Anda di halaman 1dari 3

1.

a. Ontologi Pancasila
Ontologi Pancasila, Ontology atau onlogi berasal dari kata ononthos (being)
artinya “yang ada” Ontologi adalah ilmu pengetahuan tentang “yang ada” sebagai
yang ada, hakekatsebenarnya tentang “yang ada” atau hakekat suatu obyek. Ontologi
Pancasila, adalah sesuatu yang ada. Manusia harus membuat dan meng-ada-kan
Pancasila itu dalam berbagai pengalaman hidup. Pancasila harus diuji keserasian
supaya bereksistensi. Pancasila perlu diuji dengan pengalaman,artinya Pancasila
sebagai obyek material dapat dipercaya keberadaannya jika manusia mengalami
sendiri makna Pancasila. Penting dalam keserasian memaknai Pancasila dalam setiap
pengalaman dalam tangkapan inderawi seseorang perlu serasi dengan tangkapan
inderawi orang lain. Pancasila menjadi sesuatu yang bereksistensi (existence), artinya
dialami secara inderawi pada tempat dan waktu tertentu. Yang bereksistensi adalah
nyata dan ada, namun “yang ada” tidak harus bereksistensi’. Manusia memiliki
peranan penting dalam ontologi Pancasila. Dengan Pancasila sebagai “Yang Ada”
dapat bereksistensi.
b. Kosmologi adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan keteraturan meliputi masalah
a) Jenis keteraturan apa yang ada dalam alam?
b) Apa hakikat hubungan sebab dan akibat?
Melihat dari hal itu bahwa pancasila merupakan nilai-nilai yang digunakan
untuk membuat suatu system dengan tujuan guna menciptakan keteraturan dalam
kehidupan baik secara kehidupan nasional maupun international melalui penerapan-
penerapan nilai-nilai pancasila.
Hakikat hubungan sebab akibat adalah bahwa nilai-nilai pancasila yang
apabila dapat diterapkan secara maksimal maka hal tersebut akan berakibat pada
kenyamanan dan kedamaian. Begitu pula sebaliknya apabila nilai-nilai itu disalah
artikan maka hasilnya pun akan menjadi buruk
c. Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa
Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan
tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan
dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan
menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Mahasiswa sebagai peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-
akademik yang memerlukan sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar dapat
mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebab keputusan
ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjadi bumerang bagi
dunia ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai (value –
free).
2.
a. Pancasila zaman orla
Pancasila zaman oral dibagi menjadi 3 kondisi
1. 1945-1950
Pada periode ini, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi dalam
penerapan Pancasila. Mulai dari upaya-upaya menggantikan Pancasila sebagai
dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia hingga munculnya berbagai
pemberontakan untuk mengganti ideologi. Dan masih banyak pemberontakan
seperti pemberontakan komunis dan DII
2. 1950-1955
Penerapan pada periode ini ingin mengarahkan Pancasila seperti ideologi
liberal. Pada periode ini pun masih ada beberapa pemberontakan, yakni: Republik
Maluku Selatan (RMS), Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI),
Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin lepas dari NKRI. Dari segi
politik, demokrasi pada periode ini berjalan lebih baik dengan adanya Pemilu
untuk memilih anggota Konstituante. Namun, Konstituante gagal menjalankan
tugasnya hingga Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
yang isinya membubarkan Konstituante dan kembali memakai UUD 1945.
3. 1956 – 1965
Periode ini juga dikenal dengan Demokrasi Terpimpin. Demokrasi tidak
berada pada kekuasaan rakyat, melainkan kekuasaan pribadi Presiden. Hal ini
yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam penafsiran Pancasila. Pada
masa ini, Presiden Soekarno dianggap menjadi otoriter karena ingin diangkat
menjadi presiden seumur hidup. Ia pun menggabungkan paham Nasionalis,
Agama, dan Komunis (Nasakom) menjadi satu yang ternyata tidak cocok dengan
NKRI. Di masa ini pun pemberontakan kembali terjadi. Yang dimaksud adalah
peristiwa G30S/PKI pada 30 September 1965 yang dipimpin oleh D.N. Aidit.
Tujuan pemberontakan tersebut adalah mendirikan Negara Soviet Indonesia dan
mengganti Pancasila dengan paham Komunis.
b. Zaman Orba
Dalam masa orde baru, penerapan Pancasila dan juga UUD 1945 dilakukan
secara sebagaimana seharusnya dilakukan (dilaksanakan secara murni). Dalam
menjalankan masa pemerintahan di masa orde baru, pemerintah pada waktu itu
berhasil untuk melakukan pertahanan terhadap Pancasila sebagai sebuah dasar negara
dan juga ideologi dari sebuah negara yang dimana kemudian berhasil untuk
menghentikan penyebaran dari paham ideologi komunisme di Indonesia pada waktu
itu. Tetapi, didalam masa pemerintahan masa orde baru, terdapat sebuah kekuarangan
yang dimana dilakukan oleh Presiden Soeharto pada waktu itu yang dimana kemudian
menggunakan sebuah demokrasi sentralistik. Sebuah kegiatan demokrasi yang dimana
hanya berpusat pada pemerintah pada waktu itu. Kemudian terdapat juga beberapa
penyelengan yang dimaan seperti koruspi, kolusi, dan juga nepotisme yang sangatlah
banyak di masa orde baru. Pemerintah mengalami krisis moneter yang dimana banyak
hutang kepada pihak asing.

c. Reformasi

Pancasila sebagai re-interprestasi yang dimana kemudian kembali dengan


sesuai kepada perkembangan zaman yang dimana kemudian mengartikan Pancasila
haruslah dapat meninterprestasikannya haruslah relevan dan juga kontekstual dan juga
penyampaian Pancasila sendiri haruslah sinkron dan juga sesuai dengan kenyataan
pada zaman saat ini.
Berbagai perubahan dilakukan guna untuk memperbaiki setiap pilar dari
kehidupan berbansa dan uga bernegara yang dimana dibawah dari penggunaan
ideologi Pancasila.

Tidak jauh dengan masa orde baru yang dimana masih relevan dan tidaknya
Pancasila sebagai sebuah ideolog yang dimana akan berguna bagi bangsa Indonesia
masih sangatlah kerap terjadi. Hal tersebut dikarenakan Pancasila sendiri tidaklah
populer dan tidak ada sebuah kekuatan yang dimana mempengaruhi dan juga
menuntun masyarakat yang ada.

Anda mungkin juga menyukai