Anda di halaman 1dari 31

Lainnya aadenia05@gmail.

com Dasbor Logout

proposal hidupku. com


Kamis, 04 Februari 2016 Follow by Email

ASKEP CHRONIC MYELOID LEUKIMIA (CML) Email address... Submit

Cari Blog Ini

MATERI SEMINAR Telusuri

ASUHAN KEPERAWATAN  PASIEN DENGAN DIAGNOSA Laman

KOLABORATIF KEPERAWATAN NYERI Beranda

CHRONIC MYELOID LEUKIMIA (CML)


Mengenai Saya Label

hidup
Kenangan
proposal

dani banapon
Ikuti 77

saya anak desa dari


kepulawan sula
kabupaten sanana
provinsi ternate yang
ingin bercita-cita seperti
orang-orang lain
  Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
Disusun Oleh :
►  2018 (1)
1.      Mardani Banapon                         (P27820714005) ►  2017 (4)

2.      Anindya ▼  2016 (1)


Hidayaturrohma             (P27820714011)
▼  Februari (1)
ASKEP CHRONIC MYELOID LEUKIMIA (CML)
3.      Fenika Nikmatul Rizki                 (P27820714026)
4.      Fitrah Nurani Erba Putri              
(P27820714030)
5.      Panji Putro Pamungkas                (P27820714033)

D IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

LAPORAN PENDAHULUAN
  
A.    Pengertian
Leukimia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-
sel pembentuk darah dalam sumsum tulang limfa (Reeves,
2001). Sifat khas leukimia adalah poliferasi tidak teratur
atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi
poliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan infasi
organ non hematolgis, seperti meningis traktus
gastrointesinal, ginjal dan kulit. Bentuk kronis dari penyakit
ini adalah leukimia mielogen kronis (CML).
Leukimia mielogen kronis adalah salah satu penyakit
mieloid sel darah putih dan hal ini di kaitkan dengan
munculnya kromosom filadelfia abnormal pada hampir
90% kasus.
Cronic myeloid leukimia disebut juga sebagai chronik
granulocytic leukimia adalah gangguan myeloproliferasi
yang di tandai oleh peningkatan poliferasi dari granulosit
tanpa menghilangnya kemampuan granulosit untuk
berdiferasi
B.     Etiologi
CML lebih sering terjadi pada orang dewasa. Menurut
berbagai literatur dan berbagai sumber dari para ahli,
Tidak ada bukti klinis yang jelas tentang penyebab utama
penyakit CML. Akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukimia yaitu:
1.      Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya
perubahan struktur gen (tcell leukimia-lymphoma virus/
HTLV)
2.      Radiasi lonisasi: lingkungan kerja, pranatal, pengobatan
kanker sebelumnya
3.          Terpapar zat-zat kimiawai seperti benzen, arzen,
kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik
4.      Obat-obatan immunosupresif, obat karsinogenik seperti
diethystilbestrol
5.      Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6.      Kelainan kromosom
C.     Patofisiologi
Adanya proliferasi myoblast sehingga myoblast
bersaing dengan sel normal untuk mendapatkan nutrisi
dengan cara infiltrasi sel normal di gantikan dengan
myoblast. Dengan adanya myoblast akan terjadi depresi
sumsum tulang yang akan yang mempengaruhui eritrosit,
leukosit, faktor pembekuan, dan akan terjadi infiltrasi
ekstra modular  dan ssp serta akan mempengaruhui
metabolisme sehingga sel akan kekuranagan makanan.
Pada orang normal, tubuh mempunyai tiga jenis sel darah
yang matur.
1.          Eritrosit, yang berfungsi untuk melawan infeksi  dan
sebagai pertahanan tubuh
2.          Leukosit, yang berfungsi untuk melawan infeksi  dan
sebagai pertahanan tubuh
3.          Trombosit yang berfungsi unutuk mengontrol faktor
pembekuan didalam darah
Sel-sel darah yang belum menjadi matur (matang) di
sebut sel-sel induk (stem cell) dan blast. Kebanyakan sel-sel
darah menjadi dewasa di dalam sumsum tulang dan
kemudian bergerak ke dalam pembuluh-pembuluh darah
dan jantung di sebut peripheral blood (Sherwood, 2001).
Tetapi pada orang dewasa di dalam sumsum tulang dan
kemudian bergerak ke dalam pembuluh darah dan jantung
di sebut  peripheral blood (Sherwood, 2001). Tetapi pada
orang dengan chronikmyelogenous leukimia (CML), proses
terbentuknya sel darah terutama sel dara putih di sumsum
tulang mengalami kelainan atau mutasi. Hal ini disebut
kromosom 9 dan kromosom 22 (Hoffbrand, 2005)
D.    Klasifikasi
CML sering di bagi menjadi tiga fase berdasarkan
krakteristik klinis dan hasil laboratorium. CML di mulai
dengan fase kronik, dan setelah beberapa tahun
berkembang menjadi akselarasi dan kemudian menjadi fase
krisis blast. Krisis blast adalah tingkatan akhir dari CML,
mirip seperti leukimia akut.
1.      Fase kronis
85% pasien dengan CML berada pada tahapan fase
kronik pada saat mereka di diagnosa dengan CML.
Selama fase ini, pasien selalu tidak mengeluhkan gejala
atau hanya ada gejala ringan seperti cepat lelah dan
perut terasa penuh. Lamanya fase kronis bervariasi dan
tergantung seberapa dini penyakit tersebut telah di
diagnosa dan terapai yang di gunakan pada saat itu
juga. Tanpa adanya pengobatan yang adekuat, penyakit
dapat berkembang menuju kefase akselerasi.
2.      Fase akselerasi
Pada fase akselerasi hitung leukosit menjadi sulit di
kendalikan dan abnormalitas sitogenik tambahan
mungkin timbul. Kriteria diagnosa di mana fase kronik
berubah menjadi tahapan fase akselerasi bervariasi.
Kriteria yang banyak di gunakan adalah kriteria yang di
guanakan di MD Anderson Cancer Center dan kriteria
dari WHO.

3.      Krisis blast


Krisis blast adalah fase akhir dari CML, dan
gejalanya mirip seperti leukimia akut, dengan
progresifitas yang cepat dan dalam jangka waktu yang
pendek. Krisis blast di diagnosa apabila ada tanda-tanda
sebagai berikut pada pasien CML:
a.            ≥ 20% myeloblasts atau lymphoblasts di dalam
darah atau sumsum tulang
b.          Sekelompok besar dari sel blast pada biopsi
sumsum tulang
c.       Perkembangan dari cloroma
E.     Manifestasi Klinis
Umumnya gejala CML pada anak-anak. Biasanya tidak
spesifik, seperti fatigue, malaise dan penurunan berat
badan. Abdominal discomfort, yang di sebabkan oleh
splenomegali, biasanya juga di jumpai. Gejala biasanya
tidak nyata dan diagnosa sering di tegakkan bila
pemeriksaan darah di lakukan atas alasan lain.
Hipermetabolisme, termasuk kehilangan berat badan,
anoreksia dan keringat malam. Gejala leukostasis seperti
gangguan penglihatan atau priapismus, jarang terjadi.
Pasien sering asimptomatik pada saat pemeriksaan
hanya ditemukan peningkatan leukosit pada pemeriksaan
jumlah leukosit dalam pemeriksaan darah. Pada keadaan
ini CML harus dibedakan dari reaksi leukemoid yang mana
pada pemeriksaan darah tepi memiliki gambaran yang
serupa. Gejala dari CML adalah malaise, demam, gout atau
nyeri sendi, meningkatnya kemungkinan infeksi, anemia,
trombositopenia, mudah lebam dan terdapatnya
spenomegali pada pemeriksaan fisik.
Gambaran klinis CML
Umum :                                                    Jarang :
a.       Fatigue                                              a.   Nyeri tulang
b.      Berat badan menurun                       b.   Perdarahan
c.       Abdominal discomfort                     c.   Berkeringat
d.      Asimtomatik                                     d.   Demam
e.    Leukosis
f.    Gout
 g.   Speen infark
Mayoritas anak anak dijumpai splenomegali,
penemuan lain biasanya tidak spesifik. Hepatomegali teraba
(1-2 cm) tetapi hepatomegali hebat limfadenopati sangan
tidak umum kecuali penyakit itu sudah fase lanjut atau blast
krisis.tanda lekositosis (eg. Retinal hemoragik, pupil edema,
pnapismus). Biasanya kelihatan pada saat lekosit tinggi
(>300x 10 g/L). Beberapa laporan menduga bahwa tanda
tanda CML lebih umum pada anak anak dari pada dewasa,
walaupundari 40 anak anak hanya 3(7,5%) yang mengalami
lekositosis. Nodul di kulit akibat deposit leukemic
(chloromas) jarang dijumpai biasanya di hubungan dengan
fase lanjut atau blast krisis.
F.      Penatalaksanaan
1.      Pelaksanaan kemoterapi
2.      Iridasi kranial
3.      Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :
a.    Fase induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakan. Pada
terapi ini diberikan terapai kortikosteroid (predsison)
vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan berhasil jika tanda tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan dalam sel sumsum
tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b.    Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methokexate,
cytarabine dan hydrocotison melalui intratrkeal
untuk mencegah invasi sel leukimia ke otak. Terapi
iridasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia
yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c.       Konsilidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk
mempertahankan remisis dan untuk mengurangai
jumlah sel sel leukimia yang beredar dalam tubuh.
Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk merespon sumsum
tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau
dosis dikurangi.
G.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan darah tepi
Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala
yang terlihat pada darah tepi berupa adanya
pensitopenia limfositosis yang menyebabkan darah tepi
monoton dan terdapat sel blast.
2.      Kimia darah
3.      Sumsum tulang
4.      Biopsi limfe
Memperlihatakan poliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limfe yang terdesak seperti
limfosit normal. RES-cairan sereblospinalis terdapat
peninggian jumlahsel patologis dan protein.
5.      Sitogenik
Menunjukan kelainan kromosom yaitu kromosom
21 (kromosom philadelpia atau PHI
  
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

I.     PENGKAJIAN
A.    Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumppulan informasi
tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentukan masalah masalah serta kebutuhan
kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien
1.      Identitas pasien
Meliputi nama, umur, biasanya penderita Cronik
Mielositik Leukimia (CML) lebih sering  ditemukan
pada anak anak(82%) dari usia dewasa (18%) dan
lebih sering ditemukan pada laki laki dari pada
wanita.
2.      Keluhan utama
Pada umumnya pasien dengan CML akan mengeluh
adanya gejala gejala spesifik seperti panas, nyeri,
mengeluh lemah dan adanya perdarahan.
3.      Riwayat penyakit dahulu
a.       Antenatal : ibu menderita leukimia
b.      Natal : −
c.       Post natal : −
4.      Riwayat penyakit keluarga
Kemungkinan keluarga ada yang menderita penyakit
leukimia, anemia dan lain lain yang berkenaan
dengan hematologi.
5.      Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan CML biasanya diawali dengan adanya
tanda tanda seperti pucat yang disertai panas
mendadak, perdarahan (epistalesis, perdarahan gusi).
B.     Pemeriksaan
1.      Umum
Meliputi keadaan umum penderita,status kesehatan
umum, kesadaran, tinggui badan, berat badan, suhu,
nadi, tekanan darah dan pernafasan penderita.
2.      Fisik
Wajah         = pucat
Mata           = konjungtiva anemis, perdarahan retina,
pupil edema
Hidung       = epitaksis
Mulut                = gusi berdarah, bibir pucat, hipertrofi
gusi, stomatitis
Leher                  = pembesaran kelenjar getah bening,
faringiti
Dada          = nyeri tekan pada tulang dada, terdapat
efusi pleura
Abdomen    = hepatomegali, splenomegali,
limfodenopati
Keletal       = nyeri tulang dada dan sendi
Integumen  = purpura, chimosis, ptekie, mudah menat
3.      Laboratorium
a.       Amunsang pemeriksaan darah tepi
Berdasarkan kelainan sumsum tulang gejala
yang terlihat pada darah tepi berupa adanya
pansitipenia, limfositosis, yang menyebabkan
darah tepi menurun dan terdapat sel blast
b.      Kimia darah
Kolesterol kemungkinan rendah, asam urat
meningkat
c.       Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan
gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari
sel 1 limfopoetik patologis, sedangkan system lain
terdesak
d.      Biopsi limfa
Memperlihatkan poliferasi sel leukimia dan
sel yang berasal dari jaringan limfa yang terdesak
e.       Cairan serebrospinal
Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan
protein
f.       Sitogenik
Menunjukan kelainan kromosom yaitu
kromosom 21 (kromosom philadelphia)
kemungkinan diagnosa keperawatan yang
muncul resiko infeksi sehubungan dengan ketidak
efektifan sistem imun
C.     Aktifitas Kehidupan Sehari hari
1.      Persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit
CML terutama tentang pemeliharaan kesehatannya.
2.      Nutrisi
Adakah penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan
3.      Eliminasi
Apakah terjadi konstipasi dan diare
4.      Aktifitas
Apakah ada keluhan lemas, lelah, nyeri sendi
5.      Istirahat
       Sering tidur
6.      Personal Hygiene
       Terganggu

II.     DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.          Resiko Infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh.
2.          Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan akibat
anemia.
3.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual, muntah.
4.      Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia.
5.          Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau
perubahan cepat pada penampilan.

III.     RENCANA TINDAKAN


Dx 1                              : Resiko Infeksi berhubungan dengan
menurunnya sistem
                        pertahanan tubuh.
Tujuan             : Pasien bebas dari infeksi.
Kriteria Hasil  :  a. Normotemia
                          b. Hasil kultur negative
                          c. Peningkatan penyembuhan
Rencana Tindakan:
1.      Pantau suhu dengan teliti (TTV)
R/: Untuk mendeteksi kemungkinan infeksi.
2.      Tempatkan pasien dalam ruangan khusus
R/: Untuk meminimalkan terpaparnya pasien dari
sumber infeksi.
3.          Menggunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua
prosedur invasif.
R/: Untuk mencegah kontaminasi silang atau
menurunkan risiko infeksi.
4.      Berikan periode istirahat tanpa gangguan.
R/: Menambah energy untuk penyembuhan dan
regenerasi seluler
5.      Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik
sesuai ketentuan
R/: Diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi
khusus.

Dx 2                : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan


kelemahan akibat
                        anemia.
Tujuan             : Terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria Hasil  :  a. Pasien tidak pusing
b. Hb 12 gr/%
c. Leukosit normal
d. Tidak anemis 
Rencana tindakan:
1.          Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa
gangguan
R/: Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi
seluler atau penyambungan jaringan.
2.          Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas
yang diinginkan atau dibutuhkan.
R/: Mengidentifikasi kebutuhan individual dan
membantu pemilihan intervensi.
3.          Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan
ambulasi.
R/: Memaksimalkan sediaan energi untuk perawatan
diri
4.          Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
transfusi darah.
R/: Transfusi darah dapat meningkatkan kadar
hemoglobin di dalam diri pasien.

Dx 3                              : Resiko tinggi kekurangan volume cairan


berhubungan dengan
                        mual dan muntah.
Tujuan                       : Tidak terjadi kekurangan volume cairan,
pasien tidak mengalami
                        mual dan muntah.
Kriteria Hasil  :  a. Klien tidak lemah dan anemis
                           b. Turgor kulit membaik
                           c. Mukosa bibir lembab, tidak sianosis
Rencana tindakan:
1.          Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya
kemoterapi.
R/: Untuk mencegah mual dan muntah
2.          Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan
program kemoterapi.
R/: Untuk mencegah episode berulang
3.          Hindari memberikan makanan yang beraroma
menyengat.
R/: Bau menyengat dapat menimbulkan mual dan
muntah
4.      Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering.
R/: Karena jumlah kecil biasanya di toleransi dengan
baik
5.          Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan
intravena sesuai terapi yang telah ditentukan
Dx 4                              : Nyeri yang berhubungan dengan efek
psikologis dan leukemia.
Tujuan                        : Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri
menurun sampai tingkat
                        yang dan diterima pasien.
Kriteria Hasil  :  a. Pasien secara verbal mengatakan nyeri
berkurang/ hilang.
                           b. Penderita dapat melakukan metode atau
tindakan untuk
mengatasi atau mengurangi nyeri.
                 c. Pergerakan penderita bertambah luas.
Rencana tindakan            :
1.      Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 10.
R/ : Informasi memberikan data dasar untuk
mengevaluasi kebutuhan atau 
       keefektifan intervensi,
2.      Ciptakan lingkungan yang tenang.
R/ : Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.
3.      Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
R/: Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan pasien.
4.      Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan
pasien.
R/: Posisi yang nyaman akan membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal
mungkin.
5.          Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obat
anti nyeri secara teratur.
R/: Untuk mencegah kambuhnya nyeri.

Dx 5                                        : Gangguan citra tubuh berhubungan


dengan alopesia atau
perubahan cepat pada penampilan.
Tujuan                                  : Pasien atau keluarga menunjukkan
perilaku koping positif.
Kriteria Hasil              : a. Pasien bisa menjaga dan merawat
kebersihan dirinya
       sendiri.
                                         b. Keluarga tidak cemas.
                                         c. Pasien memahami instruksi dari
perawat.
Rencana tindakan            :
1.          Berikan penutup kepala yang adekuat selama
pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin.
R/: Karena hilangnya perlindungan rambut.
2.          Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipi situ
tetap bersih, pendek dan halus.
R/: Untuk menyamarkan kebotakkan rambut.
3.          Dorong hygiene dan alat-alat yang sesuai dengan jenis
kelamin, misalnya wig, scarf, topi, tata rias dan pakaian
yang menarik.
R/: Untuk meningkatkan penampilan.

IV.     PELAKSANAAN
        Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan dari
perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk
mencapai hasil efektif. Dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan
harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari
rencana yang telah ditentukan dapat tercapai.

  V.     EVALUASI
        Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan
rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pasien dengan leukimiah adalah :
a.       Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b.      Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari sesuai tingkat
kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi
aktifitas.
c.       Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d.          Pasien menyerap makanan dan cairan agar tidak
mengalami mual dan muntah.
e.       Masukkan nutrisi adekuat.
f.            Pasien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan
dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan,
tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
g.      Pasien tetap bersih.

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA CHRONIC MALIGNEOUS


LEUKOSIT (CML)

A.    PENGKAJIAN

Tempat                     : Ruang Pandan I  RSUD Dr. Soetomo


Surabaya

No. Registrasi           : 1242XXXX

Tanggal Pengkajian  : 13 Oktober 2015

Tanggal MRS           : 17 September 2015

              I.     Data Subyektif

1.    Biodata

a.    Nama                             : Tn. M

b.    Umur                              : 55 tahun

c.    Jenis kelamin                  : Laki-laki

d.   Alamat                           : Jl. Kramat Temenggung


Sidoarjo

e.    Suku/bangsa                   : Jawa/Indonesia

f.     Status perkawinan         : Menikah

g.    Agama                           : Islam

h.    Pendidikan                     : SD

i.      Pekerjaan                       : Kuli Bangunan

j.      Diagnosa Medis             : Chronic Myloid Leukimia


(CML)

2.    Riwayat Keperawatan

a.    Keluhan Utama


Pasien mengeluh nyeri.
P : Nyeri ditimbulkan karena aktifitas dan
gangguan pembentukan     
leukosit di tulang belakang
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk, terasa perih
R : Nyeri terpusat di tulang belakang
S : Nyeri berada pada skala 6, dari skala 1 sampai 10
T : Nyeri  kadang-kadang muncul
b.    Riwayat Keluhan Utama
Pasien mengatakan badannya lemas dan nyeri
tulang belakang sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, Hb pasien turun kurang dari 6.

c.    Upaya yang Dilakukan

Setelah mengeluh nyeri dan lemas, pasien


dibawah ke salah satu Rumah Sakit di Mojokerto
pada tanggal 14 September 2015, dirasa belum ada
perubahan pasien kontrol di pli posa RSUD Dr.
Soetomo pada tanggal 17 September 2015.

d.   Riwayat Penyakit Sekarang


Setelah mengeluh badannya lemas, pasien dirujuk
di rumah Sakit di Mojokerto pada tanggal 14
September 2015, pasien merasa belum ada
perubahan lalu pasien kontrol di poli posa RSUD Dr.
Soetomo pada Tanggal 17 September 2015, setelah di
observasi kembali dokter menyarankan untuk
dilakukan rawat inap karena pasien penurunan Hb.
e.       Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit
apapun sebelum di diagnosa penyakit Chronic
Myeloid Leukimia 3,5 tahun yang lalu.
f.       Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak
ada riwayat penyakit seperti yang diderita pasien
saat ini yaitu Chronic Myeloid Leukimia (CML), dan
keluarga pasien mengatakan tidak mempunyai
riwayat DM, hipertensi maupun stroke.
Genogram :

Keterangan :
                        = Laki-laki
                        = Laki-laki meninggal
                        = Perempuan
                        = Perempuan meninggal
                        = Penderita
                        = Garis pernikahan
                        = Garis keturunan
                        = Tinggal serumah

e.       Riwayat Kesehatan Lingkungan


Pasien mengatakan tinggal dirumah yang tidak
begitu bersih karena dekat dengan pabrik dan
pasien bekerja sebagai buruh bangunan.
f.       Riwayat Psikososial
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
gangguan psikososial.
3.    Pola Fungsi Kesehatan
a.    Pola Persepsi – pemeliharaan kesehatan
SMRS    : Pasien mengatakan tidak pernah merokok,
mandi 2x sehari,
                 sikat gigi 2x sehari pada pagi dan malam
hari.
MRS      : Pasien mengatakan sejak masuk rumah
sakit mandi hanya 1x
                 sehari terkadang juga tidak mandi karena
kondisi badan pasien yang lemas nyeri
tulang belakang.
b.    Pola Aktivitas dan Latihan
SMRS    : Pasien mengatakan bahwa aktivitasnya
sehari-hari adalah
sebagai kepala keluarga, pasien bekerja
sebagai buruh bangunan.
MRS      : Pasien mengatakan setelah di diagnosa
penyakit CML pasien
               sudah tidak bekerja lagi, aktivitas sehari
hari hanya di atas tempat tidur terkadang bermain
hp.
c.    Pola Nutrisi – Metabolisme
SMRS    : - Pasien mengatakan makan 3x sehari yang
terdiri dari nasi,
lauk, dan sayur, pasien juga selalu
menghabiskan porsi makannya.
- Pasien minum air putih ±1000 ml/hari
MRS      : - Pasien mengatakan nafsu makan
menurun, pasien
                   mendapatkan diet lunak TKTP dari rumah
sakit.
                                      - Pasien minum air putih ±1000 ml/hari
d.   Pola Eliminasi
SMRS    : BAB 1x sehari, warna kuning kecokelatan
dengan konsistensi
padat, bau khas feses. BAK ±5-8 kali sehari,
warna kuning jernih, bau khas urine.
MRS      : BAB 1x sehari, warna kuning kecokelatan
dengan konsistensi
padat, bau khas feses. BAK ±3-5 kali sehari,
warna kuning jernih, bau khas urine.
e.    Pola Tidur – Istirahat
SMRS    : Pasien mengatakan tidur siang mulai pukul
12.00-14.00 dan
                 tidur malam  mulai pukul 21.00-04.00
MRS      : Pasien mengatakan 1 jam sekali pasien
terbangun karena rasa nyeri.
f.     Pola Hubungan dan Peran
SMRS    : Keluarga pasien mengatakan hubungan
pasien dengan
               keluarganya, tetangga, maupun rekan kerja
baik.
MRS      : Keluarga pasien mengatakan keluarga
selalu menjaganya dan
  hubungan pasien dengan pasien lain dan
perawat juga baik.
g.    Pola Sensori – Kognitif
SMRS    : Pasien mengatakan tidak punya gangguan
pada mata dan
               telinga
MRS      : Pasien mengatakan tidak ada gangguan
pada mata tetapi
  telinga terasa berdenging.
h.    Pola Persepsi – Konsep Diri
SMRS    : Pasien mengatakan ia adalah orang yang
percaya diri.
MRS      : Pasien mengatakan ia tetap percaya diri
meskipun kondisinya
               sakit.
i.      Pola seksual reproduksi
     Pasien memiliki 2 anak semuanya berjenis
kelamin laki-laki.
j.      Pola mekanisme kopping stres
                          Pasien memahami tentang penyakit yang
dideritanya.
k.    Pola tata nilai kepercayaan
SMRS    : Pasien mengatakan beragama Islam dan
rutin menjalankan
               sholat.
MRS      : Pasien beribadah dengan kondisi
keterbatasan fisiknya.

           II.     DATA OBJEKTIF


1.      Keadaan umum    : cukup (gelisah)
2.      GCS                     : 456
3.      Tanda-tanda vital
a.       Tekanan darah     : 130/90 mmHg
b.      Nadi                    : 74x/menit
c.       Suhu                    : 36˚C
d.      Pernafasan           : 19x/menit
4.      Tinggi badan        : 170 cm
5.      Berat badan          : 65 kg

6.      Pemeriksaan fisik


a.       Kepala
Inspeksi   : warna rambut hitam, penyebaran
merata, tidak terdapat
                 ketombe/kotoran
Palpasi     : tidak terdapat benjolan
b.      Mata
Inspeksi   : tidak terdapat sekret, conjungtiva
anemis, penglihatan
                 baik
c.       Hidung
Inspeksi   : bentuk simetris, tidak ada
pembengkakan, tidak terdapat
                 sekret
d.      Mulut
Inspeksi   : mukosa bibir kering dan pucat, tidak
terdapat lesi
e.       Telinga
Inspeksi   : bersih, tidak terdapat serumen, tidak
ada lesi
Palpasi     : tidak terdapat benjolan, tidak ada
peradangan,
                 pendengaran baik
f.       Leher
Inspeksi   : warna kulit merata, tidak terdapat lesi
Palpasi     : tidak terdapat pembesaran vena
jugularis pada leher
g.      Dada/Thorak
Inspeksi      : bentuk dada simetris, tidak terdapat
lesi, warna kulit
                   merata
Palpasi        : tidak terdapat benjolan,
pengembangan paru kiri dan
                   kanan sama
Perkusi       : bunyi suara janting S1, S2 tunggal
Auskultasi  : vesikuler
h.      Abdomen
Inspeksi         : tidak terdapat lesi, tidak ada luka
bekas operasi, ada
pembesaran abdomen sebelah kiri
pada organ lambung, warna kulit
merata
Palpasi           : adanya ptekie, ada nyeri tekan
perut sebelah kiri
                      (kuadran kiri atas) karena perbesaran
kelenjar limfe
Auskultasi     : bising usus 8x/menit
Perkusi          : bunyi timpani
i.        Genetalia      
Inspeksi         : tidak terpasang karteter urine
Palpasi           : tidak terkaji
j.        Ekstremitas
Atas       : tangan kanan terpasang infus,
pergerakan lemah, refleks
                bisep dan trisep baik
Bawah   : pergerakan lemah refleks patela baik,
refleks bisep dan
                trisep baik
k.      Kulit
Pucat, turgor buruk, tekstur halus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.       Hasil Pemeriksaan Patologi Klinik
                  Tanggal : 2 Oktober 2015
Hasil
Pemeriksaan Nilai Normal
Pemeriksaan
HGB 7,9 L = 13,3 - 16,6 g/dL
P = 11,0 - 14,7 g/dL
3,69 - 5,46
RBC 2,88
(10^6/uL)
HCT 23,5 L = 41,3 - 52,1 %
P = 35,2 - 46,7 %
MCV 81,6 86,7 - 102,3 fL
WBC 1,59 3,37 - 10 (10^3/uL)
b.      Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik
Tanggal : 2 Oktober 2015
Pemeriksaaan Hasil Satuan Nilai Normal
GGDT 31 u/L L = 0-50
P = 0-35
GGPT 47 u/L L = 0-50
P = 0-35
Albumin 3,8 g/dL 3,4 – 5,0
Total protein 7 g/dL 6,4 – 8,2
Globulin 3,2 g/dL 3,2 – 3,9
Direk bilirubin 0,69 mg/dL 0,00 - 0,20
Total bilirubin 1,51 mg/dL 0,2 - 1,00
BUN 14 mg/dL 7 – 18
Kreatinin
1,0 mg/dL 0,6 - 1,3
serum
Asam urat 2,9 mg/dL 2,6 - 7,2

Terapi yang diberikan


1.      Infus
a.       Infus aminofluid : Pz = 1:2
b.      Infus = 21 tpm
2.      Injeksi
a.       Injeksi ranitidine         2 x 2mg (pukul 08.00 dan
20.00)
b.      Injeksi ceftriaxone 1 x 1gr  (pukul 08.00)
c.       Ketorolax                    2 x 10 mg
3.      Obat oral
a.       Asam folat       3 x 1 tablet 1mg
b.      PCT                 3 x 1 tablet 500m

ANALISA DATA
NO PENGELOMPOKAN  DATA KEMUNGKINAN MASALAH
PENYEBAB
1. Ds: Pasien mengatakan nyeri Faktor predisposisi Nyeri
pada tulang belakang leukimia
Do : Tanda-tanda vital  
Tekanan darah: 130/90 Leukiemia
mmHg  
Nadi                : 74x/menit
Suhu                : 36˚C CML
Pernafasan       : 19x/menit  
Skala nyeri : 6 dari (1-10)
P : Nyeri ditimbulkan Leukositopeni
karena aktifitas dan  
istirahat di tempat tidur
Q :Nyeri seperti tertusuk- Myloprolif
tusuk, terasa perih erasi
R : Nyeri terpusat di tulang  
belakang
Infiltrasi
T : Nyeri  kadang-kadang
muncul dengan sumsum
frekuensi rata rata tulang
setiap 3 jam  
Pasien terlihat gelisah
2. Retraksi Intoleransi
reseptor Aktifitas
Ds: Pasien mengatakan Nervus ending
badannya lemas sejak 1
 
minggu yang lalu dan
adanya perdarahan pada Nyeri
gusi tulang
belakang
Do : -   Konjungtiva anemis
-       Pasien terlihat lemas
-       Tanda-tanda vital
TD            : 130/90 mmHg
Nadi          : 74x/menit
Suhu          : 36˚C
Pernafasan : 19x/menit Faktor Internal (Genetik
-          Hb : 9,9 g/dL imunologi)
-          PCT : 6000 /uL  
-          Kekuatan otot Leukemia
        3   3
        3   3  
Leukosit
memfagosi
t eritrosit dan trombosit
 

Potensial terjadi
perdarahan
 
Penekana
n BM
gangguan pembentukan
komponen darah
 
Anemia
 
Lemah
 
Gannggua
n gerak
dan aktifitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama/Umur       : Tn M / 55 Th
Nomor Register : 12425725
Diagnosa Medis            : Chronic Myloid Leukemia (CML)
Ruangan            : Ruang Pandan 1 RSUD Dr.Soetomo
TANGGAL NAMA
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
DITEMUKAN DIATASI JELAS
1. Nyeri yang berhubungan dengan 13 Oktober
infiltrasi sumsum tulang yang di 2015
tandai dengan
Do: TD : 120/80 mmHg
N   : 75 x/menit
R   : 18 x/menit
Skala nyeri : 6 dari (1-10)
P : Nyeri ditimbulkan karena
aktifitas dan gangguan
pembentukan leukosit di
tulang belakang
Q :Nyeri seperti tertusuk-tusuk,
terasa perih
R : Nyeri terpusat di tulang
belakang
T : Nyeri  kadang-kadang
2. 13 Oktober
muncul
Pasien terlihat gelisah 2015

Intoleransi aktifitas berhubungan


dengan anemia yang di tandai
dengan penurunan kadar Hb 9,9
g/dL dan pndarahan gusi

RENCANA KEPERAWATAN

Nama/Umur       : Tn M / 55 Th
Nomor Register : 12425725
Diagnosa Medis            : Chronic Myloid Leukemia (CML)
Ruangan            : Ruang Pandan 1 RSUD Dr.Soetomo
N D TUJUAN RE RASI
O I KRITERIA HASIL NC ONA
A AN L
G A
N TI
O ND
S AK
A AN
K
E
P
E
R
A
W
A
T
A
N
1 N Tujuan: 1.    1.   
. y K Me
e a mb
r ji ant
i ti u
y n me
a g ng
n k kaj
g a i
b t keb
e n utu
r y ha
h e n
u Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, nyeri hilang atau r unt
b berkurang i uk
u Set int
KH :
n ia erv
-  Nyeri hilang atau berkurang menjadi skala 3
g p6 ens
-  Pasien tampak rileks dan mampu beristirahat dengan tepat
a ja i,
n m me
d ngi
e ndi
n kas
g 2.    i
a C terj
n e adi
i k ny
n m a
fi o ko
lt n mp
2
r it lik
.
a o asi
s r 2.   
i i Me
s n mb
u g ant
m v u
Tujuan :
s it me
Setelah dilakukan asuahan keperawatan selama 2x24 jam, pasien tidak
u a nge
mengalami tanda-tanda perdarahan
m l val
t KH : s uas
u -  TTV Normal i i
l TD : 120/80 mmHg g per
a N   : 70-80 x/menit n ny
n S   : 36,6-37,5⁰C T ata
g R   : 16-20 x/menit D an
d -  Tidak terdapat pendarahan , ver
a -  Hb N bal
r L: 14-18 g/dL , da
i P : 12-16 g/Dl S n
l , kef
e R efe
u R ktif
k s an
e e int
m ti erv
a
i p ens
a 6 i
j 3.   
a Me
m nin
gka
tka
3.    n
B isti
e rah
r at
i da
k n
a mn
n ing
li kat
n ka
g n
k ke
u ma
n mp
g ua
a n
n ko
t pin
e g
n 4.   
I
a Da
n
n pat
t
g me
o
d nu
l
a ru
e
n nk
r
k an
a
u ket
n
r ida
s
a kn
i
n ya
a
g ma
k
i na
t
r n
i
a tul

n ang
t
g sen
a
s di
s
a
b 5.   
n
e Me
g
r mu
a
h da
n
u hk
p
b an
e
u rel
n
n aks
u
g asi,
h
a ter
s
n api
t
d far
r
e ma
e
n kol
s,
g ogi
b
a ta
a
n mb
t
a ah
a
n an
s
e da
i
m n
i p me
a e nin
y n gka
a g tka
n u n
g n ke
d j ma
i u mp
t n ua
a g n
n 4.    ko
d T pin
a e g
i m 6.   
d p Unt
e a uk
n t me
g k ng
a a ura
n n ngi
p p ras
e a a
n d nye
u a ri
r p
u o
n s
a i
n s
k i
a y
d a
a n
r g
1.   
H n
Unt
b y
uk
9 a
me
, m
nge
9 a
tah
g n
ui
/ d
bat
d a
as
L n
nor
d s
ma
a o
l
n k
tan
p o
da-
e n
tan
n g
da
d s
vit
a e
al
r n
pas
a d
ien
h i,
TD
a e
:
n k
120
g s
/80
u t
m
s r
mH
i e
g
m
N  
it
:
a
70
s
-
d
80
e
x/
n m
g e
a ni
n t
b S   :
a 36
n ,6-
t 37
a ,5
l ⁰C
a R   :
n 16
5.    -
A 20
n x/
j m
u e
r ni
k t
a 2.   
n Me
t ma
e ksi
k ma
n lka
i n
k sed
m iaa
a n
n ene
e rgi
j unt
e uk
m ber
n kti
n vit
y as
e ata
r u
i, per
r aw
e ata
l n
a diri
k 3.   
s Me
a ng
s he
i: ma
t t
a ene
r rgi
i unt
k uk
n akt
a fita
f s
a da
s n
d reg
a ene
l ras
a i
m sel
ule
r
6.    ata
K u
o
l pe
a ny
b am
o bu
r
nga
a
s n
i jari
d nga
e n
n
4.   
g
a Tra
n nfu
d si
o
dar
k
t ah
e da
r pat
u me
n
nin
t
u gkt
k ka
p n
e ka
m
b dar
e Hb
r did
i ala
a
m
n
t dar
e ah
r pas
a
ien
p
i .
o 5.   
b Unt
a uk
t
me
I
n nce
j gah
e ada
k
ny
s
i a
r pe
a nd
n ara
it
i ha
d n
i ke
n mb
e
ali
2
x
2
m
g
(
p
u
k
u
l
0
8
.
0
0
d
a
n
2
0
.
0
0
)
I
n
j
e
k
s
i
c
e
ft
r
i
a
x
o
n
e
1
x
1
g

(
p
u
k
u
l
0
8
.
0
0
)
K
e
t
o
r
o
l
a
x
2
x
1
0
m
g
O
b
a
t
o
r
a
l
A
s
a
m
f
o
l
a
t
3
x
1
t
a
b
l
e
t
1
m
g
P
C
T
3
x
1
t
a
b
l
e
t
5
0
0
m
g

1.   
M
e
n
g
o
b
s
e
r
v
a
s
i
t
a
n
d
a
-
t
a
n
d
a
v
it
a
l

2.   
M
e
m
b
a
t
a
s
i
a
k
ti
v
it
a
s

s
i
k

3.   
A
n
j
u
r
k
a
n
u
n
t
u
k
b
e
d
r
e
s
t

4.   
B
e
r
k
o
l
a
b
o
r
a
s
i
d
a
l
a
m
p
e
m
b
e
r
i
a
n
t
r
a
n
f
u
s
i
T
C
1
0
b
a
g

5.   
P
a
n
t
a
u
a
d
a
n
y
a
p
e
n
d
a
r
a
h
a
n

PELAKSANAAN

NO TANGGAL/ TANDA
TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA JAM TANGAN
DX No. 1 13 Oktober
2015/ 1        Memberikan injeksi:
08.00 a.       Ceftriaxon 1 x 1g
b.      Ranitidin   1 x 2mg
c.       Ketorolax  1 x 10mg

08.30 2.      Mengkaji tingkat nyeri dengan


menggunakan menanyakan skala nyeri
1-10
R/ : Pasien mengatakan nyeri pada skala
09.30 6 dan nyeri hilang dan timbul

3.      Observasi tanda-tanda vital:


TD : 120/80 mmHg
N   : 75 x/menit
S    : 36,5⁰C
10.10
RR : 18 x/menit

4.     Memberikan lingkungan yang tenang


pada pasien dengan mengurangi
11.00 penjenguk yang ada
R/ : Pasien dan kluarga pasien awalnya
tidak setuju dengan pelaksanaan
11.30
tersebut, tetapi setelah diberikan
DX No. 1 penjelasan, keluarga pasien dapat
menerimanya

14 Oktober 5.     Anjurkan teknik manejemen nyeri,


2015/ relaksasi: tarik nafas dalam
15.00 6.     Memberikan pasien posisi yang
nyaman dengan memberikan bantalan
di ektremitas bawah dan lengan sebelah
16.00 kanan
R/ : Keluarga pasien dapat menerima
tindakan tersebut bahkan sudah
bisa menerimanya
17.30

1.      Memberikan injeksi analgesik dan


antibiotik
a. Injeksi ranitidin 1x ampl
b. Injeksi ceftriaxone 1 vial
18.30

2.      Mengajarkan teknik relaksasi, misalnya


19.00 tarik nafas dalam-dalam, kurangi bebas
fikiran
R/ : Pasien dapat mengikuti gerakan
teknik relaksasi
DX No. 2
19.30 3.        Observasi tanda-tanda vital:
TD : 120/70 mmHg
N   : 70 x/menit
S    : 36,3⁰C
R    : 18 x/menit

13 Oktober
4.      Mengkaji tingkat nyeri
2015/
R/ : Pasien mengatakan nyerinya sudah
08.30
sedikit berkurang

5.     Memberikan pasien posisi yang


nyaman dengan memberikan bantalan
09.00
di ektremitas bawah dan lengan sebelah
kanan
R/ : Keluarga pasien dapat menerima
tindakan tersebut bahkan sudah
09.30 bisa menerimanya

6.    Memberikan lingkungan yang tenang


pada pasien dengan mengurangi
10.00 penjenguk yang ada
R/ : Pasien dan kluarga pasien awalnya
DX No. 2 tidak setuju dengan pelaksanaan
tersebut, tetapi setelah diberikan
10.30 penjelasan, keluarga pasien dapat
menerimanya
11.00

1.      Memberikan obat injeksi:


12.00 a.       Cepriaxon
b.      Ranitidin
c.       Ceftriaxon
14 Oktober
2015/ 2.      Observasi tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
15.30
N  : 75 x/menit
S   : 36,5⁰C
R   : 18 x/menit
16.00
3.      Mengajarkan pasien untuk aktifitas
fisik, seperti BAK di pispot
R/ : Respon pasien dan keluarga baik,
16.30 dapat menerima penjelasan
dengan baik
17.00
4.      Menganjurkan pasien untuk bedrest
segala perawatan oleh istri dan
keluarga pasin, misalnya: BAK, mandi,
BAB
R/ : Pasien dan keluarga pasien dapat
menerima penjelasan dengan baik

5.      Dilakukan tranfusi darah TC 10  bag

6.      Mengaganti cairan infus


        Aminofluid : PZ
1        : 2

7.      Memantau adanya perdarahan


R/ : Pasien mengatakan jika gusinya
masih terdapat sedikit perdarahan

1.      Memberikan injeksi:


d.      Cepriaxon
e.       Ranitidin
f.       Ceftriaxon

2        Mengajarkan keluarga pasien dalam


perawatan diri, misalnya: mandi, BAK
R/ : Pasien dan keluarga pasien dapat
menerima dengan baik

3        Memantau kembali adanya


perdarahan

4        Observasi tanda-tanda vital:


TD : 120/70 mmHg
N   : 70 x/menit
R   : 18 x/menit

CATATAN PERKEMBANGAN

NO.
TANGGAL PERKEMBANGAN PELAKSANA
Dx.KEP
13 Oktober Dx 1 S  : Pasien mengatakan nyeri berada di
skala 6
2015 O : Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
N   : 75 x/menit
S    : 36,5⁰C
R   : 18 x/menit
A  : Masalah belum teratasi
P   : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6
Dx 2
13 Oktober S  : Pasien mengatakan gusi berdarah
2015 sedikit
O  : Konjungtiva anemis
Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N    : 75 x/menit
S     : 36,5⁰C
R    : 18 x/menit
A  : Masalah teratasi sebagian
P  : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
Dx 1
14 Oktober S  : Pasien mengatakan nyeri sudah
2015 berkurang dan berada di skala 5
meskipun nyeri tersebut muncul lagi
O  : Pasien dapat tidur dengan posisi yang
nyaman
Memantau Tanda-tanda vital:
TD : 120/70 mmHg
N    : 70 x/menit
S     : 36,3⁰C
RR  : 18 x/menit
Dx 2 A  : Masalah teratasi sebagian
P  : intervensi dilanjutkan 1,2,6
14 Oktober
2015 S  : Pasien mengatakan gusinya tidak
berdarah
O  : Kojungtiva anemis
TD : 120/70 mmHg
N    : 70 x/menit
S     : 36,3⁰C
RR  : 18 x/menit
A  : Masalah teratasi sebagian
P   : Intervensi dilanjutkan 1,2,5

PEMBAHASAN

Setelah mempelajari tinjauan pustaka dan melaksanakan


asuhan keperawatan pada klien CML dengan masalah nyeri,
maka akan dibahas mengenai:
A.    Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian identitas, didapatkan klien  berusia
55 tahun. Hal ini biasanya penderita Cronik Mielositik
Leukimia (CML) lebih sering  ditemukan pada laki-laki dari
pada wanita. Hal ini sesuai dengan Teorithe Leukimia and
Lymphoma Society (2009) Amerika Serikat.
Berdasarkan hasil pengkajian riwayat penyakit pada
klien CML dengan masalah nyeri, klien mengalami gelisah,
susah tidur. Biasanya tidak spesifik, seperti fatigue, malaise
dan penurunan berat badan. Abdominal discomfort, yang
disebabkan oleh splenomegali. Gejala leukostasis seperti
gangguan penglihatan atau priapismus jarang terjadi. Hal
ini sesuai dengan teori (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah
yang berasal dari sumsum tulang yang ditandai oleh
proliferasi sel–sel darah putih dengan manifestasi adanya
sel–sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada
gangguan dalam pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam
darah berproriferasi secara tidak teratur dan tidak
terkendali dan fungsinya pun menjadi normal. Oleh karena
proses tersebut fungsi–fungsi lain dari sel darah merah
normal terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia
yang dikenal dalam klinik. Dari hasil pengkajian tanda dan
gejala yang di dapatkan, dapat diketahui bahwa gejala
penyakit CML yang mengalami nyeri antara lain adalah
klien mengalami gelisah, mengeringai.
Pada riwayat penyakit dahulu, klien tidak
mempunyai riwayat penyakit apapun sebelum didiagnosa
penyakit CML sejak 3 tahun yang lalu dan saat ini penyakit
CML timbul lagi.
Pada pengkajian pola eliminasi,  tidak di dapatkan
klien dengan CML mengalami kekurang volume cairan,
dengan hasil observasi BAB 1x warna kuning kecoklatan
dnegan konsistensi padat, bau khas feses, BAK  3-5 kali
warna kunig jernih, bau khas urine. klien tidak mengalami
defisit volume cairan.
Pada pengkajian terapi medis, klien mendapatkan
terapi infus: aminofluid, NaCl 0,9% (pz) 14 tpm , injeksi
ranitidin 2x ampul, ceftriaxone 1 vial, ketorolax, obat gizi:
asam folat 3x1, pct 3x1. Klien mendapatkan ranitidin untuk
menangani gejala akibat produksi asam lambung yang
berlebihan. Ceftriaxone adalah golongan antibiotik yang
dapat digunakan untuk mengobati beberapa kondisi akibat
infeksi bakteri, dan infeksi pada pasien dengan sel darah
putih yang rendah. Selain itu, ceftriaxone juga bisa
diberikan kepada pasien yang akan menjalani operasi-
operasi tertentu untuk mencegah terjadinya infeksi. Diit
klien yaitu  diit NT TKTP. Hal ini klien mendapatkan
antibiotik yang dimaksudkan untuk membunuh kuman
penyebab CML.
Penulis menemukan kesenjangan pada hasil
pemeriksaan laboratorium bahwa secara teori pasien CML
mengalami produksi sel darah putih yang belum matang
secara berlebihan. Namun pada hasil laboratorium didapati
nilai sel darah putih dibawah nilai normal antara tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus. Dari pengkajian pemeriksan
fisik serta tanda dan gejalanya sesuai dengan tinjauan
pustaka.

B.     Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang terjadi pada klien adalah
nyeri berhubungan dengan efek fisologis, hal ini sesuai
dengan teori (Iman, 1997) yaitu Depresi sumsum tulang
yang takkan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit,
factor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
Adanya infiltrasi pada ekstramedular akan berakibat
terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri
persendian  karena hasil pengkajian pada kedua klien
mendukung diangkatnya masalah keperawatan tersebut.

C.     Perencanaan
Pada perumusan perencanaan antara tinjauan
pustaka dengan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
yang terjadi. Pada tinjauan pustaka perencanaan
menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada
pencapaian tujuan yang sesuai dengan perencanaan pada
tinjauan kasus. Penulis berupaya untuk memandirikan
pasien dan keluarga dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan dalam menyelesaikan,mengurangi masalah,
dan perubahan tingkah laku
Dalam tujuan tinjauan kasus pada kedua pasien
dicantumkan kriteria waktu untuk mengatasi masalah
pasien secara efektif dan efisien yang disesuaikan dengan
keadaan kedua pasien secara langsung. Perencanaan
keperawatan yang disusun juga tidak terdapat kesenjangan
antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.
Pada diagnosa keperawatan nyeri yang berhubungan
dengan efek fisiologis dari leukimia terdapat 6 perencanaan
yaitu observasi tanda-tanda vital, ciptakan lingkungan yang
tenang, ajarkan teknik distraksi dan relaksasi, atur posisi
pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien, dan
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obat anti
nyeri secara teratur. Semua perencanaan tersebut
dilakukan pada klien karena kondisi klinis klien.

D.    Pelaksanaan
Pada perencanaan, dituliskan bahwa tindakan
keperawatan akan dilakukan dalam 2x24 jam, dalam 
pelaksanaan sebenarnya dilakukan sesuai perencanaan
yaitu  2x24 jam. Pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan
apa yang direncanakan, dan dilakukan secara berurutan,
yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, menciptakan
lingkungan yang tenang, mengajarjkan teknik distraksi dan
relaksasi, mengatur posisi pasien senyaman mungkin sesuai
keinginan pasien dan berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat-obat anti nyeri secara teratur. Pelaksaan
yang dilaksanakan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
pasien.

E.     Catatan Perkembangan


Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan alat ukur
keberhasilan pemberian asuhan keperawatan. Pada klien
masalah dapat diatasi sebagian dalam waktu 2 x 24 jam.
Pada catatan perkembangan, diagnosa pertama diperoleh
hasil evaluasi tindakan pertama klien mengatakan nyeri
yang dialami tidak berkurang, nyeri yang dialami juga
mengganggu rasa nyaman klien, tetapi pada tindakan kedua
nyeri pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang, pasien
juga dapat tidur dengan tenang ketika telah dilakukan
asuhan keperawatan.

    

 
- Februari 04, 2016

Tidak ada komentar:


Posting Komentar

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: aadenia05@gm Logout

Publikasikan Pratinjau Beri tahu saya

Posting Lebih Baru Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Kisah Kita (Tinggal Kenangan)

Jaman SMK Makassar

ASKEP CHRONIC MYELOID LEUKIMIA (CML)


MATERI SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN   PASIEN DENGAN DIAGNOSA
KOLABORATIF KEPERAWATAN NYERI CHRONIC MYELOID LEUKIMIA (CML)  ...

Mahasiswa akhir semester part 1


assalaumualaikum wr wb. alhamdulillah sudah memasuki tahun ke empat
dimana saat penentuan lulus dan tidaknya di dunia perkuliahan. ...

Kisah Kita (Tinggal Kenangan)


Jaman SMK Makassar

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai