Disusun Oleh : Aisah Indrawati 18051334009 S1 – Gizi 2018 A
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2021 Soal Isu Gizi Mutakhir
1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya obesitas ? (kesehatan (gizi,
fisiologi, patofisiologi), sosial, ekonomi, lingkungan) 2. Terapi gizi apakah yang tepat bagi pasien obesitas? 3. Jenis, durasi dan intensitas olahraga apakah yang tepat bagi pasien obesitas ? 4. Bagaimanakah perbedaan efektivitas antara pembatasan jam makan (intermittent fasting), pembatasan kalori (calorie restriction), dan olahraga pada penurunan berat badan pasien obesitas ? 5. Apakah yang dimaksud dengan efek yo-yo? Dan bagaimanakah cara yang efektif untuk menghindari efek buruk tersebut ? 6. Mengapa pasien obesitas sangat sulit untuk menurunkan berat badannya? Menurut Anda, apakah tantangan terberat yang dihadapi? 7. Terapi medis (operasi atau obat-obatan) apakah efektif untuk pasien obesitas ? apa sajakah jenis terapi medis bagi pasien obesitas?
Jawaban !
1. – Faktor Kesehatan (Gizi) : Faktor kesehatan (Gizi) berkaitan dengan pola
makan/kebiasaan makan, dimana kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang akan membentuk pola perilaku makan. Pola makan/kebiasaan makan ini dapat mempengaruhi kesehatan tubuh yang akan berakibat menjadi obesitas. Kebiasaan makan dibagi menjadi 2 macam yaitu kebiasaan makan utama; dan kebiasaan makan selingan (fastfood dan softdrink). Ada sebagian orang yang tidak dapat mengendalikan nafsu makannya sehingga mereka makan berlebihan. Kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang salah yang mengakibatkan kegemukan. Makanan sehari–hari berkalori tinggi yaitu yang berlemak, yang gurih–gurih, yang manis–manis, goreng–gorengan serta kurang sayuran dan buah–buahan merupakan hidangan tidak seimbang dan lama kelamaan akan menyebabkan obesitas. Akhir–akhir ini karena pengaruh globalisasi, banyak orang yang memilih makanan hanya berdasarkan prestise atau gengsi semata–mata. Makanan siap saji yang sedang semarak sekarang ini misalnya goreng–gorengan, hamburger, pasta, kue–kue tart dan es krim umumnya mengandung lemak, gula dan kalori tinggi sedangkan kandungan seratnya rendah. Apabila sekali– kali atau kadang–kadang saja menyantapnya, itu tidak jadi masalah. Namun apabila menjadi kebiasaan,maka lama–kelamaan akan menimbulkan kegemukan. Oleh karena itu makanan sehari–hari sebaiknya terdiri atas menu sehat dan seimbang. - Faktor Kesehatan (Fisiologi) : Faktor kesehatan (Fisiologi) berkaitan dengan psikologi (stress). Ketakutan, kecemasan, kesedihan, kebosanan, dan stress karena tekanan hidup akan menyebabkan perilaku yang berbeda –beda bagi setiap orang. Ada yang mengatasi stress dengan tidur dan melamun, ada yang melakukan olahraga atau jalan–jalan, ada pula yang menenggak minuman keras atau menelan obat terlarang. Sebagian orang ada yang memilih makan berlebihan sebagai “pelarian” untuk menghilangkan stressnya. Karena proses makan selalu memberikan rasa nikmat, kenyang dan nyaman, maka tekanan psikologis yang diseritanya untuk smeentara dapat dilupakan. - Faktor Kesehatan (Patofosiologi) : Mekanisme patofisiologis obesitas menempatkan sel lemak sebagai pusat tempat berbagai kelainan berasal tetapi tidak seluruhnya dapat dimengerti. Mekanisme ini diatur di otak, yang melatarbelakangi perubahan dalam bersantap, kegiatan fisik, dan metabolism tubuh guna mempertahankan simpanan energy. Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal- sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot) (Marsen 2009). - Faktor sosial ekonomi : Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan pendapatan dan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan keluarga akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. - Faktor sosial yaitu meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat, pengaruh promosi iklan, kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan gaya hidup dan timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan masyarakat ekonomi menengah atas. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari-hari, sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan pada pertimbangan selera dibandingkan dengan aspek gizi. Anak obesitas lebih banyak ditemukan pada orangtua dengan tingkat pendapatan yang tinggi, karena pada orangtua dengan pendapatan perbulan yang tinggi memiliki daya beli pangan yang tinggi juga. Sehingga memiliki peluang untuk memilih ragam makanan selain itu pada golongan ekonomi tinggi jumlah asupan makanan tinggi, kandungan lemak meningkat seiring dengan meningkatnya daya beli mereka terhadap makanan mahal (Rahayu, 2008). Pendapatan keluarga yang tinggi berarti kemudahan dalam membeli dan mengonsumsi makanan enak dan mahal. Orangtua dengan pendapatan tinggi mempunyai kecenderungan untuk memberikan uang saku yang cukup besar kepada anaknya. Dengan uang saku yang cukup besar, biasanya anak sering mengonsumsi makan-makanan modern/fastfood. - Faktor Lingkungan : faktor lingkungan juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk/obesitas. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. gen merupakan faktor yang penting dalam obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku atau pola gaya hidup misalnya apa yang dimakan; kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi dan berapa kali seseorang makan serta kelebihan energi akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi. 2. Melakukan konsultasi kepada ahli gizi; Melakukan terapi nutrisi yang didalamnya ada pengaturan pola makan, terapi theslimmer powder, terapi suplementasi, pemeriksaan genetik; Melakukan terapi akupuntur yang berguna untuk membantu menahan lapar (sangat efektif untuk pasien berat badan lebih) dan Meningkatkan keluaran energi sehingga pembakaran lemak lebih cepat; Resepan obat yang telah diberikan untuk pasien yang sudah mengalami obesitas atau pasien dengan berat badan lebih yang mempunyai target penurunan BB yang cepat; Melakukan Electro Muscle Stimulation yaitu Terapi dengan menggunakan alat electro muscle stimulator dilakukan untuk meningkatkan keluaran energi dan membantu meningkatkan pembakaran lemak setempat untuk pasien pasien yang tidak ada kesempatan untuk berolahraga dan yang ingin mengurangi lemak di bagian bagian tertentu; dan yang terakhir Melakukan bedah bariatrik jika kelima terapi di atas tidak mendapatkan hasil yang baik, dokter akan merujuk pasien ke dokter ahli bedah pencernaan yang direkomendasikan untuk dilakukan pembedahan bariatrik. - Terapi yang paling tepat untuk penderita obesitas yaitu terapi nutrisi dan latihan Olahraga yang digunakan untuk pembakaran lemak bagi penderita obesitas. Tetapi bagi penderita obesitas dengan IMT >40 dan memiliki penyakit komplikasi terapi yang tepat yaitu terapi medis dengan obat-obatan dan operasi bariatrik. 3. Jenis olahraga yang cocok untuk orang penderita obesitas adalah jalan kaki, lari, bersepeda, berenang, senam aerobik. Durasi olahraga yang baik yaitu 30 – 60 menit per kali latihan. Bertambah lamanya olahraga tidak selalu memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang berolahraga dengan waktu singkat. Hindari overused injury (cedera akibat intensitas dan durasi latihan). Dalam berolahraga, harus diselingi dengan waktu istirahat yang cukup agar tubuh mendapat kesempatan untuk memulihkan kondisi. Perhatikan tingkat kemampuan awal sebelum menentukan tingkat kekerapan olahraga. 3 – 5x per minggu dengan melakukan olahraga aerobik dan anaerobik dengan intensitas 60% - 80% DJM selama 30 – 60 menit per latihan. Setelah melakukan latihan secara teratur, lakukan evaluasi dari hasil latihan. 4. - Pembatasan jam makan (Intermittent Fasting) (diet puasa) adalah metode untuk mengatur pola makan dengan cara berpuasa makan selama beberapa waktu. Namun di antara waktu tersebut, Anda masih dapat mengonsumsi minuman. Dibandingkan dengan istilah “diet” yang biasanya merujuk pada pengurangan atau pembatasan makan, metode intermittent fasting cenderung lebih mengatur kebiasaan makan Anda. Diet puasa tidak mengatur makanan apa yang harus dikurangi atau dikonsumsi, tetapi kapan Anda makan dan kapan harus berhenti makan alias “puasa”. Metode ini kerap menganjurkan puasa makan selama 16 jam, tapi waktunya dapat Anda tentukan sendiri. - Pembatasan Kalori (Calorie Restriction) adalah suatu pola makan yang memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi tubuh agar tetap sehat, tetapi meminimalkan energi (kalori) yang dikonsumsi. Caloric Restriction (CR) atau pembatasan kalori adalah diet yang mengurangi asupan kalori tanpa menyebabkan kondisi tubuh kekurangan nutrisi atau yang disebut dengan malnutrisi. Dalam beberapa penelitian pembatasan kalori terbukti memeliki dampak yang baik untuk tubuh karena dapat menghambat proses penuaan dan berbagai masalah metabolisme (Redman & Ravussin, 2011). Pembatasan kalori mampu mencegah kerusakan akibat toksin eksogen melalui efek perlindungan, perbaikan, dan pergantian yang mencegah disfungsi akibat proses endogenus dan molekul toksin. Pembatasan kalori bertindak sebagai stressor ringan yang meningkatkan hormosis sehingga menyebabkan efek baik dari respon seluler dan stres berulang (Lee, dkk, 2016). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembatasan kalori dapat memperlambat proses penuaan adalah FAKTA apabila komposisi nutrisi yang dikonsumsi tepat dan tidak menyebabkan malnutrisi. Selain itu, untuk memperoleh penuaan yang sehat dan mencegah berbagai penyakit kronis, perlu dilakukan pengaturan berat badan ideal serta pencegahan penumpukan lemak abdominal. - Olahraga penurunan berat badan adalah dapat meningkatkan kualitas hidup secara fisik, namun jenis latihan ini juga akan menghasilkan Reactive Oxygen Species (ROS) yang merupakan senyawa pengoksidasi turunan oksigen yang bersifat sangat reaktif terutama diproduksi di mitokondria. Dengan dihasilkannya ROS yang tinggi akan membuat organel maupun sel mengalami kematian (Halliwell & Whiteman, 2004). Dengan melakukan latihan olahraga bisa mengatasi masalah stress dan lainnya. - Dari ketiga macam cara penurunan berat badan tersebut yang paling efektif untuk dilakukan yaitu olahraga penurunan berat badan dan pembatasan kalori (Calorie Retriction). Olahraga dan pembatasan kalori bisa dilakukan secara bersamaan atau tidak bersamaan. Karena 2 cara penurunan berat badan tersebut sangat efektif daripada pembatasan jam makan. Lebih baik olahraga dan pembatasan kalori dilakukan secara bersamaan yang akan menghasilkan penurunan berat badan yang efektif. 5. Diet yo – yo adalah pola turun berat badan dan naik kembali yang terjadi secara berulang sehingga berat badan seseorang menjadi fluktuatif. Cara efektif untuk menghindari efek yo-yo tersebut yaitu dengan cara Ubah tujuan diet anda; Jangan coba – coba melakukan diet yang tidak benar, cari tau dulu dan pastikan diet yang anda jalani benar-benar diet sehat; Selalu pantau berat badan, dengan memantau beratbadan ini akan membantu anda dalam menurunkan berat badan; Tetap jaga pola makan dan olahraga selepas diet penurunan berat badan, Hal ini membantu Anda menjaga berat badan setelah penurunan. 6. Tantangan terberat yang dihadapi orang obesitas untuk menurunkan berat badannya yaitu : Mengandalkan olahraga tanpa memperhatikan pola makan; melakukan olahraga kurang tepat; Masih suka atau mengonsumsi minum – minuman manis; Pola tidur yang kurang teratur; Mengalami stress yang akan menyebabkan ketidakseimbangan hormon kartisol, Hormon kartisol salah satunya dapat merangsang rasa lapar dan meningkatkan nafsu makan. Jika Anda tak bisa mengatur stres dan pola makan, maka penurunan berat badan jelas sulit dicapai; Memberi jeda makan terlalu lama yang akan menyebabkan metabolisme tubuh menjadi lambat; Makan terlalu cepat dapat menyebabkan orang cenderung mudah merasa lapar. Karena hal tersebut terjadi karena otak tak memiliki waktu untuk mengirim sinyal yang membuat seseorang merasa lebih kenyang, Sementara dalam pandangan lain diterangkan, saat seseorang mengunyah makanan di dalam mulut, kadar gula darah akan meningkat. Meningkatkan kadar gula darah itu kemudian akan menahan nafsu makan yang berlebihan. Jadi, semakin lama mengunyah makanan di dalam mulut, maka Anda akan merasa kenyang lebih lama; Dikarenakan Faktor genetik orang akan susah untuk menurunkan berat badannya. 7. Terapi medis sangat efektif dilakukan pada pasien obesitas dengan IMT >40 dan dilakukan pada penderita obesitas dengan IMT 35 – 39,9 namun memiliki masalah kesehatan serius terkait kasus obesitas, seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan sleep apnea. Namun, terapi medis kurang efektif pada penderita obesitas dengan IMT <35, lebih baik melakukan terapi nutrisi saja dan melakukan latihan fisik seperti olahraga selama 30-60 menit per latihan. Jenis operasi bariatrik : Gastric Bypass; Sleeve Gastrectomy; Adjustable Gastric Band; Biliopancreatic Diversion With Duodenal Switch.