serta kondisi akrab lingkungan
(ramah lingkungan ) dalam arti tidak merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik.

4 Pilar K2 :

1. Keselamatan Kerja (perlindungan terhadap : pegawai, bukan pegawai)


2. Keselamatan Umum (perlindungan terhadap : masyarakat umum sekitar instalasi, pelanggan,
tamu)
3. Keselamatan Lingkungan (Perlindungan terhadap : lingkungan instalasi)
4. Keselamatan Instalasi (Perlindungan terhadap : insatalasi penyediaan tenaga listrik)

Standarisasi sebagai pegangan awal melaksanakan kegiatan berpotensi bahaya:

1. Standarisasi (Material, peralatan, pemasangan, dsb)


2. Standarisasi Uji (Performance Test, Komisioning, dsb)
3. Standarisasi Produk (Spek Teknik, hasil uji pabrikan).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu usaha pencegahan terhadap kecelakaan
kerja yang dapat menimbulkan berbagai kerugian, baik kerugian harta benda (rusaknya
peralatan), maupun kerugian jiwa manusia (luka ringan, luka berat, / cacat bahkan tewas).

Tujuan kegiatan lingkungan hidup di bidang ketenagalistrikan adalah terciptanya pembangunan


berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di bidang ketenagalistrikan yang ANDAL, AMAN,
dan AKRAB LINGKUNGAN

Kegiatan lingkungan hidup membutuhkan:

1. Dokumen AMDAL/UKL & UPL


2. Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
3. Evaluasi pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
4. Pembinaan teknis/ Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Pada kegiatan transmisi, pengelolaan aspek sosial diperlukan dengan cara melaksanakan
kegiatan sosialisasi kepada masyarakat pengukuran medan magnet dan pengukuran medan
listrik.

Anda mungkin juga menyukai